Bagaimana nasib Selir Selasih dan Tabib Safar…?
Hukuman keduanya juga cukup berat, Tabib Safar di hukum penggal leher, sedangkan Selir Selasih karena sudah tua dan menghormati Prabu Kerta, mantan penguasa dan suaminya dulu, hanya di hukum buang alias di usir dari lingkungan Istana, gelar kehormatannya juga di cabut Prabu Dipa, Selir Selasih kini berstatus warga biasa.
Pangeran Kurna berstatus buron kerajaan dan harus di tangkap hidup atau mati kalau ditemukan. Sedangkan Selir Putri Remi atas surat dari Raja Surata Prabu Tago, lolos dari hukuman, karena Prabu Tago minta agar adik sepupunya itu cukup ‘dibina’ saja.
Prabu Dipa walaupun sayang sekali dengan Putri Remi, tetap bersikap tegas, dia menghukum ‘ringan’ Putri Remi dan selama 1 tahun lebih sengaja di kucilkan.
Permaisuri Putri Delima dan 6 selir lainnya yang selama ini seakan kalah bersaing, kini tersenyum puas, melihat Putri Remi dapat hukuman begitu dari Prabu dipa.
“Bangsaatttt, kurang ajar kamu selir rendahan, kamu tega berkhianat denganku, hei anj**g pengawal ternyata kamu benar-benar anj**g tak tahu diri, kamu lupa siapa aku hahhh!” Pangeran Kurna benar-benar emosi luar biasa melihat adegan itu.Palasi yang awalnya kaget, dengan santainya memakai bajunya kembali, sementara selir Dori buru-buru kembali berpakaian.“Sudah puas marah-marahnya, pangeran tolol, dan kamu Dugol, buat apa menjilat lagi dengan pangeran tolol dan miskin ini, tak ada gunanya, semuanya pepesan kosong belaka, jadi tak ada gunanya lagi membela si pangeran gagal ini, dia sudah jadi buronan paling di cari-cari Kerajaan Hilir Sungai!” kata Palasi sambil tersenyum mengejek.Palasi tentunya tahu itu, karena dia sering menghilang untuk memuaskan hasrat biologisnya, kalau lagi istirahat mengawal Pangeran Kurna.Dan Palasi sering melihat foto pengumuman yang di tempel di mana-mana, dimana gambar lukisan Pangeran Kurna terpampan
“Kang, kita tinggal di kota aja yuks, biar kita ga merantau tak tentu arah, aku capek kang?” rengek Selir Dori lagi sambil memegang perutnya yang besar itu. Ini untuk kesekian kalinya Selir Dori meminta kekasihnya ini pindah.“Sudah berapa ratus kali aku bilang, aku ini buronan, kalau tinggal di kota sama dengan menyerahkan leher di penggal prajurit pemerintah. Ini semua gara-gara pangeran tolol itu, akhirnya aku jadi ikutan terlunta-lunta!” sahut Palasi geram.“Ga perlu lagi sebut-sebut nama pangeran itu, dia sudah mati kamu bunuh!” sentak Selir Dori kesal, kini dia mulai menyesal, Palasi ternyata sangat kasar, awal-awalnya saja lembut, namun lama-lama sifat aslinya keluar.“Ooo…kamu masih cinta dengan pangeran tolol itu, kamu tak perlu pura-pura lagi sekarang, aku yakin janin yang ada dalam perut kamu itu, pasti bibit dari pangeran tolol itu. Mana mungkin kita hanya berhubungan 5 bulanan, perut kamu sudah besar
Bayi Ranina ternyata tumbuh sehat, walaupun hanya minum susu kambing atau susu sapi yang dibelikan Bik Ora sampai berumur 2 tahunan.Semakin besar, bayi Ranina sudah menunjukan kecantikannya yang khas, ternyata Selir Dori ada memiliki darah ke Tionghoa-an, sehingga matanya sedikit sipit dan berkulit putih seperti selir malang tersebut.Ranina juga sangat berbakat jadi tabib seperti Bik Ora, sejak bisa bicara, Ranina sudah hapal cara meracik obat seperti yang nenek angkatnya ini lakukan, padahal usianya baru menginjak 3-4 tahunan.Bahkan kalau menolong orang sakit atau melahirkan, bocah cilik itu dengan sigap membantu dan dengan cekatan meracik obat sesuai petunjuk Bik Ora.Diam-diam Ranina juga sangat suka dengan ilmu silat, dia sering mengintip sebuah perguruan silat yang ada di kampung tersebut saat latihan.Selesai nonton latihan, ia lalu pulang ke rumah, Ranina ternyata memiliki otak cerdas dan daya ingat yang kuat, dia dengan mudah mengulang k
