“Keluar.” Lafal cadel Yao Chen terpaksa dimunculkan demi menjawab pertanyaan Wang Lihui. Toh hanya orang itu saja yang mendengar, maka tak apa. Tak berapa lama, lantai di bawah kaki Yao Chen memunculkan lingkaran dengan rune kuno dan cahaya keluar dari sana. Tiba-tiba saja, Yao Chen sudah ada di padang luas sebelumnya. “Wah! Dia berhasil?! Si bocah topeng Tingkat 2 itu berhasil?” Seorang peserta berteriak ketika Yao Chen tiba di dekatnya. Yang lainnya segera menoleh ke Yao Chen. Yao Chen menatap balik ke orang-orang yang memandanginya sambil membatin, ‘Apa lihat-lihat?! Berharap aku mati di dalam, hah? Maafkan karena aku mengecewakan kalian!’ Menahan kesal, Yao Chen berbalik badan, tak mau menggubris orang-orang bermulut racun itu. “Saudara! Ternyata kau berhasil!” Hu Gao menghampiri Yao Chen dengan wajah bersahabat. Yao Chen mengangguk ke Hu Gao. “Adikku belum keluar. Entah dia belum menyelesaikan ujiannya atau dikirim keluar gerbang karena menyerah.” Hu Gao langsung bertutur
“Hanya akan memilih 200 ribu orang!” Banyak orang memekik tertahan ketika mendengar informasi dari Wang Lihui.“Ini … ini lebih sedikit dari tahun biasanya di sini, ‘kan?” Yang lain berkomentar.“Ya, biasanya mereka menerima sejuta murid, sekarang hanya 200 ribu saja? Mereka tidak sedang mengalami kebangkrutan, ‘kan?” Ada yang berasumsi liar.Segera saja Wang Lihui berdehem untuk menghentikan kasak-kusuk di bawahnya. Semua orang kembali hening. Yao Chen menatap Tetua Wang di langit.‘Meski hanya 200 ribu orang, tapi tetap saja banyak bagiku. Kalau di Bumi, Sekte Bilah Langit mungkin sama dengan sekolah favorit.’ Dia kembali mengingat tempat asalnya.“Ujian seleksi dimulai!” Wang Lihui berucap santai dengan suaranya menggema di sekitar.Tangan Wang Lihui terangkat keduanya, lalu muncullah cahaya dari tanah di pijakan kaki masing-masing peserta sebelum mereka satu demi satu menghilang dari tempatnya dan berpindah ke arena batu seluas lapangan sepak bola yang mengapung di langit berberbe
“Bunuh si topeng lemah itu!” teriak pemuda 9 memberikan semangat pada keenam pemuda lainnya. Maka, mereka semua melesat ke Yao Chen secara bersamaan. Namun, Yao Chen bukan hanya diam menunggu dipecundangi. Dia sudah melonjak terlebih dahulu di udara dan menebaskan pedangnya ke lawan terdekat sebelum kakinya kembali menjejak ke lantai batu. “Arghh!” Pemuda 4 berteriak dan terjatuh di lantai dengan darah menggenang setelah tengkuknya ditebas pedang Yao Chen. Dia tewas seketika. “Dia bisa memunculkan Angin Senjata!” Guru Feng di langit sampai terkejut dengan yang dia lihat. "Apakah yakin dia bukan Tingkat 4?” Sementara itu, Master Sima yang jelita hanya tersenyum tipis sembari melipat kedua tangan di depan dada. Dia membatin, 'Hm, menarik! Dia bisa memunculkan Angin Senjata di Tingkat 2. Bocah yang menarik.' “Di—Dia, bisa … bisa mengeluarkan Angin Senjata!” Pemuda 5 bergidik melihat mayat pemuda 4 sebelum mayat itu kemudian menghilang dipindahkan oleh formasi keluar dari arena. Na
“Arrghh!” Pemuda 8 berteriak ketika lengan kirinya tertebas dan putus seketika oleh pedang Yao Chen. Meski begitu, Yao Chen juga terkena tebasan di lengan atasnya akibat golok pemuda 8 gagal sepenuhnya ditepis oleh kapak pada tangan kirinya. “Le—Lenganku!” Pemuda 8 menatap lengannya yang terkulai menjadi onggokan di lantai batu arena, sedangkan darahnya bercucuran deras. Namun, Yao Chen sudah bergerak lagi. Sementara itu, tatapan dingin pemuda 8 jatuh pada Yao Chen setelah lengannya dibuntungi, seolah dengan tatapan itu dia berharap bisa merobek-robek Yao Chen. “Hrgh!” Mengayunkan tangan berpedangnya, Yao Chen menghantamkan senjata ke golok lawannya. Bunyi dentang keras memenuhi arena mereka. Seketika energi Qi milik Yao Chen menguar ketika kapaknya menyasar ke tubuh pemuda 8 yang masih syok. “Jangan harap!” Pemuda 8 bersikeras. Harga dirinya sebagai kultivator Tingkat 3 terlalu tinggi jika harus dikalahkan Yao Chen. Sayang sekali, harga diri tak bisa memunculkan energi tambah
