Share

Penyihir Syakia Menur

Sudah lima tahun lamanya Syakia tidak pernah keluar dari Hutan Serigala Putih. Kegiatannya sehari-hari hanyalah memantau perkembangan Kirana, menjaganya agar tetap hidup di hutan belantara. Syakia tidak pernah kendor dalam mengembleng Kirana untuk tetap sehat dan kuat.

Keluarga Kalandra juga dilarang mengunjungi Kirana di Hutan Serigala Putih ini dengan alasan apapun agar proses pemulihan Sang Terpilih ini tidak terganggu. Jika ada kesalahan kecil saja, jiwa Kirana bisa terancam.

Hutan pagi ini sangat cerah dan indah dipandang, selaras dengan pembawaan Syakia yang suasana hatinya lagi senang luar biasa. Sebentar lagi dia akan bertemu Tuan Chandika yang selalu dirindukannya selama lima tahun belakangan ini.

Syakia memendam rasa yang mendalam terhadap majikannya ini. Untuk paras wajah, Syakia cukup cantik alih-alih penyihir putih lainnya. Hanya saja penampilannya yang tampak dingin seakan membuat semua orang takut kepadanya. Terlihat penampilan luar Syakia sangat kejam dan tanpa perasaan, tapi sebenarnya penyihir putih ini berhati baik dan selalu setia melayani majikannya.

Sebenarnya Syakia Menur berasal dari keluarga yang cukup terpandang pada masanya. Hanya saja Syakia kecil selalu menunjukkan sifat yang aneh yang berbeda dari sifat gadis bangsawan lainnya pada masa itu.

Dia tidak suka berpakaian yang anggun seperti anak gadis kaya pada umumnya.

Pakaian Syakia sangat sederhana mirip masyarakat biasa sehingga dia sering dimarahi orangtuanya. Pembawaannya juga seperti laki-laki yang suka berkelahi. Sebenarnya gadis ini ingin menjadi pendekar yang sakti, tapi suatu kejadian yang dialaminya membuat keinginannya berubah drastis.

Ketertarikan Syakia Menur dengan ilmu sihir terjadi saat gadis ini tidak sengaja tersesat main di hutan dekat rumahnya. Alih-alih menemukan jalan pulang ke rumahnya, gadis ini malahan masuk ke dalam hutan belantara yang saat itu penuh penyihir jahat beraliran sihir hitam yang suka menculik anak-anak yang seumuran dirinya.

Syakia menemukan pondok yang aneh di tengah hutan belantara ini tapi tanpa rasa takut dia masuk saja ke dalam. Penyihir hitam yang melihat bakat yang luar biasa dari gadis ini kemudian mengajarinya ilmu sihir hitam alih-alih menculiknya untuk kekuatan sihir hitam.

Syakia tetap diperbolehkan pulang ke rumahnya tapi tiap hari dia harus ke pondokan di hutan ini untuk belajar ilmu sihir hitam.

Dia tidak peduli dengan kegiatan penyihir hitam ini yang sering disebut penduduk setempat senang menculik anak seusianya untuk memperdalam ilmu sihir hitamnya.

Penyihir hitam ini sangat baik padanya dan terus mengajarkan segala macam ilmu sihir padanya. Syakia juga anak yang cerdas. Hanya dalam tempo singkat dia bisa menguasai beberapa ilmu sihir yang hanya bisa dipelajari penyihir dewasa. Hanya sayangnya ilmu sihir yang dipelajarinya adalah ilmu sihir yang beraliran sihir hitam. Hal itu juga yang membuat dia seharusnya ditempatkan sebagai Penyihir Hitam saat seleksi di Negeri Awan Putih.

Syakia terus datang ke pondokan hutan hingga suatu hari dia melihat pondok ini habis dibakar oleh penduduk desa tempat tinggalnya karena menuduh penyihir hitam ini yang menculik anak-anak mereka yang hilang.

Sejak saat itulah Syakia bertekad menjadi penyihir putih yang akan melindungi semua masyarakat agar tidak lagi terjadi kesalahpahaman seperti yang dilihatnya sebelumnya.

Setelah menginjak usia remaja, gadis ini semakin berani main ke tempat yang jauh termasuk ke Hutan Serigala Putih tempat dia pertama kali bertemu ayah dari Chandika yang saat itu masih remaja yang sombong dan sangat tidak menghargai orang lainnya.

Remaja sombong itu bernama Arya Kalandra yang merupakan keturunan keluarga Kalandra yang terkenal dan sangat dihormati di Bumi Nusantara.

