4 tahun kemudian…
Tak terasa, kini Sembara sudah berumur hampir 8 tahunan, yang artinya dia mengikuti si Gila yang aslinya kakeknya sendiri tanpa ia sadari ini selama 4 tahunan ini.
Sembara kini bukan lagi anak kecil yang harus di tuntun kalau jalan, tapi dengan usia mendekati 8 tahunan, anak kecil ini sudah memiliki kesaktian yang tinggi. Kalau hanya sekedar 5 orang perampok dewasa dengan kemampuan standar, mudah saja bagi Sembara mengalahkannya.
Si Gila yang makin sayang dengan Sembara kini tak tanggung-tanggung lagi menurunkan ilmu-ilmunya yang sakti, karena Sembara dianggapnya sudah sanggup menerima ilmu silatnya tersebut.
Apalagi semakin besar, wajah Sembara makin tampan saja, kadang Si Gila menatap aneh wajah muridnya ini, sepintas mirip Malaki.
“Aneh sekali, makin besar anak ini mirip si Malaki, jangan-jangan ini anaknya…entah siapa ibunya, sebab sejak pisah dengan Rani, ku dengar dia berpetualang dengan beberapa wanita,
Demikianlah, setiap hari Sembara terus mengasah kemampuan silatnya yang semakin tinggi di bawah bimbingan si Gila, yang kini makin renta. Sedangkan Sembara makin hari badannya makin besar dan berotot kuat, karena di dalam tubunya telah memiliki kehebatan yang luar biasa…!Kita tinggalkan sejenak kehidupan Sembara yang kini harus mandiri tanpa bersama si Gila yang merupakan kakek kandungnya sendiri dan kini lebih banyak semedhi dan membiarkan Sembara yang kadang berjalan berhari-hari, lalu kembali lagi membawa makanan buat dia dan juga gurunya ini.Namun seperti biasa si Gila hanya mencicipi sedikit, dia lalu menyuruh Sembara kembali berlatih siang dan malam, istirahat kecuali badan Sembara sudah sangat kecapekan…!Agar ceritanya menyambung lagi, kita kembali ke Istana Kerajaan Hilir Sungai, dengan menarik kisah ke belakang lagi.Beberapa bulan setelah pemberontakan itu, kondisi kerajaan Hilir Sungai adem ayem, tapi itu hanya terlihat dari lu
Pangeran Malaki menatap ke samping dan tersenyum melihat putri ini bak orang lagi patah hati, sebagai pendekar yang mempunyai julukan Pendekar Romantis, Malaki paham, Putri Remi lagi nelangsa karena sedang dicuekin Prabu Dipa.“Iya, nanti kalau hukuman Putri sudah berakhir, putri bisa minta izin dengan Baginda Prabu untuk berlibur ke kampung halaman. Aku yakin sang prabu akan sangat bijaksana menyetujui keinginan putri ini!” sambung Malaki, masih dengan sikap hormat yang wajar.“Kapan Kanda Pangeran akan jalan-jalan lagi, maksud hamba kapan pangeran akan melihat-lihat situasi negeri…bolehkah hamba ikut?”Kagetlah Malaki, tawaran ajakan ingin ikut ini bagi Malaki sangat luar biasa, dan bisa berakibat fatal, yakni timbul gossip-gosip yang tak mengenakan di lingkup kerajaan, juga pasti jadi bahan tertawaan rakyat Kerajaan Hilir Sungai, yang sangat haus pingin tahu informasi dengan kehidupan para bangsawan di Istana.Sudah jamak
Mimi boleh punya ilmu silat tinggi dan kecantikan tak kalah dari Putri Remi, tapi soal memikat dan juga bermain ‘sandiwara’ Mimi tak ada apa-apanya di bandingkan Putri Remi ini.“Kamu lebih baik dari aku yang hanya jadi selir, kali inipun posisiku makin tak jelas, setelah sang Prabu kembali mengambil selir baru…!” suara Putri Remi terdengar lirih, seakan mengadukan hatinya yang sedang nelangsa pada sepupunya ini, tapi tetap terdengar jelas di telinga Malaki.Lagi-lagi Mimi tak menangkap inti dari ucapan Putri Remi, dipikirnya sang putri hanya iri dengan selir baru, karena sudah tak aneh lagi seorang pria pasti akan memiliki selir-selir baru, apalagi dengan kedudukannya yang sekarang, yakni menjadi raja.Malaki tak mau berlama-lama menemani Mimi dan Putri Remi, diapun permisi dengan alasan ada yang ingin dia kerjakan di ruang kerjanya.Di saat yang sama Putri Kinanti sedang berada di rumah orang tuanya, sedangkan Putri Galuh
Saat itulah Malaki datang, dia kaget melihat kepala pengawal utama Prabu Dipa datang ke Istananya, Ki Hura menjura hormat melihat adik kandung Prabu Dipa ini.“Ada apa Ki Hura…?” tanya Malaki yang merasa keheranan, karena tak biasa Kepala Pengawal Utama Prabu Dipa berkunjung ke rumahnya.“Maaf baginda pangeran, atas perintah Baginda Prabu Dipa, kami ke sini menjemput Putri Remi pulang, karena putri masih menjalani hukuman dari baginda dan tidak boleh berkeliaran!” kata Ki Hura, sambil tetap bersikap hormat pada Malaki.“Kanda pangeran…tolonglah saya…!” suara Putri Remi terdengar memelas.Malaki saling berpandangan dengan Tengku Mimi, Mimi sendiri hanya angkat bahu, tanda dia tak punya kuasa soal Putri Remi.“Mohon maaf putri…sebaiknya putri segera pulang kembali ke Istana, ini titah baginda sebaiknya putri patuhi, akan tak baik akibatnya kalau melanggar!” ucap Malaki pelan.
