Matahari belum terbit, namun kecamatan 13 tampak lebih sibuk dari biasanya. Banyak sekali warga yang berkumpul di terminal kereta dengan tujuan Menara Kota untuk mengantar kepergian Archie yang akan mengikuti acara 'Pemberian Berkat oleh Menara Kota'.
Dengan Jas yang baru dibelikan oleh Sang Ayah, dan kemeja yang diberikan oleh Esther, Archie tampak lebih tampan dari biasanya. Ternyata, ungkapan bahwa lelaki akan terlihat berkali-kali lipat lebih tampan ketika memakai pakaian formal itu bukanlah sebuah omong kosong belaka.
"Hati-hati dan jaga dirimu selama di sana, anakku."
Sang ibu memeluk Archie erat, hampir menitikkan air mata.
"Jangan lupa jaga kesehatanmu, bu." Nada suara Archie sedikit bergetar.
Ia memeluk Sang Ayah ketika ketika Sang Ibu melepaskan pelukannya.
"Seorang pemuda harus bersikap seperti pria."
Archie terkekeh kecil, suasana yang awalnya haru berubah menjadi penuh tawa karena ucapan Sang Ayah. Archie melepaskan pelukannya dan menatap Sang Ayah dengan tatapan tegas. Ia menepuk dadanya, "Jangan khawatir. Aku akan selalu menjadi Pria sejati!"
"Pfft!" Para warga disekitarnya tampak menahan tawa karena ucapan Archie.
"Tak semua pemuda tumbuh menjadi seorang Pria." Seorang pria tua berambut putih dengan tongkat kayu bersuara tegas, seketika mengsenyapkan suara di stasiun.
Archie menatap pria itu sambil tersenyum kecil, menghampirinya dengan langkah ringan. Ia menunduk, mengulurkan tangannya, "Anda tak akan menyesal, pak Camat."
Pak Camat meneliti ekspresi wajah Archie, membuat Archie sedikit tidak nyaman karena tingkahnya. Setelah puas menatap wajah anak itu, Pak Camat tertawa puas, "Anak muda. Setelah kau turun dari kereta ini, kau akan menjelajahi dunia yang sebenarnya. Jadi, jangan pernah lupakan ucapan mu."
Pak Camat menjabat tangan Archie, "Tangan ini, harus digunakan untuk membantu orang. Kau mengerti bukan?"
Archie mengangguk, "Baik, Pak Camat."
Slingg....
Kereta listrik berwarna putih bersih dengan bendera Menara Kota-berwarna dasar hitam dengan lambang matahari berwarna coklat ditengahnya-tiba tepat waktu pada pukul 4 pagi. Sebenarnya alasan dari penjemputan setiap peserta pada pukul 4 pagi tak jauh dari simbol bahwa Menara kota dibentuk oleh Keempat kecamatan yang mengelilinginya.
Seorang pria dengan jas berwarna pink neon dan rambut berwarna hijau itu turun dari mereka dengan tongkat emasnya. Matanya menatap terminal kereta kecamatan 13 dan para warga dengan teliti, sebelum pada akhirnya ia berjalan ke arah Archie.
"Archie Anantaboga, perkenalkan saya Bianglala dari Menara Kota. Sayalah yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kenyamanan anda selama 10 hari kedepan. Jadi, ayo kita pergi sekarang karena aku sudah tidak tahan dengan suhu yang terasa seperti neraka di sini."
Nada bicaranya terdengar aneh dan sangat ekspresif. Belum lagi tubuhnya yang selalu bergerak membuat kesan dirinya semakin aneh.
"Satu lagi! Tinggalkan ransel mu jika kau tidak mau ku tendang karena telah mempermalukan ku. Segala keperluan mu sudah disiapkan di sana jadi bawa saja dirimu yang tidak berharga ini." Bianglala memandang sinis ransel Archie yang tampak kusam.
"A... Ah? Ah! Baiklah." Archie memberikan ransel itu kepada Sang Ibu setelah yakin kalau tidak ada hal yang benar-benar penting yang harus ia bawa di dalam ransel itu. "Mereka sudah menyiapkan segala keperluanku, bu."
Sang ibu mengambil tas Archie sambil mengangguk paham. Archie menyesuaikan tingginya dengan Esther, "Selama kakak pergi, jaga ibu dan ayah oke?"
"Mmm!" Esther mengangguk cepat.
Archie terkekeh, mengelus puncak kepala Esther, "Jaga dirimu baik-baik, oke?"
"Mmm!"
Archie berdiri, menatap satu persatu orang di distrik 13.
"Aku pergi dulu. Jaga diri kalian!" Archie berjalan mundur ke arah pintu masuk gerbong kereta dengan melambaikan tangannya. Bianglala sudah terlebih dahulu masuk ke kereta dan menunggu Archie dengan rasa penuh ketidaksabaran, sedari tadi kakinya menepuk-nepuk lantai sambil menghitung seberapa lama waktu yang habis terbuang karena acara pamitan yang menurutnya tidak penting, toh setelah sepuluh hari lelaki kumuh ini akan kembali juga.
"Sampai jumpa Archie!" semua orang di sana ikut melambaikan tangannya.
"AKU AKAN KEMBALI!" Teriak Archie sebelum pintu kereta tertutup sempurna dan berangkat pergi.
Dengan senyuman tipis Archie membalikkan badannya. Entah sihir dari mana, mulutnya terbuka sempurna ketika melihat fasilitas mewah yang ada di kereta ini.
Bianglala duduk dengan di sofa dengan santai layaknya tuan rumah sombong, "Fasilitas di gerbong ini adalah milikmu. Nikmati sesukamu." kemudian menyandarkan dirinya ke sofa dan memejamkan matanya.
Kereta yang membawanya terdiri dari 8 gerbong yang tampaknya membawa kedelapan kandidat dari total 8 kecamatan luar yang berada di Utara Menara Kota. Masing-masing gerbong memiliki interior yang berbeda bergantung kepada siapa yang menjadi penanggungjawab mereka, Archie dapat melihat dari pintu penghubung antar gerbong yang dilapisi kaca buram bahwa gerbong disebelahnya tampak bernuansa merah jambu, berbeda dari miliknya yang lebih gelap dengan nuansa hijau gelap dan ornamen emas.
Mata Archie kini mengelilingi setiap sudut dari gerbong tersebut, masih terpesona dan tak menyangka bagaimana bisa ada tempat semewah ini. Baru saja dia pergi dari kecamatan 13, tapi ia sudah merasa bahwa kehidupannya telah berbalik 180°. Hatinya tak sabar menunggu kejutan lain yang tengah menanti dirinya di ujung sana.
"Tidurlah anak muda. Kau akan lelah nanti."
Archie tersentak kaget ketika tiba-tiba saja Bianglala bersuara dalam tidurnya. Archie mendekati Bianglala, berdeham pelan, "berapa lama sampai kita sampai di Menara Kota?"
"30 menit lagi." Bianglala menjawab dengan posisinya yang masih tertidur.
"Hah?"
'Jika akan tiba secepat itu, untuk apa tidur?' Archie membantin.
"Aku sudah memperingatkan mu, jangan menyesal."
Bukan Archie namanya jika tidak keras kepala. Ia kini berjalan ke bar, dan mengambil sebotol wine dari rak wine dan gelas wine yang digantung tepat di hadapannya.
Walaupun kecamatan 13 tidaklah kaya, tapi minuman beralkohol selalu tersedia di sana. Ia juga bukanlah lelaki polos yang tidak tahu apa-apa tentang 'kesenangan duniawi'. Kini, ia akan membuktikan kepada Bianglala bahwa ia bukanlah anak dari kecamatan kecil yang tidak tahu apa-apa.
Brak!
Dengan cepat Archie menatap Bianglala, memastikan reaksi lelaki itu karena dirinya baru saja memecahkan sebuah gelas wine.
Pikirannya sudah memikirkan scenario apa yang harus dia katakan agar terbebas dari omelan pria itu.
Untungnya, Bianglala sama sekali tidak bergeming. Archie menghembuskan nafas lega dan beranjak mengambil gelas lain.
"Aku akan mematahkan tanganmu jika kau berani menyentuh gelas ku lagi."
Archie segera menarik kembali tangannya. 'Acara Pemberian Bakat' yang sebenarnya bahkan belum mulai, tidak akan lucu jika lengannya patah sebelum itu. Pandangannya kini beralih ke sebuah televisi kecil yang tergantung di dinding. Televisi itu menayangkan tentang acara 'Pemberian Bakat' dan peserta yang masuk babak final.
Dari 20 peserta, delapan diantaranya berasal dari Keempat Kecamatan Besar yang mengelilingi Menara Kota. Sisanya hanyalah pemuda dan pemudi berbakat dari kecamatan luar-termasuk dirinya sendiri-yang tak membuat Archie tertarik. Ketertarikannya tertuju kepada sebuah layar hologram yang menampilkan sebuah peta yang tak pernah ia lihat.
"Tuan Bianglala, peta apa ini?"
Mata Bianglala seketika terbuka, dengan cepat berlari ke arah Archie dan mengambil sebuah benda kotak berukuran 5×5 cm itu dengan gerakan gesit. Layar hologram itu seketika menghilang bersamaan dengan Bianglala yang kembali tidur di sofanya dengan nyaman.
Archie mengendikkan bahu. Bianglala memang pria paling aneh yang pernah ia temui.
Pemandangan diluar jendela yang mulanya dinding ber-semen, berganti menjadi gedung-gedung dengan arsitektur modern yang menjulang tinggi.
"Anda sedang melewati kecamatan tiga kota Tajara, Technologia. Kecamatan ini merupakan kecamatan terbesar keempat di kota Tajara. Dikenal sebagai kecamatan yang menganut kepercayaan bahwa 'teknologi adalah segalanya' membuat kecamatan ini sangatlah maju dan menjadi tujuan para ilmuan."
Suara dari sistem kereta memenuhi ruangan. Mata Archie membelalak ketika melihat sebuah benda bulat terbang yang baru saja melintas di atas mereka. Tanpa sadar, dia tersenyum dan menatap Bianglala yang tengah tertidur dengan semangat, tapi sedetik kemudian senyumnya luntur ketika menyadari bahwa Bianglala adalah manusia paling tidak menarik yang pernah ia temui.
Ia memilih mengurungkan niatnya untuk bertanya dibandingkan harus menyinggung Pria tersebut.
Tak lama, pemandangan berganti menjadi bangunan-bangunan kuno yang tampak sangat cantik dan menenangkan hati.
"Anda sedang melewati kecamatan kedua kota Tajara, Cultura. Kecamatan ini merupakan kecamatan terbesar ketiga di kota Tajara. Kecamatan ini dikenal sebagai satu-satunya kecamatan yang memegang erat kebudayaan leluhurnya, membuat banyak sekali bangunan-bangunan kuno bersejarah berdiri kokoh di tempat ini. Mereka yang menyukai kehidupan yang tenang dan santai akan memilih kecamatan dua sebagai tempat untuk tinggal ataupun menghabiskan waktunya dikala senggang."
"Wow..."
Jika ada yang bertanya momen apa yang paling membuatnya berdecak kagum berkali-kali, ia akan menjawab dengan lantang bahwa momen saat dia pertama kali meninggalkan Kecamatan 13 adalah momen yang paling tak pernah bisa ia lupakan seumur hidupnya.
"Anda akan tiba di Terminal Menara Kota dalam 100 detik."
Bianglala bangun dari tidurnya, mengambil sebuah gunting besi dari meja didekatnya dan berjalan mendekati Archie, "Potong rambutmu."
"..."
"Tunggu apa lagi? Waktumu kurang dari 90 detik lagi."
"..." Archie mengerjapkan matanya bingung.
"Persyaratannya rambut harus dipotong sependek mungkin."
Dengan cepat Archie mengambil gunting tersebut, menuju kaca besar yang terletak tak jauh darinya, mulai menggunting rambutnya.
"Lebih pendek."
Archie menggunting rambutnya lebih pendek.
"Lebih pendek."
Archie kembali menggunting rambutnya. Kini, lebih pendek dari sebelumnya.
"Ck. Lebih pendek!"
Archie menghela nafas kesal. Rambutnya kini hanya tersisa sekitar 2 centimeter dari akarnya. Citra Bianglala yang semula adalah 'Pria Aneh' dan 'Pria Tak Menyenangkan' kini berubah menjadi 'Pria Menyebalkan' dimatanya.
Bianglala tersenyum puas, tampak menahan tawa. Ini pertama kalinya Archie melihat Pria menyebalkan itu tersenyum.
"Bagus. Ini baru sempurna."
Tbc...
