Bayi Ranina ternyata tumbuh sehat, walaupun hanya minum susu kambing atau susu sapi yang dibelikan Bik Ora sampai berumur 2 tahunan.
Semakin besar, bayi Ranina sudah menunjukan kecantikannya yang khas, ternyata Selir Dori ada memiliki darah ke Tionghoa-an, sehingga matanya sedikit sipit dan berkulit putih seperti selir malang tersebut.
Ranina juga sangat berbakat jadi tabib seperti Bik Ora, sejak bisa bicara, Ranina sudah hapal cara meracik obat seperti yang nenek angkatnya ini lakukan, padahal usianya baru menginjak 3-4 tahunan.
Bahkan kalau menolong orang sakit atau melahirkan, bocah cilik itu dengan sigap membantu dan dengan cekatan meracik obat sesuai petunjuk Bik Ora.
Diam-diam Ranina juga sangat suka dengan ilmu silat, dia sering mengintip sebuah perguruan silat yang ada di kampung tersebut saat latihan.
Selesai nonton latihan, ia lalu pulang ke rumah, Ranina ternyata memiliki otak cerdas dan daya ingat yang kuat, dia dengan mudah mengulang k
Semenjak hari itulah, Ki Balongin dianggap setengah dewa oleh para warga dan pondoknya pun di perbaiki lebih bagus, sehingga Ki Balongin kini memilik pondok yang baik dan kokoh.Warga juga hampir setiap hari mengirim Ki Balongin makanan.Ki Balongin pun berseloroh pada Ranina muridnya, kalau kini gadis cilik ini tak perlu masak lagi, sebab sudah ada makanan tersedia, warga juga tahu kalau Ranina murid si kakek sakti ini.Demikianlah, Ranina yang belum genap 5 tahun kini sudah memiliki ilmu kesaktian yang tinggi dan terus tekun dia latih di bawah bimbingan Ki Balongin.Kita tinggalkan gadis cilik Ranina yang kini di latih Mahaguru Ki Balongin dan sudah bisa diperkirakan Ranina kelak akan menjelma menjadi seorang calon pendekar wanita yang sangat sakti.Agar ceritanya nyambung kita tarik kisah ini sedikit ke belakang sebelum terjadinya pemberontakan, dimana Nyai Mawar yang berencana pindah dari Kerajaan Hilir Sungai, karena dia dapat perintah dari Pa
“Maaf kek, kampung ini sudah bukan lagi kampung rampok!” sahut orang itu.Si Gila lalu memandang orang tua itu, lalu tertawa kecil.“Iya saya sudah tahu, teman saya si Pendekar Pekok kan yang membunuhnya, saya hanya ingin tanya rumah Nyai Ningrum di mana. Jangan takut, saya tidak berniat jahat!” Si Gila kini paham kalau dia di curigai.Mendengar si kakek ini menyebut nama Pendekar Pekok, orang tua ini langsung berkurang curiganya.“Sayang sekali, kedatangan kakek terlambat, Nyai Ningrum sudah meninggal dunia 3 bulan yang lalu karena sakit!” Si Gila langsung terdiam, dia tak mampu bersuara lagi.“Di mana kuburannya…!” suara si Gila langsung bergetar, ada keharuan dalam hatinya, karena istrinya itu kini sudah tiada.“Mari saya antar…!” orang tua itu lalu berjalan di duluan menuju sebuah pekuburan umum yang terletak di ujung desa dan ada hutan lebatnya. Di sana juga dulu
4 tahun kemudian…Tak terasa, kini Sembara sudah berumur hampir 8 tahunan, yang artinya dia mengikuti si Gila yang aslinya kakeknya sendiri tanpa ia sadari ini selama 4 tahunan ini.Sembara kini bukan lagi anak kecil yang harus di tuntun kalau jalan, tapi dengan usia mendekati 8 tahunan, anak kecil ini sudah memiliki kesaktian yang tinggi. Kalau hanya sekedar 5 orang perampok dewasa dengan kemampuan standar, mudah saja bagi Sembara mengalahkannya.Si Gila yang makin sayang dengan Sembara kini tak tanggung-tanggung lagi menurunkan ilmu-ilmunya yang sakti, karena Sembara dianggapnya sudah sanggup menerima ilmu silatnya tersebut.Apalagi semakin besar, wajah Sembara makin tampan saja, kadang Si Gila menatap aneh wajah muridnya ini, sepintas mirip Malaki.“Aneh sekali, makin besar anak ini mirip si Malaki, jangan-jangan ini anaknya…entah siapa ibunya, sebab sejak pisah dengan Rani, ku dengar dia berpetualang dengan beberapa wanita,
