Sambil memegang rusuknya yang terasa sangat sakit akibat pukulan Sohail, Pangeran Biju yang terlihat berlumuran darah dibibirnya kini hanya tersenyum sinis memandang Sohail dan dua kawannya.
“Pangeran Biju, kenapa kamu berkhianat dengan pasukan kami dan membakar kapa-kapal kami!” suara Sohail mengguntur saking marah dan kagetnya.
“Ha-ha-ha…Sohail, aku kini sadar, hampir saja memasukan serigala ke negeri ku sendiri, kini aku sadar bahwa ambisiku tak ada gunanya. Malah hanya akan bikin hancur negaraku sendiri dan menyengsarakan rakyat!” sahut Pangeran Biju sambil berdiri tegak, darah masih menetes di bibirnya.
“Bangsat kamu Pangeran Biju, kamu benar-benar manusia tak berguna, awalnya kamu yang paling semangat ingin berkhianat dan memberontak, bahkan sampai mengirim utusan ke negeri kami. Sekarang kamu malah berkhianat dengan kami, dasar manusia tak punya pendirian, kamu tak ubahnya anjing buduk, tak berguna sama sekali,
Bagaimana nasib Selir Selasih dan Tabib Safar…?Hukuman keduanya juga cukup berat, Tabib Safar di hukum penggal leher, sedangkan Selir Selasih karena sudah tua dan menghormati Prabu Kerta, mantan penguasa dan suaminya dulu, hanya di hukum buang alias di usir dari lingkungan Istana, gelar kehormatannya juga di cabut Prabu Dipa, Selir Selasih kini berstatus warga biasa.Pangeran Kurna berstatus buron kerajaan dan harus di tangkap hidup atau mati kalau ditemukan. Sedangkan Selir Putri Remi atas surat dari Raja Surata Prabu Tago, lolos dari hukuman, karena Prabu Tago minta agar adik sepupunya itu cukup ‘dibina’ saja.Prabu Dipa walaupun sayang sekali dengan Putri Remi, tetap bersikap tegas, dia menghukum ‘ringan’ Putri Remi dan selama 1 tahun lebih sengaja di kucilkan.Permaisuri Putri Delima dan 6 selir lainnya yang selama ini seakan kalah bersaing, kini tersenyum puas, melihat Putri Remi dapat hukuman begitu dari Prabu dipa.
“Bangsaatttt, kurang ajar kamu selir rendahan, kamu tega berkhianat denganku, hei anj**g pengawal ternyata kamu benar-benar anj**g tak tahu diri, kamu lupa siapa aku hahhh!” Pangeran Kurna benar-benar emosi luar biasa melihat adegan itu.Palasi yang awalnya kaget, dengan santainya memakai bajunya kembali, sementara selir Dori buru-buru kembali berpakaian.“Sudah puas marah-marahnya, pangeran tolol, dan kamu Dugol, buat apa menjilat lagi dengan pangeran tolol dan miskin ini, tak ada gunanya, semuanya pepesan kosong belaka, jadi tak ada gunanya lagi membela si pangeran gagal ini, dia sudah jadi buronan paling di cari-cari Kerajaan Hilir Sungai!” kata Palasi sambil tersenyum mengejek.Palasi tentunya tahu itu, karena dia sering menghilang untuk memuaskan hasrat biologisnya, kalau lagi istirahat mengawal Pangeran Kurna.Dan Palasi sering melihat foto pengumuman yang di tempel di mana-mana, dimana gambar lukisan Pangeran Kurna terpampan
“Kang, kita tinggal di kota aja yuks, biar kita ga merantau tak tentu arah, aku capek kang?” rengek Selir Dori lagi sambil memegang perutnya yang besar itu. Ini untuk kesekian kalinya Selir Dori meminta kekasihnya ini pindah.“Sudah berapa ratus kali aku bilang, aku ini buronan, kalau tinggal di kota sama dengan menyerahkan leher di penggal prajurit pemerintah. Ini semua gara-gara pangeran tolol itu, akhirnya aku jadi ikutan terlunta-lunta!” sahut Palasi geram.“Ga perlu lagi sebut-sebut nama pangeran itu, dia sudah mati kamu bunuh!” sentak Selir Dori kesal, kini dia mulai menyesal, Palasi ternyata sangat kasar, awal-awalnya saja lembut, namun lama-lama sifat aslinya keluar.“Ooo…kamu masih cinta dengan pangeran tolol itu, kamu tak perlu pura-pura lagi sekarang, aku yakin janin yang ada dalam perut kamu itu, pasti bibit dari pangeran tolol itu. Mana mungkin kita hanya berhubungan 5 bulanan, perut kamu sudah besar
Bayi Ranina ternyata tumbuh sehat, walaupun hanya minum susu kambing atau susu sapi yang dibelikan Bik Ora sampai berumur 2 tahunan.Semakin besar, bayi Ranina sudah menunjukan kecantikannya yang khas, ternyata Selir Dori ada memiliki darah ke Tionghoa-an, sehingga matanya sedikit sipit dan berkulit putih seperti selir malang tersebut.Ranina juga sangat berbakat jadi tabib seperti Bik Ora, sejak bisa bicara, Ranina sudah hapal cara meracik obat seperti yang nenek angkatnya ini lakukan, padahal usianya baru menginjak 3-4 tahunan.Bahkan kalau menolong orang sakit atau melahirkan, bocah cilik itu dengan sigap membantu dan dengan cekatan meracik obat sesuai petunjuk Bik Ora.Diam-diam Ranina juga sangat suka dengan ilmu silat, dia sering mengintip sebuah perguruan silat yang ada di kampung tersebut saat latihan.Selesai nonton latihan, ia lalu pulang ke rumah, Ranina ternyata memiliki otak cerdas dan daya ingat yang kuat, dia dengan mudah mengulang k
