“Prabu…kalau menurut hamba jangan membawa pasukan, justru akan mengakibatkan kesalah pahaman kelak, lebih baik Prabu cukup membawa pengawal secukupnya dan hamba siap ikut mengawal paduka, walaupun hamba bukan ahli silat, tapi demi bangsa dan negara hamba rela berkorban…tak mau hamba hanya duduk di Istana berpangku tangan!” sela Pangeran Durja patriotis, seakan menyindir PM Ki Haja yang selama ini lebih banyak di Istana, karena faktor usia.
Prabu Dipa yang sangat percaya dengan pangeran ini langsung mengangguk dan setuju, akhirnya diputuskan sesuai keinginan Jenderal Kerto, 10 hari lagi pertemuan di gelar di rumah dinas kepala daerah Kadipaten Barubang, Prabu Dipa akan di kawal pasukan khusus kerajaan yang dipimpin Ki Jimi dan Ki Hura dengan anggota pengawal sebanyak 50 orang, plus Pangeran Durja.
PM Ki Haja hanya bisa mengelus dada, batinnya sangat tidak enak, mengingat pertemuan yang bakal dilakukan Prabu Dipa dengan Jenderal Kerto, yang dia
“Ha-ha-ha…Prabu Dipa, atau boleh ku bilang sebentar lagi berstatus mantan prabu, kamu anak ingusan tau apa hahh, harusnya akulah yang menduduki tahta kerajaan itu setelah kakaku Prabu Kerta wafat, tapi kamu tiba-tiba lahir dengan saudara kembar kamu itu, akhirnya merusak rencanaku, tapi fitnahku berhasil baik, Pangeran Malaki terjebak di dalam kamar Putri Remy, asal kamu tau itu semua siasatku…nahh hari ini aku buka semua, agar kamu tak penasaran. Karena kamu dan semua pengawal kamu itu sebentar lagi akan jadi mayat!” kagetlah Prabu Dipa dengan kelancangan dan kelicikan pamannya ini, bahkan kini tak lagi bersikap hormat dengannya.Jenderal Kerto di iringi Pangeran Durja kini keluar dari ruangan dan sengaja menunggu Prabu Dipa agar segera keluar.“Ki Jimi, Ki Hura…begitu ada kesempatan, kalian segera kabur dari sini, lalu segera laporkan pada PM Ki Haja soal ini, kirim semua pasukan, kita berperang sampai titik darah pe
Malaki atau Pendekar Pekok alias pendekar Romantis tak berlaku sungkan lagi, ia bak membabati sekumpulan rumput saja, bahkan 10 jagoan dan Jenderal Kerto sendiri bak mau pecah jantungnya dengan gebrakan Pendekar Romantis ini.Akibatnya, banyak prajurit yang ragu maju, bahkan Jenderal Kerto harus bersemedhi karena pukulannya membalik dan menghantam dirinya, juga 10 orang jagoannya tersebut.Kesempatan itulah yang dimanfaatkan Malaki dan Ki Jimi serta Dusman yang menggendong Prabu Dipa dan Ki Hura bisa lepas dari kepungan ribuan pasukan Majapahit.Dalam waktu singkat, Malaki cs sudah menghilang dari pandangan, siapapun prajurit yang menghalangi langsung tewas kena babat pedang bengkok milik Pandekar Romantis ini.Tak ada prajurit yang berani mengejar namun mereka melepaskan anak panah, tapi ribuan anak panah yang di lepaskan ke arah kaburnya Malaki cs, justru di return kembali dan akibatnya ratusan prajurit tewas seketika, karena tak mampu menghindar, sisan
Prabu Dipa lalu mengeluarkan plakat kerajaan yang tersimpan dalam jubahnya, yang diterima dengan takjim Pangeran Malaki, yang menandakan sahnya dia sebagai pewaris kerajaan Hilir Sungai.“Sekarang lakukankan prosesi sumpah kalian kepada Prabu Malaki…lakukan sekarang, mumpung nafasku masih berada di raga ini…!” perintah Prabu Dipa sambil menarik nafas berat, matanya langsung menatap Ki Jimi, pengawal utama yang juga kerabat dekat Putri Suri Kania ini langsung mengangguk paham.“Hamba Ki Jimi, dengan ini menyatakan dan bersumpah menyerahkan batin dan raga untuk Prabu Malaki!”“Hamba Ki Hura, dengan ini menyatakan bersumpah menyerahkan batin dan raga untuk Prabu Malaki!”“Hamba Perwira Dusman, dengan ini menyatakan bersumpah taat dan bersumpah batin dan raga untuk Prabu Malaki!”Prabu Dipa tersenyum, kini dia menatap Malaki, adik kembar Prabu Dipa ini pun paham, setelah menghormat takjim, p
Ketiga orang ini lalu melompat sangat tinggi dan tassss…bak menghilang, dan langsung terlihat hanya titik abu-abu yang sangat kecil dan jauh, ketiga pejabat kerajaan yang baru ini kesenangan bukan main sambil tertawa kegirangan dalam hati, merasakan kemajuan hebat mereka dalam ilmu silat.Pdahal baru 3 bulan berlatih, tapi karena mereka sebelumnya sudah memiliki kesaktian tinggi, di tambah Malaki tak tanggung-tanggung menurunkan ilmunya ini, ketiganya benar-benar meningkat pesat ilmu silatnya.Karena kini kesaktian mereka benar-benar luar biasa dan sukar di cari bandingannya saat itu, apalagi kelak mereka terus berlatih mematangkan Jurus Menari di Atas Awan.Bagi mereka bertiga, Prabu Malaki bukan hanya junjungan, tapi juga guru silat yang sangat di hormati.Lalu ketiganya juga pergi ke tiga jurusan berbeda, mengemban misi besar, yakni merebut kembali kerajaan Hilir Sungai dari penjajah Kerajaan Majapahit, dengan jalan menjalin kontak diam-di