Demikianlah, setiap hari Sembara terus mengasah kemampuan silatnya yang semakin tinggi di bawah bimbingan si Gila, yang kini makin renta. Sedangkan Sembara makin hari badannya makin besar dan berotot kuat, karena di dalam tubunya telah memiliki kehebatan yang luar biasa…!Kita tinggalkan sejenak kehidupan Sembara yang kini harus mandiri tanpa bersama si Gila yang merupakan kakek kandungnya sendiri dan kini lebih banyak semedhi dan membiarkan Sembara yang kadang berjalan berhari-hari, lalu kembali lagi membawa makanan buat dia dan juga gurunya ini.Namun seperti biasa si Gila hanya mencicipi sedikit, dia lalu menyuruh Sembara kembali berlatih siang dan malam, istirahat kecuali badan Sembara sudah sangat kecapekan…!Agar ceritanya menyambung lagi, kita kembali ke Istana Kerajaan Hilir Sungai, dengan menarik kisah ke belakang lagi.Beberapa bulan setelah pemberontakan itu, kondisi kerajaan Hilir Sungai adem ayem, tapi itu hanya terlihat dari lu
Pangeran Malaki menatap ke samping dan tersenyum melihat putri ini bak orang lagi patah hati, sebagai pendekar yang mempunyai julukan Pendekar Romantis, Malaki paham, Putri Remi lagi nelangsa karena sedang dicuekin Prabu Dipa.“Iya, nanti kalau hukuman Putri sudah berakhir, putri bisa minta izin dengan Baginda Prabu untuk berlibur ke kampung halaman. Aku yakin sang prabu akan sangat bijaksana menyetujui keinginan putri ini!” sambung Malaki, masih dengan sikap hormat yang wajar.“Kapan Kanda Pangeran akan jalan-jalan lagi, maksud hamba kapan pangeran akan melihat-lihat situasi negeri…bolehkah hamba ikut?”Kagetlah Malaki, tawaran ajakan ingin ikut ini bagi Malaki sangat luar biasa, dan bisa berakibat fatal, yakni timbul gossip-gosip yang tak mengenakan di lingkup kerajaan, juga pasti jadi bahan tertawaan rakyat Kerajaan Hilir Sungai, yang sangat haus pingin tahu informasi dengan kehidupan para bangsawan di Istana.Sudah jamak
Mimi boleh punya ilmu silat tinggi dan kecantikan tak kalah dari Putri Remi, tapi soal memikat dan juga bermain ‘sandiwara’ Mimi tak ada apa-apanya di bandingkan Putri Remi ini.“Kamu lebih baik dari aku yang hanya jadi selir, kali inipun posisiku makin tak jelas, setelah sang Prabu kembali mengambil selir baru…!” suara Putri Remi terdengar lirih, seakan mengadukan hatinya yang sedang nelangsa pada sepupunya ini, tapi tetap terdengar jelas di telinga Malaki.Lagi-lagi Mimi tak menangkap inti dari ucapan Putri Remi, dipikirnya sang putri hanya iri dengan selir baru, karena sudah tak aneh lagi seorang pria pasti akan memiliki selir-selir baru, apalagi dengan kedudukannya yang sekarang, yakni menjadi raja.Malaki tak mau berlama-lama menemani Mimi dan Putri Remi, diapun permisi dengan alasan ada yang ingin dia kerjakan di ruang kerjanya.Di saat yang sama Putri Kinanti sedang berada di rumah orang tuanya, sedangkan Putri Galuh
Saat itulah Malaki datang, dia kaget melihat kepala pengawal utama Prabu Dipa datang ke Istananya, Ki Hura menjura hormat melihat adik kandung Prabu Dipa ini.“Ada apa Ki Hura…?” tanya Malaki yang merasa keheranan, karena tak biasa Kepala Pengawal Utama Prabu Dipa berkunjung ke rumahnya.“Maaf baginda pangeran, atas perintah Baginda Prabu Dipa, kami ke sini menjemput Putri Remi pulang, karena putri masih menjalani hukuman dari baginda dan tidak boleh berkeliaran!” kata Ki Hura, sambil tetap bersikap hormat pada Malaki.“Kanda pangeran…tolonglah saya…!” suara Putri Remi terdengar memelas.Malaki saling berpandangan dengan Tengku Mimi, Mimi sendiri hanya angkat bahu, tanda dia tak punya kuasa soal Putri Remi.“Mohon maaf putri…sebaiknya putri segera pulang kembali ke Istana, ini titah baginda sebaiknya putri patuhi, akan tak baik akibatnya kalau melanggar!” ucap Malaki pelan.
Mata Putri Remi yang bak bintang kejora sejenak membuat Malaki terpesona, namun kesadarannya kembali pulih, diapun mendorong secara pelan dan dan mendudukan putri jelita di sebuah kursi yang ada di kamar tersebut dan kini mereka duduk berhadapan, terhalang meja kecil bulat, di mana Putri Remi sambil bertelekan ke dua tanganya di dagu, lalu tangannya di taruh di meja bulat dari bahan marmer itu.Gaya begitu makin terlihat menggemaskan bagi Malaki yang sudah hampot tergoda melihat kemolekan tubuh sang selir kesayangan Baginda Prabu Dipa ini.“Putri…jangan salah paham, kedatanganku ke sini tentu saja aku tak ingin melihat putri sampai berbuat nekat!” sahut Malaki pelan.Melihat ketenangan Malaki, Putri Remi lalu menghela nafas dan dia makin kagum dengan ketenangan serta wibawa yang terpancar dari saudara kembar Prabu Dipa ini.Malaki kini duduk di hadapan Putri Remi, keduanya saling berpandangan, namun kali ini Malaki sudah mampu menguasai