‘Tentu saja aku tak mau terbunuh di sini tanpa membalas dendam terlebih dahulu!’ pekik suara hati Yao Chen ketika dia bersiap dengan tinjunya.Dia sudah mencoba mengeluarkan pedangnya, tapi tak bisa. Sepertinya ada pembatasan dari formasi sehingga orang tak bisa mengeluarkan benda apa pun dari cincin ruang yang dimiliki.‘Mungkin sekte ingin mengukur kekuatan murni dari calon muridnya.’ Yao Chen hanya bisa berspekulasi demikian.Saat ini, boneka kayu yang mirip dengan boneka Wing Chun yang biasa digunakan untuk berlatih bela diri praktisi di Asia Timur, mulai menampakkan aura petarung mereka di Tingkat 3.‘Pantas saja penerimaan kultivasi yang dibutuhkan di sekte ini minimal di Tingkat 3. Tapi aku tak bisa disamakan dengan orang Tingkat 2 biasa!’ Yao Chen sambil meraung.Pasak-pasak kayu yang mirip lengan terjulur di boneka kayu itu mulai berputar. Awalnya perlahan, tapi mendadak sudah mulai cepat. Tak hanya itu, pinggang boneka juga mulai bergerak berputar sehingga pasak kayu ikut me
‘Aku harus bisa menyelesaikan mereka semua atau gagal di dunia ini!’ seru hati Yao Chen sambil menggigit gerahamnya. Ketika dinding terbuka, muncul dari sana rak senjata untuknya. ‘Oh, sekarang aku diberikan pedang besi, tapi pendek! Tidak sepanjang lawan-lawanku! Sialan! Ya sudah, tak apa! Ayo saja!’ Yao Chen menahan kesal sambil berlari dan menyambar salah satu pedang pendek di rak. Ketiga boneka kayu bergerak serempak ke arah Yao Chen. Salah satu dari mereka berputar seperti gasing sambil membawa pedang-pedang panjang di lengannya . Sungguh terlihat berbahaya. “Ayo!” teriak Yao Chen sambil bersiap dengan pedang pendek di kedua tangan. Boneka kayu lawan Yao Chen di lantai 3 pagoda ini berlengan 4 yang tersebar di batang utama. Ini tidak sebanyak boneka di lantai sebelumnya yang berlengan hingga 6 atau 7 dalam 1 boneka. Namun, tetap saja boneka di lantai 4 yang paling berbahaya. Karena selain basis kultivasinya tidak bisa diremehkan, juga ada pedang di keempat lengannya. Jangan
“Keluar.” Lafal cadel Yao Chen terpaksa dimunculkan demi menjawab pertanyaan Wang Lihui. Toh hanya orang itu saja yang mendengar, maka tak apa. Tak berapa lama, lantai di bawah kaki Yao Chen memunculkan lingkaran dengan rune kuno dan cahaya keluar dari sana. Tiba-tiba saja, Yao Chen sudah ada di padang luas sebelumnya. “Wah! Dia berhasil?! Si bocah topeng Tingkat 2 itu berhasil?” Seorang peserta berteriak ketika Yao Chen tiba di dekatnya. Yang lainnya segera menoleh ke Yao Chen. Yao Chen menatap balik ke orang-orang yang memandanginya sambil membatin, ‘Apa lihat-lihat?! Berharap aku mati di dalam, hah? Maafkan karena aku mengecewakan kalian!’ Menahan kesal, Yao Chen berbalik badan, tak mau menggubris orang-orang bermulut racun itu. “Saudara! Ternyata kau berhasil!” Hu Gao menghampiri Yao Chen dengan wajah bersahabat. Yao Chen mengangguk ke Hu Gao. “Adikku belum keluar. Entah dia belum menyelesaikan ujiannya atau dikirim keluar gerbang karena menyerah.” Hu Gao langsung bertutur
“Hanya akan memilih 200 ribu orang!” Banyak orang memekik tertahan ketika mendengar informasi dari Wang Lihui.“Ini … ini lebih sedikit dari tahun biasanya di sini, ‘kan?” Yang lain berkomentar.“Ya, biasanya mereka menerima sejuta murid, sekarang hanya 200 ribu saja? Mereka tidak sedang mengalami kebangkrutan, ‘kan?” Ada yang berasumsi liar.Segera saja Wang Lihui berdehem untuk menghentikan kasak-kusuk di bawahnya. Semua orang kembali hening. Yao Chen menatap Tetua Wang di langit.‘Meski hanya 200 ribu orang, tapi tetap saja banyak bagiku. Kalau di Bumi, Sekte Bilah Langit mungkin sama dengan sekolah favorit.’ Dia kembali mengingat tempat asalnya.“Ujian seleksi dimulai!” Wang Lihui berucap santai dengan suaranya menggema di sekitar.Tangan Wang Lihui terangkat keduanya, lalu muncullah cahaya dari tanah di pijakan kaki masing-masing peserta sebelum mereka satu demi satu menghilang dari tempatnya dan berpindah ke arena batu seluas lapangan sepak bola yang mengapung di langit berberbe
