Walaupun dia Raja, tapi sebagai manusia biasa yang punya hati dan perasaan, tentu saja Prabu Dipa juga terbakar cemburu.
Karena selir kesayangannya justru tertangkap basah berduaan di kamar dengan Pangeran Malaki yang tak kalah tampannya dengannya. Terlebih Putri Remi sudah berbulan-bulan tidak dia temui, sehingga makin menambah panas dalam hatinya.
Ketiganya kini duduk bersimpuh mendengarkan keputusan Prabu Dipa. Sesuai adat yang sudah dipegang teguh sejak dulu, ketiganya pun mengikuti tradisi ini, termasuk Malaki yang kini mulai agak tenang dengan adanya Perdana Menteri Haja dan Panglima Jenderal Ki Parong, dua orang yang sangat di hormati setelah sang Maharaja Prabu Dipa.
“Keputusan pertama, Pangeran Malaki mulai malam ini di non aktifkan sebagai Menteri Keamanan Dalam Negeri. Kedua, untuk di adakan penyelidikan lebih lanjut, Pangeran Malaki akan di tahan di penjara militer kerajaan, yang di awasi langsung Panglima Ki Parong. Ketiga, proses penyelidikan
“Apa langkah kita sekarang ayahnda Panglima?” tanya Malaki.“Sudah bukan rahasia lagi, Pangeran Durja yang kini jadi penasehat Baginda Prabu Dipa, sangat berambisi jadi Perdana Menteri, menggantikan Pangeran Haja. Ku dengar ibu suri Putri Kania sudah meminta agar Pangeran Malaki yang kelak jadi perdana Menteri. Bisa jadi ini jebakan ini merupakan langkah untuk menjegal Pangeran agar gagal menjadi perdana menteri!” tebak Panglima ki Parong.Malaki terperanjat dengan fakta yang baru dia ketahui ini, artinya Pangeran Durja memanfaatkan Putri Remi sengaja ingin menjebak dia dan sekaligus menyingkirkannya secara halus.Permaianan politik tingkat tinggi yang tak Malaki sadari..!“Ayahnda Pangeran…jujur saja, saya tak berambisi ingin jadi Perdana Menteri, bahkan saya juga sudah lama ingin mundur sebagai Menteri Keamanan Dalam Negeri, saya ingin hidup tanpa ikatan dengan kerajaan, bersama tiga istri…saya lebih suka jadi
Kegegeran ini juga akhirnya sampai ke telinga tiga istri Malaki, kini ketiganya terlihat saling bicara dan intinya tak percaya suami mereka sampai berbuat asusila, walaupun tertangkap basah berada di kamar Putri Remi.“Apa tindakan kita sekarang…” Tengku Mimi menatap Putri Kinanti dan Putri Galuh. Ketiganya kini duduk santai di taman Istana mereka yang mewah.“Kalau membawa hati, aku sebetulnya ingin menjenguk suami kita saat ini, aku ingin dengar langsung dari mulutnya, apa sebetulnya yang terjadi. Kita tak bisa mempercayai berbagai isu di luaran, yang pastinya akan di tambah-tambahi!” cetus Kinanti.“Tapi ku dengar kabar, penjagaan di Markas Militer sangat ketat, tak seorang pun yang bisa masuk tanpa izin dari ayahnda Panglima!” sahut Putri Galuh.“Apa kita menyelinap saja…?” Mimi yang memang lebih cepat panas kini mengusulkan hal ini.“Jangan, terlalu berbahaya, salah-salah pers
Di penjara bawah tanah markas prajurit Kerajaan Hilir Sungai, Malaki yang sedang bersemedhi terus memikirkan cara bagaimana agar dia terbebas dari fitnah keji yang di lontarkan Pangeran Durja dan Putri Remi.Akhirnya dia memutuskan akan menyelinap malam ini ke Istana dan akan mencari tahu kenapa sampai Putri Remi tega memfitnahnya.Ini merupakan hari ke 3 di tahan di penjara yang biasanya di peruntukan untuk penjahat kelas berat dan pasti akan di hukum mati.Malaki sengaja tak memberitahu Panglima Ki Parong tentang rencananya ini, dia ingin akan bergerak sendiri, untuk menuntaskan rasa penasarannya.Dari sore diapun sudah sengaja bersemedhi untuk mengumpulkan tenaga.Namun, jelang tengah malam saat dia bersiap akan keluar, ada yang aneh, para penjaga terlihat bergelimpangan, seperti kena bius dan asap itu terus masuk ke ruangan di mana Malaki di tahan, tercium bau harum yang memabukan, seperti obat bius.Malaki yang tahu hal ini kaget, tapi
“Huhhh…dasar pendekar mata keranjang, benar-benar tak kenal puass!” dengus salah satu dari tiga orang yang tadi mengeluarkan Malaki dari tahanan.Dari 5 orang itu, Malaki kini yakin itu yang menutup wajahnya itu seorang wanita, karena gerakannya berbeda. Bahkan tercium bau harum yang seakan dia ingat, tapi lupa di mana.“Pendekar Pekok, apakah kamu menyukai Putri Remi?” tanya Sohail lagi.“Hmmm…tentu saja, hanya orang gila saja yang tak suka dengan Putri yang bak bidadari itu!” sahut Malaki cepat, dia tetap berdiri dengan waspada, namun kedua lengannya sudah terisi tenaga dalam yang sangat kuat dan dahsyat dan kalau di serang dia tentu sudah bersiap.“Dia adalah kemenakanku Malaki, aku akan senang sekali andaikata Baginda Prabu Dipa mau menyerahkan ke kamu…dan akan lebih senang hati lagi kalau kamu rebut putri itu sekaligus rebut tahta Prabu Dipa itu, tuh kamu juga keturunan langsung seorang r
“Apa kehehendakmu Putri…?” Malaki sengaja tidak bereaksi dengan membalas perlakuan mesra Putri Remi, kini dia diam saja.“Aku inginkan cintamu…aku menyintai kamu sejak pertama kita bertemu di taman itu, hmm kamu lelaki beruntung Malaki, semua wanita jatuh cinta dengan kamu dan termasuk aku salah satunya!” sahut Putri Remi blak-blakan.Wajah mereka sangat berdekatan, Malaki sampai bisa melihat betapa glowingnya wajah Putri Remi yang memang sangat di rawat ini.Malaki kemudian menarik dagu Putri Remi sehingga wajahnya mendongak sedikit, Malaki lalu mencium dengan lembut hingga putri ini memejamkan mata, menikmati keromantisan pendekar ini.Putri Remi kini memeluk erat tubuh Malaki sambil berbisik, namun bisikan inilah yang membuat Malaki terlonjak kaget dan melepaskan pelukan itu, lalu menatap wajah jelita sang putri selir ini.Apa yang Putri Remi bisikan…?Kita tinggalkan sejenak Malaki dan Putri R
Apalagi setelah kedua istri Pangeran Malaki ini mengeluarkan jurus-jurus yang telah mereka latih dan kuasai berdasarkan kitab Dewi Golok Putih dan juga Kitab Nyai Nini, ke 8 orang ini terpaksa mundur teratur.Gerakan tebasan golok Kinanti dan Mimi mengandung tenaga dalam yang sangat panas, kalau saja ke 8 orang ini tak memiliki ilmu kanuragan yang tinggi, sudah sejak tadi tangan mereka melepuh setiap senjata mereka bentrok.“Stoppp dulu…bukankah kalian berdua ini Putri Kinanti dan Tengku Mimi, istri dari Pangeran Malaki!” Ki Jimi rupanya mengenali jurus kedua penyusup ini, karena saat bentrokan dengan para pemberontak dulu, dia tahu persis kehebatan kedua orang ini.Kini pertarungan pun terhenti dengan sendirinya, karena ucapan Ki Jimi.Kinanti dan Mimi saling pandang, seakan sepakat keduanya lalu melepas penutup wajah dan kini Ki Jimi kaget dan dia langsung menjura dalam-dalam, karena orang yang dia hadapi bukan sembarangan.Put
Ki Jimi ternyata adik kandung dari Ibu Suri, diam-diam dia dapat perintah dari kakaknya ini, agar melindungi Pangeran Malaki dan keluarganya.“Kamu sebagai adikku yang paling kupercaya selain Panglima Ki Parong, tolong bertindak secara diam-diam, lindungi dua keponakan kamu itu, yakni Prabu Dipa dan juga Pangera Malaki, agaknya barisan sakit hati sudah mulai bergerak melancarkan fitnah-fitnah keji lalu mengadu domba dua anakku itu agar saling berperang dan saling benci…kelompok ini agaknya ingin mengyingkirkan kedua anakku itu dan berkuasa di Kerajaan Hilir Sungai ini!” itulah pesan Ibu Suri yang diamini Ki Jimi.Ki Jimi tentu saja sangat terkejut dengan gerakan-gerakan fitnah ini, dia bahkan menduga, gerakan ini justru lebih berbahaya dibandingkan gerakan pemberontakan di benteng dulu. Karena gerakan ini bergerak sangat masif dan langsung ke jantung Istana Hilir Sungai, dengan cara politik tingkat tinggi, bukan serangan bersenjata.Kecurigaan
Malaki kini sedih sekali melihat rakyat Hilir Sungai sudah di bawah cengkraman Kerajaan Majapahit, diam-diam dia juga sering membantu kerajaan leluhurnya ini, tapi apalah dayanya, walaupun kesaktiannya sangat tinggi, tapi melawan pasukan kerajaan Majapahit yang luar biasa banyak dan ahli dalam peperangan, pasukan yang dibantu Malaki juga mampu di pukul mundur.Malaki makin sedih melihat rakyat kini banyak yang berbalik mendukung Majapahit, sebab kerajaan penjajah ini ternyata sangat humanis dengan rakyat.Kini Malaki hanya punya satu tujuan, yakni mencari ke 3 istrinya, Putri Kinanti, Tengku Mimi dan Putri Galuh, ia sangat khawatir dengan keselamatan ke tiga istrinya itu, terlebih anaknya.Dia juga sudah mendengar mertuanya yang juga Panglima Kerajaan, Jenderal Ki Parong telah gugur melawan pasukan kerajaan Majapahit.Sementara dua jenderal lainnya, yakni Jendral Banu dan Jenderal Baru juga masih simpang siur beritanya, ada yang menyebutkan keduanya sudah
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma