Dalam beberapa minggu ini, Yao Chen terus berjuang memulihkan dirinya.
“Huek! Ugh!” Meski ingin muntah karena aroma obat dan rasanya yang sangat tidak enak, tapi dia tetap menenggak sampai habis.
Api bara balas dendam sering membantunya melewati hari-hari perjuangan dia.
Bahkan ketika dia harus belajar berjalan, dia sudah ingin lekas berlari. Alhasil, dia justru jatuh terjerembab.
“Yao Chen, tak perlu terburu-buru begitu jalanmu. Apa kau ingin langsung berlari? Itu harus bertahap. Urat-uratmu baru saja pulih dan masih butuh waktu agar ototmu terbiasa.” Ouyang Hetian sabar menasehati Yao Chen yang gegabah.
Setelah masa pemulihan yang menyakitkan dalam 2 bulan, Yao Chen kini bisa melihat sendiri wajahnya tanpa perban. Tangannya gemetar ketika menyentuh permukaan wajahnya.
Bibirnya gemetar dengan mata basah hendak menangis ketika Ouyang Hetian menyodorkan cermin kuningan padanya. ‘Rusak! Wajahku begini rusak! Wajah tampan ini sudah kacau dan mengerikan seperti monster!’ Hatinya meraung tak rela.
“Kenapa? Kau sedih karena wajahmu seperti itu? Maaf, aku belum menguasai ilmu pengobatan untuk wajah rusak. Tapi aku yakin, aku pasti bisa memulihkan wajahmu. Beri aku waktu.” Ouyang Hetian mengakui secara terang.
Bulan keempat usai diselamatkan, Yao Chen semakin kuat dan mulai belajar berlari. Dia sudah tidak lagi memedulikan mengenai wajahnya.
‘Justru sepertinya bagus kalau wajahku rusak begini. Orang tidak akan mengenaliku dan aku bisa mendekati musuhku dengan wajah berbeda.’ Semangat pemikiran positif dikerahkan agar tidak terlalu berduka akan wajahnya.
Di waktu itu, dia semakin rajin mengolah energi Qi dari alam yang dimasukkan ke tubuh dan dikumpulkan pada Dantian agar bisa menjadi Qi miliknya sendiri. Memori pemilik tubuh asli membimbingnya cara melakukan kultivasi.
Pada siang hari, Yao Chen berlatih fisik dengan arahan Ouyang Hetian di sekitar pondok. Malam harinya, dia tekun mengolah energi Qi. Tekadnya menapaki jalan balas dendam sudah bulat.
Bulan kelima, Yao Chen sedang berlatih memukul batang pohon di dekat pondok.
“Wah, siapa ini?” Mendadak ada orang di dekat Yao Chen.
Dengan cepat, Yao Chen memalingkan muka dan berjalan masuk ke dalam pondok.
Ouyang Hetian segera keluar menemui orang itu. “Oh, Tuan Cia!” sapanya.
Tuan Cia berjalan mendekat ke Ouyang Hetian. “Aku tidak tahu kau punya anak, Tuan Ouyang.”
“Ha ha ha, dia bukan anakku. Dia … muridku.” Ouyang Hetian menjawab sambil melirik Yao Chen yang sudah masuk ke pondok.
“Oh, rupanya muridmu. Wajahnya kenapa begitu?” Tuan Cia masih bertanya.
Mendengar sayup-sayup pertanyaan Tuan Cia, Yao Chen berdebar-debar di dalam pondok. ‘Apakah aku akan ketahuan? Gawat!’
“Oh, itu karena dia bertarung melawan Ular Langit Ungu. Dia terkena racunnya yang korosif pada wajah.” Ouyang Hetian memberikan alasan.
“Ah, pantas saja.” Tuan Cia manggut-manggut. “Ular jenis itu memang merepotkan! Dulu anak buahku tersembur racunnya dan mengenai lengan. Kini lengannya cacat, kulitnya rusak dan susah dipulihkan.”
Setelah Tuan Cia mengatakan maksud kedatangannya untuk dibuatkan golok, dia pergi. Yao Chen keluar setelah yakin hanya ada Ouyang Hetian di luar pondok.
