Setelah mendapatkan Kitab Serigala Putih yang dicarinya, Syakia juga mengambil banyak koin emas dan uang emas yang mudah diambilnya. Tujuannya hanya satu, membeli kapal yang besar untuk berlayar dari satu pulau kecil ke pulau kecil lainnya yang tersebar di Bumi Nusantara ini. Mungkin dia bisa juga menjelajahi Benua Kahuripan dan Benua Kanuragan nantinya jika Kirana sudah bisa untuk menjaga dirinya sendiri dari mara bahaya.
Saat hendak keluar dari ruangan rahasia ini dia mendengar suara yang tidak asing lagi baginya.“Kamu yakin kalau penyihir putih tadi datang lagi ke sini?” tanya Saraswati kepada serigala hitamnya.
Saraswati terus memeriksa bangunan kosong ini tapi dia tidak menemukan apa-apa. Beruntung tadi Syakia memutuskan untuk menutup kembali lemari buku ini melalui tuas di dalam ruangan rahasia ini.“Besok saja kita ke sini lagi ... hari juga sudah malam. Kalau perlu besok kita ke Hutan Serigala Putih untuk memaksa penyihir putih ini memberitahukan kita tentang apa yang dicarinya hari ini," ujar penyihir hitam ini.
Syakia terus bersembunyi karena dia tidak mau berhadapan dengan penyihir hitam ini mengingat keselamatan Kirana jauh lebih penting sekarang dari segalanya.Sayup-sayup dia mendengar langkah kaki yang menjauhi bangunan kosong ini. Syakia memutuskan menunggu sebentar karena khawatir muslihat dari Saraswati yang pura-pura pergi tapi yang sebenarnya masih menunggunya.
Setelah sudah merasa cukup menunggu lama, Syakia keluar dari ruangan rahasia ini dan bergegas kembali ke Hutan Serigala Putih. Tidak ada lagi yang mengikutinya kali ini.
“Aku harus pergi dari hutan ini hari ini juga untuk menghindari kedatangan Saraswati besok!” tekadnya dalam hati.*****
“Thetis! Cepat berkemas! Kita harus berangkat malam ini juga!” kata Syakia begitu sampai di pondokan Hutan Serigala Putih.
“Pek Bin! Kamu ikut dan bawa Kirana di atas punggungmu!” perintah Kiraana kepada Serigala Putih ini.“Kamu jadi bawa Serigala Putih ini?” tanya Thetis keheranan.“Bawa saja ... aku akan beli kapal yang besar jadi serigala ini bisa ditempatkan di dalam ruangan,” ujar Syakia.“Kamu mau beli kapal besar pakai apa?” tanya Thetis yang penasaran dengan cara Syakia membeli kapal besar yang dia mau.“Nanti aku jelaskan! Sekarang kita harus segera berkemas sebelum penyihir hitam itu datang dengan serigala hitamnya," jelas Syakia dengan tegas.Penyihir putih ini sangat khawatir kalau Saraswati akan datang ke pondokan mereka. Kali ini mereka pasti tidak akan melepaskan dirinya dan Kirana, sampai mereka mendapatkan keinginannya.“Sudah beres semua? Ayo kita berangkat segera!” lanjut Syakia.“Tidak tunggu besok saja? Sekarang jalanan gelap ... kita mau menginap di mana? Kota terdekat jauh dari sini," sahut Thetis yang masih tidak habis pikir dengan tindakan Syakia ini.“Tidak bisa! Harus malam ini juga! Aku tidak mau ambil resiko penyihir hitam itu datang pagi-pagi besok!” tegas Syakia.“Kamu dan Kirana naik ke atas punggung Uwais karena lari serigala ini lebih kencang. Aku akan menyusul dengan ilmu meringankan tubuh. Jadi kita cepat sampai ke kota Bahari sebelum hari terang!” teriak Syakia.Perjalanan menembus malam benar-benar harus dilakukan karena Syakia tahu betapa berbahayanya jika mereka masih berada di Hutan Serigala Putih. Lebih baik mengambil resiko menembus dinginnya malam alih-alih bertemu penyihir jahat.Baru beberapa jam perjalanan, mereka sudah melihat kota terdekat yang bisa mereka singgahi untuk beristirahat sejenak.