Menara kota adalah sebuah wilayah kecil yang dibuat oleh keempat kecamatan yang mengelilinginya.Keempat kecamatan itu antara lain:Kecamatan satu, PlutoKecamatan dua, CulturaKecamatan tiga, TechnologiaKecamatan empat, Pintu Surga.Kecamatan satu berada disebelah bagian Barat agak ke Utara Menara Kota. Iklim disana cenderung kering dan dengan suhu yang cukup ekstrim. Disana, terdapat pegunungan tertinggi di kota Tajara, Pegunungan Atos-berarti sangat banyak dan tidak teratur. Pegunungan inilah yang menjadi pemisah antara kecamatan satu dan kecamatan dua.Kecamatan ini terkenal sebagai pusat jalannya perekonomian kota bahkan dunia. Terdapat sebuah kasino yang paling terkenal di dunia bernama Kasino Dewa Rejeki. Walaupun terletak di atas gunung, kasino ini tidak pernah sepi pengunjung.Kecamatan Dua terletak disebelah bagian Timur agak ke Utara Menara Kota. Walaupun beriklim kering, suhu di Kecama
Para peserta acara Pemberian Bakat dibawa oleh para penanggung jawabnya masing-masing menuju Hotel Menara Kota. Hotel terbesar, termewah, dan satu-satunya di kawasan Menara Kota. Kamar hotel ini memiliki 5 buah ruangan; ruang tamu, ruang rapat, ruang makan, kamar tidur, dan kamar mandi.Lobi hotel tampak penuh. Tampaknya, proses check-in hotel akan memakan waktu yang cukup lama mengingat ada banyak sekali penonton dari berbagai kecamatan yang datang untuk menonton Acara Pemberian Bakat."Hei! Apakah kau kemari bersama dengan majikan mu?" Duta merangkul pundak Archie, bersikap akrab walaupun ini adalah hari pertama mereka bertemu.Ini semua karena Bianglala, Si Pria Sialan. Bisa-bisanya Pria itu berfikir untuk memanggil dirinya melalui meja informasi stasiun yang membuat pihak stasiun memanggil namanya melalui speaker stasiun. Belum lagi Si Pria Sialan itu menyebut dirinya sendiri dengan sebutan 'majikan' membuat orang-orang membuat orang-orang memiliki kes
"Wuahh.." Itu kata pertama yang keluar dari mulut Archie ketika melihat ruang kamar yang akan ditempati olehnya selama sepuluh hari kedepan."Yah..kau patut merasa terpesona. Ruangan kamar ini sedikit lebih baik dibandingkan yang kedua 'badak' itu tempati." Bianglala melipat lengan dan menyandar di dinding, nada bicaranya masih saja terdengar sombong."Walaupun aku tak tahu ini akan menjadi hal buruk atau baik."Archie berbalik, "Apa maksudmu?"Bianglala melangkah menuju sofa dan duduk diatasnya, ia mengeluarkan sebuah permen lolipop dari saku jasnya dan memakannya, dahinya sedikit mengerut-mungkin permen itu sedikit asam, "Kau tahu kedelapan anak itu kan?""Yang berasal dari Empat Kecamatan Besar?" Archie duduk berhadapan dengan Bianglala.Bianglala mengangguk pelan, "Apa kau pernah dengar tentang insiden 7 tahun yang lalu?""7 tahun yang lalu?"Bianglala menghela nafas berat. Tampakny
"Uwaw." Duta menurunkan kacamata hitam yang ia gunakan ketika melihat Archie dengan pakaian pink neonnya berjalan mendekat.Bernard memutar matanya malas. Matanya saja sudah sakit dengan pakaian Duta yang berwarna kuning neon, sekarang datang Archie dengan pakaian pink neonnya. Sekilas saja ia sudah dapat menebak bahwa kedua orang ini akan menjadi teman akrab ketika melihat selera pakaian mereka yang sama."Hei, yo! Apa kabar, kawan." Duta menepuk pundak Archie, nadanya terdengar bersemangat.Archie mengelus pundaknya yang terasa nyeri, ia tersenyum tipis, masih belum terbiasa dengan sikap kasar Duta."Hei, Bernard! Lihatlah! Kau bilang aku berlebihan, tapi lihat anak ini!" Duta tertawa semangat, sedari tadi suasana hatinya sedikit buruk karena mendegar ocehan Bernard tentang gaya berpakaiannya yang terkesan nyentrik.Bernard kembali memutar matanya, ia bergeser 5 langkah ke kanan, menjauh dari dua pemuda aneh itu. Matanya m