Mata Putri Remi yang bak bintang kejora sejenak membuat Malaki terpesona, namun kesadarannya kembali pulih, diapun mendorong secara pelan dan dan mendudukan putri jelita di sebuah kursi yang ada di kamar tersebut dan kini mereka duduk berhadapan, terhalang meja kecil bulat, di mana Putri Remi sambil bertelekan ke dua tanganya di dagu, lalu tangannya di taruh di meja bulat dari bahan marmer itu.Gaya begitu makin terlihat menggemaskan bagi Malaki yang sudah hampot tergoda melihat kemolekan tubuh sang selir kesayangan Baginda Prabu Dipa ini.“Putri…jangan salah paham, kedatanganku ke sini tentu saja aku tak ingin melihat putri sampai berbuat nekat!” sahut Malaki pelan.Melihat ketenangan Malaki, Putri Remi lalu menghela nafas dan dia makin kagum dengan ketenangan serta wibawa yang terpancar dari saudara kembar Prabu Dipa ini.Malaki kini duduk di hadapan Putri Remi, keduanya saling berpandangan, namun kali ini Malaki sudah mampu menguasai
“Pangeran Malaki…hamba rasa dengan tiga istri kamu yang cantik-cantik…tak perlu kamu diam-diam masuk ke kamar seorang selir begini…Pangeran tinggal bilang, mau wanita yang mana, hamba akan dengan cepat bisa mencarikan buat pangeran!” sela Pangeran Durja dengan sikap menjilat-jilat.Tapi sebelumnya dia melakukan gaya menghormat pada Prabu Dipa, yang hanya mendiamkan sang penasehatnya ini berani menyela ucapannya tanpa di minta, hanya Pangeran Durja yang berani begitu, sedangkan yang lain sama saja dengan cari penyakit kalau sampai berani menyela omongan seorang Raja..Malaki yang semula menunduk, kini mengangkat wajahnya, Pangeran Durja sampai mengkeret melihat betapa tajam tatapan pangeran yang juga kemenakannya ini, yang dia ketahui mempunyai kesaktian sangat tinggi ini, bahkan lebih tinggi dari Prabu Dipa.Prabu Dipa pun kaget juga, adik kembarnya ini seakan menantang terang-terangan dirinya, selama ini tak ada yang berani meng
Kini di halaman istana kecil ini, sudah berkumpul lebih 150 prajurit kerajaan, mereka kaget bukan kepalang, Pangeran Malaki yang mereka ketahui seorang Menteri dan juga adik kandung Prabu Dipa di tuduh pemberontak.Apalagi Malaki juga di anggap orang yang paling berjasa menumpas pemberontakan 6 bulanan yang lalu, tahu-tahu kini malah di tuduh pemberontak, ini tentu saja sangat mengejutkan semua prajurit tersebut.Malaki makin geram mendengar suara Pangeran Durja ini, ingin dia memukul dengan pengerahan tenaga dalam yang kuat untuk membunuh pangeran ini.Tapi dia kini sudah di kurung ratusan prajurit juga 25 pengawal utama Prabu Dipa, termasuk Prabu Dipa yang kini sudah meloloskan pedang nya, tandanya sang Prabu ini akan turun tangan langsung meringkus Malaki. Suasana makin tegang, kini bukan hanya 150 an prajurit, malah makin banyak saja prajurit yang mengurung Malaki di halaman Istana milik Putri Remi, kehebohan ini benar-benar bikin geger semua p
Walaupun dia Raja, tapi sebagai manusia biasa yang punya hati dan perasaan, tentu saja Prabu Dipa juga terbakar cemburu.Karena selir kesayangannya justru tertangkap basah berduaan di kamar dengan Pangeran Malaki yang tak kalah tampannya dengannya. Terlebih Putri Remi sudah berbulan-bulan tidak dia temui, sehingga makin menambah panas dalam hatinya.Ketiganya kini duduk bersimpuh mendengarkan keputusan Prabu Dipa. Sesuai adat yang sudah dipegang teguh sejak dulu, ketiganya pun mengikuti tradisi ini, termasuk Malaki yang kini mulai agak tenang dengan adanya Perdana Menteri Haja dan Panglima Jenderal Ki Parong, dua orang yang sangat di hormati setelah sang Maharaja Prabu Dipa.“Keputusan pertama, Pangeran Malaki mulai malam ini di non aktifkan sebagai Menteri Keamanan Dalam Negeri. Kedua, untuk di adakan penyelidikan lebih lanjut, Pangeran Malaki akan di tahan di penjara militer kerajaan, yang di awasi langsung Panglima Ki Parong. Ketiga, proses penyelidikan
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma