“Maaf kek, kampung ini sudah bukan lagi kampung rampok!” sahut orang itu.
Si Gila lalu memandang orang tua itu, lalu tertawa kecil.
“Iya saya sudah tahu, teman saya si Pendekar Pekok kan yang membunuhnya, saya hanya ingin tanya rumah Nyai Ningrum di mana. Jangan takut, saya tidak berniat jahat!” Si Gila kini paham kalau dia di curigai.
Mendengar si kakek ini menyebut nama Pendekar Pekok, orang tua ini langsung berkurang curiganya.
“Sayang sekali, kedatangan kakek terlambat, Nyai Ningrum sudah meninggal dunia 3 bulan yang lalu karena sakit!” Si Gila langsung terdiam, dia tak mampu bersuara lagi.
“Di mana kuburannya…!” suara si Gila langsung bergetar, ada keharuan dalam hatinya, karena istrinya itu kini sudah tiada.
“Mari saya antar…!” orang tua itu lalu berjalan di duluan menuju sebuah pekuburan umum yang terletak di ujung desa dan ada hutan lebatnya. Di sana juga dulu
4 tahun kemudian…Tak terasa, kini Sembara sudah berumur hampir 8 tahunan, yang artinya dia mengikuti si Gila yang aslinya kakeknya sendiri tanpa ia sadari ini selama 4 tahunan ini.Sembara kini bukan lagi anak kecil yang harus di tuntun kalau jalan, tapi dengan usia mendekati 8 tahunan, anak kecil ini sudah memiliki kesaktian yang tinggi. Kalau hanya sekedar 5 orang perampok dewasa dengan kemampuan standar, mudah saja bagi Sembara mengalahkannya.Si Gila yang makin sayang dengan Sembara kini tak tanggung-tanggung lagi menurunkan ilmu-ilmunya yang sakti, karena Sembara dianggapnya sudah sanggup menerima ilmu silatnya tersebut.Apalagi semakin besar, wajah Sembara makin tampan saja, kadang Si Gila menatap aneh wajah muridnya ini, sepintas mirip Malaki.“Aneh sekali, makin besar anak ini mirip si Malaki, jangan-jangan ini anaknya…entah siapa ibunya, sebab sejak pisah dengan Rani, ku dengar dia berpetualang dengan beberapa wanita,
Demikianlah, setiap hari Sembara terus mengasah kemampuan silatnya yang semakin tinggi di bawah bimbingan si Gila, yang kini makin renta. Sedangkan Sembara makin hari badannya makin besar dan berotot kuat, karena di dalam tubunya telah memiliki kehebatan yang luar biasa…!Kita tinggalkan sejenak kehidupan Sembara yang kini harus mandiri tanpa bersama si Gila yang merupakan kakek kandungnya sendiri dan kini lebih banyak semedhi dan membiarkan Sembara yang kadang berjalan berhari-hari, lalu kembali lagi membawa makanan buat dia dan juga gurunya ini.Namun seperti biasa si Gila hanya mencicipi sedikit, dia lalu menyuruh Sembara kembali berlatih siang dan malam, istirahat kecuali badan Sembara sudah sangat kecapekan…!Agar ceritanya menyambung lagi, kita kembali ke Istana Kerajaan Hilir Sungai, dengan menarik kisah ke belakang lagi.Beberapa bulan setelah pemberontakan itu, kondisi kerajaan Hilir Sungai adem ayem, tapi itu hanya terlihat dari lu
Pangeran Malaki menatap ke samping dan tersenyum melihat putri ini bak orang lagi patah hati, sebagai pendekar yang mempunyai julukan Pendekar Romantis, Malaki paham, Putri Remi lagi nelangsa karena sedang dicuekin Prabu Dipa.“Iya, nanti kalau hukuman Putri sudah berakhir, putri bisa minta izin dengan Baginda Prabu untuk berlibur ke kampung halaman. Aku yakin sang prabu akan sangat bijaksana menyetujui keinginan putri ini!” sambung Malaki, masih dengan sikap hormat yang wajar.“Kapan Kanda Pangeran akan jalan-jalan lagi, maksud hamba kapan pangeran akan melihat-lihat situasi negeri…bolehkah hamba ikut?”Kagetlah Malaki, tawaran ajakan ingin ikut ini bagi Malaki sangat luar biasa, dan bisa berakibat fatal, yakni timbul gossip-gosip yang tak mengenakan di lingkup kerajaan, juga pasti jadi bahan tertawaan rakyat Kerajaan Hilir Sungai, yang sangat haus pingin tahu informasi dengan kehidupan para bangsawan di Istana.Sudah jamak
Mimi boleh punya ilmu silat tinggi dan kecantikan tak kalah dari Putri Remi, tapi soal memikat dan juga bermain ‘sandiwara’ Mimi tak ada apa-apanya di bandingkan Putri Remi ini.“Kamu lebih baik dari aku yang hanya jadi selir, kali inipun posisiku makin tak jelas, setelah sang Prabu kembali mengambil selir baru…!” suara Putri Remi terdengar lirih, seakan mengadukan hatinya yang sedang nelangsa pada sepupunya ini, tapi tetap terdengar jelas di telinga Malaki.Lagi-lagi Mimi tak menangkap inti dari ucapan Putri Remi, dipikirnya sang putri hanya iri dengan selir baru, karena sudah tak aneh lagi seorang pria pasti akan memiliki selir-selir baru, apalagi dengan kedudukannya yang sekarang, yakni menjadi raja.Malaki tak mau berlama-lama menemani Mimi dan Putri Remi, diapun permisi dengan alasan ada yang ingin dia kerjakan di ruang kerjanya.Di saat yang sama Putri Kinanti sedang berada di rumah orang tuanya, sedangkan Putri Galuh
