Esok paginya, Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke hutan. “Berlatihlah di sini, Yao Chen.”
Gubuk yang mereka tinggali berada di tepian hutan sebuah lembah asri tersembunyi di pegunungan yang jarang dikunjungi orang. Kini, Yao Chen akan menjajal kedalaman hutan.
“Awas!” Ouyang Hetian segera menarik Yao Chen sembari tangannya menebas ke udara hampa ketika mereka baru menjejakkan kaki di kedalaman hutan.
Yao Chen terkejut bukan kepalang ketika mengira gurunya sedang menebas ke udara kosong, ternyata setelahnya ada seekor ular sebesar lengannya tergeletak di tanah dan mati.
“Di sini ada banyak hewan buas dan juga beberapa hewan roh. Kuharap kau bisa melawan mereka.” Ternyata alasan Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke kedalaman hutan adalah untuk melatih pemuda itu.
Dengan cepat Yao Chen memahami keinginan gurunya. Segera dikeluarkannya pedang di tangan kanan dan kapak kecil di tangan kiri. Kedua senjata itu buatan Ouyang Hetian.
Mendadak, Ouyang Hetian melambung ke belakang dan berdiri di salah satu dahan pohon terdekat. “Sebentar lagi akan datang hewan buas! Lawan dia!”
Yao Chen mengangguk dan menyadari kedatangan hewan buas yang dimaksud gurunya. Itu seekor babi hutan dewasa bertaring panjang.
“Hmgh!” Yao Chen mengibaskan pedangnya ke babi hutan yang menerjang. Namun, hewan buas itu sudah melompat lebih cepat. “Argh!”
Yao Chen terkena terjangan moncong babi hutan dan terhempas ke belakang, tapi segera meneguhkan kuda-kudanya sebelum kembali menerjang.
“Hraakhh! Graakhh!” Yao Chen terus menebaskan pedang ke depan sambil membawa energi Qi pada tebasannya.
Taring panjang babi hutan bergelut dengan pedang Yao Chen. Namun, ketika ada kesempatan, pemuda itu mengayunkan kapak di tangan kirinya saat melihat kelengahan si hewan buas.
“Grookkhh!” Babi hutan berhasil terkena tebasan kapak Yao Chen di bahunya.
Namun, Yao Chen tidak menjeda serangannya dan menebaskan pedangnya lebih beruntun.
Crasshh!
Tebasan pedang Yao Chen berhasil menebas hidung babi hutan, lalu menebas putus salah satu taringnya hingga tak bisa dihindari si hewan buas, mengakibatkan babi hutan pun roboh ke tanah dalam genangan darah.
“Bagus! Cukup cepat juga eksekusimu!” Ouyang Hetian berkomentar dari atas dahan pohon. “Lihat! Ada lainnya yang mendekat!”
Sepanjang hari ini, Yao Chen melawan banyak hewan buas dengan pengawasan Ouyang Hetian karena ini pertama kali baginya berlatih menggunakan hewan buas.
Minggu berikutnya, Yao Chen sudah mahir menangani hewan buas dan beberapa hewan roh tingkat 1 tanpa bantuan Ouyang Hetian. Sang guru hanya perlu mengawasi dari atas pohon.
“Hraakkhh! Arrhhh!” Yao Chen meraung keras ketika dia menebaskan pedang ke beruang roh level rendah (level 1) setinggi 2 meter lebih ketika berdiri.
Hewan roh itu berjuang melawan pedang Yao Chen dengan mengayunkan cakar besarnya yang bermuatan energi Qi. Akan fatal apabila Yao Chen terkena tebasannya.
“Menyerahlah! Hyaakhh!” seru Yao Chen dengan lafal yang lebih jelas karena pertumbuhan lidahnya semakin cepat dikarenakan perkembangan kultivasinya.
Pedang kembali diayunkan ke arah perut beruang.
“Groaahh!” Beruang roh belum menyerah. Bulu tebalnya turut berperan besar dalam pertahanan sehingga tebasan pedang Yao Chen tidak terlalu fatal untuknya.