Semenjak hari itulah, Ki Balongin dianggap setengah dewa oleh para warga dan pondoknya pun di perbaiki lebih bagus, sehingga Ki Balongin kini memilik pondok yang baik dan kokoh.Warga juga hampir setiap hari mengirim Ki Balongin makanan.Ki Balongin pun berseloroh pada Ranina muridnya, kalau kini gadis cilik ini tak perlu masak lagi, sebab sudah ada makanan tersedia, warga juga tahu kalau Ranina murid si kakek sakti ini.Demikianlah, Ranina yang belum genap 5 tahun kini sudah memiliki ilmu kesaktian yang tinggi dan terus tekun dia latih di bawah bimbingan Ki Balongin.Kita tinggalkan gadis cilik Ranina yang kini di latih Mahaguru Ki Balongin dan sudah bisa diperkirakan Ranina kelak akan menjelma menjadi seorang calon pendekar wanita yang sangat sakti.Agar ceritanya nyambung kita tarik kisah ini sedikit ke belakang sebelum terjadinya pemberontakan, dimana Nyai Mawar yang berencana pindah dari Kerajaan Hilir Sungai, karena dia dapat perintah dari Pa
“Maaf kek, kampung ini sudah bukan lagi kampung rampok!” sahut orang itu.Si Gila lalu memandang orang tua itu, lalu tertawa kecil.“Iya saya sudah tahu, teman saya si Pendekar Pekok kan yang membunuhnya, saya hanya ingin tanya rumah Nyai Ningrum di mana. Jangan takut, saya tidak berniat jahat!” Si Gila kini paham kalau dia di curigai.Mendengar si kakek ini menyebut nama Pendekar Pekok, orang tua ini langsung berkurang curiganya.“Sayang sekali, kedatangan kakek terlambat, Nyai Ningrum sudah meninggal dunia 3 bulan yang lalu karena sakit!” Si Gila langsung terdiam, dia tak mampu bersuara lagi.“Di mana kuburannya…!” suara si Gila langsung bergetar, ada keharuan dalam hatinya, karena istrinya itu kini sudah tiada.“Mari saya antar…!” orang tua itu lalu berjalan di duluan menuju sebuah pekuburan umum yang terletak di ujung desa dan ada hutan lebatnya. Di sana juga dulu
4 tahun kemudian…Tak terasa, kini Sembara sudah berumur hampir 8 tahunan, yang artinya dia mengikuti si Gila yang aslinya kakeknya sendiri tanpa ia sadari ini selama 4 tahunan ini.Sembara kini bukan lagi anak kecil yang harus di tuntun kalau jalan, tapi dengan usia mendekati 8 tahunan, anak kecil ini sudah memiliki kesaktian yang tinggi. Kalau hanya sekedar 5 orang perampok dewasa dengan kemampuan standar, mudah saja bagi Sembara mengalahkannya.Si Gila yang makin sayang dengan Sembara kini tak tanggung-tanggung lagi menurunkan ilmu-ilmunya yang sakti, karena Sembara dianggapnya sudah sanggup menerima ilmu silatnya tersebut.Apalagi semakin besar, wajah Sembara makin tampan saja, kadang Si Gila menatap aneh wajah muridnya ini, sepintas mirip Malaki.“Aneh sekali, makin besar anak ini mirip si Malaki, jangan-jangan ini anaknya…entah siapa ibunya, sebab sejak pisah dengan Rani, ku dengar dia berpetualang dengan beberapa wanita,
Demikianlah, setiap hari Sembara terus mengasah kemampuan silatnya yang semakin tinggi di bawah bimbingan si Gila, yang kini makin renta. Sedangkan Sembara makin hari badannya makin besar dan berotot kuat, karena di dalam tubunya telah memiliki kehebatan yang luar biasa…!Kita tinggalkan sejenak kehidupan Sembara yang kini harus mandiri tanpa bersama si Gila yang merupakan kakek kandungnya sendiri dan kini lebih banyak semedhi dan membiarkan Sembara yang kadang berjalan berhari-hari, lalu kembali lagi membawa makanan buat dia dan juga gurunya ini.Namun seperti biasa si Gila hanya mencicipi sedikit, dia lalu menyuruh Sembara kembali berlatih siang dan malam, istirahat kecuali badan Sembara sudah sangat kecapekan…!Agar ceritanya menyambung lagi, kita kembali ke Istana Kerajaan Hilir Sungai, dengan menarik kisah ke belakang lagi.Beberapa bulan setelah pemberontakan itu, kondisi kerajaan Hilir Sungai adem ayem, tapi itu hanya terlihat dari lu
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma