Home / Pendekar / Pendekar Tanpa Wajah / 18 - Keluarnya Angin Senjata Secara Tak Sengaja

Share

18 - Keluarnya Angin Senjata Secara Tak Sengaja

Author: Gauche Diablo
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Bunuh si topeng lemah itu!” teriak pemuda 9 memberikan semangat pada keenam pemuda lainnya.

Maka, mereka semua melesat ke Yao Chen secara bersamaan.

Namun, Yao Chen bukan hanya diam menunggu dipecundangi. Dia sudah melonjak terlebih dahulu di udara dan menebaskan pedangnya ke lawan terdekat sebelum kakinya kembali menjejak ke lantai batu.

“Arghh!” Pemuda 4 berteriak dan terjatuh di lantai dengan darah menggenang setelah tengkuknya ditebas pedang Yao Chen. Dia tewas seketika.

“Dia bisa memunculkan Angin Senjata!” Guru Feng di langit sampai terkejut dengan yang dia lihat. "Apakah yakin dia bukan Tingkat 4?”

Sementara itu, Master Sima yang jelita hanya tersenyum tipis sembari melipat kedua tangan di depan dada. Dia membatin, 'Hm, menarik! Dia bisa memunculkan Angin Senjata di Tingkat 2. Bocah yang menarik.'

“Di—Dia, bisa … bisa mengeluarkan Angin Senjata!” Pemuda 5 bergidik melihat mayat pemuda 4 sebelum mayat itu kemudian menghilang dipindahkan oleh formasi keluar dari arena.

Na
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pendekar Tanpa Wajah   19 - Status Baru: Murid Luar Sekte Bilah Langit

    “Arrghh!” Pemuda 8 berteriak ketika lengan kirinya tertebas dan putus seketika oleh pedang Yao Chen. Meski begitu, Yao Chen juga terkena tebasan di lengan atasnya akibat golok pemuda 8 gagal sepenuhnya ditepis oleh kapak pada tangan kirinya. “Le—Lenganku!” Pemuda 8 menatap lengannya yang terkulai menjadi onggokan di lantai batu arena, sedangkan darahnya bercucuran deras. Namun, Yao Chen sudah bergerak lagi. Sementara itu, tatapan dingin pemuda 8 jatuh pada Yao Chen setelah lengannya dibuntungi, seolah dengan tatapan itu dia berharap bisa merobek-robek Yao Chen. “Hrgh!” Mengayunkan tangan berpedangnya, Yao Chen menghantamkan senjata ke golok lawannya. Bunyi dentang keras memenuhi arena mereka. Seketika energi Qi milik Yao Chen menguar ketika kapaknya menyasar ke tubuh pemuda 8 yang masih syok. “Jangan harap!” Pemuda 8 bersikeras. Harga dirinya sebagai kultivator Tingkat 3 terlalu tinggi jika harus dikalahkan Yao Chen. Sayang sekali, harga diri tak bisa memunculkan energi tambah

  • Pendekar Tanpa Wajah   20 - Keributan di Aula Utama

    “Ini pakaian seragam dan token identitas kalian. Jangan sampai hilang atau rusak. Untuk awal, kalian akan diberi poin 1000 yang ada di token kalian. Itu bisa kalian gunakan untuk membeli makanan, peralatan, atau meminjam buku di perpustakaan. Kalian bisa menghasilkan poin dengan melakukan misi-misi yang bisa kalian lihat di Papan Misi di aula utama.” Setelah membagikan seragam dan token, Murid Dalam itu pergi meninggalkan barak tersebut. Yao Chen menatap seragam di tangannya. ‘Warnanya putih. Barakku tadi bernomor 727. Dengan diterimanya 200 ribu peserta, maka akan ada 10 ribu barak di lembah ini. Yah, karena tempat ini seluas Indonesia, aku tak heran kalau Pelataran Luar bisa memiliki puluhan ribu barak.’ Kemudian, Yao Chen berjalan ke ranjang yang tersisa, letaknya di sudut dan dekat WC karena yang lain sudah berebutan lebih dulu untuk ranjang terbaik. Tak apa. Dia tak ingin meributkan hal sepele semacam itu. Sembari duduk di tepi ranjangnya, Yao Chen menatap tokennya. Dia menete

