Home / Pendekar / Pendekar Tanpa Wajah / 3 - Ada Harapan dalam Nama Baru

Share

3 - Ada Harapan dalam Nama Baru

Author: Gauche Diablo
last update Last Updated: 2024-01-15 09:59:07

‘Bi—Bisa tumbuh kembali? Lidah dan … pusaka masa depanku?’ Mata Wu Zaochen masih membelalak ketika merenungkan itu di hatinya. ‘Dan kuncinya adalah … aku harus menaikkan tingkat kultivasi?’

Apa yang disampaikan Ouyang Hetian tiba-tiba saja menggugah semangat Wu Zaochen.

‘Aku sudah dipaksa menerima nasib sebagai Wu Zaochen. Percuma juga andaikan aku ingin mengakhiri hidup karena tak tahu apa yang akan kujalani di kehidupan mendatang. Aku tak mau mempertaruhkan sesuatu yang belum pasti. Bagaimana kalau ternyata diberi takdir berikutnya menjadi babi? Ugh, tak mau!’ Wu Zaochen memikirkannya dengan cermat.

Oleh karena itu, dia memperbarui tekadnya, tak perlu lagi menyesali yang dia terima saat ini.

‘Yang harus kulakukan sekarang hanyalah menjalani semaksimal mungkin hidupku dan kalau perlu … balaskan dendam orang tua pemilik tubuh ini dan juga … Di Yuxian! Kau harus merasakan apa yang aku rasakan!’ tekadnya membara di dada.

Melihat perubahan tatapan mata yang sekarang lebih bersinar dan tajam, Ouyang Hetian terkekeh.

“Kenapa? Kau mulai bersemangat lagi karena nantinya tak akan menjadi manusia cacat selamanya, bukan?” Ouyang Hetian bisa dengan mudah menebak pemikiran Wu Zaochen.

Karena harapan yang ada saat ini adalah melalui pria besar ini, maka Wu Zaochen menganggukkan kepala secara tegas. Dia akan mencoba memercayai Ouyang Hetian.

“Baguslah kalau sudah memiliki semangat juang untuk kehidupanmu selanjutnya. Saat ini, patuhi arahan dariku jika kau ingin menggapai dirimu yang baru dan lebih kuat.” Ouyang Hetian menepuk bahu Wu Zaochen.

‘Aku harus bisa bangkit dari keterpurukan! Wu Zaochen, aku akan membantumu membalas dendam! Entah kenapa, aku memiliki firasat, bahwa aku bisa kembali ke zamanku kalau aku berhasil menuntaskan balas dendam pemilik tubuh ini.’ Wu Zaochen semakin yakin dengan apa yang sudah dia tekadkan di hatinya.

“Nah, bagaimana bila kau mengganti nama? Rumor di dusun bawah sana tersebar bahwa Wu Zaochen sudah mati tenggelam.” Ouyang Hetian menyampaikan informasi.

Wu Zaochen diam merenungkan saran Ouyang Hetian dan merasa itu bukan saran buruk karena dia tak boleh tertangkap lagi oleh Di Yuxian. Maka, dia mengangguk setuju.

“Baiklah.” Ouyang Hetian akan mencarikan nama untuk Wu Zaochen. “Nama aslimu Wu Zaochen … Zaochen berarti pagi. Hm, bagaimana dengan … Xi Wang yang artinya harapan?”

Wu Zaochen menimbang sejenak lalu menggeleng. Dia merasa itu terdengar kurang keren.

“Bagaimana dengan … Jie Chu yang bermakna cemerlang? Tentunya kau ingin masa depanmu nantinya cemerlang, ‘kan?” tawar Ouyang Hetian.

Usai memikirkan sejenak, Wu Zaochen tetap menggeleng.

Karena Wu Zaochen terus menolak, maka pria besar itu mencoba memberikan nama yang sedikit bermakna keras dan mengerikan.

“Bagaimana dengan Mo Gui yang berarti iblis? Tapi, itu sepertinya terlalu mencekam, bukan?” Sekarang justru Ouyang Hetian yang menggelengkan kepala.

Namun, di luar dugaan, mata Wu Zaochen malah berkilat penuh antusias.

“Kau menyukai nama kelam begitu?” Ouyang Hetian terkekeh.

Pria besar itu tidak heran apabila anak muda ingin memiliki julukan yang terdengar mengerikan atau terkesan ganas.

“Baiklah. Kalau begitu … Yao Mo? Gui Yu? Itu semua berkorelasi dengan makna iblis.” Ouyang Hetian memberi saran.

Terbersit sesuatu di kepala Wu Zaochen. Dia memberi isyarat ingin menulis ke Ouyang Hetian. Karenanya, si pria besar segera mencari kertas meski lusuh dan mengambilkan kuas yang sudah diberi tinta.

“Nghh.” Wu Zaochen berusaha mengumpulkan tenaga ke tangannya usai menerima alat tulis.

Sembari duduk tegak di kasur kerasnya, Wu Zaochen berjuang menggoreskan huruf Hanzi walaupun tak pernah mempelajarinya. Semua terasa alami begitu saja.

‘Heh?! Ternyata aku bisa menulis tulisan Mandarin meski tidak pernah belajar sama sekali! Pasti ini karena aku mewarisi kemampuan pemilik tubuh ini,’ batin Wu Zaochen.

Meski tangan itu bergetar ketika menorehkan tinta di kertas lusuh yang diletakkan di kasur keras, Wu Zaochen terus berjuang menuliskan nama yang dia inginkan.

“Yao Chen?” Ouyang Hetian membaca nama yang ditulis Wu Zaochen meski agak kacau goresannya.

Wu Zaochen mengangguk. Dia menepuk-nepukkan kuas ke kertas bertuliskan Yao Chen sebagai pertanda bahwa dia ingin nama itu.

“Hm, memang ada unsur kata ‘chen’ di nama yang kau inginkan, tapi itu bukan huruf 'chen' yang bermakna pagi atau musim semi, melainkan 'chen' yang bermakna kemarahan. Kau yakin ingin nama seperti itu?” tanya Ouyang sambil menatap lekat ke mata Wu Zaochen.

Pemuda itu mengangguk tegas. Dia sendiri juga tak tahu kenapa nama itu yang dia inginkan. Seakan ada dorongan tertentu di hatinya yang menginginkan demikian.

“Baiklah kalau kau sudah menginginkan nama itu. Yao Chen, iblis kemarahan. Ha ha ha, sepertinya kau menyimpan bara dendam. Bagus! Tak masalah! Setiap manusia memang harus memiliki tujuan hidup agar lebih bermakna dalam menjalaninya! Aku akan memanggilmu Yao Chen mulai sekarang!” Ouyang Hetian menepuk tegas bahu Wu Zaochen yang kini berganti nama menjadi Yao Chen.

Yao Chen mengangguk yakin. Dia benar-benar menyukai nama barunya.

‘Di Yuxian! Tunggu saja sampai nanti tiba saatnya kau berlutut mengiba padaku untuk dibunuh ketimbang kusiksa!’ Mata Yao Chen berkilat penuh tekad.

Terkadang, dendam merupakan hal yang membuat seseorang tidak menyerah dalam hidupnya. Dendam bisa menjadi bahan bakar semangat agar manusia tetap bertahan hingga akhir.

“Apakah kau ingin turun dari tempat tidur dan melihat sekeliling? Di sini terpencil dan jarang ada manusia masuk kawasan lembah ini.” Ouyang Hetian menawarkan sembari menyodorkan tangannya untuk dipegang Yao Chen.

Yao Chen mengangguk setuju. Lagipula, dia harus lekas pulih untuk secepatnya menapaki jalan balas dendamnya demi bisa kembali ke eranya sendiri. Tapi dia percaya diri bisa berjalan sendiri tanpa perlu bantuan Ouyang Hetian.

“Hngkh?!” Yao Chen limbung begitu dia mencoba berdiri dan tubuhnya lekas ditangkap Ouyang Hetian yang sigap.

“Jangan terlalu terburu-buru begitu. Kau sudah satu bulan terkapar di tempat tidur, pastinya tubuhmu butuh penyesuaian diri untuk berdiri tegak apalagi berjalan.” Ouyang Hetian sambil terkekeh.