“Tak perlu khawatir. Aku memang sudah mempersiapkan jawaban apabila ada yang melihatmu di sini.” Senyum lebar Ouyang Hetian menyertai ucapannya.
Mendengar itu, Yao Chen lega.
Di bulan keenam ….
“Ayunkan tanganmu seperti ini.” Ouyang Hetian memberikan arahan ke Yao Chen untuk memukulkan kapaknya ke batang pohon.
Braakk! Dalam waktu 1 helaan napas, pohon langsung tumbang.
Yao Chen mengangguk dan dia mulai menggenggam kapak erat-erat di tangannya dan melakukan seperti arahan yang dikatakan Ouyang Hetian. “Haakhh!”
Dhakk! Pohon baru tumbang setelah 4 helaan napas. Yao Chen menatap tak puas.
“Tak apa. Itu sudah jauh lebih bagus. Selama sebulan ini kau sudah meningkat banyak. Tak perlu buru-buru.” Ouyang Hetian menepuk bahu Yao Chen, memberi semangat.
Bulan ketujuh, Yao Chen sedang berlari melintasi lembah dan menyusuri tepian sungai.
“Lebih cepat lagi! Ayo!” Ouyang Hetian berlari di depan Yao Chen sambil menoleh ke belakang.
Yao Chen mengangguk dan menguras lebih banyak energi Qi dia untuk menjajari lari Ouyang Hetian yang sudah dia anggap sebagai guru. Selama beberapa bulan ini, dia terus ditempa secara fisik oleh Ouyang Hetian.
‘Sekarang aku tahu rasanya bahwa mengolah fisik ala kultivator itu sungguh melelahkan. Tapi aku tak ingin menyerah!’ Yao Chen terus memompakan semangatnya demi kemajuan ilmu kultivasinya.
Pada malam harinya, Ouyang Hetian bertanya, “Yao Chen, apa kau tertarik mempelajari ilmu pengobatan?”
Teringat oleh Yao Chen bahwa luka-lukanya berhasil dipulihkan Ouyang Hetian. Itu berkat ilmu pengobatan dari gurunya. “Mau.”
Saat ini, Yao Chen sudah bisa berbicara meski belum terlalu jelas pelafalannya karena lidahnya baru tumbuh beberapa inci saja.
Esok paginya, Ouyang Hetian mengajak Yao Chen ke gubuk lainnya yang lebih kecil. Ada meja panjang dengan banyak tungku dan tumpukan tanaman kering.
“Ini ruang pengobatanku. Aku membuat obat untukmu di sini.” Ouyang Hetian berujar, “Meski ilmuku masih kalah dengan alkemis profesional, tapi aku mengerti dasar ilmu mereka. Ayo, akan kuajarkan padamu mengenai pengobatan alkimia.”
Maka, sepanjang hari, Yao Chen terus menenggelamkan dirinya dalam pelajaran alkimia dasar.
“Hati-hati mengolah apimu! Jangan terlalu besar, nanti akan menghanguskan semua bahan obat!” Dari samping, Ouyang Hetian tak henti-hentinya membimbing.
Yao Chen harus berkonsentrasi penuh mengendalikan api yang berkobar di bawah tungku setinggi setengah meter.
“Ingat, kau harus tahu kapan waktunya memasukkan bahan ke tungku, jangan sampai keliru waktu atau semua akan sia-sia.” Ouyang Hetian memberikan arahan.
Ini sudah malam, tapi Yao Chen bertekad menguasai teknik dasar ilmu alkimia.
‘Memilih bahan yang tepat, memurnikan bahan agar kotorannya hilang menggunakan api tanpa membakar, memasukkan bahan-bahan termurnikan ke tungku dengan ketepatan waktunya, campurkan semua bahan di tungku sampai meleleh menjadi bibit obat dan gunakan tenaga dalam Qi untuk membulatkannya menjadi pil obat.’ Yao Chen terus menggumamkan langkah-langkah di benaknya.
“Ah! Jadi!” teriaknya dengan suara cadel yang kurang jelas.
Dua butir pil kelas 1 keluar dari tungku dan lekas dimasukkan ke botol giok kecil yang sudah disiapkan.
Ouyang Hetian mendekat dan meneliti pil obat hasil pemurnian Yao Chen. “Hm, sebuah pil kelas 1 level rendah dan pil lainnya gagal. Tak apa! Sudah bagus kau berhasil di hari pertamamu ini.” Dia menepuk bahu Yao Chen agar remaja itu tidak berkecil hati.
Yao Chen mengangguk, bersemangat.
‘Hal yang tadinya kubaca di novel online, kini bisa kulakukan sendiri! Luar biasa!’ Yao Chen menggumam kagum sekaligus bangga akan pencapaiannya.
Esoknya, Yao Chen menenggelamkan diri dalam pelatihan ilmu alkimia di gubuk kecil.
‘Kalau gubuk ini tempat guru membuat obat, lalu gubuk satunya lagi di sana, itu pasti tempatnya membuat senjata.’ Yao Chen menduga begitu ketika melirik gubuk lainnya yang tak jauh dari gubuk alkimia. ‘Apakah aku berkesempatan mempelajari pembuatan senjata juga?’
Setelah beberapa minggu berkutat di gubuk alkimia, Yao Chen berhasil membuat pil kelas 1 level menengah.
“Tak apa. Ini sudah sangat hebat!” Seperti biasa, Ouyang Hetian memujinya agar tidak melemahkan tekad Yao Chen. “Setidaknya, kau pembelajar yang tekun dan genius karena bisa mempelajarinya dengan cepat. Aku tak yakin murid para alkemis bisa membuat pil seperti ini di 2 minggu awal mereka.”
Betapa senangnya Yao Chen mendengar ucapan pujian Ouyang Hetian. Itu benar-benar menyalakan api semangatnya dan menaikkan mentalnya.
Satu bulan ini dilalui Yao Chen dengan belajar alkimia dan penempaan fisik sambil tekun melakukan kultivasi tertutup sepanjang malam.
“Wah, kau naik ke Ranah Dasar Penempaan Qi level menengah!” Ouyang Hetian mengangguk puas. “Apa kau tertarik ke hutan? Kurasa kau sudah layak masuk dan berlatih di sana.”
Hutan! Dada Yao Chen bergemuruh tak sabar. Sudah lama dia penasaran seperti apa di dalam hutan sana. Apa isinya? Apakah ada banyak harta karun seperti yang dia baca di banyak novel pendekar kultivasi?
“Ya, aku mau, Guru!” jawab Yao Chen penuh semangat dengan pelafalan kurang jelas.
Esok paginya, Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke hutan. “Berlatihlah di sini, Yao Chen.”Gubuk yang mereka tinggali berada di tepian hutan sebuah lembah asri tersembunyi di pegunungan yang jarang dikunjungi orang. Kini, Yao Chen akan menjajal kedalaman hutan.“Awas!” Ouyang Hetian segera menarik Yao Chen sembari tangannya menebas ke udara hampa ketika mereka baru menjejakkan kaki di kedalaman hutan.Yao Chen terkejut bukan kepalang ketika mengira gurunya sedang menebas ke udara kosong, ternyata setelahnya ada seekor ular sebesar lengannya tergeletak di tanah dan mati.“Di sini ada banyak hewan buas dan juga beberapa hewan roh. Kuharap kau bisa melawan mereka.” Ternyata alasan Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke kedalaman hutan adalah untuk melatih pemuda itu.Dengan cepat Yao Chen memahami keinginan gurunya. Segera dikeluarkannya pedang di tangan kanan dan kapak kecil di tangan kiri. Kedua senjata itu buatan Ouyang Hetian.Mendadak, Ouyang Hetian melambung ke belakang dan berdiri di sala
Mendengar tawaran Ouyang Hetian, sontak saja mata Yao Chen berbinar. “Unh!” Dia mengangguk tegas. Terbayang olehnya sang mantan tunangan dan pemuda yang membuat nasibnya setragis ini. ‘Lihat saja kalian berdua, akan aku buat kalian mendambakan kematian ketika ada dalam genggamanku!’ Demikian ikrar Yao Chen sambil tangan terkepal kuat. Namun, sebagai orang Bumi, Yao Chen tak mengerti apa pun mengenai Sekte Bilah Langit. “Guru, Sekte Bilah Langit, apa itu?” tanyanya. Meski dia penggemar cerita dan drama kultivasi saat hidup di Bumi, tetap saja dia harus mengetahui seluk-beluk tempat yang harus dia masuki nantinya. Apakah akan seluarbiasa yang sering dia baca? “Sekte Bilah Langit merupakan sekte bela diri terbesar di wilayah Timur ini. Lokasinya sekitar 500 kilometer dari Kota Sungai Perak asalmu. Itu ada di Pegunungan Timur Merah. Kau harus tahu, luas sekte yang ada di pegunungan itu adalah 1,9 juta kilometer persegi! Benar-benar patut dikatakan sekte terbesar wilayah Timur. Daya
‘Aku pasti menang!’ Yao Chen menyeru di batinnya sembari mengobarkan semangatnya lebih banyak. ‘Aku ini prajurit! Aku seorang polisi! Tak boleh gentar! Bergeloralah, Jiwa Korsaku!’ pekik hatinya.“Graaakkhhh!” Yao Chen menyeru keras mengobarkan semangatnya.Pedang di tangan Yao Chen terus bergerak lincah tak kendur meski dikeroyok 3 golok yang mengayun brutal padanya. Bunyi dentang memekakkan telinga saat logam beradu memenuhi hutan dalam radius puluhan meter.Yao Chen meliukkan tubuhnya untuk menghindari serangan dan tusukan lawan. Karena lawan semakin gigih ingin membunuhnya, dia mengeluarkan kapak panjang di tangan kirinya yang langsung diayunkan ke salah satu bandit.“Arrghh!” Seruan sakit keluar dari bandit yang lengannya ditebas kapak Yao Chen.Tanpa memedulikan lengan yang tergeletak menyedihkan di tanah, Yao Chen terus menggerakkan pedang dan kapaknya secara ritmis menuangkan keharmonisan dua senjata berbeda jenis.“Arghh!” Bandit lain berseru saat dadanya kena tebas pedang Ya
“Bocah, kutanya sekali lagi, apakah kau yang membunuh ketiga anak buahku?” Bos bandit bertanya sekali lagi sambil auranya terus menguar penuh dominasi saat dia melayang di udara. Tak bisa berkelit, Yao Chen menjawab, “Ya, memang aku yang membunuh mereka. Itu salah mereka karena terlalu tamak ingin menguasai barang-barangku!” Sebagai polisi di Bumi dulunya, dia tak boleh gentar di hadapan penjahat meski tak yakin apakah dirinya bisa memenangkan pertarungan ini. “Grrhhh! Beraninya kau menyalahkan mereka!” Bos bandit menggeram marah sambil menggertakkan gerahamnya. “Akan aku cincang kau!” Bos bandit mengira dia akan dengan mudah membunuh Yao Chen hanya karena lawannya terlihat masih sangat muda dan juga kultivasinya ada jauh beberapa level minor di bawahnya. Meski begitu, bos bandit masih tak paham, bagaimana bisa ketiga anak buahnya yang pastinya memiliki kultivasi tidak memalukan bisa kalah dari bocah seperti Yao Chen? Dia bertanya-tanya, metode licik apa yang digunakan Yao Chen.