  • Pendekar Tanpa Wajah   21 - Boneka Kultivator

    “Yong, sudahlah.” Senior yang membantu Yao Chen pun menggelengkan kepala karena dia paham temperamen buruk dari Yong. Ketika Hu Meng hendak mengucapkan sesuatu, tangan Hu Gao sudah membekap mulut si adik terlebih dahulu. Dia menggeleng ke Hu Meng. Untung saja gerombolan Yong pergi dan tak ambil peduli lagi pada mereka. Karena “bantuan” dari seniornya, Yao Chen memberikan salam hormat soja ke Murid Luar senior tadi. “Aku Zhao Han. Kalian pasti murid baru tahun ini, bukan? Kalian bisa melihat token kalian untuk mengetahui apa saja peraturan di Sekte Bilah Langit.” Dia memperkenalkan diri. “Salam, Kak Zhao!” Hu Meng bersoja diikuti Hu Gao di sebelahnya. “Aku Hu Meng, ini kakak kandungku, Hu Gao, dan dia Kakak Yao Chen. Kak Yao agak kurang senang bicara, jadi mohon maklumi.” “Oh, tak mengapa!” Zhao Han menjawab ramah. “Semua orang memiliki sikapnya masing-masing.” Setelah itu, dia mohon diri. Setelahnya, ketiga pemuda memutuskan untuk melanjutkan acara jalan-jalan mereka. Namun, bar

  • Pendekar Tanpa Wajah   22 - Berbagai Kelas Pelataran Luar

    ‘Mana mungkin aku membeli boneka saat ini?’ Yao Chen membatin. Dengan cepat, dia menangkupkan kepalan tangannya melakukan salam soja sembari menunduk ke Bao Gu. Kepalanya digelengkan pelan sebagai isyarat bahwa dia tak ingin membeli boneka. “Oh, tak mau beli?” Bao Gu sekedar ingin mengonformasi. Yao Chen mengangguk tanpa suara. “Apakah kau tak bisa bicara, Nak? Kau orang bisu?” Dia mengamati Yao Chen dari atas sampai bawah. Meski terdengar kasar dan frontal, tapi Yao Chen tidak tersinggung dengan perkataan Bao Gu, itulah kenapa dia mengangguk tanpa beban. “Ah, baiklah.” Bao Gu mengerti kondisi Yao Chen, meski sedikit bingung karena topeng yang dipakai Yao Chen terbuat dari emas murni kelas tinggi. Sebagai pedagang, tentu dia mengetahui itu sekali lihat. ‘Bocah ini terlihat kaya dengan topeng emasnya, apakah dia anak bangsawan yang dibuang keluarganya karena bisu? Memakai topeng untuk menyembunyikan jati diri agar tidak ketahuan dari keluarga kaya mana?’ Hanya dugaan liar itu sa

  • Pendekar Tanpa Wajah   23 - Memutuskan Tinggal di Hutan

    ‘Lebih baik aku tidur di luar daripada mendapat penghinaan macam ini!’ Yao Chen sudah memutuskan. Dia tidak bisa terus ditindas dan diam. Karena tak mungkin memukul satu persatu orang di baraknya, maka dia mengalah dan pergi dari sana. “Hei, kau! Mau ke mana kau?!” hardik Deng Wu sebagai ketua barak seraya melompat di depan Yao Chen. Langkah Yao Chen terhenti paksa. Dia menatap tajam ke ketua baraknya. ‘Hanya di Tingkat 3? Aku bisa saja membuatnya babak belur, tapi bagaimana kalau sampai terjadi keributan dan diketahui Guru Pengawas?’ Yao Chen membatin. Deng Wu belum ingin beralih dari tempatnya berdiri menghalangi Yao Chen. “Tak ada yang boleh berkeliaran tak jelas di malam hari!” Deng Wu menengadahkan wajahnya, dia tak mau dikalahkan bocah Tingkat 2 begitu saja. “Minum!” Yao Chen terpaksa berkata demikian. Dia memilih kosakata yang tidak memberatkan lidahnya dalam melafalkannya dalam bahasa mereka. “Ketua, biarkan saja dia! Peraturan sekte tidak membolehkan perkelahian di g