“Beruang sialan!” Yao Chen menggeram kesal karena satu jam lebih melawan beruang roh, tapi hewan itu belum tumbang. Padahal dia juga menderita beberapa luka akibat hempasan angin Qi cakar beruang roh. ‘Aku harus menemukan titik lemahnya! Tak mungkin guru membantuku atau aku takkan berkembang!’
Yao Chen berguling menghindari kibasan lengan beruang roh yang sedang berdiri. Ini dimanfaatkannya mengincar kaki belakang. Mengumpulkan energi Qi sebanyak mungkin di pedangnya, dia menebas.
Angin energi Qi berputar ganas menyelubungi bilah pedang Yao Chen dan berhasil memotong kaki gemuk berbulu tebal si beruang roh.
“Groaahhh!” Beruang roh meraung kesakitan dan rubuh ke tanah.
Tak mau kehilangan momentum, Yao Chen melonjak di udara dan menukik ke bawah, mengarahkan mata pedangnya ke perut beruang roh yang terbaring kesakitan.
Jlebb!
Pedang tenggelam sepenuhnya ke perut beruang roh. Tapi sebelum si hewan menyambar tubuh Yao Chen, remaja itu bergegas mencabut pedangnya dan menebas leher beruang roh.
Craasss!
Darah menyembur keluar bagaikan air mancur. Yao Chen bergegas melompat menjauh dari tubuh terkapar beruang roh.
‘Ini hewan roh cukup kuat dan merepotkan yang kutaklukkan selama berlatih di hutan ini.’ Yao Chen menilai.
Seperti dikatakan Ouyang Hetian, hewan roh dibagi menjadi 5 level: rendah, menengah, tinggi, raja, dan kaisar. Satu level pada hewan roh setara dengan 6 tingkatan pada kultivator manusia. Beruang yang dibunuh Yao Chen adalah hewan roh level 1, termasuk lawan kuat untuk Yao Chen saat ini.
Ketika Yao Chen menoleh ke gurunya, Ouyang Hetian mengangguk dari atas pohon. Kemudian, tubuh beruang roh itu dibawa pulang untuk dimasak. Daging hewan roh sangat bergizi untuk kultivator, itu sudah pasti.
“Kau ingin mencoba mempelajari penempaan senjata?” tanya Ouyang Hetian ketika selesai makan malam.
Terkesima oleh tawaran Ouyang Hetian, mata Yao Chen berbinar. Dia memang berniat mempelajari ilmu penempaan senjata setelah menguasai ilmu dasar alkimia.
“Unh! Tentu saja mau, Guru!” Yao Chen mengangguk. Dia akan mencoba semua cara untuk membuat dirinya bertambah kuat dan bernilai. Lidahnya belum tumbuh sempurna sehingga ucapan masih belum sejelas manusia normal.
Maka, esok harinya dia mulai berkutat dengan tungku setinggi 7 meter yang ternyata ada di belakang gubuk, di sebuah ruangan tersembunyi.
“Hati-hati, jangan sampai tercebur ke dalamnya.” Ouyang Hetian berjalan lebih dulu menaiki anak tangga batu menuju ke puncak tungku. “Ini adalah tungku untuk pemula sepertimu. Kuharap kau bisa menguasainya dalam beberapa minggu.”
Berbekal kegigihan tekadnya, Yao Chen mempelajari penempaan senjata. Dia rela terkena panas dari tungku, banjir peluh, dan rasa sakit di tangan ketika harus terus-menerus mengayunkan palunya, tapi dia tak mau menyerah.
Menyerah berarti kalah! Menyerah berarti tak bisa pulang!
“Tingkatan pembuat senjata ada 3. Pertama, Penempa. Kedua, Pemurni. Ketiga dan paling tinggi, Pencipta.” Ouyang Hetian menjelaskan di suatu sore usai Yao Chen berlatih.
Yao Chen ingin bertanya Ouyang Hetian sudah di level yang mana, tapi sepertinya itu kurang sopan.
