Saling menatap satu sama lain. Agaknya mereka bingung untuk menerima pernyataan itu. Bahkan ini di luar dugaan Dikta, karena menyangka jika pernikahan akan terjadi di beberapa bulan ke depan. Memang berbeda rupanya menikahi sosok sultan seperti Sierra. Bahkan sang kakek bilang, ia akan menanggung semua pesta yang akan diselenggarakan itu. Hendak menolak, Sierra lebih dulu mencubit paha Dikta hingga meringis. Ia juga menyadari tatapan itu, merupakan tanda menyuruh Dikta bungkam sebagai mana mustinya. Dikta hanya bisa mengangguk-angguk atas apa yang ditawarkan oleh kakek Sierra.“Kek, tolong beri kami waktu untuk mengurusi semuanya. Ini kan moment sekali seumur hidup. Kita gak bisa asal-asalan mengurus itu semua. Percuma bayar mahal jika hasilnya tak sesuai dengan yang kita inginkan. Lebih baik jika ada hasil, bagaimana kalau mereka menipu? Bukannya bahagia kita malah mengusut mereka,” tawar Dikta membuat sang kakek termenung.“Iya, Kek. Benar apa yang dikatakan oleh Dikta. Memangnya
Mobil seharga 3,4 miliar itu akhirnya menepi di tempat yang diinginkan oleh Dikta. Gugup sebetulnya, tapi Sierra berhasil meredam itu semua. Menggandeng lengan Dikta, mereka turun dari mobil itu. Tapi kehadiran Dikta tak disadari oleh mereka.Dikta masih termenung melihat Bella dan Beno. Seperti mimpi di siang bolong. Benar-benar kejutan yang luar biasa tak terduga sekali. Rasa haru tak bisa menutupi wajah Dikta. Kabut air mata mulai menyelimuti matanya. Sebisa mungkin Dikta harus bisa tegar. Anak yang ia elu-elukan setiap saat itu akhirnya ada di depannya. Dan bisa ia peluk untuk saat ini juga.Dikta bisa melihat Bella sedang bermain dengan Beno di taman rumahnya. Perasaannya benar-benar campur aduk sekali. Namun rasa senanglah yang mendominasi perasaan Dikta kala ini.Menekan bell rumahnya perlahan namun pasti. Dikta dan Sierra masih menunggu Bella membuka gerbang rumahnya itu. Namun, mata anak itu lebih menyadarinya lebih dulu dari pada Bella. Ia berlari sekuat tenaga menunggu di
Acara telah selesai sesuai dengan harapan mereka. Siapapun yang berada di sana tidak akan pernah melupakan moment sakral ini sekali seumur hidupnya. Termasuk Dikta yang menuturkan akad nikah kala itu.Bahkan Dikta masih ingat bagaimana ekspresi mereka yang telah menghina Dikta kala itu. Tak hentinya Dikta mengumbar senyum puas, kala mantan istri juga kekasihnya itu datang ke sini tadi.Setidaknya salah satu dendamnya sudah terbalas. Sehingga Dikta bisa melihat ekspresi yang selama ini ia inginkan. Ya, terkejut tak bisa berkata apapun. Bahkan Sierra pun tampak sengaja sekali ikut andil akan aksi balas dendam Dikta. Ia juga turut menjatuhkan harga diri Bella dengan tatapan khasnya itu.Melihat kondisi Sierra yang sudah mulai pucat, Dikta memutuskan untuk beranjak lebih dulu. Memapah Sierra perlahan, ia yang semula akan menolak kembali mengurungkan niatnya kala melihat sang kakek yang memperhatikan mereka.Terlihat muka kakek Sierra sangat senang dengan perhatian kecil Dikta padanya. De
“Sierra ... apa kau? Ah, ternyata istrimu sudah tidur ya?” tanya sang kakek mendadak masuk ke dalam kamar untuk kedua kalinya.Dikta hanya bisa tersenyum kaku. Sementara sang kakek yang semula akan menyuruh Dikta untuk masuk ke ronde selanjutnya mengurungkan niatnya. Untung saja Dikta masih polos, sehingga ia tak mengerti akan tatapan yang mengandung makna itu.Berlalu dan berjanji takan menganggu lagi. Akhirnya Dikta bisa bernapas lega. Menajamkan indera pendengarannya, harap-harap sang kakek sudah pergi menjauhi mereka.Dikta melepaskan pelukan Sierra yang masih melingkar erat. Ia beranjak dari tempat tidur Sierra untuk tidur di tempat yang sudah diperintahkan oleh Sierra sebelumnya.Namun ekor mata Dikta tak sengaja menikmati pemandangan yang indah itu. Sierra benar-benar cantik natural tanpa riasan sedikit pun. Dikta mengerjapkan matanya. Lagi ia mencoba tersadar akan lamunannya itu.‘Apa aku bisa terus berpura-pura mencintaimu, Sie? Jikalau aku sudah jatuh hati padamu suatu saat
Tapi berbeda dengan sekarang, ia benar-benar lebih sering muram. Bahkan garis mukanya itu terlihat bersedih kala Dikta mendapatinya secara tak sengaja. Tak jarang Dikta juga selalu mendapati dirinya sering menangis tanpa alasan yang jelas. Dikta yang semula cuek pun merasa iba, akan yang dirasakan oleh Sierra.Rasa ingin merangkul Sierra terbesit di benak Dikta, kala mengetahui wanita ini tengah bersedih. Hanya saja ia selalu menolak akan tawaran Dikta. Sehingga Dikta hanya bisa memberikan ruang pada wanita itu.Mungkin karena masa lalunya yang terbilang kelam, Sierra selalu memberi batas pada orang-orang di sekitarnya. Sebenarnya Dikta juga ingin mengetahui sisi lain Sierra. Pasti di balik sikapnya yang dingin dan cuek itu, masih ada sikap kewanitaan seperti pada umumnya.Ya, rasa ingin diperhatikan. Dicintai dan disayangi, bahkan rasa ingin mendapatkan saling dihargai. Dikta yakin Sierra menampik itu agar tak membuat celah baru bagi perasaannya itu.Bukan ingin memberikan harapan.
Bahkan Dikta berhasil dibuat canggung kala ia berpapasan dengan Sierra. Tatapannya itu berhasil membuat Dikta benar-benar bertekuk lutut. Dikta yang baru menyadari sisi lain Sierra agaknya sedikit kikuk.Atau mungkin Dikta benar-benar bingung, menempatkan dirinya saat bersama sikap Sierra yang selalu random itu. Terlintas dalam benaknya ia lebih baik membuat tameng, dibandingkan harus berseteru dengan wanita itu. Bahkan Dikta pernah sampai beradu argumen dengan wanita itu karena suatu masalah. Dimana ia salah menaruh asumsi pada Sierra. Niat hati ingin cuek saat Sierra sedang datang bulan. Namun Sierra berhasil membuat pria ini kalah telak dalam perasaan serba salah.Dibalik sikap dinginnya itu, ia selalu berhasil menggelitik rasa simpatik Dikta. Tak jarang Dikta yang tak peka itu selalu salah menerka dengan yang diinginkan oleh Sierra.Hal yang paling tak Dikta sukai adalah saat memberi sinyal untuk peka. Ya, 1 sikap yang sangat menyebalkan bagi siapapun karena berhasil membuat ser
Dikta menyalang murka. Ia tak habis pikir akan apa yang dilakukan oleh Sierra tadi. Menarik paksa lengan Sierra beranjak, Dikta ingin mendengarkan apa maksud yang dilakukan olehnya.“Apa? Kau keberatan aku melakukan itu, hah? Tapi ia pantas mendapatkannya! Kau ini terlalu naif Dikta! Jangan mau dibodohi oleh cinta!”Memang apa yang dituturkan oleh Sierra benar. Namun bukan untuk saat ini. Mengingat kondisi sedang tidak kondusif, besar harapan Dikta agar Sierra mengerti. Tapi saat melihat nanarnya seperti itu, Dikta tak bisa berharap lebih padanya. Ia juga tidak bisa memaksa agar wanita ini bisa mengikuti keinginannya.“Ah, sudahlah urusi saja urusanmu. Aku malas bertikai dengan orang bodoh sepertimu. Sebab kau terlalu buta dan tuli untuk mendengarkan apa kata-kataku!”Berlalu dengan muka masamnya. Sepertinya apa yang dilakukan oleh Dikta ini akan membuatnya semakin dingin. Padahal Dikta sudah berhasil menyentuh sisi lembut Sierra. Agaknya Bella benar-benar sengaja melakukan hal itu, a
“Jangan pernah berharap aku bisa menaruh rasa kasihan padamu!”Dan peraturan baru pun berlaku sesaat setelah Sierra melontarkan kata-kata itu. Di mana ia melarang Dikta untuk makan sebelum ia pulang. Ia juga harus menjaga apartmentnya 24 jam nonstop. Termasuk tak boleh menengok Beno. Dongkol dan geram tapi Dikta hanya bisa menerimanya begitu saja. Ia hanya bisa mengangguk lesu saat Sierra menuturkan peraturan baru itu. Sierra hanya bisa tersenyum di depannya, namun hatinya semakin geram melihat Dikta yang mengalah. Pantas saja Bella selalu berhasil menarik ulur hati pria ini. Dia benar-benar terlalu baik dalam menghadapi segala sesuatu.Dan tanpa Sierra ketahui pun, sejujurnya Dikta ingin angkat kaki dari apartmentnya. Karena terikat janji dengan sang kakek, memaksa Dikta untuk tetap bertahan dengan keadaan yang tak memungkinkan ini.Dikta hanya bisa banyak menghela napas tanpa menuturkan sepatah kata apapun. Cukup diam dan tahu diri. Itu saja yang ia camkan di dalam batinnya.Pagi