  • Pendekar Tanpa Wajah   24 - Bertemu Penindas dan Pertarungan Hidup Mati

    ‘Eh? Apa itu yang bersinar keemasan?’ Yao Chen menyipitkan matanya ke sebuah titik kecil di bagian atas langit-langit gua.Seperti ada batu keemasan yang cahayanya temaram, tertanam di langit-langit gua.Ketika mata Yao Chen terus menatap ke batu yang tertanam itu, mendadak saja batu keemasan tersebut lepas dari langit-langit dan melesat masuk ke tengah dahi Yao Chen.“Argh!” Yao Chen terkejut bukan main dan memejamkan mata sebagai gerakan refleks ketika ada benda menerjang cepat ke wajahnya.Saat membuka mata, dia tidak menemukan apa pun.‘Ke mana batu emas tadi?’ Dia sampai meraba-raba dahinya. ‘Sepertinya tadi menerjang ke dahiku. Kupikir aku tamat karena tertembak batu di dahi.’Tak menemukan batu tadi, maka Yao Chen memutuskan meneruskan kembali meditasinya. Dia harus rajin berkultivasi agar tingkatnya naik dan tak lagi menjadi bulan-bulanan murid sekte.“Hm.” Yao Chen menyelesaikan kultivasi tenangnya dan membuka mata. ‘Sepertinya sudah berganti hari.’Dia pun keluar gua dan mem

  • Pendekar Tanpa Wajah   25 - Tasbih di Ruang Dimensi Jiwa

    ‘Apakah benda aneh itu masuk ke tubuhku?’ Yao Chen heran, karena dia mengira batu keemasan menghilang ketika hendak menabrak dahinya, apalagi saat itu dia memejamkan mata saking refleksnya.Kini, tubuhnya seperti terbakar, auranya membumbung tinggi.“Argh!” Yao Chen menggeram keras ketika dia meninju ujung pedang yang terarah padanya.Trang!Pedang lawan patah menjadi dua!“Hah?” Empunya pedang sampai melongo tak percaya.Sementara, pedang selanjutnya maju ke Yao Chen.Krakk!Kembali, ada pedang yang patah seiring tinju Yao Chen bertabrakan dengan pedang tersebut.“Uwaaagh!” Empunya pedang terpental karena energi tinju Yao Chen memukul dadanya, membuat dia terbang belasan meter jauhnya.Saat ini, Yao Chen seakan dikuasai energi aneh, matanya memerah dengan darah nyaris mendidih menggelegak.“Jangan takut! Cincang dia sampai bagian terkecil!” Pengikut Yong terus meneriakkan kalimat penyemangat. “Hekkhh!”Baru saja pengikut Yong menyelesaikan ucapannya, tangan Yao Chen sudah mencekal le

  • Pendekar Tanpa Wajah   26 - Tantangan Duel Hidup dan Mati

    ‘Aku sudah naik tingkat! Yes! Naik tingkat!’ Yao Chen gembira bukan main. Tangannya terkepal di udara ketika menyerukan kegembiraannya meski di dalam hati. Gembira dengan naiknya tingkat basis kultivasinya, Yao Chen bangkit dari duduknya dan berniat kembali ke sekte. Namun, dia tiba-tiba tersadar akan sesuatu. ‘Tunggu dulu! Lidahku … sepertinya lidahku ….’ Yao Chen antara yakin dan tak yakin. Dia segera menggerakkan lidahnya. ‘Sudah tumbuh?’ Tak ingin tertipu pikirannya, dia membuka topeng dan meraba di dalam mulutnya. “Lidahku! Lidahku sudah tumbuh penuh! Tumbuh penuh dan normal! Ha ha ha!” Yao Chen tertawa keras sampai matanya berair saking bahagianya. “Apakah ini berkat tasbih tadi? Hm, mungkin saja! Bukankah benda ajaib begitu memang memiliki banyak manfaat? Ha ha! Untung saja aku datang ke hutan dan menemukan gua ini!” Yao Chen merasakan buncahan kegembiraan di hatinya. Kemudian, dia berlari kembali ke sekte ketika sinar mentari sedang menukik tajam ke alam. “Kak Yao!” Su