Arya saat itu berburu di hutan dengan serigala putihnya yang perkasa membuat Syakia terpesona padanya. Pertemuan keduanya membuat kesombongan Arya sirna karena dia sangat mencintai gadis ini.

Mereka selalu bertemu dan memadu kasih di Hutan Serigala Putih tanpa ada yang mengetahuinya.

Sayangnya percintaan mereka tidak berlangsung lama karena Syakia terpilih untuk mengikuti seleksi penyihir yang diadakan Klan Penyihir saat itu. Kepergiannya ke Negeri Awan Putih ternyata merupakan salam perpisahan selamanya yang tidak disadari oleh gadis ini.

Syakia yang lulus seleksi terus digembleng menjadi penyihir nomor satu. Lambat laun dia mulai melupakan Arya hingga suatu ketika dia diutus untuk mendampingi Pendekar Serigala Putih menjaga ketentraman masyarakat, barulah dia menyadari kalau dia diperintahkan melayani Arya Kalandra yang merupakan kekasihnya dahulu.

Arya saat itu sudah mempunyai putra penerus dirinya yang bernama Chandika. Pendekar Serigala Putih ini sudah tidak merasakan cinta apapun lagi terhadap Syakia, karena cintanya hanya untuk istrinya dan anaknya saja.

Perintah terhadap Syakia muda adalah untuk merawat putra dari mantan kekasihnya ini di Hutan Serigala Putih. Alih-alih bersedih, gadis ini dengan telaten merawatnya dengan kasih sayang dan menganggapnya sebagai anaknya sendiri.

Saat Chandika beranjak dewasa, Syakia tetap melanjutkan pengabdiannya dengan mengikuti Chandika. Lambat laun tumbuh benih cinta di hati wanita ini, namun dia sadar kalau dia tidak boleh menikah alih-alih mencintai pria termasuk Pendekar Serigala Putih.

Syakia merupakan penyihir putih maka selama dia tidak berhubungan dengan pria manapun, dia tidak akan menua dan masih tetap kelihatan muda seperti gadis remaja.

Perasaannya terus dipendam hingga Chandika menikahi Ardiyanti yang saat itu juga merupakan Pendekar Sakti. Kecintaannya terhadap pendekar ini diwujudkannya dengan merawat anak Chandika seperti anak kandungnya sendiri. Sama seperti yang dilakukannya dahulu dengan Chandika, hanya saja bedanya Kirana adalah anak perempuan.

*****

Tak terasa penyihir ini mulai mendekati bangunan besar tempat Chandika tinggal bersama keluarganya. Perasaannya makin tidak karuan setelah lima tahun tidak bertemu pujaan hatinya. "Seperti apa ya Tuan Chandika sekarang?" gumannya dalam hati.

"Kok sepi sekali bangunan ini seakan tidak ada kehidupan sama sekali. Harusnya ada pesta penyambutan untuk kembalinya Kirana tapi ini tidak ada sama sekali. Ada apa gerangan?" Syakia merasa heran dengan kondisi bangunan besar yang tampaknya sudah lama tidak dihuni ini.

"Pantas Tuan Chandika tidak datang mengunjungi Hutan Serigala Putih hari ini! Kediamannya saja terbengkalai seperti ini," gumam Syakia dalam hati.

"Kemana perginya Tuan Chandika sekeluarga? Tidak mungkin mereka meninggalkan rumah peninggalan leluhurnya begitu saja," ujar Syakia lagi dalam hati.

"Tidak mungkin juga mereka meninggalkan anak perempuan satu-satunya, Kirana yang masih ada di Hutan Serigala Putih. Sangat tidak mungkin juga beranggapan kalau Chandika dan Ardiyanti tidak peduli lagi pada anak perempuannya."

Misteri apa yang menyelimuti keluarga Chandika sehingga bangunan yang dahulunya megah kini tidak berpenghuni sama sekali?

Kemana perginya Chandika Kalandra yang terkesan terburu-buru, bahkan tidak sempat untuk sekedar mampir ke Hutan Serigala Putih berpamitan dengan Kirana atau membawanya sekalian pergi jauh dari Lembah Serigala Putih?

Apakah kejadian ini yang menjadi kekhawatiran Chandika lima tahun yang lalu saat Syakia hendak membawa Kirana pergi dari sisinya sehingga membuatnya meninggalkan berbagai pesan yang didapatnya saat Chandika tiba-tiba bisa melihat masa depannya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status