“Aku di tingkat Pemurni Senjata.” Seakan tahu isi hati Yao Chen, Ouyang Hetian menguak sendiri tingkatannya. “Level Pencipta masih jauh bagiku. Itu hanyalah level mahaguru luar biasa yang sangat sulit digapai, karena untuk mencapai level itu, harus mampu menciptakan senjata menggunakan energi Qi dan menggabungkan elemen miliknya. Juga, senjata itu nantinya akan memiliki rohnya sendiri.”
Senjata Roh! Rupanya begitu. Yao Chen akan mengingatnya.
***
Tidak terasa, 11 bulan lebih terlewati dan Yao Chen semakin kuat secara fisik.
“Jangan bilang kamu naik tingkat lagi, Yao Chen!” Ouyang Hetian takjub saat menyadari kenaikan kultivasi anak didiknya.
Yao Chen mengangguk. Dia sudah mencapai Ranah Dasar Pemurnian Qi tahap puncak, setara kultivator tingkat 2. Untuk diketahui, naik satu tingkat minor saja membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan tahunan. Namun, Yao Chen bisa menggapainya hanya beberapa bulan singkat.
“Sepertinya kau termasuk genius bila kenaikan tingkat minormu hanya terjadi dalam satu atau dua bulan.” Demikian penilaian Ouyang Hetian. “Hm, kuyakin kau siap berlatih dengan hewan roh yang lebih tinggi levelnya. Besok akan kubawa ke hutan yang lebih dalam. Coba taklukkan mereka!”
Yao Chen mengangguk sebelum merenung. ‘Yang kuketahui, hewan roh jauh lebih kuat dari hewan buas biasa. Bahkan mereka ada level kekuatannya yang sebanding dengan para kultivator.’
Keesokan harinya, sesuai janji Ouyang Hetian, Yao Chen dibawa ke hutan yang lebih dalam. Dengan bangga dia menenteng kapak kecil dan pedang panjang hasil tempaan dia sendiri.
“Tenang saja, hanya ada hewan roh tingkat 1 dan 2 di sini. Aku yakin kau bisa menanganinya.” Ouyang Hetian memiliki keyakinan pada muridnya. Itu artinya hewan roh tersebut berada di level menengah.
Benar saja, Yao Chen dengan cepat menaklukkan beberapa hewan roh yang menghampirinya seharian ini. Sungguh pengalaman luar biasa untuknya yang merupakan manusia bumi.
***
“Yao Chen, aku memiliki informasi untukmu.” Ouyang Hetian duduk di ruang tengah gubuknya yang kecil.
Segera, Yao Chen ikut duduk, siap mendengar informasi dari gurunya.
“Kudengar dari pelangganku, beberapa bulan lagi akan ada perekrutan tahunan di Sekte Bilah Langit. Konon, mantan tunanganmu dan Di Yuxian juga akan mendaftar ke sana.” Ouyang Hetian membuka informasi. "Apa kau berminat?"