Yao Chen melanjutkan perjalanannya dengan kuda yang dia pacu secepat mungkin. Hingga akhirnya dia tiba di gerbang utama Sekte Bilah Langit yang tinggi menjulang begitu megah. Gerbang itu masih tertutup dan ada begitu banyak anak muda berkumpul di depannya.Dalam hatinya, Yao Chen membatin, ‘Sepertinya ada jutaan orang berkumpul di sini untuk ujian perekrutan. Pantas saja dikatakan sekte paling ternama di wilayah timur. Memang pantas menyandang predikat itu. Meski ada di kaki gunung, tapi rasanya seperti sebuah kawasan elit tersendiri.’Di sekelilingnya ada banyak sekali manusia dengan kisaran umur 15 hingga 25 tahun yang berkerumun di depan gerbang sekte, menunggu waktu perekrutan tiba.‘Apakah si bedebah itu ada di sini?’ Yao Chen teringat akan musuh abadinya, Di Yuxian.Segera saja, matanya beredar ke sekitar. Radius 1 kilometer lebih dipenuhi manusia yang bersiap-siap mengikuti perekrutan.“Awas! Minggir!” Ada bentakan suara arogan tak jauh dari Yao Chen. “Beri jalan untuk tuan mud
Langkah kaki Yao Chen sudah hendak maju bergerak ketika dia mendengar suara pengawal Di Yuxian tiba di telinganya. “Hei! Minggir! Kau buta dan tuli atau apa? Tidak lihat kami hendak lewat?” Sontak, Yao Chen termangu. Hingga dia akhirnya dipukul pada dadanya oleh pengawal Di Yuxian hingga jatuh terjengkang ke belakang. “Huh! Orang aneh yang memakai topeng!” hina pengawal itu. “Kau pikir kau hebat hanya karena memakai topeng? Hanya bocah di Tingkat 2 saja sudah ingin berlagak!” Yao Chen mengaktifkan energinya untuk meradar kekuatan pengawal tersebut. Hatinya mencelos ketika mengetahui para pengawal yang mengitari Di Yuxian ada di Tingkat 6 – Ranah Kebangkitan Elemen Inti. ‘Sialan! Mereka sangat kuat! Tentu saja lebih kuat dari bos bandit di Tingkat 3. Apalagi jumlah mereka ada banyak. Sial! Aku akan mati konyol kalau berani melawan Di Yuxian saat ini juga!’ batin Yao Chen meraung tak terima. Mau tak mau dia berdiri dari tanah sambil menahan amarahnya. Sebagai orang yang pandai berka
“Wah! Sudah dimulai!” Orang-orang yang berkerumun segera menoleh ke arah gerbang.Dengan gema seruan dari orang sekte yang menyatakan pembukaan perekrutan, pertarungan apa pun di sana segera terhenti secara otomatis.“Ayo, Kak!” Pemuda gemuk tadi mengajak kakaknya, si pemuda tinggi kurus. Lalu dia menoleh ke Yao Chen sambil tersenyum, “Saudara, mari kita masuk!”Yao Chen mengangguk saja dan mulai berjalan seperti yang lainnya.‘Sepertinya dua kakak beradik itu orang baik. Apakah mereka akan menjadi kawanku nantinya?’ tanya Yao Chen dalam hati. Ketika hidup di Bumi, dia termasuk orang yang supel dan tidak pilih-pilih teman.Di depan Yao Chen, gerbang yang tingginya menjulang hingga puluhan meter itu terlihat kokoh dan membawa wibawa sekte. Begitu bergerak membuka ke dalam, aura digdaya segera menguar dari sana, mengakibatkannya menatap kagum.‘Dulu aku hanya membayangkan saja seperti apa perguruan di era kultivasi. Sekarang aku berdiri tepat di depannya dan sedan memasukinya. Ini sungg
‘Apa bakatku? Apa bakat elemenku? Ayolah, cepat katakan!’ Yao Chen tak sabar menunggu kelanjutkan ucapan Wang Lihui. Tetua sekte yang melayang di udara itu menatap Yao Chen sembari keningnya berkerut. “Baru kali ini aku menemui pemuda yang tak memiliki bakat elemen apa pun sepertimu.” Ucapan Wang Lihui bagai sambaran petir bagi Yao Chen. Sedangkan orang-orang di sana mulai riuh berdiskusi. “Wuah! Ternyata dia tak punya bakat elemen apa pun! Ha ha ha!” “Bukankah semua anak di negeri ini pasti memiliki bakat elemen saat lahir? Tapi dia tak ada! Sepertinya dia memang tak berguna selain berlagak hebat dengan topengnya.” “Kupikir dengan dia memakai topeng, itu menyiratkan bakatnya elemen logam, tapi sepertinya bakat dia hanyalah berlagak saja.” Kemudian, banyak orang mulai menertawakan Yao Chen, kecuali kakak beradik yang sebelumnya dikenal Yao Chen. Mereka diam mematung dengan wajah tak yakin. Tawa paling keras muncul dari Di Yuxian. “Ha ha ha! Si tukang berlagak dengan topeng itu t