Home / Pendekar / Pendekar Naga Siluman / Keceriaan masa kecil

Share

Pendekar Naga Siluman
Pendekar Naga Siluman
Author: Wong Jowo

Keceriaan masa kecil

Author: Wong Jowo
last update Last Updated: 2023-07-08 15:32:52

Di suatu siang, di sebuah sekolah dasar negeri.

 

Anak-anak baru saja keluar dari lingkungan sekolah, ada yang berlarian dan ada yang berjalan pelan menyusuri jalanan berbatu.

 

Wajah-wajah polos dengan senyum dan tawa canda mengiringi langkah-langkah kecil mereka.

 

"Satya, nanti habis ganti baju kita kumpul di TPK ya," ajak seorang anak yang tubuhnya kerempeng dan berkulit agak hitam, Bambang namanya dan kawan-kawannya memanggilnya Bambang atau Mbang.

 

TPK adalah tempat penimbunan kayu milik Perum Perhutani yang ada di desa itu. 

 

TPK ini di gunakan sebagai tempat menimbun kayu-kayu Jati ataupun kayu jenis lainnya seperti Sonokeling dan Mahoni setelah di tebang dari hutan yang ada di area tersebut.

 

"Baik, nanti aku yang bawa bola," jawab seorang anak lain yang bertubuh agak pendek tapi berisi, wajahnya bulat dan agak bersih kulitnya. Dia adalah anak dari kepala TPK, Ardian namanya.

 

"kita kumpul di TPK lor ya , dibawah pohon sawo," kata anak yang di panggil Satya tersebut, yang tampaknya memang sebagai pemimpin dari rombongan anak-anak kecil itu. 

 

Satya ini bertubuh agak berisi dengan kulit sawo matang, wajahnya memancarkan aura ceria dan penuh semangat. tatapannya sangat tajam walaupun dia masih kecil.

 

Tempat penimbunan kayu ini cukup luas dan terbagi menjadi dua lokasi. TPK lor (utara) dan TPK kidul (selatan).

 

Luas tempat penimbunan kayu ini kira-kira empat sampai lima hektar, terpisah menjadi dua karena dibelah oleh jalanan desa yang menghubungkan antara Desa Landoh dengan desa dan padukuhan lainnya.

 

Dalam lingkungan TPK sendiri terdapat pohon-pohon Mindik (Munggur) yang berukuran sangat besar yang menurut orang orang tua di sekitar tempat ini di tanam pada masa penjajahan Belanda, jadi umurnya pasti sudah ratusan tahun.

 

Ukuran pohon-pohon di dalam area tempat penimbunan kayu hasil hutan ini mencapai diameter dua sampai tiga meter dengan ketinggian mencapai kurang lebih tiga puluh meter, sehingga tempat ini menjadi teduh dan nyaman untuk beraktivitas.

 

Jumlah pohon-pohon yang sangat besar cukup banyak , ada puluhan dengan diameter yang rata-rata sangat besar lebih dari satu meter, sehingga hampir setiap sudut tempat ini sangat teduh dan rindang.

 

Anak-anak yang lain segera menyanggupinya untuk berkumpul sehabis berganti baju dan makan siang.

 

Mereka berjalan sambil bersenda gurau, dan tanpa terasa sampailah di jalan raya beraspal yang melintasi desa tersebut. Itu adalah sebuah perempatan besar.

 

Jalan beraspal menghubungkan antara dua kabupaten. Kabupaten Rembang dan Blora. 

 

Sedang jalanan yang belum beraspal menghubungkan antar desa yang satu dengan desa yang lainnya.

 

Dijalan ini rombongan anak-anak mulai terpisah, sebagian berbelok kekanan menyusuri jalan raya.

 

Diantara yang belok kekanan adalah Bambang, Yon, To, Andri dan masih banyak lagi.

 

Sebagian berbelok ke kiri juga menyusuri jalan raya menuju ke dukuh Jangglengan diantaranya Tris dan Sutar.

 

Adapula yang rumahnya tepat di perempatan desa tersebut , Likin namanya, anak Pak Salim. Seorang Kyai di Desa Landoh.

 

Satya dan sebagian anak menyeberang jalan raya tersebut dan berjalan lurus menuju dusun lainnya lagi.

 

Rumah Satya sendiri terletak tidak jauh dari perempatan jalan tersebut dan berjarak lima puluhan meter saja dari TPK.

 

Salah satu sahabat Satya rumahnya di dalam komplek TPK dan berdekatan dengan rumah Satya, hanya berjarak lima puluh meteran saja. Hartono namanya, anaknya putih bersih dan agak kecil mungil.