Mendengar tawaran Ouyang Hetian, sontak saja mata Yao Chen berbinar. “Unh!” Dia mengangguk tegas. Terbayang olehnya sang mantan tunangan dan pemuda yang membuat nasibnya setragis ini. ‘Lihat saja kalian berdua, akan aku buat kalian mendambakan kematian ketika ada dalam genggamanku!’ Demikian ikrar Yao Chen sambil tangan terkepal kuat. Namun, sebagai orang Bumi, Yao Chen tak mengerti apa pun mengenai Sekte Bilah Langit. “Guru, Sekte Bilah Langit, apa itu?” tanyanya. Meski dia penggemar cerita dan drama kultivasi saat hidup di Bumi, tetap saja dia harus mengetahui seluk-beluk tempat yang harus dia masuki nantinya. Apakah akan seluarbiasa yang sering dia baca? “Sekte Bilah Langit merupakan sekte bela diri terbesar di wilayah Timur ini. Lokasinya sekitar 500 kilometer dari Kota Sungai Perak asalmu. Itu ada di Pegunungan Timur Merah. Kau harus tahu, luas sekte yang ada di pegunungan itu adalah 1,9 juta kilometer persegi! Benar-benar patut dikatakan sekte terbesar wilayah Timur. Daya
‘Aku pasti menang!’ Yao Chen menyeru di batinnya sembari mengobarkan semangatnya lebih banyak. ‘Aku ini prajurit! Aku seorang polisi! Tak boleh gentar! Bergeloralah, Jiwa Korsaku!’ pekik hatinya.“Graaakkhhh!” Yao Chen menyeru keras mengobarkan semangatnya.Pedang di tangan Yao Chen terus bergerak lincah tak kendur meski dikeroyok 3 golok yang mengayun brutal padanya. Bunyi dentang memekakkan telinga saat logam beradu memenuhi hutan dalam radius puluhan meter.Yao Chen meliukkan tubuhnya untuk menghindari serangan dan tusukan lawan. Karena lawan semakin gigih ingin membunuhnya, dia mengeluarkan kapak panjang di tangan kirinya yang langsung diayunkan ke salah satu bandit.“Arrghh!” Seruan sakit keluar dari bandit yang lengannya ditebas kapak Yao Chen.Tanpa memedulikan lengan yang tergeletak menyedihkan di tanah, Yao Chen terus menggerakkan pedang dan kapaknya secara ritmis menuangkan keharmonisan dua senjata berbeda jenis.“Arghh!” Bandit lain berseru saat dadanya kena tebas pedang Ya
“Bocah, kutanya sekali lagi, apakah kau yang membunuh ketiga anak buahku?” Bos bandit bertanya sekali lagi sambil auranya terus menguar penuh dominasi saat dia melayang di udara. Tak bisa berkelit, Yao Chen menjawab, “Ya, memang aku yang membunuh mereka. Itu salah mereka karena terlalu tamak ingin menguasai barang-barangku!” Sebagai polisi di Bumi dulunya, dia tak boleh gentar di hadapan penjahat meski tak yakin apakah dirinya bisa memenangkan pertarungan ini. “Grrhhh! Beraninya kau menyalahkan mereka!” Bos bandit menggeram marah sambil menggertakkan gerahamnya. “Akan aku cincang kau!” Bos bandit mengira dia akan dengan mudah membunuh Yao Chen hanya karena lawannya terlihat masih sangat muda dan juga kultivasinya ada jauh beberapa level minor di bawahnya. Meski begitu, bos bandit masih tak paham, bagaimana bisa ketiga anak buahnya yang pastinya memiliki kultivasi tidak memalukan bisa kalah dari bocah seperti Yao Chen? Dia bertanya-tanya, metode licik apa yang digunakan Yao Chen.
