‘Wu— Wu Zaochen? Kenapa dia memanggilku dengan nama itu?’ Danang masih belum paham.
“Apa kau merasakan sakit? Sini, biar kulihat!” Pria itu mendekat dan menjauhkan tangan Wu Zaochen yang hendak menghalangi. “Lain kali, jangan seenaknya memegang wajahmu yang sedang kurawat ini. Aku tak bisa menanggung kalau sampai itu mengeluarkan nanah dan akan berlubang di sana dan sini. Kau mau punya wajah berlubang-lubang, heh?”
Mendengar pertanyaan semacam itu, mana mungkin Danang tidak takut? Dia lekas menggeleng cepat. Ternyata wajahnya dipenuhi balutan perban, membuatnya berpikiran dirinya pasti mirip mumi.
Dia teringat akan malam itu ketika wajah Wu Zaochen disayat-sayat oleh Di Yuxian. Wajah tampan itu menjadi rusak sepenuhnya!
“Saat kau tak sadarkan diri, aku rutin meminumkan obat padamu dan merawat lukamu. Lihat, bahkan otot-otot di tangan dan kakimu sudah lebih kuat dari sebelumnya, ‘kan? Aku sudah menyambung urat nadi meridianmu yang sempat terpotong sehingga otot-otot di sana sudah mulai pulih.” Lelaki besar itu berceloteh.
Ya, dia juga ingat ketika Di Yuxian dengan kejam memotong urat di tangan dan kaki dengan maksud agar Wu Zaochen tidak bisa lagi berkultivasi.
Danang termenung mendengarkannya. ‘Jadi, sekarang aku adalah Wu Zaochen? Astaga, semesta sedang melakukan prank padaku atau apa? Tidak! Aku tidak mau!' Dia butuh menenangkan perasaannya yang kacau-balau.
Namun, sebagai lelaki yang biasanya selalu penuh semangat dan dipenuhi pikiran positif, Danang sadar, tak ada gunanya memekik dan menghujat sekeras apa pun karena dia sudah diberi takdir seperti ini.
Maka, menarik napas dalam-dalam sambil berjuang memompakan pikiran positif ke dirinya, dia membatin, ‘Aku menjadi Wu Zaochen, ini sungguh mimpi buruk! Meski tak rela, tapi aku bisa apa?! Sial! Sial! Baiklah! Baiklah! Ini takdir busukku! Kaisar Langit sialan!’ Dia mencoba berkompromi dengan nasib barunya meski masih menggeram penuh amarah pada penguasa langit.
“Maka, jangan rewel, teruslah minum obat yang kubuat secara rutin, sepahit apa pun itu. Untung saja aku bisa menyelamatkanmu di sungai. Tsk! Entah sudah berapa jauh kau terseret arus sampai ke dusunku.” Pria besar itu berbicara menjelaskan kronologi penyelamatan dia.
Wu Zaochen baru ini hanya bisa diam tanpa tahu bagaimana caranya bertanya ke pria yang menolongnya.
“Apa? Kau bingung kenapa aku mengerti siapa kau?” Pria itu terkekeh.
Mata Wu Zaochen mengamati pria tersebut dan mulai membatin, ‘Tingginya sekitar 185 sentimeter dengan perawakan gagah. Penampilannya terkesan kasar dengan baju tanpa lengan yang menonjolkan lengan berototnya.
‘Dia benar-benar gambaran pendekar berangasan yang biasanya ada di cerita pendekar kultivasi. Wajahnya dipenuhi cambang tipis dengan rambut panjang dibiarkan tergerai tak beraturan. Sungguh pria besar yang kuat serta terkesan liar hanya dari penampilannya saja.’
Danang yang kini sudah menjadi Wu Zaochen, memberikan penilaian pada pria penolongnya.
“Kisah tragismu sudah terdengar hingga ke beberapa dusun dan kota kecil sekitar sini sehingga tak mungkin aku tak mengetahuinya. Ayahmu, yang merupakan pedagang sutra di kota kecil, tentu banyak yang mengenal. Hanya saja, karena kebetulan kau bermasalah dengan anak Bangsawan Muda baru, tentu tak ada yang berani memungutmu meski kau sekarat di jalan.” Pria besar itu bertutur.
Rupanya begitu. Wu Zaochen baru ini pun menyimpan informasi tersebut.
“Oh ya, aku Ouyang Hetian. Aku menyelamatkanmu di Dusun Empat Semanggi. Sedangkan ini Lembah Terbenam.” Pria itu memperkenalkan dirinya sekaligus memberitahu lokasi mereka berada.
Segera saja, ada banyak informasi datang di kepala Wu Zaochen. 'Dusun Empat Semanggi? Bukankah itu letaknya cukup jauh dari Kota Sungai Perak, asal Wu Zaochen?'
Bahkan, berdasarkan informasi gaib yang dia dapatkan di kepalanya … tempat yang disebutkan Ouyang Hetian, Lembah Terbenam, merupakan daerah pegunungan yang terpencil!
‘Aku dibawa ke pegunungan? Untuk apa? Apakah pria ini hendak melakukan sesuatu yang buruk padaku? Apakah dia antek Di Yuxian?’ Wu Zaochen menatap lurus ke pria penolongnya. Bahkan dia mempertanyakan ketulusan Ouyang Hetian.
Ketika mengingat Di Yuxian, mendadak saja dadanya berkobar akan rasa amarah. Pemuda jahat itu yang membuat pemilik tubuh asli ini merasakan nasib bagaikan di neraka!
‘Argh! Kilasan apa pula ini? Sakit sekali! Apakah ini rasanya mendapatkan kilasan informasi seperti di cerita-cerita kultivasi yang kubaca dan tonton selama ini?’ Dia mengerutkan kening sambil satu tangannya menyentuh kepala yang berdenyut.
Segera saja dia mendapatkan gambaran sesudah dia dijadikan sampah oleh Di Yuxian.
Ketika dia sadar dari pingsannya kala itu, tak ada satu pun penduduk kotanya berani menyentuh dia karena takut pada ancaman Di Yuxian. Dia terkapar 3 hari di depan puing rumahnya yang terbakar, tanpa makan dan minum, bahkan dia harus menahan bau busuk mayat-mayat di dekatnya.
‘Hanya air hujan yang memberi tubuh ini lanjutan kehidupan sekaratnya.’ Wu Zaochen mendapatkan ingatan itu.
‘Wu Zaochen yang malang!’
Yang menyakitkan baginya, setiap hari, Di Yuxian atau pun anak buahnya akan mendatangi tubuh tak berdayanya dan mengencinginya sambil tertawa riang dengan wajah penuh hinaan.
‘Penghinaan itu! Aku tidak akan melupakannya!’ Wu Zaochen mengepalkan tangannya sambil api dendam membara menjilati seluruh hatinya.
Namun, Wu Zaochen kembali termenung dan menundukkan kepala. Bagaimanapun juga, dia sudah cacat sepenuhnya dalam tubuh ini. Semarah apa pun, dia telah dijadikan sampah total, tak bisa bicara apalagi menikah dan merasakan indahnya surga dunia.
‘Padahal aku tadinya hanya sekedar omong kosong saja berkata bahwa aku iri dengan para kultivator dan ingin merasakan hidup seperti mereka. Tapi tak kusangka, Tuhan benar-benar mengabulkan omong kosong itu.’ Dia sedang menyesali dirinya. ‘Hanya saja … kenapa malah masuk ke tubuh pecundang total begini?! Tuhan, tolong kembalikan aku ke zamanku. Aku menyesal memiliki impian muluk-muluk. Aku bodoh! Sungguh bodoh!’
Meski merutuki dirinya sekeras apa pun, tetap saja dia harus pasrah menerima takdir barunya menjadi seorang cacat total seperti Wu Zaochen.
‘Bagaimana aku bisa kembali ke duniaku? Aku … aku ingin pulang. Aku tak mau di sini jika hanya menjadi orang cacat, hanya menjadi sampah total begini.’ Dia terus menundukkan kepala dengan sedih.
Entah cara apa yang harus dilakukan untuk dirinya bisa kembali ke era modern tempatnya berasal. Mungkin lain kali dia tidak boleh sembarangan memiliki keinginan, seaneh apa pun, agar semesta tidak mengabulkannya.
“Ingat, Wu Zaochen, kalau kau ingin bisa kembali sehat seperti semula, kau harus rajin meminum obat yang aku buat. Kau juga bisa berlatih agar tubuhmu kembali kuat dan tidak lagi lemah. Aku yakin, kau sebentar lagi pasti bisa memukul kayu atau meremukkan batu.”
Mendengar ucapan Ouyang Hetian, Wu Zaochen malah menundukkan kepalanya, sama sekali tidak memiliki semangat ketika mengingat kondisinya.
‘Untuk apa bisa memukul kayu dan meremukkan batu apabila tak bisa bicara dan tak punya 'masa depan' menggapai surga dunia? Bagaimanapun, itu termasuk salah satu harga diri terbesar yang harus dimiliki setiap lelaki!’ geramnya di hati.
Kembali teringat olehnya detik-detik dia dijadikan sampah oleh Di Yuxian. Wajahnya dirusak, lidahnya dipotong, urat tangan dan kakinya diputus, dan yang lebih menyakitkan adalah ketika dia dikebiri paksa.
Dendam pemilik tubuh asli ini sungguh tak bisa didamaikan lagi meski Kaisar Langit yang meminta!
“Kenapa? Apa kau sedih dan takut tak bisa lagi memiliki lidah untuk bicara dan belalai girang untuk bersenang-senang dengan wanita nantinya?” Ouyang Hetian dengan gamblangnya mengatakan itu.
Wu Zaochen malu bukan main. Bisa-bisanya Ouyang Hetian seenaknya bicara hal demikian padanya? Dia sekaligus merasa kalut karena harus menjalani hidup sebagai sampah di era seperti ini. Sungguh bukan seperti yang dia harapkan!
“Tenang saja, Wu Zaochen! Lidah dan belalai girangmu pasti akan tumbuh seiring kultivasimu naik dan bertambah tinggi. Percayalah!” Ouyang Hetian mengucapkan sesuatu yang membuat mata Wu Zaochen terbelalak.
‘Bi—Bisa tumbuh kembali? Lidah dan … pusaka masa depanku?’ Mata Wu Zaochen masih membelalak ketika merenungkan itu di hatinya. ‘Dan kuncinya adalah … aku harus menaikkan tingkat kultivasi?’Apa yang disampaikan Ouyang Hetian tiba-tiba saja menggugah semangat Wu Zaochen.‘Aku sudah dipaksa menerima nasib sebagai Wu Zaochen. Percuma juga andaikan aku ingin mengakhiri hidup karena tak tahu apa yang akan kujalani di kehidupan mendatang. Aku tak mau mempertaruhkan sesuatu yang belum pasti. Bagaimana kalau ternyata diberi takdir berikutnya menjadi babi? Ugh, tak mau!’ Wu Zaochen memikirkannya dengan cermat.Oleh karena itu, dia memperbarui tekadnya, tak perlu lagi menyesali yang dia terima saat ini.‘Yang harus kulakukan sekarang hanyalah menjalani semaksimal mungkin hidupku dan kalau perlu … balaskan dendam orang tua pemilik tubuh ini dan juga … Di Yuxian! Kau harus merasakan apa yang aku rasakan!’ tekadnya membara di dada.Melihat perubahan tatapan mata yang sekarang lebih bersinar dan ta
Dalam beberapa minggu ini, Yao Chen terus berjuang memulihkan dirinya.“Huek! Ugh!” Meski ingin muntah karena aroma obat dan rasanya yang sangat tidak enak, tapi dia tetap menenggak sampai habis.Api bara balas dendam sering membantunya melewati hari-hari perjuangan dia.Bahkan ketika dia harus belajar berjalan, dia sudah ingin lekas berlari. Alhasil, dia justru jatuh terjerembab.“Yao Chen, tak perlu terburu-buru begitu jalanmu. Apa kau ingin langsung berlari? Itu harus bertahap. Urat-uratmu baru saja pulih dan masih butuh waktu agar ototmu terbiasa.” Ouyang Hetian sabar menasehati Yao Chen yang gegabah.Setelah masa pemulihan yang menyakitkan dalam 2 bulan, Yao Chen kini bisa melihat sendiri wajahnya tanpa perban. Tangannya gemetar ketika menyentuh permukaan wajahnya.Bibirnya gemetar dengan mata basah hendak menangis ketika Ouyang Hetian menyodorkan cermin kuningan padanya. ‘Rusak! Wajahku begini rusak! Wajah tampan ini sudah kacau dan mengerikan seperti monster!’ Hatinya meraung t
Esok paginya, Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke hutan. “Berlatihlah di sini, Yao Chen.”Gubuk yang mereka tinggali berada di tepian hutan sebuah lembah asri tersembunyi di pegunungan yang jarang dikunjungi orang. Kini, Yao Chen akan menjajal kedalaman hutan.“Awas!” Ouyang Hetian segera menarik Yao Chen sembari tangannya menebas ke udara hampa ketika mereka baru menjejakkan kaki di kedalaman hutan.Yao Chen terkejut bukan kepalang ketika mengira gurunya sedang menebas ke udara kosong, ternyata setelahnya ada seekor ular sebesar lengannya tergeletak di tanah dan mati.“Di sini ada banyak hewan buas dan juga beberapa hewan roh. Kuharap kau bisa melawan mereka.” Ternyata alasan Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke kedalaman hutan adalah untuk melatih pemuda itu.Dengan cepat Yao Chen memahami keinginan gurunya. Segera dikeluarkannya pedang di tangan kanan dan kapak kecil di tangan kiri. Kedua senjata itu buatan Ouyang Hetian.Mendadak, Ouyang Hetian melambung ke belakang dan berdiri di sala
Mendengar tawaran Ouyang Hetian, sontak saja mata Yao Chen berbinar. “Unh!” Dia mengangguk tegas. Terbayang olehnya sang mantan tunangan dan pemuda yang membuat nasibnya setragis ini. ‘Lihat saja kalian berdua, akan aku buat kalian mendambakan kematian ketika ada dalam genggamanku!’ Demikian ikrar Yao Chen sambil tangan terkepal kuat. Namun, sebagai orang Bumi, Yao Chen tak mengerti apa pun mengenai Sekte Bilah Langit. “Guru, Sekte Bilah Langit, apa itu?” tanyanya. Meski dia penggemar cerita dan drama kultivasi saat hidup di Bumi, tetap saja dia harus mengetahui seluk-beluk tempat yang harus dia masuki nantinya. Apakah akan seluarbiasa yang sering dia baca? “Sekte Bilah Langit merupakan sekte bela diri terbesar di wilayah Timur ini. Lokasinya sekitar 500 kilometer dari Kota Sungai Perak asalmu. Itu ada di Pegunungan Timur Merah. Kau harus tahu, luas sekte yang ada di pegunungan itu adalah 1,9 juta kilometer persegi! Benar-benar patut dikatakan sekte terbesar wilayah Timur. Daya
‘Aku pasti menang!’ Yao Chen menyeru di batinnya sembari mengobarkan semangatnya lebih banyak. ‘Aku ini prajurit! Aku seorang polisi! Tak boleh gentar! Bergeloralah, Jiwa Korsaku!’ pekik hatinya.“Graaakkhhh!” Yao Chen menyeru keras mengobarkan semangatnya.Pedang di tangan Yao Chen terus bergerak lincah tak kendur meski dikeroyok 3 golok yang mengayun brutal padanya. Bunyi dentang memekakkan telinga saat logam beradu memenuhi hutan dalam radius puluhan meter.Yao Chen meliukkan tubuhnya untuk menghindari serangan dan tusukan lawan. Karena lawan semakin gigih ingin membunuhnya, dia mengeluarkan kapak panjang di tangan kirinya yang langsung diayunkan ke salah satu bandit.“Arrghh!” Seruan sakit keluar dari bandit yang lengannya ditebas kapak Yao Chen.Tanpa memedulikan lengan yang tergeletak menyedihkan di tanah, Yao Chen terus menggerakkan pedang dan kapaknya secara ritmis menuangkan keharmonisan dua senjata berbeda jenis.“Arghh!” Bandit lain berseru saat dadanya kena tebas pedang Ya
“Bocah, kutanya sekali lagi, apakah kau yang membunuh ketiga anak buahku?” Bos bandit bertanya sekali lagi sambil auranya terus menguar penuh dominasi saat dia melayang di udara. Tak bisa berkelit, Yao Chen menjawab, “Ya, memang aku yang membunuh mereka. Itu salah mereka karena terlalu tamak ingin menguasai barang-barangku!” Sebagai polisi di Bumi dulunya, dia tak boleh gentar di hadapan penjahat meski tak yakin apakah dirinya bisa memenangkan pertarungan ini. “Grrhhh! Beraninya kau menyalahkan mereka!” Bos bandit menggeram marah sambil menggertakkan gerahamnya. “Akan aku cincang kau!” Bos bandit mengira dia akan dengan mudah membunuh Yao Chen hanya karena lawannya terlihat masih sangat muda dan juga kultivasinya ada jauh beberapa level minor di bawahnya. Meski begitu, bos bandit masih tak paham, bagaimana bisa ketiga anak buahnya yang pastinya memiliki kultivasi tidak memalukan bisa kalah dari bocah seperti Yao Chen? Dia bertanya-tanya, metode licik apa yang digunakan Yao Chen.
Yao Chen melanjutkan perjalanannya dengan kuda yang dia pacu secepat mungkin. Hingga akhirnya dia tiba di gerbang utama Sekte Bilah Langit yang tinggi menjulang begitu megah. Gerbang itu masih tertutup dan ada begitu banyak anak muda berkumpul di depannya.Dalam hatinya, Yao Chen membatin, ‘Sepertinya ada jutaan orang berkumpul di sini untuk ujian perekrutan. Pantas saja dikatakan sekte paling ternama di wilayah timur. Memang pantas menyandang predikat itu. Meski ada di kaki gunung, tapi rasanya seperti sebuah kawasan elit tersendiri.’Di sekelilingnya ada banyak sekali manusia dengan kisaran umur 15 hingga 25 tahun yang berkerumun di depan gerbang sekte, menunggu waktu perekrutan tiba.‘Apakah si bedebah itu ada di sini?’ Yao Chen teringat akan musuh abadinya, Di Yuxian.Segera saja, matanya beredar ke sekitar. Radius 1 kilometer lebih dipenuhi manusia yang bersiap-siap mengikuti perekrutan.“Awas! Minggir!” Ada bentakan suara arogan tak jauh dari Yao Chen. “Beri jalan untuk tuan mud
Langkah kaki Yao Chen sudah hendak maju bergerak ketika dia mendengar suara pengawal Di Yuxian tiba di telinganya. “Hei! Minggir! Kau buta dan tuli atau apa? Tidak lihat kami hendak lewat?” Sontak, Yao Chen termangu. Hingga dia akhirnya dipukul pada dadanya oleh pengawal Di Yuxian hingga jatuh terjengkang ke belakang. “Huh! Orang aneh yang memakai topeng!” hina pengawal itu. “Kau pikir kau hebat hanya karena memakai topeng? Hanya bocah di Tingkat 2 saja sudah ingin berlagak!” Yao Chen mengaktifkan energinya untuk meradar kekuatan pengawal tersebut. Hatinya mencelos ketika mengetahui para pengawal yang mengitari Di Yuxian ada di Tingkat 6 – Ranah Kebangkitan Elemen Inti. ‘Sialan! Mereka sangat kuat! Tentu saja lebih kuat dari bos bandit di Tingkat 3. Apalagi jumlah mereka ada banyak. Sial! Aku akan mati konyol kalau berani melawan Di Yuxian saat ini juga!’ batin Yao Chen meraung tak terima. Mau tak mau dia berdiri dari tanah sambil menahan amarahnya. Sebagai orang yang pandai berka