Latest chapter

  • Pendekar Tanpa Wajah   497 - Rasa Penasaran Mendera Hati

    “Dia … ada garis keturunan di Kaisar Manusia?” Yao Chen kini mulai pening memikirkannya.Kenapa cobaan cinta begitu berat untuknya yang seorang amatir asmara? Dia ingin setia saja pada Sima Honglian, tapi kenapa banyak pihak yang tak ingin dia setia?“Bocah! Kalau memang dia memiliki darah keturunan bocah Kaisar Manusia ini, maka dia memang layak kamu perjuangkan!” Ditambah Gao Long yang ikut memanasi suasana.Yao Chen memijit pelipis, berpikir keras mengenai itu.Karena enggan memikirkan hal Putri Suci, maka Yao Chen memilih untuk berbicara mengenai hal lainnya.“Gao Long, kamu kenapa menginginkan pedang bobrok yang kemarin itu?” tanyanya.Gao Long terbang berputar di atas Yao Chen sambil dia berkata, “Bocah, kamu tidak tau apa-apa mengenai itu. Pedang yang kau katakan bobrok itu sebenarnya memiliki jiwa pedang.”Usai mengatakan demikian, Gao Long terkekeh dengan wajah mencurigakan.Yao Chen langsung saja curiga. “Jangan katakan jiwa pedangnya … seekor naga?”Setelah itu, Gao Long te

  • Pendekar Tanpa Wajah   496 - Putri Suci

    ‘Jadi dia adalah Putri Suci?’ Yao Chen memekik di hatinya.Matanya memindai Putri Suci dari atas hingga bawah. Wanita muda berpenampilan ala gadis 17 tahun.Putri Suci Istana Dewa bagaikan lukisan yang dilahirkan oleh kuas para dewa. Sosoknya yang anggun terlihat bagai bunga lotus yang mekar di atas kolam suci - begitu murni dan mempesona tanpa setitik noda.“Salam untuk Tuan Muda,” ucap Putri Suci sambil menatap sekejap pada Yao Chen sambil menekuk lututnya sedikit dengan gaya anggun seraya menundukkan pandangan.Sepasang matanya yang jernih mengingatkan Yao Chen pada bintang-bintang di langit malam musim gugur, berkilau dengan cahaya lembut yang menenangkan jiwa. Alisnya melengkung bagai bulan sabit tipis, menyempurnakan wajahnya yang oval bagai jade putih.“Ah! Salam untuk Putri Suci!” Yao Chen tersadar dan segera membalas salam itu sambil memberikan salam sojanya.Kulit Putri Suci seputih salju pertama di musim dingin, dengan rona merah alami di pipi yang mengingatkan pada kelopak

  • Pendekar Tanpa Wajah   495 - Hati Berdarah Bai Yuan

    “Sudah, cepat serahkan barangnya ke Tuan Muda kami!” Bai Yuan berkata dengan suara rendah dan terkesan tak sabar.Wajar jika dia merasakan hatinya berdarah-darah, karena keluarga besarnya di rumah membutuhkan uang itu untuk kebutuhan mereka.Hanya karena memandang Yao Chen adalah anak paling dinantikan Gongsun Huojun, maka Bai Yuan menahan rasa pedih di hatinya.“Terima kasih, Tuan Muda! Anda sungguh cerdas dengan berbelanja di kios ini.” Manajer kios menyambar kantong kulit dari Bai Yuan dan malah menoleh ke Yao Chen untuk bicara. “Barang-barang kami bermutu tinggi dan tidak akan mengecewakan. Anda bisa melihat-lihat dulu barang lainnya.”“Tidak perlu!” Bai Yuan terpaksa mengatakan demikian. Uang yang dibawanya terbatas, tak boleh sampai malu di kios seperti ini hanya karena tidak sanggup membayar. “Tidak perlu, terima kasih.”Yao Chen melirik Bai Yuan. Dia bisa berempati dengan apa yang dirasakan Bai Yuan. Tergambar jelas keengganan pengawalnya itu ketika menyodorkan batu kristal ya

  • Pendekar Tanpa Wajah   494 - Barang Antik di Benua Atas Harganya Tidak Masuk Otak!