“Tuan Ouyang? Tuan? Apakah Anda di sini?” Terdengar suara di depan pintu gubuk.

‘Gawat! Ada orang! Apakah aku akan ketahuan bersembunyi di sini?’ Yao Chen segera waspada ketika ada suara orang memanggil Ouyang Hetian di depan gubuk.

Ouyang Hetian lekas membaringkan Yao Chen kembali ke atas ranjang keras itu dan berkata, “Tetaplah di sini, aku akan menemui orang di depan sana.”

Yao Chen tidak mengatakan apa pun dan hanya bisa memandang punggung Ouyang Hetian yang menghilang di balik pintu.

Samar-samar dia bisa mendengar percakapan di depan gubuk karena kecilnya tempat tersebut.

“Oh, Tuan Meng!” Ouyang Hetian menyapa orang yang datang.

“Tuan Ouyang, apakah Anda memiliki waktu luang? Saya butuh senjata untuk satu bulan mendatang. Saya sudah membawakan bahan materialnya, besi merah, kuharap ini cukup untuk membuat pedang panjang yang bagus.” Orang bermarga Meng menyerahkan kotak kayu cukup besar ke Ouyang Hetian.

Ketika Ouyang Hetian menatap isi di dalam kotak kayu, dia menyahut, “Ini cukup. Tentu saja bisa menjadi pedang yang bagus. Satu bulan lagi, kembalilah ke sini.”

‘Ternyata orang ini adalah ahli penempa senjata!’ Yao Chen menggumamkan dugaannya dalam hati ketika mendengar pembicaraan di depan gubuk. ‘Tak heran dia bertubuh sebesar dan segagah itu.’

Pintu kamar kembali terbuka dan muncul Ouyang Hetian diiringi langkah tegasnya.

“Orang itu sudah pergi. Ayo! Aku akan bawa kamu berkeliling di sekitar gubuk!” Ouyang Hetian dengan santainya mengangkat tubuh Yao Chen dari ranjang keras seakan mengangkat guling saja.

Di hatinya, tekad Yao Chen ingin pulih semakin membara. ‘Aku harus membalas dendam agar bisa kembali ke zamanku!’

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
dearista Dearista Rista
salut dgn penulis untuk mengingat dan mengaplikasikan ke buku,ini benar' menakjubkan
goodnovel comment avatar
Asep Sanjaya
bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pendekar Tanpa Wajah   4 - Berjuang Mencari Kekuatan

    Dalam beberapa minggu ini, Yao Chen terus berjuang memulihkan dirinya.“Huek! Ugh!” Meski ingin muntah karena aroma obat dan rasanya yang sangat tidak enak, tapi dia tetap menenggak sampai habis.Api bara balas dendam sering membantunya melewati hari-hari perjuangan dia.Bahkan ketika dia harus belajar berjalan, dia sudah ingin lekas berlari. Alhasil, dia justru jatuh terjerembab.“Yao Chen, tak perlu terburu-buru begitu jalanmu. Apa kau ingin langsung berlari? Itu harus bertahap. Urat-uratmu baru saja pulih dan masih butuh waktu agar ototmu terbiasa.” Ouyang Hetian sabar menasehati Yao Chen yang gegabah.Setelah masa pemulihan yang menyakitkan dalam 2 bulan, Yao Chen kini bisa melihat sendiri wajahnya tanpa perban. Tangannya gemetar ketika menyentuh permukaan wajahnya.Bibirnya gemetar dengan mata basah hendak menangis ketika Ouyang Hetian menyodorkan cermin kuningan padanya. ‘Rusak! Wajahku begini rusak! Wajah tampan ini sudah kacau dan mengerikan seperti monster!’ Hatinya meraung t

    Last Updated : 2024-01-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   5 - Jalan Menemukan Musuh

    Esok paginya, Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke hutan. “Berlatihlah di sini, Yao Chen.”Gubuk yang mereka tinggali berada di tepian hutan sebuah lembah asri tersembunyi di pegunungan yang jarang dikunjungi orang. Kini, Yao Chen akan menjajal kedalaman hutan.“Awas!” Ouyang Hetian segera menarik Yao Chen sembari tangannya menebas ke udara hampa ketika mereka baru menjejakkan kaki di kedalaman hutan.Yao Chen terkejut bukan kepalang ketika mengira gurunya sedang menebas ke udara kosong, ternyata setelahnya ada seekor ular sebesar lengannya tergeletak di tanah dan mati.“Di sini ada banyak hewan buas dan juga beberapa hewan roh. Kuharap kau bisa melawan mereka.” Ternyata alasan Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke kedalaman hutan adalah untuk melatih pemuda itu.Dengan cepat Yao Chen memahami keinginan gurunya. Segera dikeluarkannya pedang di tangan kanan dan kapak kecil di tangan kiri. Kedua senjata itu buatan Ouyang Hetian.Mendadak, Ouyang Hetian melambung ke belakang dan berdiri di sala

    Last Updated : 2024-01-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   6 - Mendapat Halangan

    Mendengar tawaran Ouyang Hetian, sontak saja mata Yao Chen berbinar. “Unh!” Dia mengangguk tegas. Terbayang olehnya sang mantan tunangan dan pemuda yang membuat nasibnya setragis ini. ‘Lihat saja kalian berdua, akan aku buat kalian mendambakan kematian ketika ada dalam genggamanku!’ Demikian ikrar Yao Chen sambil tangan terkepal kuat. Namun, sebagai orang Bumi, Yao Chen tak mengerti apa pun mengenai Sekte Bilah Langit. “Guru, Sekte Bilah Langit, apa itu?” tanyanya. Meski dia penggemar cerita dan drama kultivasi saat hidup di Bumi, tetap saja dia harus mengetahui seluk-beluk tempat yang harus dia masuki nantinya. Apakah akan seluarbiasa yang sering dia baca? “Sekte Bilah Langit merupakan sekte bela diri terbesar di wilayah Timur ini. Lokasinya sekitar 500 kilometer dari Kota Sungai Perak asalmu. Itu ada di Pegunungan Timur Merah. Kau harus tahu, luas sekte yang ada di pegunungan itu adalah 1,9 juta kilometer persegi! Benar-benar patut dikatakan sekte terbesar wilayah Timur. Daya

    Last Updated : 2024-02-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   7 - Lawan Kuat

    ‘Aku pasti menang!’ Yao Chen menyeru di batinnya sembari mengobarkan semangatnya lebih banyak. ‘Aku ini prajurit! Aku seorang polisi! Tak boleh gentar! Bergeloralah, Jiwa Korsaku!’ pekik hatinya.“Graaakkhhh!” Yao Chen menyeru keras mengobarkan semangatnya.Pedang di tangan Yao Chen terus bergerak lincah tak kendur meski dikeroyok 3 golok yang mengayun brutal padanya. Bunyi dentang memekakkan telinga saat logam beradu memenuhi hutan dalam radius puluhan meter.Yao Chen meliukkan tubuhnya untuk menghindari serangan dan tusukan lawan. Karena lawan semakin gigih ingin membunuhnya, dia mengeluarkan kapak panjang di tangan kirinya yang langsung diayunkan ke salah satu bandit.“Arrghh!” Seruan sakit keluar dari bandit yang lengannya ditebas kapak Yao Chen.Tanpa memedulikan lengan yang tergeletak menyedihkan di tanah, Yao Chen terus menggerakkan pedang dan kapaknya secara ritmis menuangkan keharmonisan dua senjata berbeda jenis.“Arghh!” Bandit lain berseru saat dadanya kena tebas pedang Ya

    Last Updated : 2024-02-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   8 - Menghadapi Bos Bandit

    “Bocah, kutanya sekali lagi, apakah kau yang membunuh ketiga anak buahku?” Bos bandit bertanya sekali lagi sambil auranya terus menguar penuh dominasi saat dia melayang di udara. Tak bisa berkelit, Yao Chen menjawab, “Ya, memang aku yang membunuh mereka. Itu salah mereka karena terlalu tamak ingin menguasai barang-barangku!” Sebagai polisi di Bumi dulunya, dia tak boleh gentar di hadapan penjahat meski tak yakin apakah dirinya bisa memenangkan pertarungan ini. “Grrhhh! Beraninya kau menyalahkan mereka!” Bos bandit menggeram marah sambil menggertakkan gerahamnya. “Akan aku cincang kau!” Bos bandit mengira dia akan dengan mudah membunuh Yao Chen hanya karena lawannya terlihat masih sangat muda dan juga kultivasinya ada jauh beberapa level minor di bawahnya. Meski begitu, bos bandit masih tak paham, bagaimana bisa ketiga anak buahnya yang pastinya memiliki kultivasi tidak memalukan bisa kalah dari bocah seperti Yao Chen? Dia bertanya-tanya, metode licik apa yang digunakan Yao Chen.

    Last Updated : 2024-02-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   9 - Bertemu Musuh

    Yao Chen melanjutkan perjalanannya dengan kuda yang dia pacu secepat mungkin. Hingga akhirnya dia tiba di gerbang utama Sekte Bilah Langit yang tinggi menjulang begitu megah. Gerbang itu masih tertutup dan ada begitu banyak anak muda berkumpul di depannya.Dalam hatinya, Yao Chen membatin, ‘Sepertinya ada jutaan orang berkumpul di sini untuk ujian perekrutan. Pantas saja dikatakan sekte paling ternama di wilayah timur. Memang pantas menyandang predikat itu. Meski ada di kaki gunung, tapi rasanya seperti sebuah kawasan elit tersendiri.’Di sekelilingnya ada banyak sekali manusia dengan kisaran umur 15 hingga 25 tahun yang berkerumun di depan gerbang sekte, menunggu waktu perekrutan tiba.‘Apakah si bedebah itu ada di sini?’ Yao Chen teringat akan musuh abadinya, Di Yuxian.Segera saja, matanya beredar ke sekitar. Radius 1 kilometer lebih dipenuhi manusia yang bersiap-siap mengikuti perekrutan.“Awas! Minggir!” Ada bentakan suara arogan tak jauh dari Yao Chen. “Beri jalan untuk tuan mud

    Last Updated : 2024-02-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   10 - Hinaan Di Yuxian

    Langkah kaki Yao Chen sudah hendak maju bergerak ketika dia mendengar suara pengawal Di Yuxian tiba di telinganya. “Hei! Minggir! Kau buta dan tuli atau apa? Tidak lihat kami hendak lewat?” Sontak, Yao Chen termangu. Hingga dia akhirnya dipukul pada dadanya oleh pengawal Di Yuxian hingga jatuh terjengkang ke belakang. “Huh! Orang aneh yang memakai topeng!” hina pengawal itu. “Kau pikir kau hebat hanya karena memakai topeng? Hanya bocah di Tingkat 2 saja sudah ingin berlagak!” Yao Chen mengaktifkan energinya untuk meradar kekuatan pengawal tersebut. Hatinya mencelos ketika mengetahui para pengawal yang mengitari Di Yuxian ada di Tingkat 6 – Ranah Kebangkitan Elemen Inti. ‘Sialan! Mereka sangat kuat! Tentu saja lebih kuat dari bos bandit di Tingkat 3. Apalagi jumlah mereka ada banyak. Sial! Aku akan mati konyol kalau berani melawan Di Yuxian saat ini juga!’ batin Yao Chen meraung tak terima. Mau tak mau dia berdiri dari tanah sambil menahan amarahnya. Sebagai orang yang pandai berka

    Last Updated : 2024-02-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   11 - Ujian Pertama

    “Wah! Sudah dimulai!” Orang-orang yang berkerumun segera menoleh ke arah gerbang.Dengan gema seruan dari orang sekte yang menyatakan pembukaan perekrutan, pertarungan apa pun di sana segera terhenti secara otomatis.“Ayo, Kak!” Pemuda gemuk tadi mengajak kakaknya, si pemuda tinggi kurus. Lalu dia menoleh ke Yao Chen sambil tersenyum, “Saudara, mari kita masuk!”Yao Chen mengangguk saja dan mulai berjalan seperti yang lainnya.‘Sepertinya dua kakak beradik itu orang baik. Apakah mereka akan menjadi kawanku nantinya?’ tanya Yao Chen dalam hati. Ketika hidup di Bumi, dia termasuk orang yang supel dan tidak pilih-pilih teman.Di depan Yao Chen, gerbang yang tingginya menjulang hingga puluhan meter itu terlihat kokoh dan membawa wibawa sekte. Begitu bergerak membuka ke dalam, aura digdaya segera menguar dari sana, mengakibatkannya menatap kagum.‘Dulu aku hanya membayangkan saja seperti apa perguruan di era kultivasi. Sekarang aku berdiri tepat di depannya dan sedan memasukinya. Ini sungg

    Last Updated : 2024-02-16

Latest chapter

  • Pendekar Tanpa Wajah   569 - Gangguan Datang

    Dhuaarrr! Dhuaarrr! Dhuaarrrrr!“Apa itu?!”Tiga ledakan keras mengguncang langit malam, menggema ke seluruh penjuru Tanah Suci Istana Dewa. Angin bergemuruh, lentera-lentera spiritual yang menggantung di sepanjang paviliun mulai padam satu per satu.Suasana yang tadinya hangat dan menggoda di kamar pribadi Yao Chen seketika berubah dingin dan mencekam.Yao Chen langsung membuka matanya, mendorong tubuh Sima Honglian yang menindihnya secara lembut, dan bangkit dari tempat tidur. Matanya menyipit menatap jendela yang berguncang hebat.“Ada serangan!” desisnya.Sima Honglian dengan sigap berganti dengan jubah lengkap warna merah dan hitam. Di sisi lain, Putri Suci dan Sheng Meiyu turut mengenakan baju mereka, wajah kedua wanita itu masih memerah, tapi kini berganti dengan rona khawatir.“Aura macam apa ini …?” gumam Sheng Meiyu, napasnya tercekat.Yao Chen melangkah ke balkon kamar di lantai tujuh. Dari sana, pandangannya tertumbuk pada langit yang kini berwarna merah darah.Awan gelap

  • Pendekar Tanpa Wajah   568 - Bimbingan dari Istri Pertama

    “Perhatikan dengan baik apa yang akan aku lakukan. Ini pelajaran bagus untuk kalian.” Sima Honglian berkata pada dua madunya sebelum dia menurunkan celana tidur Yao Chen.Alangkah tegangnya Yao Chen ketika celana tipis warna putihnya diturunkan oleh istri pertamanya. Tapi ini bukan tegang pada area tertentu, melainkan tegang perasaan.Seumur hidupnya di Bumi, dia hanyalah pemuda lugu yang ramah, tapi pemalu jika itu berkaitan dengan wanita.Selama ini yang berhasil menggugah gairahnya akan wanita hanyalah Sima Honglian. Dengan Zhuge Ling pun itu merupakan keterpaksaan atas keinginan mendiang sang putri ketua Sekte Bilah Langit.“L-Lian Lian ….” Yao Chen menatap Sima Honglian.“Tenang saja, suamiku. Aku melakukan ini untuk kebaikanmu dan mereka. Tolong perlahan saja dengan mereka yang baru pertama kali ini dengan pria,” sahut Sima Honglian seraya mengedipkan satu mata dengan jenaka.Menelan salivanya, Yao Chen pun berusaha setenang mungkin. Gejolak perasaannya berusaha diredam. Dia har

  • Pendekar Tanpa Wajah   567 - Seranjang Berempat

    “Lian Lian, kurasa mereka masih canggung.” Yao Chen mengawali bicara ketika mereka sudah berada di atas pembaringan besar dan luas.Oleh Gongsun Huojun, pembaringan itu sengaja disediakan agar mampu menampung mereka berempat dalam aktivitas intim malam ini.Yao Chen bertanya-tanya, apakah ayahnya juga memiliki pembaringan semacam yang dia miliki saat ini? Jika menilik Gongsun Huojun yang tidak lagi memiliki istri, kemungkinan itu ada.“Hi hi! Chen, tentu saja mereka masih canggung. Oleh karena itu, tugasmu membimbing mereka, bukan?” Sima Honglian tertawa kecil sambil mengerling nakal ke suaminya.Sebagai istri pertama, dia termasuk begitu murah hati membiarkan suaminya akan menikmati dua istri lainnya di depan mata.“Errr… Lian Lian, bagaimana jika dimulai dari kau dan aku terlebih dahulu?” Yao Chen mengungkapkan sarannya.Sejujurnya, dia tidak menginginkan wanita lainnya selain Sima Honglian di kamar saat ini. Tapi karena tuntutan keadaan dan harus bisa menjaga perasaan dua istri lain