Yao Chen melanjutkan perjalanannya dengan kuda yang dia pacu secepat mungkin. Hingga akhirnya dia tiba di gerbang utama Sekte Bilah Langit yang tinggi menjulang begitu megah. Gerbang itu masih tertutup dan ada begitu banyak anak muda berkumpul di depannya.Dalam hatinya, Yao Chen membatin, ‘Sepertinya ada jutaan orang berkumpul di sini untuk ujian perekrutan. Pantas saja dikatakan sekte paling ternama di wilayah timur. Memang pantas menyandang predikat itu. Meski ada di kaki gunung, tapi rasanya seperti sebuah kawasan elit tersendiri.’Di sekelilingnya ada banyak sekali manusia dengan kisaran umur 15 hingga 25 tahun yang berkerumun di depan gerbang sekte, menunggu waktu perekrutan tiba.‘Apakah si bedebah itu ada di sini?’ Yao Chen teringat akan musuh abadinya, Di Yuxian.Segera saja, matanya beredar ke sekitar. Radius 1 kilometer lebih dipenuhi manusia yang bersiap-siap mengikuti perekrutan.“Awas! Minggir!” Ada bentakan suara arogan tak jauh dari Yao Chen. “Beri jalan untuk tuan mud
Langkah kaki Yao Chen sudah hendak maju bergerak ketika dia mendengar suara pengawal Di Yuxian tiba di telinganya. “Hei! Minggir! Kau buta dan tuli atau apa? Tidak lihat kami hendak lewat?” Sontak, Yao Chen termangu. Hingga dia akhirnya dipukul pada dadanya oleh pengawal Di Yuxian hingga jatuh terjengkang ke belakang. “Huh! Orang aneh yang memakai topeng!” hina pengawal itu. “Kau pikir kau hebat hanya karena memakai topeng? Hanya bocah di Tingkat 2 saja sudah ingin berlagak!” Yao Chen mengaktifkan energinya untuk meradar kekuatan pengawal tersebut. Hatinya mencelos ketika mengetahui para pengawal yang mengitari Di Yuxian ada di Tingkat 6 – Ranah Kebangkitan Elemen Inti. ‘Sialan! Mereka sangat kuat! Tentu saja lebih kuat dari bos bandit di Tingkat 3. Apalagi jumlah mereka ada banyak. Sial! Aku akan mati konyol kalau berani melawan Di Yuxian saat ini juga!’ batin Yao Chen meraung tak terima. Mau tak mau dia berdiri dari tanah sambil menahan amarahnya. Sebagai orang yang pandai berka
“Wah! Sudah dimulai!” Orang-orang yang berkerumun segera menoleh ke arah gerbang.Dengan gema seruan dari orang sekte yang menyatakan pembukaan perekrutan, pertarungan apa pun di sana segera terhenti secara otomatis.“Ayo, Kak!” Pemuda gemuk tadi mengajak kakaknya, si pemuda tinggi kurus. Lalu dia menoleh ke Yao Chen sambil tersenyum, “Saudara, mari kita masuk!”Yao Chen mengangguk saja dan mulai berjalan seperti yang lainnya.‘Sepertinya dua kakak beradik itu orang baik. Apakah mereka akan menjadi kawanku nantinya?’ tanya Yao Chen dalam hati. Ketika hidup di Bumi, dia termasuk orang yang supel dan tidak pilih-pilih teman.Di depan Yao Chen, gerbang yang tingginya menjulang hingga puluhan meter itu terlihat kokoh dan membawa wibawa sekte. Begitu bergerak membuka ke dalam, aura digdaya segera menguar dari sana, mengakibatkannya menatap kagum.‘Dulu aku hanya membayangkan saja seperti apa perguruan di era kultivasi. Sekarang aku berdiri tepat di depannya dan sedan memasukinya. Ini sungg
‘Apa bakatku? Apa bakat elemenku? Ayolah, cepat katakan!’ Yao Chen tak sabar menunggu kelanjutkan ucapan Wang Lihui. Tetua sekte yang melayang di udara itu menatap Yao Chen sembari keningnya berkerut. “Baru kali ini aku menemui pemuda yang tak memiliki bakat elemen apa pun sepertimu.” Ucapan Wang Lihui bagai sambaran petir bagi Yao Chen. Sedangkan orang-orang di sana mulai riuh berdiskusi. “Wuah! Ternyata dia tak punya bakat elemen apa pun! Ha ha ha!” “Bukankah semua anak di negeri ini pasti memiliki bakat elemen saat lahir? Tapi dia tak ada! Sepertinya dia memang tak berguna selain berlagak hebat dengan topengnya.” “Kupikir dengan dia memakai topeng, itu menyiratkan bakatnya elemen logam, tapi sepertinya bakat dia hanyalah berlagak saja.” Kemudian, banyak orang mulai menertawakan Yao Chen, kecuali kakak beradik yang sebelumnya dikenal Yao Chen. Mereka diam mematung dengan wajah tak yakin. Tawa paling keras muncul dari Di Yuxian. “Ha ha ha! Si tukang berlagak dengan topeng itu t
