‘Aku pasti menang!’ Yao Chen menyeru di batinnya sembari mengobarkan semangatnya lebih banyak. ‘Aku ini prajurit! Aku seorang polisi! Tak boleh gentar! Bergeloralah, Jiwa Korsaku!’ pekik hatinya.
“Graaakkhhh!” Yao Chen menyeru keras mengobarkan semangatnya.
Pedang di tangan Yao Chen terus bergerak lincah tak kendur meski dikeroyok 3 golok yang mengayun brutal padanya. Bunyi dentang memekakkan telinga saat logam beradu memenuhi hutan dalam radius puluhan meter.
Yao Chen meliukkan tubuhnya untuk menghindari serangan dan tusukan lawan. Karena lawan semakin gigih ingin membunuhnya, dia mengeluarkan kapak panjang di tangan kirinya yang langsung diayunkan ke salah satu bandit.
“Arrghh!” Seruan sakit keluar dari bandit yang lengannya ditebas kapak Yao Chen.
Tanpa memedulikan lengan yang tergeletak menyedihkan di tanah, Yao Chen terus menggerakkan pedang dan kapaknya secara ritmis menuangkan keharmonisan dua senjata berbeda jenis.
“Arghh!” Bandit lain berseru saat dadanya kena tebas pedang Yao Chen dan mengakibatkan luka panjang menganga sehingga darah pun tumpah di tanah. “Sialan!”
Namun, Yao Chen sudah memiliki banyak pengalaman melawan hewan roh, maka dia tidak ingin kehilangan momentum dan pedangnya gesit meliuk bagaikan petir di leher bandit yang menjerit baru saja.
“Kkrrkkhh ….” Bandit itu memegangi lehernya yang sudah tertebas pedang Yao Chen.
Dua kawan lainnya menatap horor ke Yao Chen usai melihat kematian rekan mereka.
“Kau … kau ini hanya bocah tingkat 2 saja, tapi kenapa kau … kau sekuat itu?!” teriak tak rela bandit yang satu lengannya terpotong Yao Chen.
“Tanyakan saja ke Raja Neraka!” geram Yao Chen sambil bergegas menarikan pedang dan kapak panjangnya lebih cepat ke sisa lawan.
Gerakan kaki Yao Chen semakin gesit beserta tubuhnya bergerak harmonis bersama tebasan kedua senjatanya. Ajaran-ajaran dari Ouyang Hetian muncul di otaknya dan segera dia aplikasikan dalam serangan dan pertahanannya.
“Urgh!” Salah satu bandit tertusuk pedang Yao Chen setelah goloknya ditepis kapak panjang pemuda itu. “Argh!” Teriakan berikutnya keluar disebabkan lehernya tertebas dari pedang yang bergegas dicabut empunya dari perut dia.
Dalam sekejap, sudah ada 2 bandit tergeletak bersimbah darah di tanah karena Yao Chen.
‘Aku bisa! Ternyata aku bisa!’ Yao Chen menatap 2 mayat tak jauh darinya dengan perasaan haru-biru. Dia yang biasanya hanya tenang berjaga di jalan atau di pos sebagai polisi lalu-lintas, kini merasakan yang namanya medan pertempuran sesungguhnya meski di dunia berbeda.
Mata Yao Chen memandang lurus ke lawan satu-satunya. Tinggal satu itu lagi dan dia bisa meneruskan perjalanannya. Dia melirik ke kuda roh yang sedang tenang merumput di kejauhan, hewan roh yang menyebabkan dia mengalami pengadangan ini.
“Hyaaakhh!” Bandit itu menerjang ke Yao Chen dengan goloknya yang merupakan Senjata Tingkat Kuning, jenis senjata dengan level paling rendah di dunia kultivasi. “Jangan kau kira hanya karena senjatamu di Tingkat Hitam, kau bisa mengalahkan aku! Kultivasimu masih di bawahku, bocah!” teriaknya sembari meraung dan mengibaskan goloknya.
Yao Chen mencibir di balik topeng emas yang menutupi seluruh wajahnya. Kalau membunuh 2 bandit saja mampu dilakukan, apalagi hanya 1 orang?
Sebagai aparat penegak hukum di Bumi, mana bisa Yao Chen membiarkan bandit seperti mereka berkeliaran seenaknya menjarah setiap orang yang masuk ke hutan?
“Haarkh!” Yao Chen meraung sambil mengibaskan pedang dan kapak panjangnya secara bergantian, gerakannya semakin cepat dan tajam, menyebabkan si bandit kewalahan.
Trang! Tang! Trang!
Logam beradu menimbulkan bunyi berdentang yang riuh. Aura Yao Chen semakin melonjak sehingga energi berputar di sekeliling tubuhnya, mengakibatkan rambut dan bajunya berkibar-kibar seakan ada angin dari tanah yang dia pijak.
Crass!
Ujung pedang Yao Chen berhasil menebas paha si bandit.
‘Sialan! Kenapa bocah itu memiliki kekuatan di atasku? Tingkat kultivasinya di bawahku! Harusnya aku yang menekan dia, bukan sebaliknya!’ Si bandit meraung di hatinya dengan perasaan tak rela.
Bandit itu tak tahu bahwa Yao Chen dianggap genius oleh Ouyang Hetian karena bisa melawan musuh di tingkat yang lebih tinggi.
Yao Chen masih terus melonjakkan auranya sambil kedua tangannya terus bergerak bagaikan baling-baling, berputar cepat mendesak ke lawannya sehingga si bandit makin kewalahan.
‘Brengsek! Bagaimana bisa? Kenapa dia bisa sekuat itu? Dia hanya bocah di Tingkat 2 saja! Kenapa dia bisa mendesakku?!’ Si bandit menyesal memilih target seperti Yao Chen.
Dia kira Yao Chen anak orang kaya yang berilmu rendah saja ketika dia dan 2 rekannya melihat Yao Chen membeli kuda level 2 yang berharga cukup mahal di salah satu guild pemburu yang biasanya memperjualbelikan hewan roh.
Di saat goloknya bertemu secara keras dengan pedang di tangan kanan Yao Chen, si bandit merasa tulang pada lengannya bisa hancur sewaktu-waktu. Lantas, tiba-tiba saja perutnya sudah ditebas kapak panjang sehingga isinya mulai terburai keluar dikarenakan dia kehilangan fokus.
“Uhuk! Uhuk!” Si bandit memuntahkan darah bertubi-tubi sambil langkahnya terhuyung ke belakang seusai dia melompat menjauh dari Yao Chen.
Dia sama sekali tidak menyangka bila bocah yang dia remehkan bisa sehebat itu kekuatannya, sungguh di luar dugaan. Kemudian, dia terjatuh dengan kedua lututnya dan ambruk ke tanah, berkubang dalam darahnya sendiri.
“Fuuhh!” Yao Chen menghela napas lega. ‘Ternyata aku mampu melawan 3 orang dengan tingkat kultivasi di atasku.’ Dia sembari menatap tangannya yang terkepal setika kedua senjatanya sudah dia masukkan kembali ke cincin ruang.
Namun, baru saja dia hendak berjalan ke kuda rohnya, tiba-tiba datang seorang pria dengan membawa aura menggelegak di Ranah Penempaan Qi level akhir. Aura orang itu membuat rambut dan jubah hitamnya berkibar-kibar heboh di udara ketika terbang pelan menuju ke Yao Chen.
‘Sial! Dia 3 level minor di atasku! Pasti dia bos 3 bandit tadi!’ seru Yao Chen dalam hati setelah berpikir cepat.
“Kau yang membunuh anak buahku?” Pria berwajah bengis berpenampilan serampangan dengan rambut panjang sepunggung tanpa diikat sekilas mirip Ouyang Hetian jika mengabaikan perbedaan massa otot mereka.
Wuss!
Sekali kibasan tangan dari pria bos bandit itu sudah membuat deru angin bermuatan energi Qi tajam menerjang ke Yao Chen, mengakibatkan dia terdorong ke belakang sampai 5 meter lebih.
‘Sial! Dia kuat sekali!’ Yao Chen sampai harus menyilangkan kedua lengan di depan wajahnya demi melindungi kepalanya dari angin energi tajam tadi.
Akibatnya, lengan baju dan sebagian besar pakaiannya menjadi sobek-sobek. Ini menandakan kekuatan bos bandit tidak bisa dianggap remeh.
“Haakkhh!” Bos bandit itu mengirimkan energi menekan melalui telapak tangannya yang dijulurkan ke depan.
Qi yang menekan membuat Yao Chen terlempar beberapa meter dan memuntahkan seteguk darah seakan dia baru saja dihantam batu sebesar rumah.
‘Sialan! Kenapa harus bertemu dengan musuh sekuat itu?! Apakah aku akan mati sebelum mencapai Sekte Bilah Langit untuk membalaskan dendam Wu Zaochen?’ Benak Yao Chen bertanya-tanya.
“Bocah, kutanya sekali lagi, apakah kau yang membunuh ketiga anak buahku?” Bos bandit bertanya sekali lagi sambil auranya terus menguar penuh dominasi saat dia melayang di udara. Tak bisa berkelit, Yao Chen menjawab, “Ya, memang aku yang membunuh mereka. Itu salah mereka karena terlalu tamak ingin menguasai barang-barangku!” Sebagai polisi di Bumi dulunya, dia tak boleh gentar di hadapan penjahat meski tak yakin apakah dirinya bisa memenangkan pertarungan ini. “Grrhhh! Beraninya kau menyalahkan mereka!” Bos bandit menggeram marah sambil menggertakkan gerahamnya. “Akan aku cincang kau!” Bos bandit mengira dia akan dengan mudah membunuh Yao Chen hanya karena lawannya terlihat masih sangat muda dan juga kultivasinya ada jauh beberapa level minor di bawahnya. Meski begitu, bos bandit masih tak paham, bagaimana bisa ketiga anak buahnya yang pastinya memiliki kultivasi tidak memalukan bisa kalah dari bocah seperti Yao Chen? Dia bertanya-tanya, metode licik apa yang digunakan Yao Chen.
Yao Chen melanjutkan perjalanannya dengan kuda yang dia pacu secepat mungkin. Hingga akhirnya dia tiba di gerbang utama Sekte Bilah Langit yang tinggi menjulang begitu megah. Gerbang itu masih tertutup dan ada begitu banyak anak muda berkumpul di depannya.Dalam hatinya, Yao Chen membatin, ‘Sepertinya ada jutaan orang berkumpul di sini untuk ujian perekrutan. Pantas saja dikatakan sekte paling ternama di wilayah timur. Memang pantas menyandang predikat itu. Meski ada di kaki gunung, tapi rasanya seperti sebuah kawasan elit tersendiri.’Di sekelilingnya ada banyak sekali manusia dengan kisaran umur 15 hingga 25 tahun yang berkerumun di depan gerbang sekte, menunggu waktu perekrutan tiba.‘Apakah si bedebah itu ada di sini?’ Yao Chen teringat akan musuh abadinya, Di Yuxian.Segera saja, matanya beredar ke sekitar. Radius 1 kilometer lebih dipenuhi manusia yang bersiap-siap mengikuti perekrutan.“Awas! Minggir!” Ada bentakan suara arogan tak jauh dari Yao Chen. “Beri jalan untuk tuan mud
Langkah kaki Yao Chen sudah hendak maju bergerak ketika dia mendengar suara pengawal Di Yuxian tiba di telinganya. “Hei! Minggir! Kau buta dan tuli atau apa? Tidak lihat kami hendak lewat?” Sontak, Yao Chen termangu. Hingga dia akhirnya dipukul pada dadanya oleh pengawal Di Yuxian hingga jatuh terjengkang ke belakang. “Huh! Orang aneh yang memakai topeng!” hina pengawal itu. “Kau pikir kau hebat hanya karena memakai topeng? Hanya bocah di Tingkat 2 saja sudah ingin berlagak!” Yao Chen mengaktifkan energinya untuk meradar kekuatan pengawal tersebut. Hatinya mencelos ketika mengetahui para pengawal yang mengitari Di Yuxian ada di Tingkat 6 – Ranah Kebangkitan Elemen Inti. ‘Sialan! Mereka sangat kuat! Tentu saja lebih kuat dari bos bandit di Tingkat 3. Apalagi jumlah mereka ada banyak. Sial! Aku akan mati konyol kalau berani melawan Di Yuxian saat ini juga!’ batin Yao Chen meraung tak terima. Mau tak mau dia berdiri dari tanah sambil menahan amarahnya. Sebagai orang yang pandai berka
“Wah! Sudah dimulai!” Orang-orang yang berkerumun segera menoleh ke arah gerbang.Dengan gema seruan dari orang sekte yang menyatakan pembukaan perekrutan, pertarungan apa pun di sana segera terhenti secara otomatis.“Ayo, Kak!” Pemuda gemuk tadi mengajak kakaknya, si pemuda tinggi kurus. Lalu dia menoleh ke Yao Chen sambil tersenyum, “Saudara, mari kita masuk!”Yao Chen mengangguk saja dan mulai berjalan seperti yang lainnya.‘Sepertinya dua kakak beradik itu orang baik. Apakah mereka akan menjadi kawanku nantinya?’ tanya Yao Chen dalam hati. Ketika hidup di Bumi, dia termasuk orang yang supel dan tidak pilih-pilih teman.Di depan Yao Chen, gerbang yang tingginya menjulang hingga puluhan meter itu terlihat kokoh dan membawa wibawa sekte. Begitu bergerak membuka ke dalam, aura digdaya segera menguar dari sana, mengakibatkannya menatap kagum.‘Dulu aku hanya membayangkan saja seperti apa perguruan di era kultivasi. Sekarang aku berdiri tepat di depannya dan sedan memasukinya. Ini sungg
‘Apa bakatku? Apa bakat elemenku? Ayolah, cepat katakan!’ Yao Chen tak sabar menunggu kelanjutkan ucapan Wang Lihui. Tetua sekte yang melayang di udara itu menatap Yao Chen sembari keningnya berkerut. “Baru kali ini aku menemui pemuda yang tak memiliki bakat elemen apa pun sepertimu.” Ucapan Wang Lihui bagai sambaran petir bagi Yao Chen. Sedangkan orang-orang di sana mulai riuh berdiskusi. “Wuah! Ternyata dia tak punya bakat elemen apa pun! Ha ha ha!” “Bukankah semua anak di negeri ini pasti memiliki bakat elemen saat lahir? Tapi dia tak ada! Sepertinya dia memang tak berguna selain berlagak hebat dengan topengnya.” “Kupikir dengan dia memakai topeng, itu menyiratkan bakatnya elemen logam, tapi sepertinya bakat dia hanyalah berlagak saja.” Kemudian, banyak orang mulai menertawakan Yao Chen, kecuali kakak beradik yang sebelumnya dikenal Yao Chen. Mereka diam mematung dengan wajah tak yakin. Tawa paling keras muncul dari Di Yuxian. “Ha ha ha! Si tukang berlagak dengan topeng itu t
“Semengerikan itu pagoda yang akan digunakan nantinya?” Ada orang berseru di dekat Hu Meng. “Gendut, kau tidak sedang membual untuk menakuti saja, ‘kan?”Beberapa peserta ujian lainnya ikut menyimak percakapan mereka.“Huh! Untuk apa aku membual? Tak ada untungnya bagiku, kecuali nyalimu mendadak mengecil dan kau mundur langsung sekarang juga. Apa kau mau melakukan itu?” Hu Meng menatap lurus ke mata lawan bicaranya dengan keteguhan hati.Orang yang menjadi lawan bicara Hu Meng mendecih.“Tsk! Mana sudi aku mengalah dan memberikan tempatku ke gendut sepertimu!” Orang itu kemudian pergi dari hadapan Hu Meng setelah mendengus keras-keras.Sementara itu, lingkungan sekitar sudah dipenuhi dengan suasana malam hari, ada beberapa Mutiara Malam yang melayang di sekitar mereka, memberikan penerangan seperti lampu.Yao Chen memerhatikan Mutiara Malam yang besarnya mirip bola basket dan bisa memancarkan cahaya sangat terang. ‘Benda yang melayang seperti bola basket itu sepertinya semacam lampu
‘Tentu saja aku tak mau terbunuh di sini tanpa membalas dendam terlebih dahulu!’ pekik suara hati Yao Chen ketika dia bersiap dengan tinjunya.Dia sudah mencoba mengeluarkan pedangnya, tapi tak bisa. Sepertinya ada pembatasan dari formasi sehingga orang tak bisa mengeluarkan benda apa pun dari cincin ruang yang dimiliki.‘Mungkin sekte ingin mengukur kekuatan murni dari calon muridnya.’ Yao Chen hanya bisa berspekulasi demikian.Saat ini, boneka kayu yang mirip dengan boneka Wing Chun yang biasa digunakan untuk berlatih bela diri praktisi di Asia Timur, mulai menampakkan aura petarung mereka di Tingkat 3.‘Pantas saja penerimaan kultivasi yang dibutuhkan di sekte ini minimal di Tingkat 3. Tapi aku tak bisa disamakan dengan orang Tingkat 2 biasa!’ Yao Chen sambil meraung.Pasak-pasak kayu yang mirip lengan terjulur di boneka kayu itu mulai berputar. Awalnya perlahan, tapi mendadak sudah mulai cepat. Tak hanya itu, pinggang boneka juga mulai bergerak berputar sehingga pasak kayu ikut me
‘Aku harus bisa menyelesaikan mereka semua atau gagal di dunia ini!’ seru hati Yao Chen sambil menggigit gerahamnya. Ketika dinding terbuka, muncul dari sana rak senjata untuknya. ‘Oh, sekarang aku diberikan pedang besi, tapi pendek! Tidak sepanjang lawan-lawanku! Sialan! Ya sudah, tak apa! Ayo saja!’ Yao Chen menahan kesal sambil berlari dan menyambar salah satu pedang pendek di rak. Ketiga boneka kayu bergerak serempak ke arah Yao Chen. Salah satu dari mereka berputar seperti gasing sambil membawa pedang-pedang panjang di lengannya . Sungguh terlihat berbahaya. “Ayo!” teriak Yao Chen sambil bersiap dengan pedang pendek di kedua tangan. Boneka kayu lawan Yao Chen di lantai 3 pagoda ini berlengan 4 yang tersebar di batang utama. Ini tidak sebanyak boneka di lantai sebelumnya yang berlengan hingga 6 atau 7 dalam 1 boneka. Namun, tetap saja boneka di lantai 4 yang paling berbahaya. Karena selain basis kultivasinya tidak bisa diremehkan, juga ada pedang di keempat lengannya. Jangan