  • Pendekar Tanpa Wajah   566 - Saran Luar Biasa Sima Honglian

    “Istri yang kuinginkan untuk menemaniku malam ini ….” Yao Chen menelan ludahnya pelan.Tatapan Gongsun Huojun yang penuh selidik membuatnya semakin canggung. Dia melirik tiga istrinya yang berdiri anggun dalam balutan gaun pengantin merah.Yao Chen gelisah dan membatin, ‘Ya ampun, bisakah aku bersama Lian Lian saja? Aku butuh bersama Lian Lian.’Di hatinya, dia lebih menginginkan bersama Sima Honglian ketimbang dua lainnya karena dia lebih terbiasa dan nyaman dengan sang istri pertama.Selain itu, cintanya sudah habis pada Sima Honglian.Sementara, Sima Honglian dengan senyum menggoda dan tatapan yang penuh pengalaman, berdiri santai dengan anggun.Putri Suci menunduk malu, namun aura bangsawannya tetap memancarkan keanggunan.Sedangkan Nona Sheng, meskipun tersipu, tetap mempertahankan sikapnya yang sedikit arogan, seperti enggan mengakui kegugupannya.“Jadi? Pilihanmu, Chen’er?” Gongsun Huojun kembali bertanya, jelas menikmati kesulitan yang dihadapi Yao Chen.Yao Chen menarik napas

  • Pendekar Tanpa Wajah   565 - Pernikahan Luar Biasa

    Nona Sheng mendengus kecil setelah mendengar ucapan Sima Honglian. Matanya berkilat, penuh dengan tekad dan sedikit ketidakpuasan yang ia sembunyikan di balik ekspresi ketusnya.“Hmph. Minggu depan, ya? Kuharap pria itu sadar betapa beruntungnya dia.”Putri Suci, yang duduk dengan tenang, hanya tersenyum tipis sebelum berkata, “Tentu saja, dia tahu. Hanya saja, aku ragu dia siap menghadapi kita bertiga.”Sima Honglian terkekeh, menikmati percakapan ini. “Oh, aku yakin Chen—ah, atau lebih tepatnya, Gongsun Yichen—sudah mulai menyadari konsekuensi dari keputusannya. Apa kalian tidak melihat wajahnya saat di tribun tadi? Tatapannya seperti seseorang yang bertanya-tanya apakah ia akan hidup lebih lama atau mati lebih cepat.”Putri Suci menutup bibirnya dengan tangan, menahan tawa. “Setidaknya, dia pria yang bertanggung jawab.”“Dan kuat.” Nona Sheng menambahkan dengan nada menegaskan. “Aku tidak akan menikah dengan pria yang lemah.”Sima Honglian mengangguk setuju. “Tentu saja. Itu sebabn

  • Pendekar Tanpa Wajah   564. Hasil Akhir

    BRAAKK!“Ughh!” Nona Sheng mengembuskan napas beratnya tanpa dia bisa cegah.Satu tebasan angin berhasil menembus dan melukai pundaknya. Namun Nona Sheng membalas dengan serangan air berputar yang mengejutkan Putri Suci.Putri Suci nyaris terlempar mundur sebelum dia mendarat dengan satu lutut, tetap anggun meski keringat mulai membasahi pelipisnya.“Hahh … haahh … kau tidak buruk, Putri Suci.” Nona Sheng berkata.Putri Suci menimpali, “Anda juga luar biasa, Nona Sheng. Fuuhh … hmmhh ….”Keduanya terengah-engah. Luka kecil mulai tampak di tubuh mereka, namun sorot mata mereka justru semakin menyala—dua pejuang wanita yang tidak ingin kalah.“Tapi jangan kau pikir aku akan mengalah!” seru Nona Sheng sembari melesat maju membawa kekuatan elemen yang besar. Bibirnya menyunggingkan senyum diagonal.“Jangan khawatir, Nona Sheng, karena aku juga tidak berencana mengalah.” Putri Suci menyahut disertai senyuman tipis. Dia tak ingin pasif dan mulai maju untuk menyongsong lawannya.Mereka menye

