Home / Pendekar / Pendekar Tanpa Wajah / 5 - Jalan Menemukan Musuh

Share

5 - Jalan Menemukan Musuh

Author: Gauche Diablo
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Esok paginya, Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke hutan. “Berlatihlah di sini, Yao Chen.”

Gubuk yang mereka tinggali berada di tepian hutan sebuah lembah asri tersembunyi di pegunungan yang jarang dikunjungi orang. Kini, Yao Chen akan menjajal kedalaman hutan.

“Awas!” Ouyang Hetian segera menarik Yao Chen sembari tangannya menebas ke udara hampa ketika mereka baru menjejakkan kaki di kedalaman hutan.

Yao Chen terkejut bukan kepalang ketika mengira gurunya sedang menebas ke udara kosong, ternyata setelahnya ada seekor ular sebesar lengannya tergeletak di tanah dan mati.

“Di sini ada banyak hewan buas dan juga beberapa hewan roh. Kuharap kau bisa melawan mereka.” Ternyata alasan Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke kedalaman hutan adalah untuk melatih pemuda itu.

Dengan cepat Yao Chen memahami keinginan gurunya. Segera dikeluarkannya pedang di tangan kanan dan kapak kecil di tangan kiri. Kedua senjata itu buatan Ouyang Hetian.

Mendadak, Ouyang Hetian melambung ke belakang dan berdiri di salah satu dahan pohon terdekat. “Sebentar lagi akan datang hewan buas! Lawan dia!”

Yao Chen mengangguk dan menyadari kedatangan hewan buas yang dimaksud gurunya. Itu seekor babi hutan dewasa bertaring panjang.

“Hmgh!” Yao Chen mengibaskan pedangnya ke babi hutan yang menerjang. Namun, hewan buas itu sudah melompat lebih cepat. “Argh!”

Yao Chen terkena terjangan moncong babi hutan dan terhempas ke belakang, tapi segera meneguhkan kuda-kudanya sebelum kembali menerjang.

“Hraakhh! Graakhh!” Yao Chen terus menebaskan pedang ke depan sambil membawa energi Qi pada tebasannya.

Taring panjang babi hutan bergelut dengan pedang Yao Chen. Namun, ketika ada kesempatan, pemuda itu mengayunkan kapak di tangan kirinya saat melihat kelengahan si hewan buas.

“Grookkhh!” Babi hutan berhasil terkena tebasan kapak Yao Chen di bahunya.

Namun, Yao Chen tidak menjeda serangannya dan menebaskan pedangnya lebih beruntun.

Crasshh!

Tebasan pedang Yao Chen berhasil menebas hidung babi hutan, lalu menebas putus salah satu taringnya hingga tak bisa dihindari si hewan buas, mengakibatkan babi hutan pun roboh ke tanah dalam genangan darah.

“Bagus! Cukup cepat juga eksekusimu!” Ouyang Hetian berkomentar dari atas dahan pohon. “Lihat! Ada lainnya yang mendekat!”

Sepanjang hari ini, Yao Chen melawan banyak hewan buas dengan pengawasan Ouyang Hetian karena ini pertama kali baginya berlatih menggunakan hewan buas.

Minggu berikutnya, Yao Chen sudah mahir menangani hewan buas dan beberapa hewan roh tingkat 1 tanpa bantuan Ouyang Hetian. Sang guru hanya perlu mengawasi dari atas pohon.

“Hraakkhh! Arrhhh!” Yao Chen meraung keras ketika dia menebaskan pedang ke beruang roh level rendah (level 1) setinggi 2 meter lebih ketika berdiri.

Hewan roh itu berjuang melawan pedang Yao Chen dengan mengayunkan cakar besarnya yang bermuatan energi Qi. Akan fatal apabila Yao Chen terkena tebasannya.

“Menyerahlah! Hyaakhh!” seru Yao Chen dengan lafal yang lebih jelas karena pertumbuhan lidahnya semakin cepat dikarenakan perkembangan kultivasinya.

Pedang kembali diayunkan ke arah perut beruang.

“Groaahh!” Beruang roh belum menyerah. Bulu tebalnya turut berperan besar dalam pertahanan sehingga tebasan pedang Yao Chen tidak terlalu fatal untuknya.

“Beruang sialan!” Yao Chen menggeram kesal karena satu jam lebih melawan beruang roh, tapi hewan itu belum tumbang. Padahal dia juga menderita beberapa luka akibat hempasan angin Qi cakar beruang roh. ‘Aku harus menemukan titik lemahnya! Tak mungkin guru membantuku atau aku takkan berkembang!’

Yao Chen berguling menghindari kibasan lengan beruang roh yang sedang berdiri. Ini dimanfaatkannya mengincar kaki belakang. Mengumpulkan energi Qi sebanyak mungkin di pedangnya, dia menebas.

Angin energi Qi berputar ganas menyelubungi bilah pedang Yao Chen dan berhasil memotong kaki gemuk berbulu tebal si beruang roh.

“Groaahhh!” Beruang roh meraung kesakitan dan rubuh ke tanah.

Tak mau kehilangan momentum, Yao Chen melonjak di udara dan menukik ke bawah, mengarahkan mata pedangnya ke perut beruang roh yang terbaring kesakitan.

Jlebb!

Pedang tenggelam sepenuhnya ke perut beruang roh. Tapi sebelum si hewan menyambar tubuh Yao Chen, remaja itu bergegas mencabut pedangnya dan menebas leher beruang roh.

Craasss!

Darah menyembur keluar bagaikan air mancur. Yao Chen bergegas melompat menjauh dari tubuh terkapar beruang roh.

‘Ini hewan roh cukup kuat dan merepotkan yang kutaklukkan selama berlatih di hutan ini.’ Yao Chen menilai.

Seperti dikatakan Ouyang Hetian, hewan roh dibagi menjadi 5 level: rendah, menengah, tinggi, raja, dan kaisar. Satu level pada hewan roh setara dengan 6 tingkatan pada kultivator manusia. Beruang yang dibunuh Yao Chen adalah hewan roh level 1, termasuk lawan kuat untuk Yao Chen saat ini.

Ketika Yao Chen menoleh ke gurunya, Ouyang Hetian mengangguk dari atas pohon. Kemudian, tubuh beruang roh itu dibawa pulang untuk dimasak. Daging hewan roh sangat bergizi untuk kultivator, itu sudah pasti.

“Kau ingin mencoba mempelajari penempaan senjata?” tanya Ouyang Hetian ketika selesai makan malam.

Terkesima oleh tawaran Ouyang Hetian, mata Yao Chen berbinar. Dia memang berniat mempelajari ilmu penempaan senjata setelah menguasai ilmu dasar alkimia.

“Unh! Tentu saja mau, Guru!” Yao Chen mengangguk. Dia akan mencoba semua cara untuk membuat dirinya bertambah kuat dan bernilai. Lidahnya belum tumbuh sempurna sehingga ucapan masih belum sejelas manusia normal.

Maka, esok harinya dia mulai berkutat dengan tungku setinggi 7 meter yang ternyata ada di belakang gubuk, di sebuah ruangan tersembunyi.

“Hati-hati, jangan sampai tercebur ke dalamnya.” Ouyang Hetian berjalan lebih dulu menaiki anak tangga batu menuju ke puncak tungku. “Ini adalah tungku untuk pemula sepertimu. Kuharap kau bisa menguasainya dalam beberapa minggu.”

Berbekal kegigihan tekadnya, Yao Chen mempelajari penempaan senjata. Dia rela terkena panas dari tungku, banjir peluh, dan rasa sakit di tangan ketika harus terus-menerus mengayunkan palunya, tapi dia tak mau menyerah.

Menyerah berarti kalah! Menyerah berarti tak bisa pulang!

“Tingkatan pembuat senjata ada 3. Pertama, Penempa. Kedua, Pemurni. Ketiga dan paling tinggi, Pencipta.” Ouyang Hetian menjelaskan di suatu sore usai Yao Chen berlatih.

Yao Chen ingin bertanya Ouyang Hetian sudah di level yang mana, tapi sepertinya itu kurang sopan.

“Aku di tingkat Pemurni Senjata.” Seakan tahu isi hati Yao Chen, Ouyang Hetian menguak sendiri tingkatannya. “Level Pencipta masih jauh bagiku. Itu hanyalah level mahaguru luar biasa yang sangat sulit digapai, karena untuk mencapai level itu, harus mampu menciptakan senjata menggunakan energi Qi dan menggabungkan elemen miliknya. Juga, senjata itu nantinya akan memiliki rohnya sendiri.”