Mata Archie beberapa kali bertatapan dengan seorang perawat lelaki yang tengah mengatur posisi berdirinya di hadapan sebuah mesin scanner yang berfungsi untuk mengecek keadaan tubuh pasien secara lengkap.Archie sedikit tidak nyaman, namun ia tetap mencoba untuk bersikap ramah mengingat perkataan Sang Ibu yang menyuruhnya untuk menjaga sikap. Sedetik kemudian, ia tersentak ketika mendapati perawat lelaki tersebut mencoba menyentuh kemaluannya. Dengan cepat Archie menjauh dan menutup tubuhnya, matanya membelalak, masih terkejut dengan apa yang baru saja ia alami.Perawat lelaki itu tampaknya juga sedikit terkejut, kemudian berteriak histeris.Brak!Pintu ruangan didobrak, menampakkan sekelompok-terdiri dari lima orang-penjaga keamanan dengan pistol di tangannya yang masuk tergesa-gesa. Seorang lelaki yang berada di paling depan bertanya kepada perawat lelaki itu, "Apa yang terjadi?" nadanya terdengar tegas.Badan perawa
"Sialan!" Anak lelaki bertubuh kurus dengan rambut coklat terang itu berlari dengan cepat menyusuri hutan lebat. Tangannya tergenggam sebuah kertas yang kini sudah ter-remas kasar. Jauh dibelakang, terdengar puluhan pasang derap kaki yang mengejarnya."Kejar! Kejar!"Lelaki bertubuh kurus itu mempercepat mempercepat langkah kakinya, sembari berdoa agar ia bisa sampai di perbatasan Kota Tajara dengan selamat dan terbebas dari kejaran kelompok lelaki itu.Kerisauan dihatinya mulai menghilang ketika melihat sebuah tembok pertahanan yang menjadi perbatasan antara hutan lebat dengan Kecamatan Empat, Pintu Surga. Dengan cepat ia menghentakkan kedua kalinya ke tanah, sedetik kemudian sebuah sayap kecil keluar dari sepatu yang ia kenakan, membuat dirinya mulai melayang di udara. Tawa kebahagiaan mulai terdengar. Dari posisinya, ia dapat melihat sekelompok orang berpakaian seperti pemburu yang tadi mengejarnya tengah menggeram kesal. Lelaki itu menjulur
"Kau dibebaskan." Ucap seorang detektif yang tengah membuka borgol dari tangan Archie.Bianglala melipat tangannya, menatap tuan detektif dengan tatapan kesal, "Dia bukan dibebaskan. Tetapi memang sedari awal tidak bersalah. Apakah kepolisian Menara Kota sekarang bekerja hanya untuk uang? Bagaimana bisa tidak pernah ada polisi yang becus menangani kasus."Detektif itu memilih untuk diam. Berbeda dengan Owen yang tampak lumayan tersinggung dengan perkataan yang dilontarkan oleh Bianglala, "Tuan Bianglala. Kata-katamu ini sedikit kelewatan. Kami menangani masalah sesuai prosedur yang berlaku. Lagi pula, Archie dibebaskan karena ia mendapat jaminan dari pimpinan."Bianglala mengerutkan dahi. "Apa? Dari pimpinan? Siapa namanya?""Itu aku." Lelaki berumur 12 tahun dengan rambut coklat terang itu masuk dengan melipat lengannya. Ia menggunakan jas hitam berkemeja putih yang tampak serasi dengan wajah tampannya.Bianglala meny
Alarm tanda evakuasi berbunyi keras di sepanjang jalan Menara Kota. Keheningan tercipta selama beberapa menit sebelum pada akhirnya para penjaga keamanan kota datang mengamankan para warga dan lokasi kejadian.Walaupun lokasi stadiun berjarak cukup jauh dari tempat mereka berdiri, mereka dapat merasakan dengan jelas; hawa panas, debu maupun puing-puing yang berterbangan, dan perasaan mendebarkan yang mungkin dirasakan oleh mereka yang berada di dekat stadiun."Uhuk! Uhuk! Sialhan!" Entah ada berapa banyak debu dan pasir yang masuk ke tenggorkan Duta. Sedari tadi ia terus terbatuk dan mengumpat kesal.Archie tersentak ketika merasakan ada sesuatu yang menyentuh badannya, matanya masih terpejam mengingat debu yang masih menyelimuti. Ia mencoba untuk mencari tahu apa yang menyentuhnya sebelum pada akhirnya ia tersadar bahwa orang itu adalah Bianglala. Ia bergeser beberapa langkah ke kanan, menjauh dari Bianglala, namun Tongkat Emas milik Bianglala masih