“Bunuh si topeng lemah itu!” teriak pemuda 9 memberikan semangat pada keenam pemuda lainnya. Maka, mereka semua melesat ke Yao Chen secara bersamaan. Namun, Yao Chen bukan hanya diam menunggu dipecundangi. Dia sudah melonjak terlebih dahulu di udara dan menebaskan pedangnya ke lawan terdekat sebelum kakinya kembali menjejak ke lantai batu. “Arghh!” Pemuda 4 berteriak dan terjatuh di lantai dengan darah menggenang setelah tengkuknya ditebas pedang Yao Chen. Dia tewas seketika. “Dia bisa memunculkan Angin Senjata!” Guru Feng di langit sampai terkejut dengan yang dia lihat. "Apakah yakin dia bukan Tingkat 4?” Sementara itu, Master Sima yang jelita hanya tersenyum tipis sembari melipat kedua tangan di depan dada. Dia membatin, 'Hm, menarik! Dia bisa memunculkan Angin Senjata di Tingkat 2. Bocah yang menarik.' “Di—Dia, bisa … bisa mengeluarkan Angin Senjata!” Pemuda 5 bergidik melihat mayat pemuda 4 sebelum mayat itu kemudian menghilang dipindahkan oleh formasi keluar dari arena. Na
“Arrghh!” Pemuda 8 berteriak ketika lengan kirinya tertebas dan putus seketika oleh pedang Yao Chen. Meski begitu, Yao Chen juga terkena tebasan di lengan atasnya akibat golok pemuda 8 gagal sepenuhnya ditepis oleh kapak pada tangan kirinya. “Le—Lenganku!” Pemuda 8 menatap lengannya yang terkulai menjadi onggokan di lantai batu arena, sedangkan darahnya bercucuran deras. Namun, Yao Chen sudah bergerak lagi. Sementara itu, tatapan dingin pemuda 8 jatuh pada Yao Chen setelah lengannya dibuntungi, seolah dengan tatapan itu dia berharap bisa merobek-robek Yao Chen. “Hrgh!” Mengayunkan tangan berpedangnya, Yao Chen menghantamkan senjata ke golok lawannya. Bunyi dentang keras memenuhi arena mereka. Seketika energi Qi milik Yao Chen menguar ketika kapaknya menyasar ke tubuh pemuda 8 yang masih syok. “Jangan harap!” Pemuda 8 bersikeras. Harga dirinya sebagai kultivator Tingkat 3 terlalu tinggi jika harus dikalahkan Yao Chen. Sayang sekali, harga diri tak bisa memunculkan energi tambah
“Ini pakaian seragam dan token identitas kalian. Jangan sampai hilang atau rusak. Untuk awal, kalian akan diberi poin 1000 yang ada di token kalian. Itu bisa kalian gunakan untuk membeli makanan, peralatan, atau meminjam buku di perpustakaan. Kalian bisa menghasilkan poin dengan melakukan misi-misi yang bisa kalian lihat di Papan Misi di aula utama.” Setelah membagikan seragam dan token, Murid Dalam itu pergi meninggalkan barak tersebut. Yao Chen menatap seragam di tangannya. ‘Warnanya putih. Barakku tadi bernomor 727. Dengan diterimanya 200 ribu peserta, maka akan ada 10 ribu barak di lembah ini. Yah, karena tempat ini seluas Indonesia, aku tak heran kalau Pelataran Luar bisa memiliki puluhan ribu barak.’ Kemudian, Yao Chen berjalan ke ranjang yang tersisa, letaknya di sudut dan dekat WC karena yang lain sudah berebutan lebih dulu untuk ranjang terbaik. Tak apa. Dia tak ingin meributkan hal sepele semacam itu. Sembari duduk di tepi ranjangnya, Yao Chen menatap tokennya. Dia menete
“Yong, sudahlah.” Senior yang membantu Yao Chen pun menggelengkan kepala karena dia paham temperamen buruk dari Yong. Ketika Hu Meng hendak mengucapkan sesuatu, tangan Hu Gao sudah membekap mulut si adik terlebih dahulu. Dia menggeleng ke Hu Meng. Untung saja gerombolan Yong pergi dan tak ambil peduli lagi pada mereka. Karena “bantuan” dari seniornya, Yao Chen memberikan salam hormat soja ke Murid Luar senior tadi. “Aku Zhao Han. Kalian pasti murid baru tahun ini, bukan? Kalian bisa melihat token kalian untuk mengetahui apa saja peraturan di Sekte Bilah Langit.” Dia memperkenalkan diri. “Salam, Kak Zhao!” Hu Meng bersoja diikuti Hu Gao di sebelahnya. “Aku Hu Meng, ini kakak kandungku, Hu Gao, dan dia Kakak Yao Chen. Kak Yao agak kurang senang bicara, jadi mohon maklumi.” “Oh, tak mengapa!” Zhao Han menjawab ramah. “Semua orang memiliki sikapnya masing-masing.” Setelah itu, dia mohon diri. Setelahnya, ketiga pemuda memutuskan untuk melanjutkan acara jalan-jalan mereka. Namun, bar