Home / Pendekar / Pendekar Tanpa Wajah / 3 - Ada Harapan dalam Nama Baru

Share

3 - Ada Harapan dalam Nama Baru

Author: Gauche Diablo
last update Last Updated: 2024-01-15 09:59:07

‘Bi—Bisa tumbuh kembali? Lidah dan … pusaka masa depanku?’ Mata Wu Zaochen masih membelalak ketika merenungkan itu di hatinya. ‘Dan kuncinya adalah … aku harus menaikkan tingkat kultivasi?’

Apa yang disampaikan Ouyang Hetian tiba-tiba saja menggugah semangat Wu Zaochen.

‘Aku sudah dipaksa menerima nasib sebagai Wu Zaochen. Percuma juga andaikan aku ingin mengakhiri hidup karena tak tahu apa yang akan kujalani di kehidupan mendatang. Aku tak mau mempertaruhkan sesuatu yang belum pasti. Bagaimana kalau ternyata diberi takdir berikutnya menjadi babi? Ugh, tak mau!’ Wu Zaochen memikirkannya dengan cermat.

Oleh karena itu, dia memperbarui tekadnya, tak perlu lagi menyesali yang dia terima saat ini.

‘Yang harus kulakukan sekarang hanyalah menjalani semaksimal mungkin hidupku dan kalau perlu … balaskan dendam orang tua pemilik tubuh ini dan juga … Di Yuxian! Kau harus merasakan apa yang aku rasakan!’ tekadnya membara di dada.

Melihat perubahan tatapan mata yang sekarang lebih bersinar dan tajam, Ouyang Hetian terkekeh.

“Kenapa? Kau mulai bersemangat lagi karena nantinya tak akan menjadi manusia cacat selamanya, bukan?” Ouyang Hetian bisa dengan mudah menebak pemikiran Wu Zaochen.

Karena harapan yang ada saat ini adalah melalui pria besar ini, maka Wu Zaochen menganggukkan kepala secara tegas. Dia akan mencoba memercayai Ouyang Hetian.

“Baguslah kalau sudah memiliki semangat juang untuk kehidupanmu selanjutnya. Saat ini, patuhi arahan dariku jika kau ingin menggapai dirimu yang baru dan lebih kuat.” Ouyang Hetian menepuk bahu Wu Zaochen.

‘Aku harus bisa bangkit dari keterpurukan! Wu Zaochen, aku akan membantumu membalas dendam! Entah kenapa, aku memiliki firasat, bahwa aku bisa kembali ke zamanku kalau aku berhasil menuntaskan balas dendam pemilik tubuh ini.’ Wu Zaochen semakin yakin dengan apa yang sudah dia tekadkan di hatinya.

“Nah, bagaimana bila kau mengganti nama? Rumor di dusun bawah sana tersebar bahwa Wu Zaochen sudah mati tenggelam.” Ouyang Hetian menyampaikan informasi.

Wu Zaochen diam merenungkan saran Ouyang Hetian dan merasa itu bukan saran buruk karena dia tak boleh tertangkap lagi oleh Di Yuxian. Maka, dia mengangguk setuju.

“Baiklah.” Ouyang Hetian akan mencarikan nama untuk Wu Zaochen. “Nama aslimu Wu Zaochen … Zaochen berarti pagi. Hm, bagaimana dengan … Xi Wang yang artinya harapan?”

Wu Zaochen menimbang sejenak lalu menggeleng. Dia merasa itu terdengar kurang keren.

“Bagaimana dengan … Jie Chu yang bermakna cemerlang? Tentunya kau ingin masa depanmu nantinya cemerlang, ‘kan?” tawar Ouyang Hetian.

Usai memikirkan sejenak, Wu Zaochen tetap menggeleng.

Karena Wu Zaochen terus menolak, maka pria besar itu mencoba memberikan nama yang sedikit bermakna keras dan mengerikan.

“Bagaimana dengan Mo Gui yang berarti iblis? Tapi, itu sepertinya terlalu mencekam, bukan?” Sekarang justru Ouyang Hetian yang menggelengkan kepala.

Namun, di luar dugaan, mata Wu Zaochen malah berkilat penuh antusias.