*****Kota Bahari merupakan kota terdekat dengan Hutan Serigala Putih termasuk dengan rumah Keluarga Kalandra. Syakia beberapa kali ke kota ini untuk membeli beberapa keperluannya jadi penyihir putih ini tahu jalan pintas menuju ke kota ini.Kota ini merupakan kota pelabuhan yang terletak di tepi pantai. Jadi banyak kapal yang bersandar di pelabuhan kota ini. Kota ini juga menjadi tempat pembuatan kapal yang bagus dan berbobot.Syakia meminta Thetis untuk menunggunya di perbatasan kota karena mereka membawa serigala putih yang cukup besar. Tentu saja akan menarik perhatian jika tiba-tiba masuk ke penginapan membawa hewan raksasa ini walaupun hari masih gelap.Bergegas dia menuju tempat penjualan kapal di kota Bahari ini. Toko ini masih tutup, tapi Syakia ingat kalau pemilik toko juga tinggal di sini. Karena dikejar waktu, Syakia menggedor pintu toko kapal ini dengan keras yang membuat pemiliknya terbangun.“Aku akan membayar dua kali lipat harga kapal besarmu jika kamu bisa menyediakan untukku sekarang!” kata Syakia begitu pemilik kapal membuka pintu toko dengan wajah penuh amarahMendengar perkataan Syakia, wajahnya kembali ceria. “Baik! Tunggu sebentar ... aku ada kapal besar yang sedang berlabuh di pelabuhan. Kalau kamu mau lihat dahulu tidak apa-apa, kita ke sana!" kata pemilik toko.“Tidak usah Tuan! Aku akan ambil langsung kapalmu. Aku juga butuh beberapa orang untuk bekerja di kapal, terutama nahkoda untuk membawa kapal besar ini," ujar Syakia."Aku akan mempekerjakan mereka semua jika kamu bisa menyediakannya sekarang! Tentu saja akan kuberikan beberapa koin emas jika kamu membantuku! Kalau ada yang menanyakan diriku bilang saja kamu tidak tahu ya ... kalau aku kembali lagi ke kota ini, akan kuberikan lagi uang tambahan dan koin emas padamu. Setuju?” kata Syakia dengan tegas tanpa bisa dibantah sepatah katapun oleh pemilik toko.
Pemilik toko segera bergerak mencari pekerja kapal yang dibutuhkan Syakia. Beberapa saat kemudian dia sudah kembali dengan beberapa orang. Tanpa menunggu lama, mereka semua berangkat ke pelabuhan. Syakia meminta mereka menunggu di kapal sementara dia akan menjemput Kirana, Uwais, dan Thetis di perbatasan kota Bahari.Awalnya kru kapal ketakutan melihat serigala putih besar ini, tapi lama kelamaan mereka menerimanya karena Uwais cukup jinak di depan mereka."Bibi ... kita akan kemana?" tanya Kirana begitu Syakia menjemputnya dan membawanya ke atas kapal.
"Kita akan menjelajahi Bumi Nusantara yang indah ini Kirana," jawab Syakia sambil tersenyum padanya.
"Bibi ... Aku mau mendengar kisah tentang Bumi Nusantara, agar aku nanti bisa menjelajahinya setelah dewasa," pinta Kirana.
Syakia yang tahu banyak tentang kisah Bumi Nusantara mulai menceritakannya kepada Kirana agar gadis kecil sedikit banyak tahu mengenai daerah tempat mereka berada.
*****
Bumi Nusantara memiliki berbagai Klan yang saling melengkapi satu sama lain yaitu : Klan Pendekar, Klan Penyihir, Klan Bangsawan (Raja), Klan Kurcaci, Klan Peri, Klan Raksasa, Klan Penjahat, Klan Siluman, dan yang terakhir Klan Serigala Putih.