Malaki menatap dengan teliti wajah anak ini, termasuk perawakannya. Malaki kagum melihat daya tahan anak ini. Bagi orang yang tak memiliki ilmu silat tinggi, tak akan bisa bertahan sekuat anak ini, paling tidak akan menderita cedera berat.Tapi anak ini aneh, batang pohon yang justru lingsek, dia sendiri tak kenapa-kenapa.Malaki tersenyum melihat tingkah si anak yang malah cuek dengannya dan terus mengusap dahinya yang sebetulnya tak kenapa-kenapa.“Anak kecil, saya minta maaf, tak sengaja memukul kamu tadi, kamu tak apa-apa, sini biar saya obatin, agar kepala kamu sembuh,” kata Malaki lemah lembut sambil tersenyum ramah lalu mendekat.Tapi Malaki kaget bukan main, anak kecil ini malah menyerangnya dengan pukulan-pukulan antep dan kuat, andai Malaki hanya orang biasa, pasti dia sudah kena pukulan-pukulan kuat ini.Dari kaget berubah jadi senang, Malaki melihat pukulan ini bukan jurus sembarangan, dan sepertinya awal pembuka jurus Menar
Mereka kini duduk di atas kursi yang masih baik dan meja jati tua yang sudah dibersihkan si Gila di dalam benteng itu, walaupun dia juga kadang lebih suka tidur di gubuk yang dibangunnya bersama Sembara, tak jauh dari benteng ini.Sambil menikmati arak yang di bawa Malaki, keduanya sampai sama-sama lama termenung memikirkan nasib rakyat Hilir Sungai yang makin menderita saat ini.“Yahh, kamu sebagai adik kembarnya dan juga Pangeran memang sudah selayaknya jadi Raja, sudah tepat mendiang Prabu Dipa melimpahkan kekuasaan pada kamu, aku pun sangat nelangsa melihat penderitaan rakyat hilir sungai yang kini di jajah Majapahit, ingin ikut berjuang tapi aku semakin tua dan tenagaku makin jauh berkurang!” Si Gila buka isi hatinya, dia tetap bersikap biasa dan tidak menghormat berlebihan pada mantan menantunya ini, yang kini telah menjadi seorang raja.Sebenarnya dia sudah tak begitu bersemangat lagi semenjak istrinya Nyi Ningrum meninggal dunia di Kampung Bengkirai, bekas tempat markas pento
“Aku sependapat dengan rencana kamu ananda, baiklah kamu bertahan dulu di sini, besok kita bertemu Jenderal Dato Angki dan baru sama-sama menghadap Prabu Tago!” Malaki langsung menarik nafas lega.Misinya tak sia-sia, mertuanya mendukung niatnya untuk merebut kembali kerajaan hilir sungai ini, sampai malam mereka terus bercerita terkait kondisi kerajaan Hilir Sungai, termasuk cerita pengkhianatan Putri Remi, yang juga mantan selir Prabu Dipa.“Tak ku sangka Putri Remi ternyata tega berkhianat pada Prabu Dipa dan kamu di fitnah, untung saja di saat akhir Prabu Dipa sadar dan kalian bisa berbaikan!” Dato menghembuskan nafas sambil mengeluarkan asap cerutunya.Setelah agak malam, Dato Kalio pun menyudahi pembicaraan mereka, Dato juga berjanji pada saatnya kelak, dia bersama hampir 1000 muridnya akan bergabung dengan para pejuang, termasuk tiga pengawalnya, untuk turut merebut kembali Kerajaan Hilir Sungai dari tangan kerajaan Mapajapahit, te
Wanita bernama Kesih ini lalu menggamit dua rekannya, mereka menatap Malaki yang dianggapnya lancang dengan mereka.Setelah saling mengedipkan mata, mereka lalu mengambil garpu dan melemparnya dengan kecepatan penuh ke arah Malaki.5 garpu menuju ke arah Malaki, hebatnya ke lima garpu itu kini menancap di meja dan tancapannya sejajar di depan pendekar ini, tidak mengenai Malaki, ke 5 garpu ini seakan baru di tancapkan Malaki di depannya sendiri, demontrasi kekuatan tenaga dalam yang Malaki peragakan sukses bikin semua pengunjung restotan ini berseru woww…!Apalagi Malaki sama sekali tidak menggerakan tangan ataupun badan, tapi aseek saja minum dengan cueknya.Tiga Bidadara Merah kini melongo, demontrasi tenaga dalam mereka bak membentur karang, karena serangan itu dianggap hanya mainan anak kecil bagi Malaki.Ketiganya kemudian melompat dengan cepat dan sudah mengurung Malaki yang belum melepas caping lebarnya dan terlihat tetap minum dengan tenang, setelah tadi menyelesaikan makannya