“Semengerikan itu pagoda yang akan digunakan nantinya?” Ada orang berseru di dekat Hu Meng. “Gendut, kau tidak sedang membual untuk menakuti saja, ‘kan?”Beberapa peserta ujian lainnya ikut menyimak percakapan mereka.“Huh! Untuk apa aku membual? Tak ada untungnya bagiku, kecuali nyalimu mendadak mengecil dan kau mundur langsung sekarang juga. Apa kau mau melakukan itu?” Hu Meng menatap lurus ke mata lawan bicaranya dengan keteguhan hati.Orang yang menjadi lawan bicara Hu Meng mendecih.“Tsk! Mana sudi aku mengalah dan memberikan tempatku ke gendut sepertimu!” Orang itu kemudian pergi dari hadapan Hu Meng setelah mendengus keras-keras.Sementara itu, lingkungan sekitar sudah dipenuhi dengan suasana malam hari, ada beberapa Mutiara Malam yang melayang di sekitar mereka, memberikan penerangan seperti lampu.Yao Chen memerhatikan Mutiara Malam yang besarnya mirip bola basket dan bisa memancarkan cahaya sangat terang. ‘Benda yang melayang seperti bola basket itu sepertinya semacam lampu
“Dua naga … dua naga menari sungguhan! Apa kalian lihat itu barusan?!”“Indah sekali … gerakan mereka selaras dan penuh energi, seperti makhluk surgawi!”Sorak-sorai meledak dari pihak Sekte Istana Dewa. Para alkemis dari istana berdiri dari duduk mereka dan berseru-seru dengan semangat tinggi, memuji pil hasil pemurnian Sima Honglian.Aroma harum masih menggantung di udara, dan dua naga imaji yang muncul dari pil itu perlahan menghilang, namun aura megahnya masih terasa menusuk hati.“Pil yang melampaui kesempurnaan! Bahkan bisa membentuk manifestasi dua naga dari energi murni—itu bukan sekadar kebetulan!” seorang alkemis Istana Dewa berseru lantang.“Bukan hanya aroma dan warna pilnya yang sempurna, tapi efek visual seperti itu hanya bisa muncul dari sinkronisasi energi ilahi dengan seni pemurnian tingkat tinggi!”“Benar! Inilah tujuan utama Pil Dua Naga Menari, bukan? Menari—menyatu dalam energi dan wujud! Sima Honglian benar-benar memahaminya!”Namun, dari pihak Sekte Langit Kudus
“Kau membuatku merinding sampai ingin tertawa berguling-guling,” olok Sima Honglian.Nona Sheng hanya bisa menggigit geraham menahan kesal, tak bisa banyak membalas karena dia masih harus berkonsentrasi dengan pilnya.Di atas panggung, suhu tungku perlahan meningkat, udara di sekitarnya mulai bergelombang.Aroma herbal memenuhi udara, membuat banyak alkemis yang menonton menghirup dalam-dalam, mencoba menebak komposisi yang digunakan kedua wanita itu.Namun, perhatian mereka tertuju pada Sima Honglian yang tampak gelisah. Tangan kirinya sedikit gemetar saat memutar suhu tungkunya, dan dahinya terlihat berembun. Beberapa bahan herbal tampak belum terolah sempurna, membuat nyala api tungkunya sesekali berkedip tak stabil.“Dia tampak kesulitan,” bisik seorang penonton.“Apakah benar dia hanya alkemis kelas menengah dari benua bawah?” sambung yang lain.Nona Sheng mendengarnya dan tersenyum angkuh. Dia langsung melirik ke arah panggung sebelah dengan mata penuh sindiran.“Kau tidak perlu