Klan Peri, Klan Raksasa, Klan Serigala Putih, dan Klan Kurcaci merupakan makhluk asli yang telah mendiami wilayah ini. Sedangkan klan-klan lainnya merupakan pendatang yang mendiami Bumi Nusantara ini, setelah menumpas beberapa penghuni aslinya.Klan Penyihir yang tiba lebih dahulu 10 ribu tahun yang lalu di Bumi Nusantara yang dahulunya bernama Bumi Penyihir. Tidak ada yang tahu darimana Penyihir ini berasal. Dengan segala keahlian sihirnya, para penyihir ini mengurangi populasi klan asli di wilayah ini serta menetapkan Kota Penyihir sebagai pusat kota mereka. Pemimpin Sihir yang pertama justru beraliran sihir hitam bernama Arundaya.Keampuhan sihirnya terbukti saat dia melenyapkan sebagian raksasa hanya dengan sihir hitamnya. Raksasa yang berada di ujung selatan Bumi Nusantara ini langsung hancur menjadi debu begitu terkena sihirnya, membuat sisa raksasa yang memutuskan bermigrasi ke Pulau besar lainnya di ujung selatan yang terpisah lautan dalam yang tidak bisa dilewati raksasa ini sampai sekarang.Setelah masuknya pendatang lainnya seperti Pendekar dari benua yang tidak terjamah, perlahan-lahan para Penyihir ini tersingkir ke wilayah barat Bumi Penyihir yang kemudian berganti nama menjadi Bumi Nusantara dengan pusat kotanya berganti nama menjadi Kota Nusa. Pusat kota juga yang tadinya dikuasai penyihir perlahan-lahan dikuasai Klan Pendekar saat itu yang dengan belas kasihan mereka memerintahkan Penyihir untuk melayani mereka.Pemimpin Pendekar yang mengalahkan Penyihir-penyihir hitam yang berkuasa saat itu adalah Pendekar Tanpa Tanding bernama Mahatma Aswanta Kalandra. Sampai saat ini hanya Mahatma, pendekar yang sekaligus menguasai sihir yang pernah ada di dunia Bumi Nusantara ini. Hingga muncul ramalan munculnya Sang Terpilih yang akan menguasai seluruh ilmu silat pendekar, ilmu sihir penyihir, maupun ilmu strategi pemerintahan bangsawan yang akan menduduki tahta mempersatukan seluruh Klan yang ada di Alam Semesta ini yang mencakup Bumi Nusantara, Bumi Kahuripan, dan Bumi Kanuragan.Saat ini Bumi Nusantara sebagian besar dikuasai oleh Pendekar dan Bangsawan. Para Bangsawan ini tiba setelah Pendekar Iblis dikalahkan oleh Pendekar dan Penyihir. Para Bangsawan ini juga datang dari tempat yang terletak sangat jauh di luar 3 Benua utama yang ada. Bangsawan ini datang menggunakan kapal yang besar dan megah, menunjukkan teknologi mereka yang sudah maju peradabannya dibandingkan Bumi Nusantara yang masih menggunakan kapal kecil untuk sekedar menangkap ikan di laut. Tidak ada yang tahu asal muasal Bangsawan ini. Mulut leluhur Bangsawan ini juga terkunci rapat untuk memberitahukan asal usul mereka.Mereka datang untuk berdagang rempah-rempah dan hasil bumi lainnya. Lambat laun, Klan Bangsawan ini menguasai pemerintahan dengan kekayaan mereka sedangkan Klan Pendekar berfungsi memberantas segala kejahatan yang timbul di wilayah ini. Klan Bangsawan ini kemudian memutuskan menetap di Bumi Nusantara dan tidak pernah lagi pulang ke tempat asalnya yang masih menjadi misteri sampai sekarang.Bumi Nusantara hanya merupakan satu dari sekian daratan yang ada di Alam Semesta. Daratan-daratan lainnya seperti Bumi Kahuripan dan Bumi Kanuragan belum dipetakan secara sempurna, dan belum ada satu makhluk pun di Bumi Nusantara yang berniat atau pernah menjelajahi benua lain karena harus menyeberangi Samudera yang