Beranda / Pendekar / Pendekar Tanpa Wajah / 2 - Menjadi Sampah Total

Share

2 - Menjadi Sampah Total

Penulis: Gauche Diablo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-15 09:42:11

 ‘Wu— Wu Zaochen? Kenapa dia memanggilku dengan nama itu?’ Danang masih belum paham.

“Apa kau merasakan sakit? Sini, biar kulihat!” Pria itu mendekat dan menjauhkan tangan Wu Zaochen yang hendak menghalangi. “Lain kali, jangan seenaknya memegang wajahmu yang sedang kurawat ini. Aku tak bisa menanggung kalau sampai itu mengeluarkan nanah dan akan berlubang di sana dan sini. Kau mau punya wajah berlubang-lubang, heh?”

Mendengar pertanyaan semacam itu, mana mungkin Danang tidak takut? Dia lekas menggeleng cepat. Ternyata wajahnya dipenuhi balutan perban, membuatnya berpikiran dirinya pasti mirip mumi.

Dia teringat akan malam itu ketika wajah Wu Zaochen disayat-sayat oleh Di Yuxian. Wajah tampan itu menjadi rusak sepenuhnya!

“Saat kau tak sadarkan diri, aku rutin meminumkan obat padamu dan merawat lukamu. Lihat, bahkan otot-otot di tangan dan kakimu sudah lebih kuat dari sebelumnya, ‘kan? Aku sudah menyambung urat nadi meridianmu yang sempat terpotong sehingga otot-otot di sana sudah mulai pulih.” Lelaki besar itu berceloteh.

Ya, dia juga ingat ketika Di Yuxian dengan kejam memotong urat di tangan dan kaki dengan maksud agar Wu Zaochen tidak bisa lagi berkultivasi.

Danang termenung mendengarkannya. ‘Jadi, sekarang aku adalah Wu Zaochen? Astaga, semesta sedang melakukan prank padaku atau apa? Tidak! Aku tidak mau!' Dia butuh menenangkan perasaannya yang kacau-balau.

Namun, sebagai lelaki yang biasanya selalu penuh semangat dan dipenuhi pikiran positif, Danang sadar, tak ada gunanya memekik dan menghujat sekeras apa pun karena dia sudah diberi takdir seperti ini.

Maka, menarik napas dalam-dalam sambil berjuang memompakan pikiran positif ke dirinya, dia membatin, ‘Aku menjadi Wu Zaochen, ini sungguh mimpi buruk! Meski tak rela, tapi aku bisa apa?! Sial! Sial! Baiklah! Baiklah! Ini takdir busukku! Kaisar Langit sialan!’ Dia mencoba berkompromi dengan nasib barunya meski masih menggeram penuh amarah pada penguasa langit.

“Maka, jangan rewel, teruslah minum obat yang kubuat secara rutin, sepahit apa pun itu. Untung saja aku bisa menyelamatkanmu di sungai. Tsk! Entah sudah berapa jauh kau terseret arus sampai ke dusunku.” Pria besar itu berbicara menjelaskan kronologi penyelamatan dia.

Wu Zaochen baru ini hanya bisa diam tanpa tahu bagaimana caranya bertanya ke pria yang menolongnya.

“Apa? Kau bingung kenapa aku mengerti siapa kau?” Pria itu terkekeh.

Mata Wu Zaochen mengamati pria tersebut dan mulai membatin, ‘Tingginya sekitar 185 sentimeter dengan perawakan gagah. Penampilannya terkesan kasar dengan baju tanpa lengan yang menonjolkan lengan berototnya.

‘Dia benar-benar gambaran pendekar berangasan yang biasanya ada di cerita pendekar kultivasi. Wajahnya dipenuhi cambang tipis dengan rambut panjang dibiarkan tergerai tak beraturan. Sungguh pria besar yang kuat serta terkesan liar hanya dari penampilannya saja.’

Danang yang kini sudah menjadi Wu Zaochen, memberikan penilaian pada pria penolongnya.