Saat itulah Malaki datang, dia kaget melihat kepala pengawal utama Prabu Dipa datang ke Istananya, Ki Hura menjura hormat melihat adik kandung Prabu Dipa ini.“Ada apa Ki Hura…?” tanya Malaki yang merasa keheranan, karena tak biasa Kepala Pengawal Utama Prabu Dipa berkunjung ke rumahnya.“Maaf baginda pangeran, atas perintah Baginda Prabu Dipa, kami ke sini menjemput Putri Remi pulang, karena putri masih menjalani hukuman dari baginda dan tidak boleh berkeliaran!” kata Ki Hura, sambil tetap bersikap hormat pada Malaki.“Kanda pangeran…tolonglah saya…!” suara Putri Remi terdengar memelas.Malaki saling berpandangan dengan Tengku Mimi, Mimi sendiri hanya angkat bahu, tanda dia tak punya kuasa soal Putri Remi.“Mohon maaf putri…sebaiknya putri segera pulang kembali ke Istana, ini titah baginda sebaiknya putri patuhi, akan tak baik akibatnya kalau melanggar!” ucap Malaki pelan.
Mata Putri Remi yang bak bintang kejora sejenak membuat Malaki terpesona, namun kesadarannya kembali pulih, diapun mendorong secara pelan dan dan mendudukan putri jelita di sebuah kursi yang ada di kamar tersebut dan kini mereka duduk berhadapan, terhalang meja kecil bulat, di mana Putri Remi sambil bertelekan ke dua tanganya di dagu, lalu tangannya di taruh di meja bulat dari bahan marmer itu.Gaya begitu makin terlihat menggemaskan bagi Malaki yang sudah hampot tergoda melihat kemolekan tubuh sang selir kesayangan Baginda Prabu Dipa ini.“Putri…jangan salah paham, kedatanganku ke sini tentu saja aku tak ingin melihat putri sampai berbuat nekat!” sahut Malaki pelan.Melihat ketenangan Malaki, Putri Remi lalu menghela nafas dan dia makin kagum dengan ketenangan serta wibawa yang terpancar dari saudara kembar Prabu Dipa ini.Malaki kini duduk di hadapan Putri Remi, keduanya saling berpandangan, namun kali ini Malaki sudah mampu menguasai
“Pangeran Malaki…hamba rasa dengan tiga istri kamu yang cantik-cantik…tak perlu kamu diam-diam masuk ke kamar seorang selir begini…Pangeran tinggal bilang, mau wanita yang mana, hamba akan dengan cepat bisa mencarikan buat pangeran!” sela Pangeran Durja dengan sikap menjilat-jilat.Tapi sebelumnya dia melakukan gaya menghormat pada Prabu Dipa, yang hanya mendiamkan sang penasehatnya ini berani menyela ucapannya tanpa di minta, hanya Pangeran Durja yang berani begitu, sedangkan yang lain sama saja dengan cari penyakit kalau sampai berani menyela omongan seorang Raja..Malaki yang semula menunduk, kini mengangkat wajahnya, Pangeran Durja sampai mengkeret melihat betapa tajam tatapan pangeran yang juga kemenakannya ini, yang dia ketahui mempunyai kesaktian sangat tinggi ini, bahkan lebih tinggi dari Prabu Dipa.Prabu Dipa pun kaget juga, adik kembarnya ini seakan menantang terang-terangan dirinya, selama ini tak ada yang berani meng
Kini di halaman istana kecil ini, sudah berkumpul lebih 150 prajurit kerajaan, mereka kaget bukan kepalang, Pangeran Malaki yang mereka ketahui seorang Menteri dan juga adik kandung Prabu Dipa di tuduh pemberontak.Apalagi Malaki juga di anggap orang yang paling berjasa menumpas pemberontakan 6 bulanan yang lalu, tahu-tahu kini malah di tuduh pemberontak, ini tentu saja sangat mengejutkan semua prajurit tersebut.Malaki makin geram mendengar suara Pangeran Durja ini, ingin dia memukul dengan pengerahan tenaga dalam yang kuat untuk membunuh pangeran ini.Tapi dia kini sudah di kurung ratusan prajurit juga 25 pengawal utama Prabu Dipa, termasuk Prabu Dipa yang kini sudah meloloskan pedang nya, tandanya sang Prabu ini akan turun tangan langsung meringkus Malaki. Suasana makin tegang, kini bukan hanya 150 an prajurit, malah makin banyak saja prajurit yang mengurung Malaki di halaman Istana milik Putri Remi, kehebohan ini benar-benar bikin geger semua p