luas.Perjalanan mereka hanya berkisar pada pulau-pulau terdekat saja seperti Pulau Es, Pulau Api, maupun Pulau Iblis yang bisa menggunakan perahu kecil.Untuk lokasi asal Pendekar dan Bangsawan, bahkan Penyihir yang merupakan pendatang di Bumi Nusantara ini juga tidak diketahui asal usulnya. Apa memang ada Benua besar lain yang dihuni nenek moyang Klan ini sampai sekarang tidak ada yang mengetahuinya. Bangsawan yang memutuskan menetap di Bumi Nusantarar kemudian membakar habis kapal penjelajah yang mempunyai teknologi sempurna milik mereka agar Klan lain tidak menggunakan kapal ini untuk merebut tempat asal mereka.Pulau-pulau kecil lainnya juga banyak tersebar di sekeliling wilayah Bumi Nusantara.Makhluk-makhluk mitos yang tadinya penghuni asli pulau besar ini bergeser ke pulau-pulau kecil di sekitarnya yaitu Pulau Peri yang berdekatan dengan Pulau Es di utara, Pulau Kurcaci yang terletak di sebelah barat Bumi Nusantara berdekatan dengan Pulau Api, Pulau Raksasa yang berdekatan dengan Pulau Iblis di ujung selatan Bumi Nusantara. Banyak lagi pulau-pulau lainnya yang tidak berpenghuni atau hanya dihuni segelintir makhluk buangan saja.Penyihir merupakan salah satu Klan terkuat yang ada di wilayah Bumi Nusantara yang wilayahnya tersebar mulai dari Kota Es di ujung utara sampai ke Pulau Iblis yang ada di ujung selatan. Wilayah Klan Penyihir ini ada di sebelah timur Bumi Nusantara yang dikenal sebagai Negeri Awan Putih.Kapal besar yang ditumpangi Syakia dan Kirana mulai berangkat berangkat sebelum mentari terbit di ufuk timur untuk menghindari kejaran Saraswati.
"Horeee ...!" teriak Kirana yang mengiringi kapal menjauh dari dermaga Kota Bahari.
Tujuan pertama kapal besar ini adalah ke arah utara menuju ke Pulau Es.
Meski Syakia belum tahu benar apakah Saraswati berhasil atau tidak mengejar mereka, tetapi tawa riang Kirana menenangkan dirinya. Ada banyak hal yang harus dia lakukan dan perjalanan tak pasti telah menanti. Semoga Kirana mampu melaksanakan tugasnya sebagai sang terpilih. Ya, hanya itu doa yang terus dipanjatkan Syakia dalam hati.
Kapal besar dengan bendera Kota Bahari dan nama Naga Terbang yang terukir di sisi samping kapal megah ini melaju dengan kecepatan tinggi menuju samudra luas. Pelabuhan Bahari merupakan pelabuhan terakhir yang bisa disandari kapal karena jalur utara semuanya terdiri dari batu karang tajam yang tidak bisa dilalui kapal apapun. Jalur teraman menuju Pulau Es adalah melalui Laut Putih yang memisahkan Bumi Nusantara dengan Pulau Es jauh di utara, dengan pelabuhan yang berada di Kota Es.Naga Terbang harus melewati samudra luas Nusantara karena tidak bisa menyusuri laut di sekeliling Bumi Nusantara yang penuh karang dan batu terjal yang tajam yang bisa merobek lambung kapal dalam sekejab saja. Setelah melewati Samudra Nusantara ini, kapal baru bisa memutari Pulau Es untuk bersandar di sisi utara pulau ini.Kirana bermain kejar-kejaran dengan Uwais di atas geladak, sementara Syakia tampak menikmati pemandangan laut di depannya. Ikan sejenis lumba-lumba tapi memiliki moncong seperti hiu tamp