“Kisah tragismu sudah terdengar hingga ke beberapa dusun dan kota kecil sekitar sini sehingga tak mungkin aku tak mengetahuinya. Ayahmu, yang merupakan pedagang sutra di kota kecil, tentu banyak yang mengenal. Hanya saja, karena kebetulan kau bermasalah dengan anak Bangsawan Muda baru, tentu tak ada yang berani memungutmu meski kau sekarat di jalan.” Pria besar itu bertutur.

Rupanya begitu. Wu Zaochen baru ini pun menyimpan informasi tersebut.

“Oh ya, aku Ouyang Hetian. Aku menyelamatkanmu di Dusun Empat Semanggi. Sedangkan ini Lembah Terbenam.” Pria itu memperkenalkan dirinya sekaligus memberitahu lokasi mereka berada.

Segera saja, ada banyak informasi datang di kepala Wu Zaochen. 'Dusun Empat Semanggi? Bukankah itu letaknya cukup jauh dari Kota Sungai Perak, asal Wu Zaochen?'

Bahkan, berdasarkan informasi gaib yang dia dapatkan di kepalanya … tempat yang disebutkan Ouyang Hetian, Lembah Terbenam, merupakan daerah pegunungan yang terpencil!

‘Aku dibawa ke pegunungan? Untuk apa? Apakah pria ini hendak melakukan sesuatu yang buruk padaku? Apakah dia antek Di Yuxian?’ Wu Zaochen menatap lurus ke pria penolongnya. Bahkan dia mempertanyakan ketulusan Ouyang Hetian.

Ketika mengingat Di Yuxian, mendadak saja dadanya berkobar akan rasa amarah. Pemuda jahat itu yang membuat pemilik tubuh asli ini merasakan nasib bagaikan di neraka!

‘Argh! Kilasan apa pula ini? Sakit sekali! Apakah ini rasanya mendapatkan kilasan informasi seperti di cerita-cerita kultivasi yang kubaca dan tonton selama ini?’ Dia mengerutkan kening sambil satu tangannya menyentuh kepala yang berdenyut.

Segera saja dia mendapatkan gambaran sesudah dia dijadikan sampah oleh Di Yuxian.

Ketika dia sadar dari pingsannya kala itu, tak ada satu pun penduduk kotanya berani menyentuh dia karena takut pada ancaman Di Yuxian. Dia terkapar 3 hari di depan puing rumahnya yang terbakar, tanpa makan dan minum, bahkan dia harus menahan bau busuk mayat-mayat di dekatnya.

‘Hanya air hujan yang memberi tubuh ini lanjutan kehidupan sekaratnya.’ Wu Zaochen mendapatkan ingatan itu.

‘Wu Zaochen yang malang!’

Yang menyakitkan baginya, setiap hari, Di Yuxian atau pun anak buahnya akan mendatangi tubuh tak berdayanya dan mengencinginya sambil tertawa riang dengan wajah penuh hinaan.

‘Penghinaan itu! Aku tidak akan melupakannya!’ Wu Zaochen mengepalkan tangannya sambil api dendam membara menjilati seluruh hatinya.

Namun, Wu Zaochen kembali termenung dan menundukkan kepala. Bagaimanapun juga, dia sudah cacat sepenuhnya dalam tubuh ini. Semarah apa pun, dia telah dijadikan sampah total, tak bisa bicara apalagi menikah dan merasakan indahnya surga dunia.

‘Padahal aku tadinya hanya sekedar omong kosong saja berkata bahwa aku iri dengan para kultivator dan ingin merasakan hidup seperti mereka. Tapi tak kusangka, Tuhan benar-benar mengabulkan omong kosong itu.’ Dia sedang menyesali dirinya. ‘Hanya saja … kenapa malah masuk ke tubuh pecundang total begini?! Tuhan, tolong kembalikan aku ke zamanku. Aku menyesal memiliki impian muluk-muluk. Aku bodoh! Sungguh bodoh!’

Meski merutuki dirinya sekeras apa pun, tetap saja dia harus pasrah menerima takdir barunya menjadi seorang cacat total seperti Wu Zaochen.

‘Bagaimana aku bisa kembali ke duniaku? Aku … aku ingin pulang. Aku tak mau di sini jika hanya menjadi orang cacat, hanya menjadi sampah total begini.’ Dia terus menundukkan kepala dengan sedih.

Entah cara apa yang harus dilakukan untuk dirinya bisa kembali ke era modern tempatnya berasal. Mungkin lain kali dia tidak boleh sembarangan memiliki keinginan, seaneh apa pun, agar semesta tidak mengabulkannya.

“Ingat, Wu Zaochen, kalau kau ingin bisa kembali sehat seperti semula, kau harus rajin meminum obat yang aku buat. Kau juga bisa berlatih agar tubuhmu kembali kuat dan tidak lagi lemah. Aku yakin, kau sebentar lagi pasti bisa memukul kayu atau meremukkan batu.”

Mendengar ucapan Ouyang Hetian, Wu Zaochen malah menundukkan kepalanya, sama sekali tidak memiliki semangat ketika mengingat kondisinya.

‘Untuk apa bisa memukul kayu dan meremukkan batu apabila tak bisa bicara dan tak punya 'masa depan' menggapai surga dunia? Bagaimanapun, itu termasuk salah satu harga diri terbesar yang harus dimiliki setiap lelaki!’ geramnya di hati.

Kembali teringat olehnya detik-detik dia dijadikan sampah oleh Di Yuxian. Wajahnya dirusak, lidahnya dipotong, urat tangan dan kakinya diputus, dan yang lebih menyakitkan adalah ketika dia dikebiri paksa.

Dendam pemilik tubuh asli ini sungguh tak bisa didamaikan lagi meski Kaisar Langit yang meminta!

“Kenapa? Apa kau sedih dan takut tak bisa lagi memiliki lidah untuk bicara dan belalai girang untuk bersenang-senang dengan wanita nantinya?” Ouyang Hetian dengan gamblangnya mengatakan itu.

Wu Zaochen malu bukan main. Bisa-bisanya Ouyang Hetian seenaknya bicara hal demikian padanya? Dia sekaligus merasa kalut karena harus menjalani hidup sebagai sampah di era seperti ini. Sungguh bukan seperti yang dia harapkan!

“Tenang saja, Wu Zaochen! Lidah dan belalai girangmu pasti akan tumbuh seiring kultivasimu naik dan bertambah tinggi. Percayalah!” Ouyang Hetian mengucapkan sesuatu yang membuat mata Wu Zaochen terbelalak.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
dearista Dearista Rista
edisi khusus untuk lebih jelasnya.???
goodnovel comment avatar
Asep Sanjaya
seru juga ceritanya
goodnovel comment avatar
Robi Prawito1803
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pendekar Tanpa Wajah   3 - Ada Harapan dalam Nama Baru

    ‘Bi—Bisa tumbuh kembali? Lidah dan … pusaka masa depanku?’ Mata Wu Zaochen masih membelalak ketika merenungkan itu di hatinya. ‘Dan kuncinya adalah … aku harus menaikkan tingkat kultivasi?’Apa yang disampaikan Ouyang Hetian tiba-tiba saja menggugah semangat Wu Zaochen.‘Aku sudah dipaksa menerima nasib sebagai Wu Zaochen. Percuma juga andaikan aku ingin mengakhiri hidup karena tak tahu apa yang akan kujalani di kehidupan mendatang. Aku tak mau mempertaruhkan sesuatu yang belum pasti. Bagaimana kalau ternyata diberi takdir berikutnya menjadi babi? Ugh, tak mau!’ Wu Zaochen memikirkannya dengan cermat.Oleh karena itu, dia memperbarui tekadnya, tak perlu lagi menyesali yang dia terima saat ini.‘Yang harus kulakukan sekarang hanyalah menjalani semaksimal mungkin hidupku dan kalau perlu … balaskan dendam orang tua pemilik tubuh ini dan juga … Di Yuxian! Kau harus merasakan apa yang aku rasakan!’ tekadnya membara di dada.Melihat perubahan tatapan mata yang sekarang lebih bersinar dan ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   4 - Berjuang Mencari Kekuatan

    Dalam beberapa minggu ini, Yao Chen terus berjuang memulihkan dirinya.“Huek! Ugh!” Meski ingin muntah karena aroma obat dan rasanya yang sangat tidak enak, tapi dia tetap menenggak sampai habis.Api bara balas dendam sering membantunya melewati hari-hari perjuangan dia.Bahkan ketika dia harus belajar berjalan, dia sudah ingin lekas berlari. Alhasil, dia justru jatuh terjerembab.“Yao Chen, tak perlu terburu-buru begitu jalanmu. Apa kau ingin langsung berlari? Itu harus bertahap. Urat-uratmu baru saja pulih dan masih butuh waktu agar ototmu terbiasa.” Ouyang Hetian sabar menasehati Yao Chen yang gegabah.Setelah masa pemulihan yang menyakitkan dalam 2 bulan, Yao Chen kini bisa melihat sendiri wajahnya tanpa perban. Tangannya gemetar ketika menyentuh permukaan wajahnya.Bibirnya gemetar dengan mata basah hendak menangis ketika Ouyang Hetian menyodorkan cermin kuningan padanya. ‘Rusak! Wajahku begini rusak! Wajah tampan ini sudah kacau dan mengerikan seperti monster!’ Hatinya meraung t

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   5 - Jalan Menemukan Musuh

    Esok paginya, Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke hutan. “Berlatihlah di sini, Yao Chen.”Gubuk yang mereka tinggali berada di tepian hutan sebuah lembah asri tersembunyi di pegunungan yang jarang dikunjungi orang. Kini, Yao Chen akan menjajal kedalaman hutan.“Awas!” Ouyang Hetian segera menarik Yao Chen sembari tangannya menebas ke udara hampa ketika mereka baru menjejakkan kaki di kedalaman hutan.Yao Chen terkejut bukan kepalang ketika mengira gurunya sedang menebas ke udara kosong, ternyata setelahnya ada seekor ular sebesar lengannya tergeletak di tanah dan mati.“Di sini ada banyak hewan buas dan juga beberapa hewan roh. Kuharap kau bisa melawan mereka.” Ternyata alasan Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke kedalaman hutan adalah untuk melatih pemuda itu.Dengan cepat Yao Chen memahami keinginan gurunya. Segera dikeluarkannya pedang di tangan kanan dan kapak kecil di tangan kiri. Kedua senjata itu buatan Ouyang Hetian.Mendadak, Ouyang Hetian melambung ke belakang dan berdiri di sala

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   6 - Mendapat Halangan

    Mendengar tawaran Ouyang Hetian, sontak saja mata Yao Chen berbinar. “Unh!” Dia mengangguk tegas. Terbayang olehnya sang mantan tunangan dan pemuda yang membuat nasibnya setragis ini. ‘Lihat saja kalian berdua, akan aku buat kalian mendambakan kematian ketika ada dalam genggamanku!’ Demikian ikrar Yao Chen sambil tangan terkepal kuat. Namun, sebagai orang Bumi, Yao Chen tak mengerti apa pun mengenai Sekte Bilah Langit. “Guru, Sekte Bilah Langit, apa itu?” tanyanya. Meski dia penggemar cerita dan drama kultivasi saat hidup di Bumi, tetap saja dia harus mengetahui seluk-beluk tempat yang harus dia masuki nantinya. Apakah akan seluarbiasa yang sering dia baca? “Sekte Bilah Langit merupakan sekte bela diri terbesar di wilayah Timur ini. Lokasinya sekitar 500 kilometer dari Kota Sungai Perak asalmu. Itu ada di Pegunungan Timur Merah. Kau harus tahu, luas sekte yang ada di pegunungan itu adalah 1,9 juta kilometer persegi! Benar-benar patut dikatakan sekte terbesar wilayah Timur. Daya

