Share

Pendekar Tanpa Wajah
Pendekar Tanpa Wajah
Penulis: Gauche Diablo

1 - Mimpi Aneh

“Harghh!” Suara Danang terdengar seperti dia baru saja berhasil mendapatkan oksigen setelah terkungkung lama di ruangan kedap udara. ‘Sebentar, di mana aku sekarang? Kenapa aku di sini?’ Danang seperti orang kebingungan ketika mendapati dirinya berada di lingkungan asing dengan sekeliling ruangan yang tak biasa.

Danang teringat bahwa dia baru saja bermimpi aneh dan kini terbangun. Namun, alangkah terkejutnya dia ketika menyadari bahwa dia bangun bukan di tempat tidurnya, melainkan di ranjang yang sangat berbeda.

‘Ini … kasur apa? Kenapa kasar dan keras sekali? Bukan ranjang busa?’ Tangan Danang menelusuri tempat tidur yang terasa kasar dan tidak biasa baginya.

Danang semakin terkejut luar biasa ketika dia mengamati ruangan cukup kecil berukuran 3 x 4 meter persegi.

‘Tunggu dulu! Ini bahkan bukan kamarku! Mana mungkin kamarku bisa berubah interior dan dekorasinya?’ Danang termangu menatap sekelilingnya.

Matanya menyusuri dinding anyaman rotan dan terkesan kumuh serta lawas. Dia sebenarnya ada di mana?!

‘Kenapa ini … ini rasanya seperti kamar yang ada di film klasik Tiongkok kuno? Apakah aku masih bermimpi? Aku belum bangun? Kenapa kedua pergelangan tanganku dibalut perban? Tapi bukannya baru saja … argh! Aku bisa memegang tanganku sendiri dan ouch! Ternyata mencubit diri sendiri memang menyakitkan!’ Danang mulai mencubiti pelan lengannya dan ternyata dia mendapatkan fisik solid.

Bukankah harusnya tidak demikian apabila masih di dunia mimpi? Danang terus bertanya-tanya mengenai situasinya saat ini.

“Errghh!” Mendadak saja kepalanya seperti ditusuk ribuan jarum sekaligus, membuat dia mengerang sambil meremas kepalanya yang serasa hendak meledak. Segera, ada banyak kilasan ingatan masuk ke kepalanya.

Dia langsung teringat mimpi anehnya ketika tiba di malam sebuah era Tiongkok kuno dan di depannya ada rumah cukup besar yang terbakar, sedangkan dia hanya menjadi penonton tanpa bisa berbuat apa-apa dalam tubuh transparannya.

Di mimpinya, Danang bisa menyaksikan orang-orang dari dalam rumah besar itu berhamburan keluar dan berlarian panik sambil menjerit, terdengar memilukan. Namun, mereka langsung ditebas pedang orang-orang berseragam serba hitam dengan penutup wajah dari kain sebelum berhasil melarikan diri.

Kemudian, Danang melihat seorang remaja 16 tahun keluar bersama lelaki dan wanita yang pastinya orang tua remaja tersebut.

“Arghh! Chen’er!” Jeritan wanita yang melarikan diri bersama si remaja terdengar memilukan.

“Ibu!” Si remaja menyeru sambil berusaha membantu wanita yang baru saja ditebas punggungnya oleh salah satu pria bertopeng kain.

“Chen’er! Selamatkan dirimu! Cepat!” Si ayah menyeru sambil mendorong putranya agar menjauh dari mereka dan segera mencegah para penyerang yang mendekat ke keluarganya.

Remaja itu menggelengkan kepalanya dengan enggan, dia bukan anak durhaka.

“Kalian pikir kalian bisa lolos? Wu Haotian! Li Zhangmei! Kalian harus mati di depan anak kalian, Wu Zaochen!” Setelah itu, pria asing itu menebaskan pedangnya ke orang tua si remaja.

“Hei, kalian kejam sekali pada keluarga Wu Zaochen!” Danang kala itu meraungkan emosinya ke pria bertopeng kain meski tahu dirinya tak akan didengar mereka, sekeras apa pun dia berteriak. Tatapannya iba ke Wu Zaochen.

“Ayah! Ibu!” raung Wu Zaochen sambil menerjang para penyerang meski hanya menggunakan ilmu bela diri Ranah Dasar, Tingkat Pengumpulan Qi level akhir.

Sayang sekali, lawan Wu Zaochen adalah para ahli beladiri yang sudah berada di Ranah Lanjutan. Dengan mudah mereka menaklukkan Wu Zaochen di tanah.

“Ramai sekali di sini!” Muncul pemuda berpakaian ala bangsawan borjuis warna hitam dan emas dengan hiasan bulu-bulu di bahunya. Di tangannya ada kipas kertas dikibaskan santai sambil menampilkan wajah arogannya.

Melihat siapa yang datang, Wu Zaochen menggeram, “Di Yuxian!” Dengan cepat dia memahami siapa dalang pembakaran rumah dan pembunuhan keluarganya.

“Panggil yang benar!” Pria bertopeng kain memukul Wu Zaochen lagi sehingga pemuda malang itu pun tersungkur di tanah, memuntahkan seteguk darah.

Serempak, semua pria bertopeng membuka kain yang menutupi wajah mereka dan menghormat ke Di Yuxian.

Sementara itu, penduduk hanya menatap dari jauh tanpa berani mendekat karena mengerti bahwa yang sedang berperkara adalah tuan muda dari Bangsawan Muda Di.

Penduduk Kota Sungai Perak tahu bahwa mereka tidak akan punya kuasa untuk berurusan dengan orang berkasta cukup tinggi seperti Di Yuxian yang orang tuanya sudah diangkat sebagai Bangsawan Muda oleh penguasa regional.

“Panggil dia Tuan Muda Di Terhormat!” Anak buah Di Yuxian menjejakkan kakinya ke punggung Wu Zaochen.

Darah kembali dimuntahkan Wu Zaochen, sedangkan Danang hanya bisa meneriaki mereka dengan berbagai sumpah-serapah.

“Jangan harap!” Suara parau Wu Zaochen membawa kegigihan harga dirinya. Mata tajamnya ingin merobek Di Yuxian, dipancarkan dengan niat membunuh yang membumbung tinggi. “Kau! Hanya karena menginginkan tunanganku, kau tega membunuh orang tuaku dan memusnahkan rumahku?! Kau sungguh tidak tahu malu! Merebut tunangan orang!”

“Merebut tunangan orang? Shang Meili sendiri yang menyetujui tawaranku menjadi wanitaku dan tanpa ragu meninggalkanmu, anak pedagang sutra kecil! Bahkan orang tuanya langsung setuju membatalkan pertunangan kalian! Kau ingin bersaing denganku, heh?!” Mata Di Yuxian langsung berkilat marah. Maka, dia merampas pedang di tangan salah satu anak buahnya dan mendekat ke Wu Zaochen sambil berteriak, “Pegangi dia!”

Dua anak buah segera mengangkat kedua lengan Wu Zaochen agar pemuda itu berlutut di depan tuan mereka sambil ditahan.

“Puih!” Wu Zaochen masih menyisakan tenaganya untuk meludahkan darah di mulutnya ke Di Yuxian. “Arrghh!” Setelah itu, teriakan dan raungan kesakitan mulai membahana dari mulut Wu Zaochen, mengakibatkan penduduk di sekitarnya merinding ngeri atas apa yang terjadi pada anak pedagang sutra itu.

Maka, dalam waktu semalam, Wu Zaochen menjadi orang cacat tanpa ada siapa pun berani menolongnya. Danang menjadi saksi kejadian tragis itu tanpa bisa berbuat apa pun.

“Dengar, kalau kalian tidak ingin berurusan denganku, maka jangan menolongnya, hari ini atau pun nanti!” Di Yuxian berbicara lantang ke penduduk yang masih berkumpul cukup jauh darinya. Lalu dia menyeringai puas ke Wu Zaochen yang tergeletak pingsan.

Kilasan mimpi itu selesai dan kepala Danang sudah lebih baik, hanya saja masih bingung kenapa usai bermimpi aneh, dia malah bangun di ruangan yang bukan merupakan kamarnya?

‘Ya, aku yakin gubuk reot begini ada di film klasik Tiongkok. Tapi kenapa aku di sini? Bukankah aku hanya bermimpi? Kenapa ketika bangun malah tidak di kamarku?’ Dia terus membatin dan mencoba bersuara. “Awgh … haawgh?” Betapa terkejutnya dia ketika menyadari ternyata dirinya tak bisa bicara.

Matanya membola lebar dengan jantung berdentum kencang ketika memikirkan sebuah dugaan.

Saat dia meraba ke dalam mulutnya dengan tangan gemetaran sambil berusaha menepis pikiran buruknya … tak ada!

‘Aku tak punya lidah yang normal!’ Danang panik. ‘Tolong, semoga ini bukan seperti yang kupikirkan!’

Meski dirinya mencoba mengalihkan dugaan di kepalanya, tapi tangan yang meraba pangkal pahanya membuat dia tersentak.

“Harkhh!” Tangan Danang segera dijauhkan dari pangkal pahanya karena terlalu syok. ‘Kenapa aku punya kondisi seperti Wu Zaochen?’ Dia mempertanyakan ini dengan perasaan frustrasi.

‘Ke mana lidah dan alat masa depanku? Kenapa menghilang semuanya? Aku … aku tak mungkin bernasib sama seperti Wu Zaochen! Ini hanya mimpi, ‘kan?’ Mana mungkin Danang tidak syok mendapati kondisi dirinya sekarang.

‘Bagaimana cara agar lepas dari alam mimpi ini? Aku tak mau bermimpi begini! Kalaupun harus datang ke mimpi di dunia para pendekar kultivator, aku ingin menjadi ahli bela diri yang keren dan hebat! Bukan yang cacat begini!’ Dia semakin frustrasi.

Baru saja hendak turun, Danang menyadari wajahnya terasa menyakitkan ketika tak sengaja menyentuhnya sehingga jeritan segera keluar dari mulutnya.

“Kau sudah bangun, Wu Zaochen?” Terdengar suara berat seorang pria yang masuk ke ruangan tempat Danang terbaring. “Setelah hampir satu bulan tak sadarkan diri, sekarang kau bangun. Bagus!”

Gauche Diablo

Haihai, Diablo di sini dengan buku baru, cerita baru. Ini mengenai perjalanan lintas dimensi dan waktu. Yuk, dukung buku ini sampai akhir, yak! Jangan sungkan kalo pengen nyapa aku di komen atau mampir aja ke IG aku, bisa dilihat di deskripsi buku ;')) Semoga aja cerita baru yang aku sampaikan di buku ini sesuai dengan selera kalian.

| 12
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Abdul Nasir
reeingkarnasi
goodnovel comment avatar
Anisa Salsabila P
danang.... caiyoooo
goodnovel comment avatar
Nixx
y ampun ksian Wu zachen ... gk bs kbayng klo jdi dya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status