“Apa langkah kita sekarang ayahnda Panglima?” tanya Malaki.
“Sudah bukan rahasia lagi, Pangeran Durja yang kini jadi penasehat Baginda Prabu Dipa, sangat berambisi jadi Perdana Menteri, menggantikan Pangeran Haja. Ku dengar ibu suri Putri Kania sudah meminta agar Pangeran Malaki yang kelak jadi perdana Menteri. Bisa jadi ini jebakan ini merupakan langkah untuk menjegal Pangeran agar gagal menjadi perdana menteri!” tebak Panglima ki Parong.
Malaki terperanjat dengan fakta yang baru dia ketahui ini, artinya Pangeran Durja memanfaatkan Putri Remi sengaja ingin menjebak dia dan sekaligus menyingkirkannya secara halus.
Permaianan politik tingkat tinggi yang tak Malaki sadari..!
“Ayahnda Pangeran…jujur saja, saya tak berambisi ingin jadi Perdana Menteri, bahkan saya juga sudah lama ingin mundur sebagai Menteri Keamanan Dalam Negeri, saya ingin hidup tanpa ikatan dengan kerajaan, bersama tiga istri…saya lebih suka jadi
Kegegeran ini juga akhirnya sampai ke telinga tiga istri Malaki, kini ketiganya terlihat saling bicara dan intinya tak percaya suami mereka sampai berbuat asusila, walaupun tertangkap basah berada di kamar Putri Remi.“Apa tindakan kita sekarang…” Tengku Mimi menatap Putri Kinanti dan Putri Galuh. Ketiganya kini duduk santai di taman Istana mereka yang mewah.“Kalau membawa hati, aku sebetulnya ingin menjenguk suami kita saat ini, aku ingin dengar langsung dari mulutnya, apa sebetulnya yang terjadi. Kita tak bisa mempercayai berbagai isu di luaran, yang pastinya akan di tambah-tambahi!” cetus Kinanti.“Tapi ku dengar kabar, penjagaan di Markas Militer sangat ketat, tak seorang pun yang bisa masuk tanpa izin dari ayahnda Panglima!” sahut Putri Galuh.“Apa kita menyelinap saja…?” Mimi yang memang lebih cepat panas kini mengusulkan hal ini.“Jangan, terlalu berbahaya, salah-salah pers
Di penjara bawah tanah markas prajurit Kerajaan Hilir Sungai, Malaki yang sedang bersemedhi terus memikirkan cara bagaimana agar dia terbebas dari fitnah keji yang di lontarkan Pangeran Durja dan Putri Remi.Akhirnya dia memutuskan akan menyelinap malam ini ke Istana dan akan mencari tahu kenapa sampai Putri Remi tega memfitnahnya.Ini merupakan hari ke 3 di tahan di penjara yang biasanya di peruntukan untuk penjahat kelas berat dan pasti akan di hukum mati.Malaki sengaja tak memberitahu Panglima Ki Parong tentang rencananya ini, dia ingin akan bergerak sendiri, untuk menuntaskan rasa penasarannya.Dari sore diapun sudah sengaja bersemedhi untuk mengumpulkan tenaga.Namun, jelang tengah malam saat dia bersiap akan keluar, ada yang aneh, para penjaga terlihat bergelimpangan, seperti kena bius dan asap itu terus masuk ke ruangan di mana Malaki di tahan, tercium bau harum yang memabukan, seperti obat bius.Malaki yang tahu hal ini kaget, tapi
“Huhhh…dasar pendekar mata keranjang, benar-benar tak kenal puass!” dengus salah satu dari tiga orang yang tadi mengeluarkan Malaki dari tahanan.Dari 5 orang itu, Malaki kini yakin itu yang menutup wajahnya itu seorang wanita, karena gerakannya berbeda. Bahkan tercium bau harum yang seakan dia ingat, tapi lupa di mana.“Pendekar Pekok, apakah kamu menyukai Putri Remi?” tanya Sohail lagi.“Hmmm…tentu saja, hanya orang gila saja yang tak suka dengan Putri yang bak bidadari itu!” sahut Malaki cepat, dia tetap berdiri dengan waspada, namun kedua lengannya sudah terisi tenaga dalam yang sangat kuat dan dahsyat dan kalau di serang dia tentu sudah bersiap.“Dia adalah kemenakanku Malaki, aku akan senang sekali andaikata Baginda Prabu Dipa mau menyerahkan ke kamu…dan akan lebih senang hati lagi kalau kamu rebut putri itu sekaligus rebut tahta Prabu Dipa itu, tuh kamu juga keturunan langsung seorang r
“Apa kehehendakmu Putri…?” Malaki sengaja tidak bereaksi dengan membalas perlakuan mesra Putri Remi, kini dia diam saja.“Aku inginkan cintamu…aku menyintai kamu sejak pertama kita bertemu di taman itu, hmm kamu lelaki beruntung Malaki, semua wanita jatuh cinta dengan kamu dan termasuk aku salah satunya!” sahut Putri Remi blak-blakan.Wajah mereka sangat berdekatan, Malaki sampai bisa melihat betapa glowingnya wajah Putri Remi yang memang sangat di rawat ini.Malaki kemudian menarik dagu Putri Remi sehingga wajahnya mendongak sedikit, Malaki lalu mencium dengan lembut hingga putri ini memejamkan mata, menikmati keromantisan pendekar ini.Putri Remi kini memeluk erat tubuh Malaki sambil berbisik, namun bisikan inilah yang membuat Malaki terlonjak kaget dan melepaskan pelukan itu, lalu menatap wajah jelita sang putri selir ini.Apa yang Putri Remi bisikan…?Kita tinggalkan sejenak Malaki dan Putri R
Apalagi setelah kedua istri Pangeran Malaki ini mengeluarkan jurus-jurus yang telah mereka latih dan kuasai berdasarkan kitab Dewi Golok Putih dan juga Kitab Nyai Nini, ke 8 orang ini terpaksa mundur teratur.Gerakan tebasan golok Kinanti dan Mimi mengandung tenaga dalam yang sangat panas, kalau saja ke 8 orang ini tak memiliki ilmu kanuragan yang tinggi, sudah sejak tadi tangan mereka melepuh setiap senjata mereka bentrok.“Stoppp dulu…bukankah kalian berdua ini Putri Kinanti dan Tengku Mimi, istri dari Pangeran Malaki!” Ki Jimi rupanya mengenali jurus kedua penyusup ini, karena saat bentrokan dengan para pemberontak dulu, dia tahu persis kehebatan kedua orang ini.Kini pertarungan pun terhenti dengan sendirinya, karena ucapan Ki Jimi.Kinanti dan Mimi saling pandang, seakan sepakat keduanya lalu melepas penutup wajah dan kini Ki Jimi kaget dan dia langsung menjura dalam-dalam, karena orang yang dia hadapi bukan sembarangan.Put
Ki Jimi ternyata adik kandung dari Ibu Suri, diam-diam dia dapat perintah dari kakaknya ini, agar melindungi Pangeran Malaki dan keluarganya.“Kamu sebagai adikku yang paling kupercaya selain Panglima Ki Parong, tolong bertindak secara diam-diam, lindungi dua keponakan kamu itu, yakni Prabu Dipa dan juga Pangera Malaki, agaknya barisan sakit hati sudah mulai bergerak melancarkan fitnah-fitnah keji lalu mengadu domba dua anakku itu agar saling berperang dan saling benci…kelompok ini agaknya ingin mengyingkirkan kedua anakku itu dan berkuasa di Kerajaan Hilir Sungai ini!” itulah pesan Ibu Suri yang diamini Ki Jimi.Ki Jimi tentu saja sangat terkejut dengan gerakan-gerakan fitnah ini, dia bahkan menduga, gerakan ini justru lebih berbahaya dibandingkan gerakan pemberontakan di benteng dulu. Karena gerakan ini bergerak sangat masif dan langsung ke jantung Istana Hilir Sungai, dengan cara politik tingkat tinggi, bukan serangan bersenjata.Kecurigaan
Malaki kini sedih sekali melihat rakyat Hilir Sungai sudah di bawah cengkraman Kerajaan Majapahit, diam-diam dia juga sering membantu kerajaan leluhurnya ini, tapi apalah dayanya, walaupun kesaktiannya sangat tinggi, tapi melawan pasukan kerajaan Majapahit yang luar biasa banyak dan ahli dalam peperangan, pasukan yang dibantu Malaki juga mampu di pukul mundur.Malaki makin sedih melihat rakyat kini banyak yang berbalik mendukung Majapahit, sebab kerajaan penjajah ini ternyata sangat humanis dengan rakyat.Kini Malaki hanya punya satu tujuan, yakni mencari ke 3 istrinya, Putri Kinanti, Tengku Mimi dan Putri Galuh, ia sangat khawatir dengan keselamatan ke tiga istrinya itu, terlebih anaknya.Dia juga sudah mendengar mertuanya yang juga Panglima Kerajaan, Jenderal Ki Parong telah gugur melawan pasukan kerajaan Majapahit.Sementara dua jenderal lainnya, yakni Jendral Banu dan Jenderal Baru juga masih simpang siur beritanya, ada yang menyebutkan keduanya sudah
“Prabu…kalau menurut hamba jangan membawa pasukan, justru akan mengakibatkan kesalah pahaman kelak, lebih baik Prabu cukup membawa pengawal secukupnya dan hamba siap ikut mengawal paduka, walaupun hamba bukan ahli silat, tapi demi bangsa dan negara hamba rela berkorban…tak mau hamba hanya duduk di Istana berpangku tangan!” sela Pangeran Durja patriotis, seakan menyindir PM Ki Haja yang selama ini lebih banyak di Istana, karena faktor usia.Prabu Dipa yang sangat percaya dengan pangeran ini langsung mengangguk dan setuju, akhirnya diputuskan sesuai keinginan Jenderal Kerto, 10 hari lagi pertemuan di gelar di rumah dinas kepala daerah Kadipaten Barubang, Prabu Dipa akan di kawal pasukan khusus kerajaan yang dipimpin Ki Jimi dan Ki Hura dengan anggota pengawal sebanyak 50 orang, plus Pangeran Durja.PM Ki Haja hanya bisa mengelus dada, batinnya sangat tidak enak, mengingat pertemuan yang bakal dilakukan Prabu Dipa dengan Jenderal Kerto, yang dia