“Berani sekali kau!” pekik kesal Nona Sheng.Dia benci jika ada yang berani mengolok-olok dirinya.“Segera mulai!” seru Yao Chen untuk menghentikan keributan dari Nona Sheng.Dengan wajah kesal dan bersungut-sungut, Nona Sheng mulai memeriksa bahan ramuannya.“Pil yang akan dimurnikan adalah Pil Senandung Alam.” Yao Chen mulai berbicara lagi menyebutkan nama pil level .Semua hadirin berkasak-kusuk karena sedari tadi, belum dinyatakan pil yang harus dimurnikan kedua peserta. Kali ini Yao Chen sendiri yang menyebutkan nama pil untuk dipertarungkan.“Akan terasa tidak ada keadilan apabila pihak Istana Dewa yang menentukan pilnya.” Salah satu alkemis tua dari Sekte Langit Kudus berkomentar keras.“Benar! Kau bisa saja memberikan nama pil yang sudah dikuasai dengan baik oleh wanitamu untuk merugikan nona kami!” teriak kepala dayang Nona Sheng.“Tentu! Akan lebih adil apabila pihak kami yang menentukan pil yang akan mereka murnikan!” Dayang Nona Sheng lainnya tak mau kalah.Kali ini, orang
“Aku di sini.” Sima Honglian tampil ke muka bersama Yao Chen yang menggenggam tangannya.Mata Nona Sheng nyalang tajam ketika melihat calon suaminya sedang menggandeng wanita lain di depan mata, menunjukkan kemesraan mereka.“Lepaskan tanganmu dari dia!” Nona Sheng menunjuk ke genggaman tangan itu.Yao Chen melirik ke arah yang ditunjuk Nona Sheng dan tersenyum kecil.Namun, Sima Honglian sudah lebih dulu menyahut, “Itu tergantung apakah kau mampu atau tidak.”Mendengar jawaban Sima Honglian, hati Nona Sheng panas seketika. Dia terbang melesat maju ke saingan cintanya sambil membawa energi pukulan yang besar.Yao Chen tidak tinggal diam dan segera berubah menjadi Asura, menahan pukulan Nona Sheng dan mendorong wanita itu menggunakan kekuatan Asura.Dhakk!“Urgh!” Nona Sheng merasakan tangannya kebas seketika begitu mendapat energi pukulan balasan dari Asura Yao Chen.Itu memang hanya kekuatan Asura biasa dari Yao Chen, tapi nyatanya cukup membuat Nona Sheng terkejut. Dia tak menyangka
"Apa kau bilang?" Tuan Besar Sheng memekik.Yao Chen menatap istrinya dan bertanya, "Lian Lian? Kau yakin?"Ada kekhawatiran di matanya. Bukannya dia meragukan kemampuan istrinya, tapi orang dari benua atas tentu saja tak bisa diremehkan."Kau berpikir terlalu tinggi dengan berbicara semacam itu." Tuan Besar Sheng menatap tajam ke Sima Honglian.Sima Honglian tersenyum lembut ke Yao Chen demi menenangkan perasaan suaminya. Setelah itu, dia membalas Tuan Besar Sheng dengan tertawa kecil terlebih dahulu.Lalu berkata, "Kenapa? Apakah Anda tidak yakin dengan kemampuan putri Anda?" Mata Sima Honglian mengerling jenaka, sedikit memberikan nuansa mengolok Tuan Besar Sheng.Darah Tuan Besar Sheng mulai bergejolak atas kalimat Sima Honglian. Matanya melotot ganas."Baiklah!" Tuan Besar Sheng tak ingin putrinya kehilangan muka. "Kau tentukan saja ingin bertanding apa, putriku takkan gentar dan akan memenangkan semua!"Dia begitu yakin akan talenta putrinya.Justru ini membuat Sima Honglian sem
"Itu...." Yao Chen sampai kehilangan kata-kata setiap istrinya berbicara menohok ulu hati. "Tak apa, tak apa!" sergah Sima Ye melihat menantunya mendadak kikuk. "Lelaki beristri lebih dari satu itu wajar saja. Yang penting, Lian'er, kamu adalah yang paling utama." Yao Chen tersenyum kikuk mendengar pembelaan dari ayah mertuanya. Masalah para istri ini memang cukup memusingkan kepala Yao Chen. * * * "Aku tak mau tau, putri berhargaku haruslah menjadi istri pertama! Itu status yang tepat untuknya!" Mendadak saja suara menggelegar terdengar di langit Tanah Suci. Suara keras itu berbarengan dengan menyemburnya energi yang membuat telinga banyak murid Tanah Suci kesakitan. "Tuan Besar Sheng!" Gongsun Huojun segera naik ke langit. Wajahnya memerah akibat kesal atas huru-hara dadakan yang disebabkan Tuan Besar Sheng. "Gongsun Huojun, karena aku mengingat hubungan baik kita selama ini, aku akan melupakan penyerangan anakmu terhadap orang-orang milikku." Tuan Besar Sheng menaik