Senjata Roh! Rupanya begitu. Yao Chen akan mengingatnya.

***

Tidak terasa, 11 bulan lebih terlewati dan Yao Chen semakin kuat secara fisik.

“Jangan bilang kamu naik tingkat lagi, Yao Chen!” Ouyang Hetian takjub saat menyadari kenaikan kultivasi anak didiknya.

Yao Chen mengangguk. Dia sudah mencapai Ranah Dasar Pemurnian Qi tahap puncak, setara kultivator tingkat 2. Untuk diketahui, naik satu tingkat minor saja membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan tahunan. Namun, Yao Chen bisa menggapainya hanya beberapa bulan singkat.

“Sepertinya kau termasuk genius bila kenaikan tingkat minormu hanya terjadi dalam satu atau dua bulan.” Demikian penilaian Ouyang Hetian. “Hm, kuyakin kau siap berlatih dengan hewan roh yang lebih tinggi levelnya. Besok akan kubawa ke hutan yang lebih dalam. Coba taklukkan mereka!”

Yao Chen mengangguk sebelum merenung. ‘Yang kuketahui, hewan roh jauh lebih kuat dari hewan buas biasa. Bahkan mereka ada level kekuatannya yang sebanding dengan para kultivator.’

Keesokan harinya, sesuai janji Ouyang Hetian, Yao Chen dibawa ke hutan yang lebih dalam. Dengan bangga dia menenteng kapak kecil dan pedang panjang hasil tempaan dia sendiri.

“Tenang saja, hanya ada hewan roh tingkat 1 dan 2 di sini. Aku yakin kau bisa menanganinya.” Ouyang Hetian memiliki keyakinan pada muridnya. Itu artinya hewan roh tersebut berada di level menengah.

Benar saja, Yao Chen dengan cepat menaklukkan beberapa hewan roh yang menghampirinya seharian ini. Sungguh pengalaman luar biasa untuknya yang merupakan manusia bumi.

***

“Yao Chen, aku memiliki informasi untukmu.” Ouyang Hetian duduk di ruang tengah gubuknya yang kecil.

Segera, Yao Chen ikut duduk, siap mendengar informasi dari gurunya.

“Kudengar dari pelangganku, beberapa bulan lagi akan ada perekrutan tahunan di Sekte Bilah Langit. Konon, mantan tunanganmu dan Di Yuxian juga akan mendaftar ke sana.” Ouyang Hetian membuka informasi. "Apa kau berminat?"

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Anisa Salsabila P
muka bruangny mksdku, nyahahaha
goodnovel comment avatar
Anisa Salsabila P
dih aq klo jdo danang bklan cakar2 tuh muka pnjhatny
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pendekar Tanpa Wajah   6 - Mendapat Halangan

    Mendengar tawaran Ouyang Hetian, sontak saja mata Yao Chen berbinar. “Unh!” Dia mengangguk tegas. Terbayang olehnya sang mantan tunangan dan pemuda yang membuat nasibnya setragis ini. ‘Lihat saja kalian berdua, akan aku buat kalian mendambakan kematian ketika ada dalam genggamanku!’ Demikian ikrar Yao Chen sambil tangan terkepal kuat. Namun, sebagai orang Bumi, Yao Chen tak mengerti apa pun mengenai Sekte Bilah Langit. “Guru, Sekte Bilah Langit, apa itu?” tanyanya. Meski dia penggemar cerita dan drama kultivasi saat hidup di Bumi, tetap saja dia harus mengetahui seluk-beluk tempat yang harus dia masuki nantinya. Apakah akan seluarbiasa yang sering dia baca? “Sekte Bilah Langit merupakan sekte bela diri terbesar di wilayah Timur ini. Lokasinya sekitar 500 kilometer dari Kota Sungai Perak asalmu. Itu ada di Pegunungan Timur Merah. Kau harus tahu, luas sekte yang ada di pegunungan itu adalah 1,9 juta kilometer persegi! Benar-benar patut dikatakan sekte terbesar wilayah Timur. Daya

  • Pendekar Tanpa Wajah   7 - Lawan Kuat

    ‘Aku pasti menang!’ Yao Chen menyeru di batinnya sembari mengobarkan semangatnya lebih banyak. ‘Aku ini prajurit! Aku seorang polisi! Tak boleh gentar! Bergeloralah, Jiwa Korsaku!’ pekik hatinya.“Graaakkhhh!” Yao Chen menyeru keras mengobarkan semangatnya.Pedang di tangan Yao Chen terus bergerak lincah tak kendur meski dikeroyok 3 golok yang mengayun brutal padanya. Bunyi dentang memekakkan telinga saat logam beradu memenuhi hutan dalam radius puluhan meter.Yao Chen meliukkan tubuhnya untuk menghindari serangan dan tusukan lawan. Karena lawan semakin gigih ingin membunuhnya, dia mengeluarkan kapak panjang di tangan kirinya yang langsung diayunkan ke salah satu bandit.“Arrghh!” Seruan sakit keluar dari bandit yang lengannya ditebas kapak Yao Chen.Tanpa memedulikan lengan yang tergeletak menyedihkan di tanah, Yao Chen terus menggerakkan pedang dan kapaknya secara ritmis menuangkan keharmonisan dua senjata berbeda jenis.“Arghh!” Bandit lain berseru saat dadanya kena tebas pedang Ya

  • Pendekar Tanpa Wajah   8 - Menghadapi Bos Bandit

    “Bocah, kutanya sekali lagi, apakah kau yang membunuh ketiga anak buahku?” Bos bandit bertanya sekali lagi sambil auranya terus menguar penuh dominasi saat dia melayang di udara. Tak bisa berkelit, Yao Chen menjawab, “Ya, memang aku yang membunuh mereka. Itu salah mereka karena terlalu tamak ingin menguasai barang-barangku!” Sebagai polisi di Bumi dulunya, dia tak boleh gentar di hadapan penjahat meski tak yakin apakah dirinya bisa memenangkan pertarungan ini. “Grrhhh! Beraninya kau menyalahkan mereka!” Bos bandit menggeram marah sambil menggertakkan gerahamnya. “Akan aku cincang kau!” Bos bandit mengira dia akan dengan mudah membunuh Yao Chen hanya karena lawannya terlihat masih sangat muda dan juga kultivasinya ada jauh beberapa level minor di bawahnya. Meski begitu, bos bandit masih tak paham, bagaimana bisa ketiga anak buahnya yang pastinya memiliki kultivasi tidak memalukan bisa kalah dari bocah seperti Yao Chen? Dia bertanya-tanya, metode licik apa yang digunakan Yao Chen.

  • Pendekar Tanpa Wajah   9 - Bertemu Musuh

    Yao Chen melanjutkan perjalanannya dengan kuda yang dia pacu secepat mungkin. Hingga akhirnya dia tiba di gerbang utama Sekte Bilah Langit yang tinggi menjulang begitu megah. Gerbang itu masih tertutup dan ada begitu banyak anak muda berkumpul di depannya.Dalam hatinya, Yao Chen membatin, ‘Sepertinya ada jutaan orang berkumpul di sini untuk ujian perekrutan. Pantas saja dikatakan sekte paling ternama di wilayah timur. Memang pantas menyandang predikat itu. Meski ada di kaki gunung, tapi rasanya seperti sebuah kawasan elit tersendiri.’Di sekelilingnya ada banyak sekali manusia dengan kisaran umur 15 hingga 25 tahun yang berkerumun di depan gerbang sekte, menunggu waktu perekrutan tiba.‘Apakah si bedebah itu ada di sini?’ Yao Chen teringat akan musuh abadinya, Di Yuxian.Segera saja, matanya beredar ke sekitar. Radius 1 kilometer lebih dipenuhi manusia yang bersiap-siap mengikuti perekrutan.“Awas! Minggir!” Ada bentakan suara arogan tak jauh dari Yao Chen. “Beri jalan untuk tuan mud

  • Pendekar Tanpa Wajah   10 - Hinaan Di Yuxian

    Langkah kaki Yao Chen sudah hendak maju bergerak ketika dia mendengar suara pengawal Di Yuxian tiba di telinganya. “Hei! Minggir! Kau buta dan tuli atau apa? Tidak lihat kami hendak lewat?” Sontak, Yao Chen termangu. Hingga dia akhirnya dipukul pada dadanya oleh pengawal Di Yuxian hingga jatuh terjengkang ke belakang. “Huh! Orang aneh yang memakai topeng!” hina pengawal itu. “Kau pikir kau hebat hanya karena memakai topeng? Hanya bocah di Tingkat 2 saja sudah ingin berlagak!” Yao Chen mengaktifkan energinya untuk meradar kekuatan pengawal tersebut. Hatinya mencelos ketika mengetahui para pengawal yang mengitari Di Yuxian ada di Tingkat 6 – Ranah Kebangkitan Elemen Inti. ‘Sialan! Mereka sangat kuat! Tentu saja lebih kuat dari bos bandit di Tingkat 3. Apalagi jumlah mereka ada banyak. Sial! Aku akan mati konyol kalau berani melawan Di Yuxian saat ini juga!’ batin Yao Chen meraung tak terima. Mau tak mau dia berdiri dari tanah sambil menahan amarahnya. Sebagai orang yang pandai berka

  • Pendekar Tanpa Wajah   11 - Ujian Pertama

    “Wah! Sudah dimulai!” Orang-orang yang berkerumun segera menoleh ke arah gerbang.Dengan gema seruan dari orang sekte yang menyatakan pembukaan perekrutan, pertarungan apa pun di sana segera terhenti secara otomatis.“Ayo, Kak!” Pemuda gemuk tadi mengajak kakaknya, si pemuda tinggi kurus. Lalu dia menoleh ke Yao Chen sambil tersenyum, “Saudara, mari kita masuk!”Yao Chen mengangguk saja dan mulai berjalan seperti yang lainnya.‘Sepertinya dua kakak beradik itu orang baik. Apakah mereka akan menjadi kawanku nantinya?’ tanya Yao Chen dalam hati. Ketika hidup di Bumi, dia termasuk orang yang supel dan tidak pilih-pilih teman.Di depan Yao Chen, gerbang yang tingginya menjulang hingga puluhan meter itu terlihat kokoh dan membawa wibawa sekte. Begitu bergerak membuka ke dalam, aura digdaya segera menguar dari sana, mengakibatkannya menatap kagum.‘Dulu aku hanya membayangkan saja seperti apa perguruan di era kultivasi. Sekarang aku berdiri tepat di depannya dan sedan memasukinya. Ini sungg

  • Pendekar Tanpa Wajah   12 - Mengejutkan Semua Orang

    ‘Apa bakatku? Apa bakat elemenku? Ayolah, cepat katakan!’ Yao Chen tak sabar menunggu kelanjutkan ucapan Wang Lihui. Tetua sekte yang melayang di udara itu menatap Yao Chen sembari keningnya berkerut. “Baru kali ini aku menemui pemuda yang tak memiliki bakat elemen apa pun sepertimu.” Ucapan Wang Lihui bagai sambaran petir bagi Yao Chen. Sedangkan orang-orang di sana mulai riuh berdiskusi. “Wuah! Ternyata dia tak punya bakat elemen apa pun! Ha ha ha!” “Bukankah semua anak di negeri ini pasti memiliki bakat elemen saat lahir? Tapi dia tak ada! Sepertinya dia memang tak berguna selain berlagak hebat dengan topengnya.” “Kupikir dengan dia memakai topeng, itu menyiratkan bakatnya elemen logam, tapi sepertinya bakat dia hanyalah berlagak saja.” Kemudian, banyak orang mulai menertawakan Yao Chen, kecuali kakak beradik yang sebelumnya dikenal Yao Chen. Mereka diam mematung dengan wajah tak yakin. Tawa paling keras muncul dari Di Yuxian. “Ha ha ha! Si tukang berlagak dengan topeng itu t

  • Pendekar Tanpa Wajah   13 - Ujian Ketiga yang Mendebarkan

    “Semengerikan itu pagoda yang akan digunakan nantinya?” Ada orang berseru di dekat Hu Meng. “Gendut, kau tidak sedang membual untuk menakuti saja, ‘kan?”Beberapa peserta ujian lainnya ikut menyimak percakapan mereka.“Huh! Untuk apa aku membual? Tak ada untungnya bagiku, kecuali nyalimu mendadak mengecil dan kau mundur langsung sekarang juga. Apa kau mau melakukan itu?” Hu Meng menatap lurus ke mata lawan bicaranya dengan keteguhan hati.Orang yang menjadi lawan bicara Hu Meng mendecih.“Tsk! Mana sudi aku mengalah dan memberikan tempatku ke gendut sepertimu!” Orang itu kemudian pergi dari hadapan Hu Meng setelah mendengus keras-keras.Sementara itu, lingkungan sekitar sudah dipenuhi dengan suasana malam hari, ada beberapa Mutiara Malam yang melayang di sekitar mereka, memberikan penerangan seperti lampu.Yao Chen memerhatikan Mutiara Malam yang besarnya mirip bola basket dan bisa memancarkan cahaya sangat terang. ‘Benda yang melayang seperti bola basket itu sepertinya semacam lampu

Latest chapter

  • Pendekar Tanpa Wajah   497 - Rasa Penasaran Mendera Hati

    “Dia … ada garis keturunan di Kaisar Manusia?” Yao Chen kini mulai pening memikirkannya.Kenapa cobaan cinta begitu berat untuknya yang seorang amatir asmara? Dia ingin setia saja pada Sima Honglian, tapi kenapa banyak pihak yang tak ingin dia setia?“Bocah! Kalau memang dia memiliki darah keturunan bocah Kaisar Manusia ini, maka dia memang layak kamu perjuangkan!” Ditambah Gao Long yang ikut memanasi suasana.Yao Chen memijit pelipis, berpikir keras mengenai itu.Karena enggan memikirkan hal Putri Suci, maka Yao Chen memilih untuk berbicara mengenai hal lainnya.“Gao Long, kamu kenapa menginginkan pedang bobrok yang kemarin itu?” tanyanya.Gao Long terbang berputar di atas Yao Chen sambil dia berkata, “Bocah, kamu tidak tau apa-apa mengenai itu. Pedang yang kau katakan bobrok itu sebenarnya memiliki jiwa pedang.”Usai mengatakan demikian, Gao Long terkekeh dengan wajah mencurigakan.Yao Chen langsung saja curiga. “Jangan katakan jiwa pedangnya … seekor naga?”Setelah itu, Gao Long te

  • Pendekar Tanpa Wajah   496 - Putri Suci

    ‘Jadi dia adalah Putri Suci?’ Yao Chen memekik di hatinya.Matanya memindai Putri Suci dari atas hingga bawah. Wanita muda berpenampilan ala gadis 17 tahun.Putri Suci Istana Dewa bagaikan lukisan yang dilahirkan oleh kuas para dewa. Sosoknya yang anggun terlihat bagai bunga lotus yang mekar di atas kolam suci - begitu murni dan mempesona tanpa setitik noda.“Salam untuk Tuan Muda,” ucap Putri Suci sambil menatap sekejap pada Yao Chen sambil menekuk lututnya sedikit dengan gaya anggun seraya menundukkan pandangan.Sepasang matanya yang jernih mengingatkan Yao Chen pada bintang-bintang di langit malam musim gugur, berkilau dengan cahaya lembut yang menenangkan jiwa. Alisnya melengkung bagai bulan sabit tipis, menyempurnakan wajahnya yang oval bagai jade putih.“Ah! Salam untuk Putri Suci!” Yao Chen tersadar dan segera membalas salam itu sambil memberikan salam sojanya.Kulit Putri Suci seputih salju pertama di musim dingin, dengan rona merah alami di pipi yang mengingatkan pada kelopak

  • Pendekar Tanpa Wajah   495 - Hati Berdarah Bai Yuan

    “Sudah, cepat serahkan barangnya ke Tuan Muda kami!” Bai Yuan berkata dengan suara rendah dan terkesan tak sabar.Wajar jika dia merasakan hatinya berdarah-darah, karena keluarga besarnya di rumah membutuhkan uang itu untuk kebutuhan mereka.Hanya karena memandang Yao Chen adalah anak paling dinantikan Gongsun Huojun, maka Bai Yuan menahan rasa pedih di hatinya.“Terima kasih, Tuan Muda! Anda sungguh cerdas dengan berbelanja di kios ini.” Manajer kios menyambar kantong kulit dari Bai Yuan dan malah menoleh ke Yao Chen untuk bicara. “Barang-barang kami bermutu tinggi dan tidak akan mengecewakan. Anda bisa melihat-lihat dulu barang lainnya.”“Tidak perlu!” Bai Yuan terpaksa mengatakan demikian. Uang yang dibawanya terbatas, tak boleh sampai malu di kios seperti ini hanya karena tidak sanggup membayar. “Tidak perlu, terima kasih.”Yao Chen melirik Bai Yuan. Dia bisa berempati dengan apa yang dirasakan Bai Yuan. Tergambar jelas keengganan pengawalnya itu ketika menyodorkan batu kristal ya

  • Pendekar Tanpa Wajah   494 - Barang Antik di Benua Atas Harganya Tidak Masuk Otak!

    “120 kristal tinggi setara dengan 10.000 kristal rendah?” Yao Chen mengulang sembari membelalakkan mata, kehilangan wibawa ketenangan ala tuan muda yang dia tunjukkan.Maka, bukankah dia membutuhkan 1.200.000 batu kristal rendah jika memang ingin membeli pedang itu?Lantas, dia dengan cepat menghitung berapa kekayaan dia saat ini.‘Aku cuma punya …. 27 ribu batu kristal rendah! Manajer sialan ini hendak memerasku? Memangnya harga pedang bobrok itu harus setinggi itu?! Orang-orang di benua atas sudah gila!’ maki Yao Chen dalam benaknya. ‘Padahal dengan hartaku sebanyak itu, aku tergolong orang kaya di benua rendah!’Bai Yuan melirik Yao Chen yang terlihat susah dan ragu. Hatinya meratap, seakan tau apa yang akan terjadi.“Terimalah ini.” Bai Yuan sedikit tak rela ketika dia mengeluarkan kantong kecil dari kulit ke manajer kios.Manajer kios tersenyum lebar menerima kantong kulit tersebut. Dia sudah bisa mendeteksi adanya 120 batu kristal tinggi di dalamnya. Tak kurang dan tak lebih!Ya

  • Pendekar Tanpa Wajah   493 - Privilege Tampan

    ‘Nona Besar Sheng? Sekte Langit Kudus? Aku tak paham dengan itu semua!’ Yao Chen berpikir.Alih-alih dia bertanya, Yao Chen justru berkata, “Pernikahan merupakan hal yang harus disepakati kedua belah pihak yang saling mencintai. Aku dan kamu adalah orang asing, bagaimana mungkin aku menikahi orang yang tidak aku kenal?”Ketika Nona Besar Sheng hendak bicara, Bai Yuan sudah lebih dahulu mengucapkan, “Nona Besar Sheng, mengenai pernikahan, akan kami diskusikan dulu dengan ketua kami. Mohon Anda bersabar menunggu jawabannya.”Bai Yuan membungkuk sambil bersoja ke Nona Besar Sheng. Wanita dengan harga diri setinggi itu pasti tak suka dipermalukan di depan umum. Tak heran dia menuntut pernikahan dari Yao Chen.‘Bukankah biasanya wanita dari klan Sheng, apabila mereka ditolak atau tidak menginginkan pernikahan dengan pria yang menyentuh mereka, tentunya mereka akan langsung membunuh pria tersebut. Tapi … tidak demikian dengan Tuan Muda Chen!’ pikir Bai Yuan.Bahkan Bai Yuan mulai memiliki a

  • Pendekar Tanpa Wajah   492 - Harus Menikahi sebagai Tanggung Jawab Moral

    “Apa maksudmu?” Yao Chen menyeru disertai raut muka bingung.Wanita itu kesal dengan jawaban Yao Chen dan justru memukul dada Yao Chen.Namun, Yao Chen lebih sigap dan bertahan dengan menyilangkan kedua lengan di depan dada, lalu terpental mundur dan ditahan Bai Yuan dari belakang.“Tuan Muda, Anda tidak apa-apa?” tanya Bai Yuan.Meski ucapan itu cukup pelan dari Bai Yuan, tapi rupanya masih terdengar jelas oleh si wanita dan juga beberapa lawannya tadi.Mata mereka membelalak singkat, menyiratkan keterkejutan. Bai Yuan adalah sosok ternama di kota Seribu Dewa. Dia dikenal sebagai tangan kanan Gongsun Huojun paling kuat. Meski tingkat kultivasinya hanya di Tingkat 15, tapi banyak yang meyakini lebih dari itu. Bahkan dia dirumorkan setara kuatnya dengan Gongsun Huojun itu sendiri.Kalau Bai Yuan sampai memanggil seorang pemuda dengan sebutan Tuan Muda, maka apa lagi selain pemuda itu merupakan keturunan keluarga Gongsun yang berharga. Warga Istana Dewa yang sangat dilindungi.“Aku tida

  • Pendekar Tanpa Wajah   491 - Sudah Menyentuh Terlalu Banyak

    “Itu tergantung kemampuanmu!” balas Yao Chen sambil mempersiapkan dirinya.Dalam sekejap, Yao Chen sudah bertarung melawan 10 orang sekaligus. Masing-masing dari mereka berada di Tingkat 10 dan Tingkat 11. Cukup merepotkan karena jumlahnya.“Ha ha! Dia hanya di Tingkat 8!” ejek salah satunya.“Tidak kusangka, Istana Dewa menyimpan murid sampah seperti dia!” balas kawannya.“Mungkin dia hanya tukang kuda di sana, tapi tetap saja dia harus mati di tanganku karena berasal dari Tanah Suci!” pekik yang tadi.Yao Chen menggunakan hukum kekuatan ruang beserta Teknik Langkah Hantu untuk menghindari serangan mereka sekaligus memberikan pukulan menggunakan api Gao Long yang disinkronisasikan dengan kekuatan elemen lainnya.“Arghh!”“Tidak!”“Urghh!”Secara bergantian, para penyerangnya tumbang, berjatuhan di tanah dan dalam keadaan menyedihkan. Mereka tidak mengira, bocah Tingkat 8 bisa mengurus mereka bersepuluh yang tingkat kultivasinya jauh di atas Yao Chen.Kenyataan macam apa ini?!Mereka

  • Pendekar Tanpa Wajah   490 - Kau Adalah Alasannya

    “Adik Keenam?” Yao Chen memanggil Nona Muda Yifei yang masih diam tanpa kata.Hanya tubuh gadis itu yang bergetar akibat menahan sesuatu. Yao Chen meyakini yang coba ditahan Nona Muda Yifei adalah emosi.Dengan tangan terkepal erat di atas meja, Nona Muda Yifei menatap Yao Chen sambil bicara, “Aku sama sekali tidak mengetahui mengenai apa yang kau tanyakan. Yang kutau hanyalah ayah tega membunuh kakakku yang masih 10 tahun dengan pukulan kejinya sehingga kakakku tak bertahan dan mati di depan mataku!”Air mata mulai meleleh jatuh di pipi Nona Muda Yifei. Bahkan dia sudah tidak lagi menggunakan panggilan hormatnya ke Yao Chen. Benar-benar sudah membuka wajah aslinya?Bibir Nona Muda Yifei bergetar sambil terus mengucurkan air mata yang tak bisa dibendung. “Dan kau adalah penyebab utamanya.”Mendengar penuturan Nona Muda Yifei, Yao Chen termangu diam. Mana pernah dia mengira bahwa dirinya merupakan alasan bagi Gongsun Huojun membunuh ketiga keturunannya sendiri! Memangnya apa kesalahan

  • Pendekar Tanpa Wajah   489 - Memancing Nona Muda Kedua

    “Ini gila!” Yao Chen berbisik keras dengan dahi berkerut. “Kenapa aku dijadikan Putra Suci? Aku ini baru saja datang ke sini! Penerus? Bukankah ada Tuan Muda Ketiga yang lebih memiliki kemampuan daripada aku?”Yao Chen tak habis pikir. Kenapa dia? Kenapa? Apa Gongsun Huojun sudah kehilangan akal warasnya?“Menjawab Tuan Muda Kelima,” sahut Mei’er lagi, “sepengetahuan saya, Anda sudah ditetapkan sebagai Putra Suci semenjak Anda masih kecil.”Sejak kecil! Gongsun Huojun gila! Yao Chen mengumpat di batinnya.“Mei’er, memangnya kriteria apa yang dimiliki seseorang sampai bisa ditunjuk sebagai Putra Suci?” tanya Yao Chen, masih ingin mengetahui lebih banyak.Masih dengan kepala tertunduk, Mei’er menjawab, “Mei’er tidak mengerti mengenai hal itu, Tuan Muda. Anda bisa menanyakannya secara pribadi kepada Tuan Besar.”Helaan napas panjang keluar dari mulut Yao Chen.“Aku hanya heran saja. Kenapa aku yang ditunjuk menjadi Putra Suci? Pewaris? Maksudnya aku akan mewarisi sekte ini? Bukankah ada

DMCA.com Protection Status