Pulau Peri tampak menyeramkan padahal hari masih sore saat perahu yang membawa Syakia mendarat di pantai pulau ini. Suasana agak berkabut padahal matahari masih menyinari pulau ini. “Aneh sekali .. kenapa ada kabut dingin di tengah matahari terik ya?” pikir Syakia yang merasakan dinginnya udara pulau ini.Hawa dingin yang menusuk tulang tidak membuat gentar Syakia. “Aku ini penyihir ... aku tahu ini mungkin hanya permainan penyihir yang berada di Pulau Peri ini!" tekad penyihir putih ini meneruskan langkahnya untuk menyelidiki pulau ini. Syakia yang merasakan keanehan di Pulau Peri ini mulai memasang pelindung sihir di sekitar Kirana untuk melindungi gadis kecil ini dari ancaman bahaya yang mungkin terjadi pada dirinya. “Kirana ... jangan jauh-jauh ya dari Bibi," kata Syakia yang menggenggam erat tangan gadis kecil ini agar dia senantiasa tahu putri kecil Chandika ini selalu aman berada di dekatnya.Aryata dan Bharata berjalan duluan untuk memeriksa keadaan di depan. Jalan yang terh
Pendekar Iblis merupakan sosok yang sangat menakutkan bagi penghuni Bumi Nusantara di masa lampau, maupun penghuni Bumi Nusantara di masa sekarang, saat kebangkitan Pendekar Iblis ini sudah dekat.Syakia yang mengetahui riwayat Pendekar Iblis menceritakan sesuatu yang tidak diketahui oleh khalayak luas yaitu kalau Pendekar Iblis sebenarnya adalah seorang wanita yang selalu berpakaian seperti pria, sehingga tidak ada yang mengenalinya sebagai wanita. Suaranya juga dibuat berat agar tidak ada yang mengenalinya. Wajah Pendekar Iblis juga selalu ditutupi kain atau terkadang memakai topi caping untuk penyamarannya.“Saat itu manusia penghuni semesta ini sangat mengagungkan pria, jadi dibuatlah cerita turun temurun kalau Pendekar Iblis itu adalah putra Dewa Iblis agar kekalahan Pendekar Iblis ini lebih bermakna alih-alih kalau Pendekar Iblis ini adalah wanita yang bisa membuat malu Tiga Keluarga Besar saat itu!” jelas Syakia.“Kamu tahu darimana cerita yang sebenarnya ini?” tanya Thetis lag
Tampak pemandangan yang sangat menakjubkan. Burung api yang besar sekali di selubungi api di seluruh tubuhnya terlihat tidak takut sama sekali dengan Syakia yang berusaha mendekatinya. Sayap burung yang diselimuti api ini tampak mengepak sangat indahnya membuat Ruh Api Foniks ini tampak anggun sekali."Ruh Api Foniks ... kami tidak bermaksud jahat ... kami hanya ingin mengetahui kelemahan Ruh Api Medusa yang saat ini telah bergabung dengan Pendekar Iblis dalam tidur panjangnya," tutur Syakia yang makin mendekatinya“Syakia! Jangan terlalu maju! Ruh Api Foniks ini sangat berbahaya!”, teriak Thetis memperingati Syakia. Namun penyihir putih ini tidak mengubris teriakan Thetis, malahan Syakia bergerak maju semakin mendekati ruh api merah ini.Tiba-tiba Ruh Foniks ini bergerak cepat menuju ke arah Kirana yang saat itu tanpa penjagaan karena Syakia sibuk membujuk Ruh Api Foniks ini. Hanya dalam sekejab mata ruh api foniks ini terbang masuk ke dalam tubuh Shia Shia dan menghilang sebelum sem
“Kita hendak kemana Nona Syakia?” tanya Aryata dalam perjalanan mereka kembali ke kapal.“Aku masih belum tahu akan pergi kemana. Kemungkinan aku akan pergi ke Negeri Awan Putih untuk keamanan Kirana, tapi di sana semuanya penyihir. Tidak ada pendekar yang tinggal di sana, jadi tidak ada yang bisa melatih ilmu silat Kirana,” ujarnya.“Kalau menuruti pesan Tuan Chandika, kita bergerak ke arah barat saja menuju Pulau Api. Ada seorang pendekar sakti di sana yang bisa melatih ilmu silat Kirana,” lanjutnya.“Kalau begitu kita kembali dahulu ke kapal besar untuk beristirahat. Besok bisa kita tentukan hendak pergi kemana," kata Aryata lagi."Begitu lebih baik! Hari juga sudah menjelang malam, berbahaya jika kita masih di Pulau Peri ini. Kita tidak pernah tahu makhluk apa lagi yang berada di sini yang biasanya keluar di malam hari," ujar Syakia.Kapal Naga Terbang mulai mengibarkan layar besarnya lagi untuk bergerak menuju arah barat ke Pulau Api. Syakia teringat pesan Chandika yang memintany
Chakra Sanjaya atau yang lebih dikenal sebagai Pendekar Super Sakti merupakan pendekar yang sangat terkenal di Bumi Nusantara. Kesaktiannya tanpa tanding yang membuatnya dijuluki Pendekar Super Sakti. Setiap pendekar pasti menantangnya bertarung untuk membuktikan siapa yang paling sakti diantara mereka berdua.Lama kelamaan Chakra Sanjaya merasa bosan dengan kehidupan pendekar yang membuatnya mengasingkan diri ke Pulau Api ini agar tidak dikenali pendekar lainnya. Pendekar Super Sakti ini mengganti namanya agar tidak dikenali dan hidup sebagai petani di kaki Gunung Langit.Chakra Sanjaya merupakan sahabat Chandika Kalandra saat dia masih berkecimpung di dunia pendekar. Keduanya tidak terpisahkan saat masih muda sehingga mereka mengangkat saudara satu sama lain. Chandika juga pernah menolong nyawa Chakra saat dia terkena racun dari Tabib Mabuk yang menjadi musuh mereka saat itu.*****Flying Fox mulai mendekati pelabuhan di Pulau Api. Tampak asap mengepul dari arah Kota Api.“Apa yang
“Nona Syakia ... kami menemukan Pendekar Super Sakti yang Nona cari! Dia menunggu kita di rumahnya di kaki Gunung Langit," kata Ranti begitu mereka tiba di kapal Naga Terbang kembali.“Kalian bertemu Tuan Chakra?” tanya Syakia.“Tepatnya diserang oleh Pendekar Pulau Es ini. Ilmunya sangat sakti, kami bertiga saja bukan lawannya yang sepadan," kata Bharata.“Kenapa dia menyerang kalian?”“Mungkin dia mengira kami kawanan yang membuat Kota Api porak poranda," jawab Ranti.“Ya sudah kalau begitu! Kita merapat saja ke Pulau Api! Apa sudah aman kalau kita ke Pulau Api sekarang?” tanya Syakia."Sudah Nona Syakia! Penyihir-penyihir itu sudah pergi begitu mereka tidak menemukan Nona Kirana di sana," kata Ranti."Ya sudah ... kalau situasi sudah aman, kita bisa merapat ke pelabuhan Kota Api dan pergi menemui Tuan Chakra!" perintah Syakia.Kapal Naga Terbang akhirnya merapatkan diri di pelabuhan Pulau Api. Bharata menjaga kapal bersama Thetis dan Uwais, sedangkan Syakia bersama Kirana dan dua p
Negeri Awan Putih hanya berisi wanita-wanita penyihir yang terbagi 3 Golongan yaitu Penyihir Putih yang menjadi pendamping Pendekar terpilih, Penyihir Merah yang mendampingi Pemimpin/Raja terpilih, serta yang paling menyeramkan adalah Penyihir Hitam yang mewakili Penjahat terpilih.Negeri Awan Putih selalu diselimuti awan putih dan terdiri dari tebing-tebing terjal yang dihubungkan satu sama lain dengan jembatan tali, tapi bagi penyihir yang memiliki ilmu meringankan tubuh dapat terbang dari satu tebing ke tebing lainnya dengan mudah. Jembatan tali hanya diperuntukkan untuk murid-murid pemula yang belum mempunyai ilmu meringankan tubuh.Dasar Negeri Awan Putih diselimuti kabut tebal sehingga tidak diketahui kedalamannya dari atas tebing-tebing terjal ini. Negeri ini juga sering ditinggalkan penghuninya karena para penyihir yang sudah lulus pelatihan dan seleksi akan dikirim ke seantero negeri untuk melayani majikannya masing-masing.Penyihir-penyihir yang sudah dikirim untuk belajar d
Lembah Serigala Putih tampak indah sekali di pagi hari dengan mentari yang bersinar menerangi seluruh lembah ini disertai suara-suara burung yang berkicau dan suara-suara alam lainnya yang menambah indahnya pagi hari ini di perbukitan lembah yang ditutupi es abadi ini.Namun keindahan itu tidak berlangsung lama. Alam seakan terusik dengan datangnya serombongan sosok bertudung yang menutupi seluruh wajah mereka bergerak beriringan menuju ke Lembah Serigala Putih. Mereka tidak peduli dengan keindahan alam Lembah Serigala Putih ini. Tujuan mereka hanya satu, menunggu kebangkitan sosok yang sudah ditunggu lama oleh mereka yang terkurung di kedalaman es abadi Lembah Serigala Putih.Penyihir hitam yang bertudung ini yakin kalau Pendekar Iblis akan bangkit kembali dan menyelamatkan manusia di Bumi Nusantara yang sudah penuh dengan dosa. Manusia harus tunduk lagi kepada Pendekar Iblis seperti dahulu agar manusia tidak bisa bertindak sendiri secara semena-mena sesuai kemauannya.Rombongan yang