    “120 kristal tinggi setara dengan 10.000 kristal rendah?” Yao Chen mengulang sembari membelalakkan mata, kehilangan wibawa ketenangan ala tuan muda yang dia tunjukkan.Maka, bukankah dia membutuhkan 1.200.000 batu kristal rendah jika memang ingin membeli pedang itu?Lantas, dia dengan cepat menghitung berapa kekayaan dia saat ini.‘Aku cuma punya …. 27 ribu batu kristal rendah! Manajer sialan ini hendak memerasku? Memangnya harga pedang bobrok itu harus setinggi itu?! Orang-orang di benua atas sudah gila!’ maki Yao Chen dalam benaknya. ‘Padahal dengan hartaku sebanyak itu, aku tergolong orang kaya di benua rendah!’Bai Yuan melirik Yao Chen yang terlihat susah dan ragu. Hatinya meratap, seakan tau apa yang akan terjadi.“Terimalah ini.” Bai Yuan sedikit tak rela ketika dia mengeluarkan kantong kecil dari kulit ke manajer kios.Manajer kios tersenyum lebar menerima kantong kulit tersebut. Dia sudah bisa mendeteksi adanya 120 batu kristal tinggi di dalamnya. Tak kurang dan tak lebih!Ya

  • Pendekar Tanpa Wajah   493 - Privilege Tampan

    ‘Nona Besar Sheng? Sekte Langit Kudus? Aku tak paham dengan itu semua!’ Yao Chen berpikir.Alih-alih dia bertanya, Yao Chen justru berkata, “Pernikahan merupakan hal yang harus disepakati kedua belah pihak yang saling mencintai. Aku dan kamu adalah orang asing, bagaimana mungkin aku menikahi orang yang tidak aku kenal?”Ketika Nona Besar Sheng hendak bicara, Bai Yuan sudah lebih dahulu mengucapkan, “Nona Besar Sheng, mengenai pernikahan, akan kami diskusikan dulu dengan ketua kami. Mohon Anda bersabar menunggu jawabannya.”Bai Yuan membungkuk sambil bersoja ke Nona Besar Sheng. Wanita dengan harga diri setinggi itu pasti tak suka dipermalukan di depan umum. Tak heran dia menuntut pernikahan dari Yao Chen.‘Bukankah biasanya wanita dari klan Sheng, apabila mereka ditolak atau tidak menginginkan pernikahan dengan pria yang menyentuh mereka, tentunya mereka akan langsung membunuh pria tersebut. Tapi … tidak demikian dengan Tuan Muda Chen!’ pikir Bai Yuan.Bahkan Bai Yuan mulai memiliki a

  • Pendekar Tanpa Wajah   492 - Harus Menikahi sebagai Tanggung Jawab Moral

    “Apa maksudmu?” Yao Chen menyeru disertai raut muka bingung.Wanita itu kesal dengan jawaban Yao Chen dan justru memukul dada Yao Chen.Namun, Yao Chen lebih sigap dan bertahan dengan menyilangkan kedua lengan di depan dada, lalu terpental mundur dan ditahan Bai Yuan dari belakang.“Tuan Muda, Anda tidak apa-apa?” tanya Bai Yuan.Meski ucapan itu cukup pelan dari Bai Yuan, tapi rupanya masih terdengar jelas oleh si wanita dan juga beberapa lawannya tadi.Mata mereka membelalak singkat, menyiratkan keterkejutan. Bai Yuan adalah sosok ternama di kota Seribu Dewa. Dia dikenal sebagai tangan kanan Gongsun Huojun paling kuat. Meski tingkat kultivasinya hanya di Tingkat 15, tapi banyak yang meyakini lebih dari itu. Bahkan dia dirumorkan setara kuatnya dengan Gongsun Huojun itu sendiri.Kalau Bai Yuan sampai memanggil seorang pemuda dengan sebutan Tuan Muda, maka apa lagi selain pemuda itu merupakan keturunan keluarga Gongsun yang berharga. Warga Istana Dewa yang sangat dilindungi.“Aku tida