  • Pendekar Tanpa Wajah   563 - Pertarungan Dua Wanita Hebat

    “Seri,” gumam lirih Yao Chen.Sedangkan Nona Sheng tersenyum puas. Setidaknya dia tidak kalah dalam salah satu tantangan.Tepuk tangan bergema dari berbagai sisi. Pertandingan semakin panas.Sima Honglian menyeringai. “Lihat? Putri Suci tidak hanya cantik … tapi juga mematikan. Kau yakin tidak tertarik padanya, Chen?”Yao Chen menutup wajahnya dengan satu tangan. “Lian Lian … tolonglah .…”Sima Honglian hanya terkikik. “Tenang saja. Aku akan selalu jadi yang pertama. Tapi untuk tempat kedua … biarkan mereka bertarung habis-habisan.”Dia menoleh ke arena dengan tatapan tajam, terselubung api tenang yang selalu menyala dalam dirinya.“Lagipula … jika mereka ingin menjadi istrimu, setidaknya harus bisa melewati aku dulu. Bukankah demikian?” Ucapan dibalut senyuman dari Sima Honglian terlantun manis.Yao Chen tak berdaya jika istrinya sudah mulai mengeluarkan kata-kata menohok. Dia meringis canggung untuk merespon Sima Honglian.Sementara, di arena, angin berembus lembut, seolah turut men

  • Pendekar Tanpa Wajah   562 - Seni yang Sengit

    “Chen, sepertinya Putri Suci menyukaimu,” goda Sima Honglian sambil menyodok pinggang suaminya dengan siku halusnya.Yao Chen yang sedang duduk di sampingnya langsung tersentak pelan. Wajahnya memerah, bukan karena malu bertarung, tapi karena sikap istri tercintanya yang mulai menggoda.Dia menghela napas dan menoleh, menatap wanita berbaju merah-hitam itu dengan senyum kaku.“L-Lian Lian … jangan bercanda seperti itu di saat genting begini,” bisiknya lirih.Sima Honglian menaikkan sebelah alis, tatapannya penuh selidik namun menggoda. “Jadi? Tidak ada rasa sama sekali pada wanita secantik dan seanggun itu?”“Tidak ada,” tegas Yao Chen. “Bagiku, hanya kau yang ada di hatiku.”Namun alih-alih tersentuh, Sima Honglian justru terkikik kecil, lalu bersandar pelan di bahunya. “Hanya aku yang ada di hatimu, sedangkan di tempat tidurmu akan ada banyak wanita, begitu bukan? Hi hi!”Yao Chen nyaris tersedak udara.“Itu bukan maksudku! Aku tak pernah menginginkan—maksudku, aku tak pernah berenc

  • Pendekar Tanpa Wajah   561 - Putri Suci Tak Ingin Tertinggal

    “Apa? Putri Suci juga ingin memberikan tantangan!” seru beberapa penonton.Semua mata membelalak.Nona Sheng tertegun. Itu jelas untuk dirinya karena Putri Suci menatap ke arahnya. “Tantangan apa?”Putri Suci tersenyum lembut, namun tatapannya menusuk.“Aku ingin menantangmu, Nona Sheng … untuk memperebutkan posisi istri kedua dari Yao Chen.”Arena pun mendadak hening membeku.Keheningan menusuk udara, seolah seluruh arena menahan napas.“Apa maksudnya ini? Putri Suci dari Sekte Istana Dewa ingin memperebutkan posisi istri kedua?” bisik para tetua yang duduk di podium kehormatan.Beberapa dari mereka bahkan saling berpandangan, bingung sekaligus terpukau.Nona Sheng menatap Putri Suci dengan wajah terbelalak. “Kau … ingin memperebutkan Gongsun Yichen dariku?”Putri Suci tetap tersenyum lembut, namun angin sepoi membawa wangi bunga dari pakaiannya, menyiratkan aura ilahi yang sulit dijelaskan.“Jika engkau menganggap dirimu layak berdiri di sisi Gongsun Yichen, maka izinkan aku membukt

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status