Nathan berjalan mendekat, dia bertanya dengan sungguh-sungguh, "Nona Callie, Nadine masih berada di dalam?""Seharusnya sudah mau keluar," jawab Callie sambil melihat arloji."Nathan, bajingan kamu. Masih berani datang! Kalau bukan karena kamu, putriku nggak akan menjadi seperti ini!" Femmy seolah-olah bertemu dengan musuh bebuyutan, dia sangat emosional."Jangan khawatir, aku akan bertanggung jawab atas luka Nadine," jawab Nathan sambil mengerutkan kening."Bertanggung jawab? Bagaimana caranya? Apa kamu punya uang? Apa kamu bisa menyediakan tempat tinggal dan menafkahi putriku? Nggak usah membual!""..."Nathan malas berdebat dengan Femmy. Wanita tua ini sudah kehilangan akal sehat, dia tidak ingin membuang-buang tenaga.Saat ini, seorang perawat keluar dari ruang operasi. Nathan menghentikannya, lalu bertanya, "Perawat, aku kakaknya pasien. Apa aku boleh masuk ke ruang operasi untuk melihatnya?""Kamu?"Perawat itu mengamati Nathan sekilas, lalu berkata dengan nada meremehkan, "Ini a
Pada akhirnya, hanya tersisa dua bekas luka dangkal di wajahnya!Nathan menghela napas lega. Kedua bekas luka ini bisa dihilangkan dengan obat-obatan."Nadine, bangun!"Nathan menyuntikkan energi sejati ke dalam tubuh Nadine sambil berseru pelan.Nadine perlahan-lahan membuka matanya dan melihat Nathan sedang menatapnya dengan cemas."Kak Nathan? Apa, apa aku sedang bermimpi?""Tentu saja bukan mimpi, aku ada di sampingmu!""Kak Nathan! Huhu ...."Nadine tidak bisa menahan diri lagi. Dia melingkarkan tangannya ke leher Nathan, lalu membenamkan kepalanya di dada Nathan dan mulai menangis histeris."Jangan menangis lagi, aku akan membawamu pulang, oke?" tanya Nathan."Tunggu, wajahku ...."Nadine seolah-olah teringat akan sesuatu, dia segera mengulurkan tangan untuk menyentuh wajahnya."Kak Nathan, aku mau bercermin!""Nadine, wajahmu sudah sembuh, hanya tersisa sedikit bekas luka. Aku akan membantumu menghilangkannya dengan obat tradisional, beberapa hari lagi baru bercermin, oke?""Waj
"Kita bicarakan nanti, masih ada bekas luka di wajah Nadine. Aku perlu membawanya pulang untuk diobati!"Nathan tampak sangat kelelahan. Kehilangan setetes darah ningrat membuatnya lemas."Apa? Kamu ingin membawa putriku pulang?" kata Femmy dengan kesal."Bibi Femmy, apa kamu berani pulang ke rumahmu?" tanya Nathan."Eh ...."Ekspresi garang Houston muncul di benak Femmy dan membuat sekujur tubuhnya gemetaran."Boleh saja pergi ke rumahmu. Tapi biar kuperingatkan, jangan macam-macam dengan putriku. Meskipun wajahnya masih utuh, orang miskin sepertimu nggak berhak memilikinya!" kata Femmy dengan tegas."Bu, jangan asal ngomong! Kak Nathan yang menolongku. Kamu bukan hanya nggak berterima kasih padanya, malah mengatainya seperti ini!"Nadine tidak bisa menahan diri, dia langsung menegur ibunya."Jangan khawatir, aku hanya ingin mengobati Nadine!" kata Nathan dengan tenang."Ya sudah!""..."Saat Femmy melontarkan kalimat itu, Arlo pun mengepalkan tinjunya. Dia sungguh ingin memukul orang
Mendengar ucapan Femmy, Nadine sungguh ingin menggali lubang untuk menyembunyikan diri. Dia tidak pernah melihat ibu yang begitu mata duitan!Nathan tersenyum sambil berkata, "Baik, kalau ada kesempatan, aku akan mengajaknya keluar!""Jangan sampai lupa. Kalau nggak, aku akan membuat perhitungan denganmu!"Femmy mengangguk puas, lalu berbalik naik ke atas."..."Nathan tertegun. Di hanya bisa melihat rasa bersalah melalui tatapan Nadine ....Pada saat yang sama, tiga pria berpakaian rapi datang ke vila Keluarga Keltano. Mereka adalah kepala keluarga tiga keluarga besar."Pak Gilius, ketika mengetahui Keluarga Keltano tertimpa masalah, kami langsung kemari. Apa yang terjadi?"Orang yang berbicara adalah kepala Keluarga Lutso, Parviz Lutso. Pria berusia empat puluhan tahun ini memiliki tubuh yang tegap, garis wajah yang tajam dan aura yang berwibawa!"Tamat, Keluarga Keltano sudah tamat ...."Mata Gilius sangat keruh, tidak bersinar seperti biasanya. Dia bergumam, "Kedua cucuku meninggal