“Ini pakaian seragam dan token identitas kalian. Jangan sampai hilang atau rusak. Untuk awal, kalian akan diberi poin 1000 yang ada di token kalian. Itu bisa kalian gunakan untuk membeli makanan, peralatan, atau meminjam buku di perpustakaan. Kalian bisa menghasilkan poin dengan melakukan misi-misi yang bisa kalian lihat di Papan Misi di aula utama.” Setelah membagikan seragam dan token, Murid Dalam itu pergi meninggalkan barak tersebut. Yao Chen menatap seragam di tangannya. ‘Warnanya putih. Barakku tadi bernomor 727. Dengan diterimanya 200 ribu peserta, maka akan ada 10 ribu barak di lembah ini. Yah, karena tempat ini seluas Indonesia, aku tak heran kalau Pelataran Luar bisa memiliki puluhan ribu barak.’ Kemudian, Yao Chen berjalan ke ranjang yang tersisa, letaknya di sudut dan dekat WC karena yang lain sudah berebutan lebih dulu untuk ranjang terbaik. Tak apa. Dia tak ingin meributkan hal sepele semacam itu. Sembari duduk di tepi ranjangnya, Yao Chen menatap tokennya. Dia menete
“Yong, sudahlah.” Senior yang membantu Yao Chen pun menggelengkan kepala karena dia paham temperamen buruk dari Yong. Ketika Hu Meng hendak mengucapkan sesuatu, tangan Hu Gao sudah membekap mulut si adik terlebih dahulu. Dia menggeleng ke Hu Meng. Untung saja gerombolan Yong pergi dan tak ambil peduli lagi pada mereka. Karena “bantuan” dari seniornya, Yao Chen memberikan salam hormat soja ke Murid Luar senior tadi. “Aku Zhao Han. Kalian pasti murid baru tahun ini, bukan? Kalian bisa melihat token kalian untuk mengetahui apa saja peraturan di Sekte Bilah Langit.” Dia memperkenalkan diri. “Salam, Kak Zhao!” Hu Meng bersoja diikuti Hu Gao di sebelahnya. “Aku Hu Meng, ini kakak kandungku, Hu Gao, dan dia Kakak Yao Chen. Kak Yao agak kurang senang bicara, jadi mohon maklumi.” “Oh, tak mengapa!” Zhao Han menjawab ramah. “Semua orang memiliki sikapnya masing-masing.” Setelah itu, dia mohon diri. Setelahnya, ketiga pemuda memutuskan untuk melanjutkan acara jalan-jalan mereka. Namun, bar
‘Mana mungkin aku membeli boneka saat ini?’ Yao Chen membatin. Dengan cepat, dia menangkupkan kepalan tangannya melakukan salam soja sembari menunduk ke Bao Gu. Kepalanya digelengkan pelan sebagai isyarat bahwa dia tak ingin membeli boneka. “Oh, tak mau beli?” Bao Gu sekedar ingin mengonformasi. Yao Chen mengangguk tanpa suara. “Apakah kau tak bisa bicara, Nak? Kau orang bisu?” Dia mengamati Yao Chen dari atas sampai bawah. Meski terdengar kasar dan frontal, tapi Yao Chen tidak tersinggung dengan perkataan Bao Gu, itulah kenapa dia mengangguk tanpa beban. “Ah, baiklah.” Bao Gu mengerti kondisi Yao Chen, meski sedikit bingung karena topeng yang dipakai Yao Chen terbuat dari emas murni kelas tinggi. Sebagai pedagang, tentu dia mengetahui itu sekali lihat. ‘Bocah ini terlihat kaya dengan topeng emasnya, apakah dia anak bangsawan yang dibuang keluarganya karena bisu? Memakai topeng untuk menyembunyikan jati diri agar tidak ketahuan dari keluarga kaya mana?’ Hanya dugaan liar itu sa
‘Lebih baik aku tidur di luar daripada mendapat penghinaan macam ini!’ Yao Chen sudah memutuskan. Dia tidak bisa terus ditindas dan diam. Karena tak mungkin memukul satu persatu orang di baraknya, maka dia mengalah dan pergi dari sana. “Hei, kau! Mau ke mana kau?!” hardik Deng Wu sebagai ketua barak seraya melompat di depan Yao Chen. Langkah Yao Chen terhenti paksa. Dia menatap tajam ke ketua baraknya. ‘Hanya di Tingkat 3? Aku bisa saja membuatnya babak belur, tapi bagaimana kalau sampai terjadi keributan dan diketahui Guru Pengawas?’ Yao Chen membatin. Deng Wu belum ingin beralih dari tempatnya berdiri menghalangi Yao Chen. “Tak ada yang boleh berkeliaran tak jelas di malam hari!” Deng Wu menengadahkan wajahnya, dia tak mau dikalahkan bocah Tingkat 2 begitu saja. “Minum!” Yao Chen terpaksa berkata demikian. Dia memilih kosakata yang tidak memberatkan lidahnya dalam melafalkannya dalam bahasa mereka. “Ketua, biarkan saja dia! Peraturan sekte tidak membolehkan perkelahian di g