Semenjak hari itulah, Ki Balongin dianggap setengah dewa oleh para warga dan pondoknya pun di perbaiki lebih bagus, sehingga Ki Balongin kini memilik pondok yang baik dan kokoh.Warga juga hampir setiap hari mengirim Ki Balongin makanan.Ki Balongin pun berseloroh pada Ranina muridnya, kalau kini gadis cilik ini tak perlu masak lagi, sebab sudah ada makanan tersedia, warga juga tahu kalau Ranina murid si kakek sakti ini.Demikianlah, Ranina yang belum genap 5 tahun kini sudah memiliki ilmu kesaktian yang tinggi dan terus tekun dia latih di bawah bimbingan Ki Balongin.Kita tinggalkan gadis cilik Ranina yang kini di latih Mahaguru Ki Balongin dan sudah bisa diperkirakan Ranina kelak akan menjelma menjadi seorang calon pendekar wanita yang sangat sakti.Agar ceritanya nyambung kita tarik kisah ini sedikit ke belakang sebelum terjadinya pemberontakan, dimana Nyai Mawar yang berencana pindah dari Kerajaan Hilir Sungai, karena dia dapat perintah dari Pa
“Maaf kek, kampung ini sudah bukan lagi kampung rampok!” sahut orang itu.Si Gila lalu memandang orang tua itu, lalu tertawa kecil.“Iya saya sudah tahu, teman saya si Pendekar Pekok kan yang membunuhnya, saya hanya ingin tanya rumah Nyai Ningrum di mana. Jangan takut, saya tidak berniat jahat!” Si Gila kini paham kalau dia di curigai.Mendengar si kakek ini menyebut nama Pendekar Pekok, orang tua ini langsung berkurang curiganya.“Sayang sekali, kedatangan kakek terlambat, Nyai Ningrum sudah meninggal dunia 3 bulan yang lalu karena sakit!” Si Gila langsung terdiam, dia tak mampu bersuara lagi.“Di mana kuburannya…!” suara si Gila langsung bergetar, ada keharuan dalam hatinya, karena istrinya itu kini sudah tiada.“Mari saya antar…!” orang tua itu lalu berjalan di duluan menuju sebuah pekuburan umum yang terletak di ujung desa dan ada hutan lebatnya. Di sana juga dulu
4 tahun kemudian…Tak terasa, kini Sembara sudah berumur hampir 8 tahunan, yang artinya dia mengikuti si Gila yang aslinya kakeknya sendiri tanpa ia sadari ini selama 4 tahunan ini.Sembara kini bukan lagi anak kecil yang harus di tuntun kalau jalan, tapi dengan usia mendekati 8 tahunan, anak kecil ini sudah memiliki kesaktian yang tinggi. Kalau hanya sekedar 5 orang perampok dewasa dengan kemampuan standar, mudah saja bagi Sembara mengalahkannya.Si Gila yang makin sayang dengan Sembara kini tak tanggung-tanggung lagi menurunkan ilmu-ilmunya yang sakti, karena Sembara dianggapnya sudah sanggup menerima ilmu silatnya tersebut.Apalagi semakin besar, wajah Sembara makin tampan saja, kadang Si Gila menatap aneh wajah muridnya ini, sepintas mirip Malaki.“Aneh sekali, makin besar anak ini mirip si Malaki, jangan-jangan ini anaknya…entah siapa ibunya, sebab sejak pisah dengan Rani, ku dengar dia berpetualang dengan beberapa wanita,
Demikianlah, setiap hari Sembara terus mengasah kemampuan silatnya yang semakin tinggi di bawah bimbingan si Gila, yang kini makin renta. Sedangkan Sembara makin hari badannya makin besar dan berotot kuat, karena di dalam tubunya telah memiliki kehebatan yang luar biasa…!Kita tinggalkan sejenak kehidupan Sembara yang kini harus mandiri tanpa bersama si Gila yang merupakan kakek kandungnya sendiri dan kini lebih banyak semedhi dan membiarkan Sembara yang kadang berjalan berhari-hari, lalu kembali lagi membawa makanan buat dia dan juga gurunya ini.Namun seperti biasa si Gila hanya mencicipi sedikit, dia lalu menyuruh Sembara kembali berlatih siang dan malam, istirahat kecuali badan Sembara sudah sangat kecapekan…!Agar ceritanya menyambung lagi, kita kembali ke Istana Kerajaan Hilir Sungai, dengan menarik kisah ke belakang lagi.Beberapa bulan setelah pemberontakan itu, kondisi kerajaan Hilir Sungai adem ayem, tapi itu hanya terlihat dari lu
Pangeran Malaki menatap ke samping dan tersenyum melihat putri ini bak orang lagi patah hati, sebagai pendekar yang mempunyai julukan Pendekar Romantis, Malaki paham, Putri Remi lagi nelangsa karena sedang dicuekin Prabu Dipa.“Iya, nanti kalau hukuman Putri sudah berakhir, putri bisa minta izin dengan Baginda Prabu untuk berlibur ke kampung halaman. Aku yakin sang prabu akan sangat bijaksana menyetujui keinginan putri ini!” sambung Malaki, masih dengan sikap hormat yang wajar.“Kapan Kanda Pangeran akan jalan-jalan lagi, maksud hamba kapan pangeran akan melihat-lihat situasi negeri…bolehkah hamba ikut?”Kagetlah Malaki, tawaran ajakan ingin ikut ini bagi Malaki sangat luar biasa, dan bisa berakibat fatal, yakni timbul gossip-gosip yang tak mengenakan di lingkup kerajaan, juga pasti jadi bahan tertawaan rakyat Kerajaan Hilir Sungai, yang sangat haus pingin tahu informasi dengan kehidupan para bangsawan di Istana.Sudah jamak