"Itu menurut kalian." Yao Chen menyilangkan tangan di dada. "Bagiku, tempat teraman adalah tempat yang hanya aku saja yang tau."Tatapan mereka saling bertaut.Di antara mereka, aura ketegangan terus meningkat.Para tetua di luar aula kini saling bertukar pandang dengan cemas. Dua generasi Gongsun saling bersitegang, dan ini bukan pertanda baik.Gongsun Weiyan akhirnya bersuara, dengan nada yang lebih dingin."Jika kau menolak, maka kau juga harus menanggung konsekuensinya."Yao Chen tersenyum tipis. "Tentu saja. Aku selalu siap menghadapi konsekuensi."Gongsun Huojun menatapnya lama, lalu akhirnya mundur selangkah."Baiklah," katanya dengan suara datar. "Jika itu keputusanmu."Namun, sebelum dia berbalik pergi, matanya berkilat tajam."Tapi ingat satu hal, Chen'er .…"Yao Chen menunggu, namun Gongsun Huojun hanya menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya meninggalkan ruangan bersama Gongsun Weiyan.Saat mereka keluar, suasana di ruangan itu tetap tegang.Sima Honglian yang sejak tadi
"Aku hanya ingin memastikan apakah kau benar-benar layak … dan ternyata kau cukup menarik."Seketika, semua sosok berjubah hitam menghilang ke dalam bayangan!Seakan-akan mereka tidak pernah ada.Namun sebelum pergi, pria bertopeng itu meninggalkan satu kalimat:"Pedang itu akan menjadi milik kami … cepat atau lambat."Angin malam kembali bertiup, membawa keheningan yang mencekam.Bao Xu akhirnya bersuara. "Ini buruk. Banyak pihak mulai bergerak untuk merebut pedang itu."Sima Honglian menoleh ke arah Yao Chen. "Apa kau baik-baik saja, Chen?"Yao Chen tidak langsung menjawab.Matanya tetap menatap ke arah bayangan tempat para penyerang menghilang, tangannya menggenggam erat gagang pedang. “Ini semakin berbahaya.”* * *Di aula pribadi di Tanah Suci, Yao Chen menggenggam tangan Sima Honglian saat dia menghadap Gongsun Huojun di singgasananya. Gongsun Weiyan duduk tak jauh dari putranya."Sepertinya kamu sudah bisa mengendalikan Asura Gelapmu, Chen'er." Gongsun Huojun membuka percakapan
Asap hitam dari serangan Luo Shen masih menyelimuti sebagian kota, meski angin mulai membawanya pergi. Namun, keheningan yang menyusul justru terasa lebih menekan.Yao Chen mengamati sekelilingnya. Dia paham, bukan hanya Sekte Iblis yang menginginkan Pedang Keseimbangan—banyak pihak lainnya, tapi mereka memilih bermain di balik bayangan.Terlalu berisiko menunjukkan ketertarikan mereka secara terang-terangan.‘Kurasa … aku harus lebih berhati-hati mulai sekarang,’ gumamnya dalam hati.Di sampingnya, Sima Honglian menyipitkan mata. " Chen, kita harus segera pergi dari sini sebelum situasi semakin kacau."Tapi sebelum mereka bisa bergerak .…BRUK!Salah satu prajurit Kekaisaran tiba-tiba jatuh tersungkur, tubuhnya menggigil hebat. Matanya memutih, urat-urat hitam menjalar di bawah kulitnya.Bao Xu langsung berjongkok di sampingnya. "Celaka! Kutukan jiwa Luo Shen masih menginfeksi mereka!"Gongsun Weiyan menggertakkan giginya. "Sekte Iblis memang busuk! Kita harus segera mengobati mereka