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   7 - Lawan Kuat

    ‘Aku pasti menang!’ Yao Chen menyeru di batinnya sembari mengobarkan semangatnya lebih banyak. ‘Aku ini prajurit! Aku seorang polisi! Tak boleh gentar! Bergeloralah, Jiwa Korsaku!’ pekik hatinya.“Graaakkhhh!” Yao Chen menyeru keras mengobarkan semangatnya.Pedang di tangan Yao Chen terus bergerak lincah tak kendur meski dikeroyok 3 golok yang mengayun brutal padanya. Bunyi dentang memekakkan telinga saat logam beradu memenuhi hutan dalam radius puluhan meter.Yao Chen meliukkan tubuhnya untuk menghindari serangan dan tusukan lawan. Karena lawan semakin gigih ingin membunuhnya, dia mengeluarkan kapak panjang di tangan kirinya yang langsung diayunkan ke salah satu bandit.“Arrghh!” Seruan sakit keluar dari bandit yang lengannya ditebas kapak Yao Chen.Tanpa memedulikan lengan yang tergeletak menyedihkan di tanah, Yao Chen terus menggerakkan pedang dan kapaknya secara ritmis menuangkan keharmonisan dua senjata berbeda jenis.“Arghh!” Bandit lain berseru saat dadanya kena tebas pedang Ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   8 - Menghadapi Bos Bandit

    “Bocah, kutanya sekali lagi, apakah kau yang membunuh ketiga anak buahku?” Bos bandit bertanya sekali lagi sambil auranya terus menguar penuh dominasi saat dia melayang di udara. Tak bisa berkelit, Yao Chen menjawab, “Ya, memang aku yang membunuh mereka. Itu salah mereka karena terlalu tamak ingin menguasai barang-barangku!” Sebagai polisi di Bumi dulunya, dia tak boleh gentar di hadapan penjahat meski tak yakin apakah dirinya bisa memenangkan pertarungan ini. “Grrhhh! Beraninya kau menyalahkan mereka!” Bos bandit menggeram marah sambil menggertakkan gerahamnya. “Akan aku cincang kau!” Bos bandit mengira dia akan dengan mudah membunuh Yao Chen hanya karena lawannya terlihat masih sangat muda dan juga kultivasinya ada jauh beberapa level minor di bawahnya. Meski begitu, bos bandit masih tak paham, bagaimana bisa ketiga anak buahnya yang pastinya memiliki kultivasi tidak memalukan bisa kalah dari bocah seperti Yao Chen? Dia bertanya-tanya, metode licik apa yang digunakan Yao Chen.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   9 - Bertemu Musuh

    Yao Chen melanjutkan perjalanannya dengan kuda yang dia pacu secepat mungkin. Hingga akhirnya dia tiba di gerbang utama Sekte Bilah Langit yang tinggi menjulang begitu megah. Gerbang itu masih tertutup dan ada begitu banyak anak muda berkumpul di depannya.Dalam hatinya, Yao Chen membatin, ‘Sepertinya ada jutaan orang berkumpul di sini untuk ujian perekrutan. Pantas saja dikatakan sekte paling ternama di wilayah timur. Memang pantas menyandang predikat itu. Meski ada di kaki gunung, tapi rasanya seperti sebuah kawasan elit tersendiri.’Di sekelilingnya ada banyak sekali manusia dengan kisaran umur 15 hingga 25 tahun yang berkerumun di depan gerbang sekte, menunggu waktu perekrutan tiba.‘Apakah si bedebah itu ada di sini?’ Yao Chen teringat akan musuh abadinya, Di Yuxian.Segera saja, matanya beredar ke sekitar. Radius 1 kilometer lebih dipenuhi manusia yang bersiap-siap mengikuti perekrutan.“Awas! Minggir!” Ada bentakan suara arogan tak jauh dari Yao Chen. “Beri jalan untuk tuan mud

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   10 - Hinaan Di Yuxian

    Langkah kaki Yao Chen sudah hendak maju bergerak ketika dia mendengar suara pengawal Di Yuxian tiba di telinganya. “Hei! Minggir! Kau buta dan tuli atau apa? Tidak lihat kami hendak lewat?” Sontak, Yao Chen termangu. Hingga dia akhirnya dipukul pada dadanya oleh pengawal Di Yuxian hingga jatuh terjengkang ke belakang. “Huh! Orang aneh yang memakai topeng!” hina pengawal itu. “Kau pikir kau hebat hanya karena memakai topeng? Hanya bocah di Tingkat 2 saja sudah ingin berlagak!” Yao Chen mengaktifkan energinya untuk meradar kekuatan pengawal tersebut. Hatinya mencelos ketika mengetahui para pengawal yang mengitari Di Yuxian ada di Tingkat 6 – Ranah Kebangkitan Elemen Inti. ‘Sialan! Mereka sangat kuat! Tentu saja lebih kuat dari bos bandit di Tingkat 3. Apalagi jumlah mereka ada banyak. Sial! Aku akan mati konyol kalau berani melawan Di Yuxian saat ini juga!’ batin Yao Chen meraung tak terima. Mau tak mau dia berdiri dari tanah sambil menahan amarahnya. Sebagai orang yang pandai berka

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15

Bab terbaru

  • Pendekar Tanpa Wajah   520 - Dikepung

    ‘Lian Lian, tunggu aku!’ seru Yao Chen di batinnya.Yao Chen melesat dengan mantap, membawa Sima Ye yang masih terluka ke luar arena. Amarahnya belum mereda, api Asura masih berkobar di tubuhnya, dan niatnya untuk menyelamatkan Sima Honglian tak tergoyahkan.Namun, sebelum mereka benar-benar bisa pergi, suara berat dan penuh tekanan menggema di udara."Berhenti di situ, bocah!" Salah satu tetua kuat dari keluarga Sheng berdiri tegap dengan aura yang menekan. "Kau pikir bisa begitu saja meninggalkan pertunangan ini tanpa konsekuensi?! Kau telah menginjak harga diri keluarga Sheng!"Setelah itu, ada banyak murid klan Sheng yang menghadang Yao Chen dan Sima Ye. Mereka mengepung keduanya.Tatapan Yao Chen tetap tajam. "Harga diri keluargamu bukan urusanku! Yang menjadi urusanku adalah istriku yang sedang dalam bahaya!""Istrimu?!" Nona Besar Sheng akhirnya angkat bicara, wajahnya yang cantik kini penuh amarah. "Jadi bagimu, aku ini apa?! Boneka yang bisa kau abaikan sesukamu?! Kau memilih

  • Pendekar Tanpa Wajah   519 - Pertikaian Gongsun dan Sheng

    “Minggir!” geram Yao Chen.Dia menatap tajam ke arah Tuan Besar Sheng yang berdiri menghadang jalannya.Mata pria tua itu berkilat penuh amarah, dan napasnya memburu seiring hawa tekanan yang mulai dia pancarkan.Namun, Yao Chen tidak gentar sedikit pun."Tuan Sheng, aku tidak punya waktu untuk membahas ini. Aku harus menyelamatkan istriku!" kata Yao Chen dengan nada dingin dan tegas."Istrimu?" Tuan Besar Sheng menggeram. "Jangan lupa, kau sudah berjanji akan menikahi putriku! Apa kau pikir aku akan membiarkanmu pergi begitu saja setelah mempermalukannya di hadapan semua orang?!"Nona Besar Sheng, seorang wanita cantik dengan pakaian sutra berwarna putih gading, melangkah maju dengan ekspresi tersinggung. "Gongsun Yichen, selama ini aku telah menunggumu dengan penuh harapan! Aku pikir kau adalah pria yang bertanggung jawab, tetapi sekarang kau ingin membuangku demi wanita itu?"Ada nada cemburu di suara Nona Besar Sheng. Dia sudah cukup kesal mengenai Yao Chen dan Putri Suci, dan kin

  • Pendekar Tanpa Wajah   518 - Kabar Mengejutkan dari Sima Ye

    “Apa yang kau katakan?!” Yao Chen tersentak, rasa panik dan amarah berkelebat di matanya. “Lian Lian ada di benua atas? Bagaimana mungkin?!”Sima Ye menatap Yao Chen dengan sorot penuh rasa bersalah. “Aku tidak bisa menjelaskannya secara rinci sekarang. Tapi aku mohon, kau harus segera menolongnya!”Mendengar nama Sima Honglian, seluruh perhatian di arena langsung terpusat pada percakapan mereka.Gongsun Huojun, yang sedari tadi berdiri di sisi arena, memasang ekspresi kaku. Dia melangkah mendekat, mencoba menenangkan Yao Chen yang jelas-jelas hampir kehilangan kendali.“Chen’er, kau tidak bisa gegabah. Wilayah siluman adalah tempat yang berbahaya, apalagi Kerajaan Phoenix. Butuh banyak persiapan sebelum ke sana,” kata Gongsun Huojun dengan nada bijak.Namun, Yao Chen menatapnya tajam, matanya menyala penuh kemarahan. “Apa maksudmu aku tidak bisa gegabah? Istriku dalam bahaya! Bagaimana dia bisa berada di sini, di benua atas, tanpa sepengetahuanku? Apa ini ada hubungannya denganmu?!”

  • Pendekar Tanpa Wajah   517 - Kekuatan Hukum Kematian Vs Kekuatan Hukum Kehidupan

    “Ke-kekuatan Hukum Kematian!” Semua orang terkejut, termasuk Gongsun Weiyan. Sedangkan Gongsun Huojun hanya tersenyum samar karena sudah mengetahui pencapaian lanjut dari Tubuh Asura Yao Chen.Dengan satu gerakan tangan, Yao Chen menciptakan naga api ungu besar yang langsung bertabrakan dengan naga es milik Zhenhai. Benturan antara dua elemen tersebut menciptakan ledakan dahsyat yang mengguncang arena.Penonton harus melindungi diri dengan penghalang energi masing-masing, sementara beberapa tetua Klan Sheng mendirikan formasi pertahanan untuk melindungi struktur arena.“Inikah kekuatan Tubuh Asura?” Sheng Zhenhai menggertakkan giginya, sedikit terkejut dengan kekuatan destruktif Yao Chen.Hukum Kehidupan dia merupakan lawan dari Hukum Kematian Yao Chen.Namun, dia tidak menyerah. Tubuh Kaisar Utaranya mulai memancarkan hukum kehidupan yang lebih kuat, membuat auranya semakin murni. Dia menyerang Yao Chen dengan teknik kombinasi es dan energi kehidupan, menciptakan dunia mini di mana s

  • Pendekar Tanpa Wajah   516 - Asura Vs Kaisar Utara

    "Silakan!" Yao Chen menanggapi.Maka mereka pun mulai bertarung. Sheng Zhenhai langsung menggunakan kekuatan besar saat menyerang Yao Chen.Namun, Yao Chen tak kalah kuat dan bisa menahan serangan itu. Penonton terkesima. Anak muda yang kultivasinya hanya di tingkat 8, mampu mengimbangi lawan di tingkat 15.“Gongsun Yichen,” kata Zhenhai sambil mengangkat tombak listriknya usai mundur sejenak setelah gagal menaklukkan Yao Chen. “Aku akui kau kuat. Tapi aku tidak akan menyerah!”Pertarungan selanjutnya berlangsung sengit. Serangan angin dan petir Zhenhai membuat arena dipenuhi dengan kilatan-kilatan cahaya yang menakutkan.Namun, Yao Chen tetap tenang. Dengan teknik kombinasinya, dia berhasil menyeimbangkan kekuatan lawannya.Pada akhirnya, Yao Chen mengeluarkan teknik puncaknya: Asura Flame Dance, sebuah serangan yang memadukan api murni dan energi Asura."Lihat! Dia sudah mulai menggunakan tubuh Asuranya!" Penonton saling berteriak tertahan.Gelombang api berbentuk naga melesat ke ar

  • Pendekar Tanpa Wajah   515 - Turnamen Mencari Istri

    "Ayah bisa tenang, karena ada aku yang akan selalu mengawasinya. Hal yang kau khawatirkan tidak akan terjadi." Gongsun Huojun memberikan janjinya pada ayahnya. Gongsun Weiyan menganggukkan kepala beberapa kali sambil mengelus jenggotnya. Dia akui, ketrampilan bela diri anaknya jauh di atas dia. Maka, rasanya dia memang tidak perlu mencemaskan apa pun. * * * Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Langit cerah, namun ketegangan menyelimuti arena utama di area Klan Sheng. Area luas itu penuh dengan penonton dari berbagai klan yang datang untuk menyaksikan pertandingan memperebutkan Nona Besar Sheng, putri tertua keluarga utama Klan Sheng yang terkenal karena kecantikannya, kecerdasannya, dan bakatnya dalam kultivasi. Di tengah kerumunan, Yao Chen berdiri dengan tenang, mengenakan jubah hitam sederhana namun elegan, dengan topeng emas menutupi wajah tampannya. Kehadirannya segera menarik perhatian banyak orang. Mereka bergumam di antara mereka sendiri, membahas rumor tentang Yao Che