“Kau menyukai nama kelam begitu?” Ouyang Hetian terkekeh.

Pria besar itu tidak heran apabila anak muda ingin memiliki julukan yang terdengar mengerikan atau terkesan ganas.

“Baiklah. Kalau begitu … Yao Mo? Gui Yu? Itu semua berkorelasi dengan makna iblis.” Ouyang Hetian memberi saran.

Terbersit sesuatu di kepala Wu Zaochen. Dia memberi isyarat ingin menulis ke Ouyang Hetian. Karenanya, si pria besar segera mencari kertas meski lusuh dan mengambilkan kuas yang sudah diberi tinta.

“Nghh.” Wu Zaochen berusaha mengumpulkan tenaga ke tangannya usai menerima alat tulis.

Sembari duduk tegak di kasur kerasnya, Wu Zaochen berjuang menggoreskan huruf Hanzi walaupun tak pernah mempelajarinya. Semua terasa alami begitu saja.

‘Heh?! Ternyata aku bisa menulis tulisan Mandarin meski tidak pernah belajar sama sekali! Pasti ini karena aku mewarisi kemampuan pemilik tubuh ini,’ batin Wu Zaochen.

Meski tangan itu bergetar ketika menorehkan tinta di kertas lusuh yang diletakkan di kasur keras, Wu Zaochen terus berjuang menuliskan nama yang dia inginkan.

“Yao Chen?” Ouyang Hetian membaca nama yang ditulis Wu Zaochen meski agak kacau goresannya.

Wu Zaochen mengangguk. Dia menepuk-nepukkan kuas ke kertas bertuliskan Yao Chen sebagai pertanda bahwa dia ingin nama itu.

“Hm, memang ada unsur kata ‘chen’ di nama yang kau inginkan, tapi itu bukan huruf 'chen' yang bermakna pagi atau musim semi, melainkan 'chen' yang bermakna kemarahan. Kau yakin ingin nama seperti itu?” tanya Ouyang sambil menatap lekat ke mata Wu Zaochen.

Pemuda itu mengangguk tegas. Dia sendiri juga tak tahu kenapa nama itu yang dia inginkan. Seakan ada dorongan tertentu di hatinya yang menginginkan demikian.

“Baiklah kalau kau sudah menginginkan nama itu. Yao Chen, iblis kemarahan. Ha ha ha, sepertinya kau menyimpan bara dendam. Bagus! Tak masalah! Setiap manusia memang harus memiliki tujuan hidup agar lebih bermakna dalam menjalaninya! Aku akan memanggilmu Yao Chen mulai sekarang!” Ouyang Hetian menepuk tegas bahu Wu Zaochen yang kini berganti nama menjadi Yao Chen.

Yao Chen mengangguk yakin. Dia benar-benar menyukai nama barunya.

‘Di Yuxian! Tunggu saja sampai nanti tiba saatnya kau berlutut mengiba padaku untuk dibunuh ketimbang kusiksa!’ Mata Yao Chen berkilat penuh tekad.

Terkadang, dendam merupakan hal yang membuat seseorang tidak menyerah dalam hidupnya. Dendam bisa menjadi bahan bakar semangat agar manusia tetap bertahan hingga akhir.

“Apakah kau ingin turun dari tempat tidur dan melihat sekeliling? Di sini terpencil dan jarang ada manusia masuk kawasan lembah ini.” Ouyang Hetian menawarkan sembari menyodorkan tangannya untuk dipegang Yao Chen.

Yao Chen mengangguk setuju. Lagipula, dia harus lekas pulih untuk secepatnya menapaki jalan balas dendamnya demi bisa kembali ke eranya sendiri. Tapi dia percaya diri bisa berjalan sendiri tanpa perlu bantuan Ouyang Hetian.

“Hngkh?!” Yao Chen limbung begitu dia mencoba berdiri dan tubuhnya lekas ditangkap Ouyang Hetian yang sigap.

“Jangan terlalu terburu-buru begitu. Kau sudah satu bulan terkapar di tempat tidur, pastinya tubuhmu butuh penyesuaian diri untuk berdiri tegak apalagi berjalan.” Ouyang Hetian sambil terkekeh.