Kapal makin keras diguncang oleh makhluk yang belum kelihatan wujudnya ini. Ombak yang besar yang sepertinya ditimbulkan oleh makhluk ini beberapa kali menerjang kapal besar ini. Beruntung kapten kapal yang disewa Syakia ini sangat mahir mengendalikan kapal besar ini sehingga tidak terbalik diterjang gelombang ombak yang besar dan tinggi.Syakia yang masih berusaha mengingat mantera sihir ini dibuat tidak konsentrasi oleh terjangan ombak dan guncangan kapal yang membuatnya tidak bisa stabil untuk berpijak di geladak kapal.“Kenapa aku tidak bisa mengingat satupun sihir kuno untuk menjinakkan makhluk purba ini ya?” pikir Syakia.Kapal besar ini akhirnya bisa menjauh dari sergapan Draken ini dengan kecepatan tinggi. Beruntung bagi Syakia, kapal yang dijual di Kota Bahari ini ternyata masih baru, baik kapal maupun mesinnya sehingga sangat kencang lajunya.Di kejauhan masih terlihat gelombang ombak yang tak henti-hentinya mengejar mereka. “Makhluk ini tidak menyerah rupanya! Kalau begini
Pulau Es merupakan pulau yang memiliki otoritas pemerintahan tersendiri yang tidak terikat oleh peraturan-peraturan di Bumi Nusantara. Pulau ini terletak di ujung utara Bumi Nusantara yang bisa dicapai melalui Kota Es jika melalui jalur darat Bumi Nusantara.Jalur Laut Putih merupakan jalur yang paling aman untuk menuju ke Pulau Es. Laut Putih memisahkan Bumi Nusantara dengan Pulau Es yang terus diselimuti es abadi sepanjang masa. Bahkan beberapa bagian pulau tidak bisa disandari kapal karena penuh dengan lautan es. Hanya sisi selatan dan sisi utara Pulau Es saja yang bisa disandari kapal. Pelabuhan Kota Es juga tidak sebesar pelabuhan di kota Bahari, karena pelabuhan ini hanya menyediakan kapal kecil untuk wisatawan Bumi Nusantara yang hendak berjalan-jalan ke Pulau Es.Kota Es yang merupakan tempat persinggahan terakhir sebelum menuju ke Pulau Es juga merupakan wilayah yang padat penduduk. Hal ini sangat aneh karena Kota Es bukan tempat hunian yang nyaman karena kota ini juga selalu
Kediaman Baskara Kalandra sangat indah dipandang mata. Bangunan yang luas dan megah ini berhiaskan ukiran-ukiran naga dan serigala yang menunjukkan asal usul leluhurnya. Keluarga Kalandra walaupun jarang bertemu sangat menjunjung tinggi dan menghormati leluhur mereka.“Selamat datang ke rumahku yang sederhana ini Nona Syakia," sambut Baskara.Baskara Kalandra merupakan seorang pria yang berumur sekitar 30 an tapi masih tampak sangat muda di bawah usianya yang sebenarnya. Perawakannya tegap tapi menyimpan kewibawaan yang besar.“Bagaimana kabar kakakku Chandika? Masih terus membela kebenaran sebagai Pendekar Serigala Putih?” tanya Baskara.“Gadis kecil ini siapa Nona Syakia?” tanyanya lagi saat melihat Kirana masuk bersama serigala putihnya, Uwais.“Tuan Baskara tidak tahu sama sekali ya, kalau kakak Tuan telah menghilang lama sekali? Aku membawa anak gadisnya Kirana saat semua ini terjadi," ujar Syakia.“Apaaa! Chandika menghilang?" tanya Baskara yang langsung bangun dari tempat dudu
Pulau Peri terletak sedikit ke arah utara Pulau Es. Sebenarnya pulau ini bukanlah habitat asli peri hutan yang sebenarnya. Namun banyaknya peri hutan yang melarikan diri ke pulau ini saat terjadi kekacauan masa lalu membuat pulau ini dinamakan sesuai penghuninya. Hanya pulau ini yang dibiarkan kosong karena pulau ini sangat berbahaya dengan gunung berapinya yang selalu aktif tanpa henti.Pulau ini jarang sekali dikunjungi penduduk Bumi Nusantara karena memang tidak ada yang indah di pulau ini kecuali hutannya. Keadaan pulau ini seakan tidak memiliki kehidupan sama sekali yang membuat orang tidak berminat, bahkan hanya untuk sekedar singgah di pulau tidak berpenghuni ini.Keadaan pulau ini sekarang juga seperti tidak terurus dan sudah lama ditinggalkan penghuninya. Hanya kesunyian yang terasa di pulau ini. Tapi benarkah pulau ini sudah tidak berpenghuni? Apa yang sebenarnya terjadi di pulau ini?*****Syakia merasa lega sudah berhasil keluar dari Pulau Es. Dia curiga dengan tingkah laku