Femmy mengerutkan kening, dia berkata dengan nada sinis, "Hanya ada mi? Entah matang nggak!"Nathan mengangkat bahunya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Roland yang sangat pemilih dalam hal makanan pun ditaklukkan olehnya, apa mungkin Femmy lebih sulit dilayani dari Roland?Memang benar, setelah mencoba satu gigitan, Femmy makan dengan lahap. Di seisi ruang makan, hanya terdengar suara Femmy menyeruput mi."Bu, tolong pelankan suaramu," kata Nadine dengan canggung."Nadine, cepat makan. Mi nggak enak kalau sudah kembang! Uhm, enak sekali!""..."Nadine tertegun. Dia berpikir bahwa ibunya terlalu heboh. Bukankah hanya semangkuk mi tomat, apa seenak itu?Namun setelah dia mencicipi sesuap mi, dia pun memuji Nathan."Kak Nathan, mi yang kamu masak enak sekali!""Baguslah kalau kamu suka!" jawab Nathan sambil tersenyum.Setelah selesai berbicara, terdengar suara bel. Nathan tertegun, dia menduga bahwa Timo yang datang."Nathan, jangan-jangan temanmu yang kaya itu datang?" Mata Femmy bers
"Sialan! Nadine temanku, kelak panggil dia kakak!""Oke, halo kakak-kakak sekalian!""..."Nathan tidak bisa berkata-kata, Barra sudah tidak bisa diselamatkan."Na, Nathan, siapa anak ini?" Femmy memandang Barra dengan ketakutan."Dia sahabatku, Barra! Bibi Femmy, harap Bibi lebih sopan saat berbicara dengannya!"Nathan mengerutkan kening. Barra adalah sahabat baiknya dan juga merupakan salah satu dari empat penjaga Istana Surgo. Kalau orang lain yang berbicara seperti ini, mereka pasti sudah diberi pelajaran!"Oh, dia sahabatmu? Kukira dia gorila yang kabur dari kebun binatang!" Mendengar Barra adalah sahabat Nathan, Femmy menjadi tidak takut."Dia juga adalah pemilik rumah ini!" kata Nathan dengan tenang.Dia sudah sering menghadapi wanita seperti Femmy yang dapat dikendalikan oleh kekayaan!Memang benar, setelah mendengar bahwa Barra adalah pemilik rumah, Femmy tertegun sejenak. Dia segera berkata sambil tersenyum, "Barra, maaf! Tadi aku baru bangun dan masih linglung, cepat duduk.
Timo segera tiba, dia melihat Femmy dan Nadine di ruang tamu.Setelah mengetahui Timo adalah putra konglomerat di Kota Naresh, Femmy sangat gembira dan hampir meneteskan air mata. Apa ini adalah berkah di balik bahaya?Barra maupun Timo boleh menjadi menantunya. Setidaknya dia tidak perlu menjual bebek panggang lagi ...."Kak Nathan, siapa dia?"Melihat Barra, Timo diam-diam mendecakkan lidahnya dan berkata dalam hati, 'Kakak ini kekar sekali, dia tampak lebih menakutkan dari beruang madu di kebun binatang!'"Namanya Barra, sahabatku! Barra, dia adalah Timo," jelas Nathan."Kak Barra, senang bertemu denganmu," kata Timo sambil tersenyum."Aku tahu kamu. Tahun itu kalau bukan karena sedang menjalankan misi, aku pasti akan mengikuti Kak Nathan pergi ke Astar Tenggara untuk menyelamatkanmu!" Barra tersenyum hingga dua baris gigi putihnya pun terlihat."Kamu juga adalah bagian dari Istana Surgo?"Timo kaget. Adegan pembantaian muncul di benaknya ...."Kak Nathan, dalam perjalanan datang ke
Pada saat yang sama, Parviz duduk di meja kantor dengan ekspresi muram. Dia mendengar laporan dari sekretarisnya."Sudah cari begitu lama masih belum menemukan Nathan. Apa fungsi kalian!" Parviz sangat marah. Dia mengambil asbak di atas meja dan melemparkan asbak itu ke sekretarisnya.Sekretaris itu tidak berani menghindar dan membiarkan asbak itu mengenai keningnya. Dalam sekejap, darah pun mengalir."Pak Parvis, masih ada satu hal. Entah ...." Karena kesakitan, sekretaris itu menjadi terbata-bata."Cepat katakan!""Pagi ini, para konglomerat berkumpul di Kota Nuansa. Sekarang, Timo mengundang mereka semua ke hotel. Entah apa yang akan mereka bicarakan!" kata sekretaris itu."Apa kamu bilang?"Mendengar hal ini, Parviz sontak bangkit dari kursinya. Dia menunjuk sekretarisnya sambil mengumpat, "Ini adalah masalah penting, kenapa nggak bilang dari tadi!""..."Sekretaris itu sangat tertekan. Dia berkata dalam hati, 'Kamu yang menyuruhku melaporkan soal Nathan terlebih dahulu!'"Siapa sa