  • Pendekar Tanpa Wajah   514 - Kemenangan Mutlak

    “Jangan harap bisa membunuh kakakku!” seru keras dari arah samping.Ada Gongsun Yiluo yang bersiap dengan kekuatan petirnya. Dia melompat ke arah Yao Chen sambil membawa serangan petir yang brutal.Mata Asura Yao Chen melirik ke Kakak Keempatnya.“Petir, yah?” Suara berat Yao Chen keluar sebelum akhirnya dia menyeringai.Bzzzzzt!Namun, Yao Chen mengangkat tangannya dan menangkap petir itu dengan telapak tangannya. Energi petir yang ganas itu berputar sejenak di tangannya sebelum diserap ke dalam tubuhnya.“Kau hendak bermain dengan petir di hadapanku?” Yao Chen mengejek, lalu melemparkan serangan balik berupa sambaran petir bercampur api.Craaaack!Serangan itu menghantam Gongsun Yiluo tanpa ampun, melemparkannya ke tanah dengan keras. Tubuhnya bergetar hebat karena energi petir yang menyengat setiap sarafnya.“Arghh!” Namun, itu belum usai ketika Yao Chen mengarahkan tangan kosongnya ke arah Gongsun Yiluo dan menarik pemuda itu menggunakan energinya ke cengkeraman tangannya.Yao Che

  • Pendekar Tanpa Wajah   513 - Asura Yao Chen yang Menindas

    "Astaga dia ternyata memiliki tubuh Asura yang legendaris!" Seseorang berteriak dari kerumunan penonton. Yang lainnya mengangguk dan menarik napas berat sambil merasa takjub pada Yao Chen dan jatuh iba pada Gongsun Yihang serta Gongsun Yiluo. "Aku tak punya waktu meladeni kalian!" gumam Yao Chen dengan suara yang beresonansi seperti bergema dari dimensi lain. Di tengah arena, Yao Chen berdiri gagah. Seluruh tubuhnya berwarna kemerahan dengan rambut merah menyala berkibar terkena angin energi miliknya yang berputar dengan dia sebagai pusatnya. Gongsun Yihang dan Gongsun Yiluo saling bertatapan. Ada kilat tatapan tak berdaya di mata mereka setelah mengetahui adik mereka memiliki tubuh legendaris Asura. Gongsun Weiyan masih terpekur di kursinya sambil terus menatap Yao Chen. "Tak mungkin! Tubuh Asura... ternyata cucuku ada yang memilikinya! Rupanya darah Asura memilih dia! Asura kami memilih dia sebagai pewaris!" Dia mulai menggila sambil wajahnya penuh suka cita. Namun, seg

  • Pendekar Tanpa Wajah   512 - Kesempatan Membunuh Tanpa Dihukum

    "Silakan!" sahut Yao Chen sambil membungkus tubuhnya dengan energi Qi. Meski dia kalah dari tingkat kultivasi, dia mengimbangi dengan kekuatan mutlak. Dhuaarr! Aura ketiga orang itu meledak saat bertemu dalam sebuah serangan. Tuan Muda Ketiga dan Tuan Muda Keempat sama-sama terlempar ke belakang. Sedangkan Yao Chen hanya terdorong mundur beberapa langkah kecil. "Chen'er," Suara berat Gongsun Huojun terdengar dari kursi kehormatan. "Kau yang memutuskan untuk melawan mereka berdua sekaligus. Buktikan bahwa pilihanku atas dirimu tidaklah keliru." Ada sorot bangga di mata Gongsun Huojun ketika putra kebanggaan berhasil mengirim terbang kedua kakaknya sementara dirinya hanya terdorong kecil. Sedangkan si kakek, Gongsun Weiyan menggertakkan gerahamnya menahan kesal. Banyak orang yang menonton hanya bisa melongo ketika menyaksikan bagaimana gabungan dua tuan muda berbakat seperti Gongsun Yihang dan Gongsun Yilou masih tak mampu menggoyahkan Yao Chen. Justru keduanya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status