  • Pendekar Tanpa Wajah   491 - Sudah Menyentuh Terlalu Banyak

    “Itu tergantung kemampuanmu!” balas Yao Chen sambil mempersiapkan dirinya.Dalam sekejap, Yao Chen sudah bertarung melawan 10 orang sekaligus. Masing-masing dari mereka berada di Tingkat 10 dan Tingkat 11. Cukup merepotkan karena jumlahnya.“Ha ha! Dia hanya di Tingkat 8!” ejek salah satunya.“Tidak kusangka, Istana Dewa menyimpan murid sampah seperti dia!” balas kawannya.“Mungkin dia hanya tukang kuda di sana, tapi tetap saja dia harus mati di tanganku karena berasal dari Tanah Suci!” pekik yang tadi.Yao Chen menggunakan hukum kekuatan ruang beserta Teknik Langkah Hantu untuk menghindari serangan mereka sekaligus memberikan pukulan menggunakan api Gao Long yang disinkronisasikan dengan kekuatan elemen lainnya.“Arghh!”“Tidak!”“Urghh!”Secara bergantian, para penyerangnya tumbang, berjatuhan di tanah dan dalam keadaan menyedihkan. Mereka tidak mengira, bocah Tingkat 8 bisa mengurus mereka bersepuluh yang tingkat kultivasinya jauh di atas Yao Chen.Kenyataan macam apa ini?!Mereka

  • Pendekar Tanpa Wajah   490 - Kau Adalah Alasannya

    “Adik Keenam?” Yao Chen memanggil Nona Muda Yifei yang masih diam tanpa kata.Hanya tubuh gadis itu yang bergetar akibat menahan sesuatu. Yao Chen meyakini yang coba ditahan Nona Muda Yifei adalah emosi.Dengan tangan terkepal erat di atas meja, Nona Muda Yifei menatap Yao Chen sambil bicara, “Aku sama sekali tidak mengetahui mengenai apa yang kau tanyakan. Yang kutau hanyalah ayah tega membunuh kakakku yang masih 10 tahun dengan pukulan kejinya sehingga kakakku tak bertahan dan mati di depan mataku!”Air mata mulai meleleh jatuh di pipi Nona Muda Yifei. Bahkan dia sudah tidak lagi menggunakan panggilan hormatnya ke Yao Chen. Benar-benar sudah membuka wajah aslinya?Bibir Nona Muda Yifei bergetar sambil terus mengucurkan air mata yang tak bisa dibendung. “Dan kau adalah penyebab utamanya.”Mendengar penuturan Nona Muda Yifei, Yao Chen termangu diam. Mana pernah dia mengira bahwa dirinya merupakan alasan bagi Gongsun Huojun membunuh ketiga keturunannya sendiri! Memangnya apa kesalahan

  • Pendekar Tanpa Wajah   489 - Memancing Nona Muda Kedua

    “Ini gila!” Yao Chen berbisik keras dengan dahi berkerut. “Kenapa aku dijadikan Putra Suci? Aku ini baru saja datang ke sini! Penerus? Bukankah ada Tuan Muda Ketiga yang lebih memiliki kemampuan daripada aku?”Yao Chen tak habis pikir. Kenapa dia? Kenapa? Apa Gongsun Huojun sudah kehilangan akal warasnya?“Menjawab Tuan Muda Kelima,” sahut Mei’er lagi, “sepengetahuan saya, Anda sudah ditetapkan sebagai Putra Suci semenjak Anda masih kecil.”Sejak kecil! Gongsun Huojun gila! Yao Chen mengumpat di batinnya.“Mei’er, memangnya kriteria apa yang dimiliki seseorang sampai bisa ditunjuk sebagai Putra Suci?” tanya Yao Chen, masih ingin mengetahui lebih banyak.Masih dengan kepala tertunduk, Mei’er menjawab, “Mei’er tidak mengerti mengenai hal itu, Tuan Muda. Anda bisa menanyakannya secara pribadi kepada Tuan Besar.”Helaan napas panjang keluar dari mulut Yao Chen.“Aku hanya heran saja. Kenapa aku yang ditunjuk menjadi Putra Suci? Pewaris? Maksudnya aku akan mewarisi sekte ini? Bukankah ada

DMCA.com Protection Status