“Tuan Ouyang? Tuan? Apakah Anda di sini?” Terdengar suara di depan pintu gubuk.

‘Gawat! Ada orang! Apakah aku akan ketahuan bersembunyi di sini?’ Yao Chen segera waspada ketika ada suara orang memanggil Ouyang Hetian di depan gubuk.

Ouyang Hetian lekas membaringkan Yao Chen kembali ke atas ranjang keras itu dan berkata, “Tetaplah di sini, aku akan menemui orang di depan sana.”

Yao Chen tidak mengatakan apa pun dan hanya bisa memandang punggung Ouyang Hetian yang menghilang di balik pintu.

Samar-samar dia bisa mendengar percakapan di depan gubuk karena kecilnya tempat tersebut.

“Oh, Tuan Meng!” Ouyang Hetian menyapa orang yang datang.

“Tuan Ouyang, apakah Anda memiliki waktu luang? Saya butuh senjata untuk satu bulan mendatang. Saya sudah membawakan bahan materialnya, besi merah, kuharap ini cukup untuk membuat pedang panjang yang bagus.” Orang bermarga Meng menyerahkan kotak kayu cukup besar ke Ouyang Hetian.

Ketika Ouyang Hetian menatap isi di dalam kotak kayu, dia menyahut, “Ini cukup. Tentu saja bisa menjadi pedang yang bagus. Satu bulan lagi, kembalilah ke sini.”

‘Ternyata orang ini adalah ahli penempa senjata!’ Yao Chen menggumamkan dugaannya dalam hati ketika mendengar pembicaraan di depan gubuk. ‘Tak heran dia bertubuh sebesar dan segagah itu.’

Pintu kamar kembali terbuka dan muncul Ouyang Hetian diiringi langkah tegasnya.

“Orang itu sudah pergi. Ayo! Aku akan bawa kamu berkeliling di sekitar gubuk!” Ouyang Hetian dengan santainya mengangkat tubuh Yao Chen dari ranjang keras seakan mengangkat guling saja.

Di hatinya, tekad Yao Chen ingin pulih semakin membara. ‘Aku harus membalas dendam agar bisa kembali ke zamanku!’

***

Comments (2)
goodnovel comment avatar
dearista Dearista Rista
salut dgn penulis untuk mengingat dan mengaplikasikan ke buku,ini benar' menakjubkan
goodnovel comment avatar
Asep Sanjaya
bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pendekar Tanpa Wajah   4 - Berjuang Mencari Kekuatan

    Dalam beberapa minggu ini, Yao Chen terus berjuang memulihkan dirinya.“Huek! Ugh!” Meski ingin muntah karena aroma obat dan rasanya yang sangat tidak enak, tapi dia tetap menenggak sampai habis.Api bara balas dendam sering membantunya melewati hari-hari perjuangan dia.Bahkan ketika dia harus belajar berjalan, dia sudah ingin lekas berlari. Alhasil, dia justru jatuh terjerembab.“Yao Chen, tak perlu terburu-buru begitu jalanmu. Apa kau ingin langsung berlari? Itu harus bertahap. Urat-uratmu baru saja pulih dan masih butuh waktu agar ototmu terbiasa.” Ouyang Hetian sabar menasehati Yao Chen yang gegabah.Setelah masa pemulihan yang menyakitkan dalam 2 bulan, Yao Chen kini bisa melihat sendiri wajahnya tanpa perban. Tangannya gemetar ketika menyentuh permukaan wajahnya.Bibirnya gemetar dengan mata basah hendak menangis ketika Ouyang Hetian menyodorkan cermin kuningan padanya. ‘Rusak! Wajahku begini rusak! Wajah tampan ini sudah kacau dan mengerikan seperti monster!’ Hatinya meraung t

    Last Updated : 2024-01-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   5 - Jalan Menemukan Musuh

    Esok paginya, Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke hutan. “Berlatihlah di sini, Yao Chen.”Gubuk yang mereka tinggali berada di tepian hutan sebuah lembah asri tersembunyi di pegunungan yang jarang dikunjungi orang. Kini, Yao Chen akan menjajal kedalaman hutan.“Awas!” Ouyang Hetian segera menarik Yao Chen sembari tangannya menebas ke udara hampa ketika mereka baru menjejakkan kaki di kedalaman hutan.Yao Chen terkejut bukan kepalang ketika mengira gurunya sedang menebas ke udara kosong, ternyata setelahnya ada seekor ular sebesar lengannya tergeletak di tanah dan mati.“Di sini ada banyak hewan buas dan juga beberapa hewan roh. Kuharap kau bisa melawan mereka.” Ternyata alasan Ouyang Hetian membawa Yao Chen ke kedalaman hutan adalah untuk melatih pemuda itu.Dengan cepat Yao Chen memahami keinginan gurunya. Segera dikeluarkannya pedang di tangan kanan dan kapak kecil di tangan kiri. Kedua senjata itu buatan Ouyang Hetian.Mendadak, Ouyang Hetian melambung ke belakang dan berdiri di sala

    Last Updated : 2024-01-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   6 - Mendapat Halangan

    Mendengar tawaran Ouyang Hetian, sontak saja mata Yao Chen berbinar. “Unh!” Dia mengangguk tegas. Terbayang olehnya sang mantan tunangan dan pemuda yang membuat nasibnya setragis ini. ‘Lihat saja kalian berdua, akan aku buat kalian mendambakan kematian ketika ada dalam genggamanku!’ Demikian ikrar Yao Chen sambil tangan terkepal kuat. Namun, sebagai orang Bumi, Yao Chen tak mengerti apa pun mengenai Sekte Bilah Langit. “Guru, Sekte Bilah Langit, apa itu?” tanyanya. Meski dia penggemar cerita dan drama kultivasi saat hidup di Bumi, tetap saja dia harus mengetahui seluk-beluk tempat yang harus dia masuki nantinya. Apakah akan seluarbiasa yang sering dia baca? “Sekte Bilah Langit merupakan sekte bela diri terbesar di wilayah Timur ini. Lokasinya sekitar 500 kilometer dari Kota Sungai Perak asalmu. Itu ada di Pegunungan Timur Merah. Kau harus tahu, luas sekte yang ada di pegunungan itu adalah 1,9 juta kilometer persegi! Benar-benar patut dikatakan sekte terbesar wilayah Timur. Daya

    Last Updated : 2024-02-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   7 - Lawan Kuat

    ‘Aku pasti menang!’ Yao Chen menyeru di batinnya sembari mengobarkan semangatnya lebih banyak. ‘Aku ini prajurit! Aku seorang polisi! Tak boleh gentar! Bergeloralah, Jiwa Korsaku!’ pekik hatinya.“Graaakkhhh!” Yao Chen menyeru keras mengobarkan semangatnya.Pedang di tangan Yao Chen terus bergerak lincah tak kendur meski dikeroyok 3 golok yang mengayun brutal padanya. Bunyi dentang memekakkan telinga saat logam beradu memenuhi hutan dalam radius puluhan meter.Yao Chen meliukkan tubuhnya untuk menghindari serangan dan tusukan lawan. Karena lawan semakin gigih ingin membunuhnya, dia mengeluarkan kapak panjang di tangan kirinya yang langsung diayunkan ke salah satu bandit.“Arrghh!” Seruan sakit keluar dari bandit yang lengannya ditebas kapak Yao Chen.Tanpa memedulikan lengan yang tergeletak menyedihkan di tanah, Yao Chen terus menggerakkan pedang dan kapaknya secara ritmis menuangkan keharmonisan dua senjata berbeda jenis.“Arghh!” Bandit lain berseru saat dadanya kena tebas pedang Ya

    Last Updated : 2024-02-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   8 - Menghadapi Bos Bandit

    “Bocah, kutanya sekali lagi, apakah kau yang membunuh ketiga anak buahku?” Bos bandit bertanya sekali lagi sambil auranya terus menguar penuh dominasi saat dia melayang di udara. Tak bisa berkelit, Yao Chen menjawab, “Ya, memang aku yang membunuh mereka. Itu salah mereka karena terlalu tamak ingin menguasai barang-barangku!” Sebagai polisi di Bumi dulunya, dia tak boleh gentar di hadapan penjahat meski tak yakin apakah dirinya bisa memenangkan pertarungan ini. “Grrhhh! Beraninya kau menyalahkan mereka!” Bos bandit menggeram marah sambil menggertakkan gerahamnya. “Akan aku cincang kau!” Bos bandit mengira dia akan dengan mudah membunuh Yao Chen hanya karena lawannya terlihat masih sangat muda dan juga kultivasinya ada jauh beberapa level minor di bawahnya. Meski begitu, bos bandit masih tak paham, bagaimana bisa ketiga anak buahnya yang pastinya memiliki kultivasi tidak memalukan bisa kalah dari bocah seperti Yao Chen? Dia bertanya-tanya, metode licik apa yang digunakan Yao Chen.

    Last Updated : 2024-02-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   9 - Bertemu Musuh

    Yao Chen melanjutkan perjalanannya dengan kuda yang dia pacu secepat mungkin. Hingga akhirnya dia tiba di gerbang utama Sekte Bilah Langit yang tinggi menjulang begitu megah. Gerbang itu masih tertutup dan ada begitu banyak anak muda berkumpul di depannya.Dalam hatinya, Yao Chen membatin, ‘Sepertinya ada jutaan orang berkumpul di sini untuk ujian perekrutan. Pantas saja dikatakan sekte paling ternama di wilayah timur. Memang pantas menyandang predikat itu. Meski ada di kaki gunung, tapi rasanya seperti sebuah kawasan elit tersendiri.’Di sekelilingnya ada banyak sekali manusia dengan kisaran umur 15 hingga 25 tahun yang berkerumun di depan gerbang sekte, menunggu waktu perekrutan tiba.‘Apakah si bedebah itu ada di sini?’ Yao Chen teringat akan musuh abadinya, Di Yuxian.Segera saja, matanya beredar ke sekitar. Radius 1 kilometer lebih dipenuhi manusia yang bersiap-siap mengikuti perekrutan.“Awas! Minggir!” Ada bentakan suara arogan tak jauh dari Yao Chen. “Beri jalan untuk tuan mud

    Last Updated : 2024-02-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   10 - Hinaan Di Yuxian

    Langkah kaki Yao Chen sudah hendak maju bergerak ketika dia mendengar suara pengawal Di Yuxian tiba di telinganya. “Hei! Minggir! Kau buta dan tuli atau apa? Tidak lihat kami hendak lewat?” Sontak, Yao Chen termangu. Hingga dia akhirnya dipukul pada dadanya oleh pengawal Di Yuxian hingga jatuh terjengkang ke belakang. “Huh! Orang aneh yang memakai topeng!” hina pengawal itu. “Kau pikir kau hebat hanya karena memakai topeng? Hanya bocah di Tingkat 2 saja sudah ingin berlagak!” Yao Chen mengaktifkan energinya untuk meradar kekuatan pengawal tersebut. Hatinya mencelos ketika mengetahui para pengawal yang mengitari Di Yuxian ada di Tingkat 6 – Ranah Kebangkitan Elemen Inti. ‘Sialan! Mereka sangat kuat! Tentu saja lebih kuat dari bos bandit di Tingkat 3. Apalagi jumlah mereka ada banyak. Sial! Aku akan mati konyol kalau berani melawan Di Yuxian saat ini juga!’ batin Yao Chen meraung tak terima. Mau tak mau dia berdiri dari tanah sambil menahan amarahnya. Sebagai orang yang pandai berka

    Last Updated : 2024-02-15
  • Pendekar Tanpa Wajah   11 - Ujian Pertama

    “Wah! Sudah dimulai!” Orang-orang yang berkerumun segera menoleh ke arah gerbang.Dengan gema seruan dari orang sekte yang menyatakan pembukaan perekrutan, pertarungan apa pun di sana segera terhenti secara otomatis.“Ayo, Kak!” Pemuda gemuk tadi mengajak kakaknya, si pemuda tinggi kurus. Lalu dia menoleh ke Yao Chen sambil tersenyum, “Saudara, mari kita masuk!”Yao Chen mengangguk saja dan mulai berjalan seperti yang lainnya.‘Sepertinya dua kakak beradik itu orang baik. Apakah mereka akan menjadi kawanku nantinya?’ tanya Yao Chen dalam hati. Ketika hidup di Bumi, dia termasuk orang yang supel dan tidak pilih-pilih teman.Di depan Yao Chen, gerbang yang tingginya menjulang hingga puluhan meter itu terlihat kokoh dan membawa wibawa sekte. Begitu bergerak membuka ke dalam, aura digdaya segera menguar dari sana, mengakibatkannya menatap kagum.‘Dulu aku hanya membayangkan saja seperti apa perguruan di era kultivasi. Sekarang aku berdiri tepat di depannya dan sedan memasukinya. Ini sungg

    Last Updated : 2024-02-16

Latest chapter

  • Pendekar Tanpa Wajah   548 - Berbagi Menantu

    "Itu menurut kalian." Yao Chen menyilangkan tangan di dada. "Bagiku, tempat teraman adalah tempat yang hanya aku saja yang tau."Tatapan mereka saling bertaut.Di antara mereka, aura ketegangan terus meningkat.Para tetua di luar aula kini saling bertukar pandang dengan cemas. Dua generasi Gongsun saling bersitegang, dan ini bukan pertanda baik.Gongsun Weiyan akhirnya bersuara, dengan nada yang lebih dingin."Jika kau menolak, maka kau juga harus menanggung konsekuensinya."Yao Chen tersenyum tipis. "Tentu saja. Aku selalu siap menghadapi konsekuensi."Gongsun Huojun menatapnya lama, lalu akhirnya mundur selangkah."Baiklah," katanya dengan suara datar. "Jika itu keputusanmu."Namun, sebelum dia berbalik pergi, matanya berkilat tajam."Tapi ingat satu hal, Chen'er .…"Yao Chen menunggu, namun Gongsun Huojun hanya menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya meninggalkan ruangan bersama Gongsun Weiyan.Saat mereka keluar, suasana di ruangan itu tetap tegang.Sima Honglian yang sejak tadi

  • Pendekar Tanpa Wajah   547 - Memanas

    "Aku hanya ingin memastikan apakah kau benar-benar layak … dan ternyata kau cukup menarik."Seketika, semua sosok berjubah hitam menghilang ke dalam bayangan!Seakan-akan mereka tidak pernah ada.Namun sebelum pergi, pria bertopeng itu meninggalkan satu kalimat:"Pedang itu akan menjadi milik kami … cepat atau lambat."Angin malam kembali bertiup, membawa keheningan yang mencekam.Bao Xu akhirnya bersuara. "Ini buruk. Banyak pihak mulai bergerak untuk merebut pedang itu."Sima Honglian menoleh ke arah Yao Chen. "Apa kau baik-baik saja, Chen?"Yao Chen tidak langsung menjawab.Matanya tetap menatap ke arah bayangan tempat para penyerang menghilang, tangannya menggenggam erat gagang pedang. “Ini semakin berbahaya.”* * *Di aula pribadi di Tanah Suci, Yao Chen menggenggam tangan Sima Honglian saat dia menghadap Gongsun Huojun di singgasananya. Gongsun Weiyan duduk tak jauh dari putranya."Sepertinya kamu sudah bisa mengendalikan Asura Gelapmu, Chen'er." Gongsun Huojun membuka percakapan

  • Pendekar Tanpa Wajah   546 - Semakin Berbahaya

    Asap hitam dari serangan Luo Shen masih menyelimuti sebagian kota, meski angin mulai membawanya pergi. Namun, keheningan yang menyusul justru terasa lebih menekan.Yao Chen mengamati sekelilingnya. Dia paham, bukan hanya Sekte Iblis yang menginginkan Pedang Keseimbangan—banyak pihak lainnya, tapi mereka memilih bermain di balik bayangan.Terlalu berisiko menunjukkan ketertarikan mereka secara terang-terangan.‘Kurasa … aku harus lebih berhati-hati mulai sekarang,’ gumamnya dalam hati.Di sampingnya, Sima Honglian menyipitkan mata. " Chen, kita harus segera pergi dari sini sebelum situasi semakin kacau."Tapi sebelum mereka bisa bergerak .…BRUK!Salah satu prajurit Kekaisaran tiba-tiba jatuh tersungkur, tubuhnya menggigil hebat. Matanya memutih, urat-urat hitam menjalar di bawah kulitnya.Bao Xu langsung berjongkok di sampingnya. "Celaka! Kutukan jiwa Luo Shen masih menginfeksi mereka!"Gongsun Weiyan menggertakkan giginya. "Sekte Iblis memang busuk! Kita harus segera mengobati mereka

  • Pendekar Tanpa Wajah   545 - Bara yang Belum Padam

    Langit masih bersinar keemasan akibat kehadiran Kekaisaran Langit Abadi.Dari kapal udara raksasa yang melayang di atas kota, Tetua Bao Xu berdiri dengan kedua tangan di belakang punggungnya. Jubah ungunya berkibar diterpa angin, matanya yang tajam menyapu kehancuran di bawahnya."Semua pihak, tinggalkan Kota Seribu Dewa segera!" suaranya menggema, mengandung tekanan yang membuat udara terasa lebih berat.Yao Chen mengepalkan tinjunya. Lagi-lagi aku dihentikan.Namun, dia paham perintah ini bukan sekadar gertakan. Bao Xu bukan orang yang bisa ditentang begitu saja.Di sisi lain, Kaisar Merah, pria bertopeng yang nyaris tidak pernah menunjukkan ekspresi, hanya mendongak ke arah kapal. Sejenak, seakan dia sedang mempertimbangkan sesuatu.Lalu, dengan gerakan santai, dia melangkah mundur."Aku akan pergi," katanya dengan nada ringan. "Tapi pertemuan kita belum selesai, Gongsun Yichen."Matanya, meskipn tersembunyi di balik topeng, seakan menembus ke dalam jiwa Yao Chen.Dalam sekejap, tu

  • Pendekar Tanpa Wajah   544 - Keheningan Setelah Badai

    Langit masih bergetar akibat bentrokan energi sebelumnya. Kota Seribu Dewa, yang biasanya dipenuhi cahaya lentera dan hiruk-pikuk pedagang, kini porak-poranda. Puing-puing bangunan berserakan, beberapa area pasar telah menjadi kawah akibat pertarungan dahsyat tadi.Yao Chen terduduk dengan napas memburu, sisa aura hitam dari Asura Gelap masih samar-samar berpendar di sekeliling tubuhnya.Sima Honglian tetap di sampingnya, kedua tangannya masih bersinar dengan Api Phoenix, menenangkan gejolak energi di dalam tubuhnya.Gongsun Huojun dan Gongsun Weiyan berdiri tidak jauh, masih dalam posisi siaga. Mereka belum berani lengah."Chen'er," suara Gongsun Huojun akhirnya memecah kesunyian. "Apa yang sebenarnya kau lakukan di sini? Kau pikir bisa berkeliaran begitu saja setelah apa yang terjadi di Sekte Langit Kudus?"Yao Chen mendongak, matanya kembali tajam. "Aku tidak peduli dengan sektemu."Gongsun Weiyan mengepalkan tinjunya. "Tidak peduli?! Kau hampir membunuh banyak orang tak bersalah!"

  • Pendekar Tanpa Wajah   543 - Malam Penuh Kekacauan

    "Bersiap saja kalian berpindah alam!" Senyum seringaian Yao Chen semakin lebar. Angin kencang bertiup liar saat aura gelap yang menguar dari tubuh Yao Chen semakin menggila. Tanah di sekitarnya merekah, retakan hitam menyebar bagaikan jaring laba-laba. Tubuhnya masih dikelilingi energi hitam pekat dari mode Asura Gelap, dan matanya bersinar merah darah, penuh kegilaan.Gongsun Huojun dan Gongsun Weiyan berdiri di udara, jubah emas mereka berkibar.“Kau benar-benar sudah melewati batas, Yao Chen,” ujar Gongsun Huojun, ekspresinya tetap tenang, tapi auranya membumbung tinggi, menekan seluruh area.“Kalian pikir bisa menghentikanku?” Yao Chen menyeringai, lalu mengangkat tangan kanannya ke langit. Petir hitam menggelegar di atasnya, berkumpul membentuk pusaran energi yang mencekam.Dalam sekejap, dia mengayunkan tangannya ke bawah.BRUUUUM!!!Gelombang petir hitam menghantam tanah, menciptakan ledakan dahsyat! Puluhan bangunan pasar malam hancur berkeping-keping, dan tanah bergetar heb