Pulau Peri tampak menyeramkan padahal hari masih sore saat perahu yang membawa Syakia mendarat di pantai pulau ini. Suasana agak berkabut padahal matahari masih menyinari pulau ini. “Aneh sekali .. kenapa ada kabut dingin di tengah matahari terik ya?” pikir Syakia yang merasakan dinginnya udara pulau ini.Hawa dingin yang menusuk tulang tidak membuat gentar Syakia. “Aku ini penyihir ... aku tahu ini mungkin hanya permainan penyihir yang berada di Pulau Peri ini!" tekad penyihir putih ini meneruskan langkahnya untuk menyelidiki pulau ini. Syakia yang merasakan keanehan di Pulau Peri ini mulai memasang pelindung sihir di sekitar Kirana untuk melindungi gadis kecil ini dari ancaman bahaya yang mungkin terjadi pada dirinya. “Kirana ... jangan jauh-jauh ya dari Bibi," kata Syakia yang menggenggam erat tangan gadis kecil ini agar dia senantiasa tahu putri kecil Chandika ini selalu aman berada di dekatnya.Aryata dan Bharata berjalan duluan untuk memeriksa keadaan di depan. Jalan yang terh
Pendekar Iblis merupakan sosok yang sangat menakutkan bagi penghuni Bumi Nusantara di masa lampau, maupun penghuni Bumi Nusantara di masa sekarang, saat kebangkitan Pendekar Iblis ini sudah dekat.Syakia yang mengetahui riwayat Pendekar Iblis menceritakan sesuatu yang tidak diketahui oleh khalayak luas yaitu kalau Pendekar Iblis sebenarnya adalah seorang wanita yang selalu berpakaian seperti pria, sehingga tidak ada yang mengenalinya sebagai wanita. Suaranya juga dibuat berat agar tidak ada yang mengenalinya. Wajah Pendekar Iblis juga selalu ditutupi kain atau terkadang memakai topi caping untuk penyamarannya.“Saat itu manusia penghuni semesta ini sangat mengagungkan pria, jadi dibuatlah cerita turun temurun kalau Pendekar Iblis itu adalah putra Dewa Iblis agar kekalahan Pendekar Iblis ini lebih bermakna alih-alih kalau Pendekar Iblis ini adalah wanita yang bisa membuat malu Tiga Keluarga Besar saat itu!” jelas Syakia.“Kamu tahu darimana cerita yang sebenarnya ini?” tanya Thetis lag
Tampak pemandangan yang sangat menakjubkan. Burung api yang besar sekali di selubungi api di seluruh tubuhnya terlihat tidak takut sama sekali dengan Syakia yang berusaha mendekatinya. Sayap burung yang diselimuti api ini tampak mengepak sangat indahnya membuat Ruh Api Foniks ini tampak anggun sekali."Ruh Api Foniks ... kami tidak bermaksud jahat ... kami hanya ingin mengetahui kelemahan Ruh Api Medusa yang saat ini telah bergabung dengan Pendekar Iblis dalam tidur panjangnya," tutur Syakia yang makin mendekatinya“Syakia! Jangan terlalu maju! Ruh Api Foniks ini sangat berbahaya!”, teriak Thetis memperingati Syakia. Namun penyihir putih ini tidak mengubris teriakan Thetis, malahan Syakia bergerak maju semakin mendekati ruh api merah ini.Tiba-tiba Ruh Foniks ini bergerak cepat menuju ke arah Kirana yang saat itu tanpa penjagaan karena Syakia sibuk membujuk Ruh Api Foniks ini. Hanya dalam sekejab mata ruh api foniks ini terbang masuk ke dalam tubuh Shia Shia dan menghilang sebelum sem