  • Pendekar Tanpa Wajah   542 - Kota Seribu Dewa – Pasar Malam yang Berlumuran Darah

    Pria itu menyeringai. “Di dunia ini, kekuatan yang menentukan segalanya, bukan tempat atau keadaan.”Tanpa aba-aba, salah satu anggota sekte melesat dengan kecepatan tinggi, tinjunya mengarah langsung ke wajah Yao Chen!Dhaarrr!Yao Chen mengangkat lengannya dengan santai dan menahan pukulan itu. Angin ledakan dari benturan itu menghancurkan kios-kios di sekitar mereka. Lalu, dengan gerakan cepat, dia memutar tubuhnya dan melayangkan tendangan keras ke perut lawannya.Bruakk!Pria itu terpental menghantam tembok batu, retakan besar terbentuk di sekelilingnya sebelum dia jatuh tersungkur.“Kurang ajar!”Dua orang lainnya langsung menyerang bersamaan. Yang satu menggunakan pedang panjang berwarna ungu, sementara yang lain menghunus tombak dengan ujung berkilauan energi petir.Klang!Pedang itu berkelebat dengan kecepatan luar biasa, tetapi Yao Chen menghindarinya dengan langkah gesit.Tombak petir menyambar ke arahnya, tapi dengan telapak tangan kosong, Yao Chen menghantam tombak itu de

  • Pendekar Tanpa Wajah   541 - Kedatangan Tuan Sheng

    Gongsun Huojun menggeram, urat-urat di lehernya menegang. “Kau pikir masalah ini bisa diselesaikan hanya dengan ancamanmu? Kau tak mengerti betapa rumitnya politik antar sekte!”Yao Chen tertawa dingin. “Aku tak peduli dengan politik kalian. Aku hanya ingin hidup dengan orang yang kucintai. Jika itu masalah bagi kalian, maka aku akan pergi. Aku tak berutang apa pun pada Tanah Suci!”Mata Gongsun Huojun berkedip tajam, tetapi sebelum dia bisa berbicara lagi, suara berat bergema dari luar aula.“Keberanianmu patut dipuji, bocah.”Semua mata beralih ke pintu. Seorang pria paruh baya dengan jubah biru gelap yang dihiasi pola emas memasuki ruangan dengan langkah mantap. Di belakangnya, beberapa tetua Sekte Langit Kudus mengikutinya dengan ekspresi dingin.Tuan Besar Sheng telah tiba. Dia diantar dua penjaga menuju ke aula.Tatapannya mengunci pada Yao Chen dengan intensitas yang membuat udara seolah bergetar. “Jadi, kau yang menolak perjodohan dengan putriku?”Yao Chen tak mundur selangkah

  • Pendekar Tanpa Wajah   540 - Keputusan Akhir Mengenai Istri

    "Jadi ...." Kalimat Yao Chen menggantung sambil dia menatap ayahnya. Gongsun Huojun menatap Yao Chen dengan penuh pertimbangan. Wajahnya serius, tetapi tidak ada tanda kemarahan seperti sebelumnya.Setelah beberapa saat hening yang menegangkan, akhirnya dia menghela napas berat. "Baiklah. Jika kau menginginkan Sima Honglian sebagai istri pertamamu, maka aku tidak akan menghalangi."Yao Chen terkejut sesaat, tidak menyangka Gongsun Huojun akan mengalah secepat itu. Namun, sebelum dia bisa berbicara, suara Gongsun Huojun kembali menggema di ruangan."Tapi dengarkan baik-baik, Chen’er. Kau bukan lagi seorang kultivator biasa. Kau adalah pemilik Tubuh Asura. Itu berarti kau akan membawa nama besar Sekte Istana Suci ke puncak kejayaan. Karena itu, ada tanggung jawab yang harus kau emban." Nada suaranya tajam, menekan seperti petir yang menggelegar."Putri Suci akan menjadi istri keduamu, dan Nona Besar Sheng akan menjadi istri ketigamu. Ini sudah kuputuskan. Tidak ada perubahan!" Mata Gon

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status