 

Ketika Satya sampai di depan rumah yang sangat sederhana dan berdinding anyaman bambu (gedeg, bahasa Jawa) Satya segera pamit pada kawan-kawannya.

 

"Duluan ya !" seru Satya sambil melambaikan tangan pada kawan-kawannya.

 

Ardian, Hartono, Masruf , Ngali dan lainnya segera melanjutkan perjalanan nya bersama kawan-kawan yang lain yang rumah nya di dukuh paling jauh yaitu Dukuh Kedung Lawa.

 

Baru beberapa langkah kedepan, Hartono juga sudah sampai di depan rumahnya yang berada di dalam komplek tepeka.

 

Antara rumah Satya dengan tepeka sendiri terpisahkan oleh rel kereta api yang menghubungkan Kota Rembang dan Kota Blora.

 

Rumah Ardian ada di sebelah barat TPK, masih masuk komplek TPK dan merupakan rumah dinas milik Perhutani. Karena Ayahnya seorang Sinder atau Asper (asisten perhutani) yang mengepalai TPK.

 

Satya segera mengucap salam, akan tapi tidak terdengar sahutan dari dalam rumah. Dia segera mendorong pintu dengan tangannya yang kecil.

 

Ditaruhnya tas sekolahnya dan di gantinya seragam merah putih yang di kenakannya dengan kaus dan celana hariannya yang telah usang.

 

Setelah usai berganti baju dia kebelakang ke kiwan (kamar mandi) untuk membersihkan diri.

 

Jangan bayangkan kamar mandi nya tertutup rapat dan ada airnya melimpah ruah seperti sekarang ini.

 

Kamar mandi ini hanyalah terlindungi dari gedeg yang sudah tua dan rapuh tanpa ada atapnya.

 

Di dalamnya pun tidak ada wastafel, bak mandi ataupun bathup, yang ada hanyalah sebuah gentong dari tanah liat sebagai tempat air untuk kepentingan mandi dan lain sebagainya.

 

Setelah membersihkan dirinya, Satya kembali ke dalam rumah, di carinya makanan di lemari makanan.

 

Ternyata memang ibu sudah menyiapkan nasi beserta sambal kesukaannya tanpa lauk apapun, karena memang hanya inilah yang mampu di makan oleh keluarga ini.

 

Satya makan dengan lahapnya walaupun hanya nasi dan sambal belaka. Usai makan Satya mengambil perlengkapan mainnya.

 

Sebuah ketapel ataupun plinteng (blandring) dikalungkan di lehernya.

 

Satya adalah seorang anak yang mandiri, segala mainan bisa di buatnya dengan tangan-tangan kecilnya yang terampil.

 

Dia segera menutup pintu tanpa di kunci dan berlari-lari kecil ke tepeka tempat janjian dengan teman-teman kecilnya.

 

Dan siang itu, di tempat nyang agak lapang dalam naungan pohon Mindik yang sangat besar dengan daun-daun yang rindang melindungi badan anak-anak kecil itu dari sinar matahari terik yang menyengat.

 

Dengan teriakan-teriakan kas anak-anak kecil dengan serunya bermain bola.

 

Dua kelompok berhadap hadapan saling memperebutkan bola.

 

Ardian dengan tubuh mungilnya meliuk-liuk melewati lawan-lawannya dengan lincahnya.

 

Walaupun bertubuh kecil mungil Ardian sangat lincah menghadapi kawan-kawannya yang bertubuh lebih besar.

 

Tiap ada pertandingan melawan anak-anak dari dukuh lain, Ardian selalu menjadi momok bagi lawan-lawannya, tak ada yang bisa menghentikannya. dia adalah penyerang tangguh.

 

Ketika siang sudah berganti sore hari dan permainan bola sudah usai anak-anak kecil tersebut berjalan keluar komplek tepeka dan berlarian di pematang sawah menuju sungai yang jaraknya kurang lebih satu kilometer.

 

Mereka berlari dengan riang gembira diselingi tawa canda khas anak-anak.

 

"Ayo kita ke Watu Gajah saja!" Ajak Satya pada kawan-kawannya ini.

 

Ada beberapa lokasi sungai yang menjadi favorit anak-anak buat mandi dan bermain di sungai. Salah satunya adalah Watu Gajah, karena ada batu yang cukup besar menjorok ke sungai sehingga dinamakan Watu Gajah.

 

Tempat lain yang jadi favorit untuk bermain adalah di bawah jembatan dan juga kedung (bagian sungai yang dalam).

 

Lokasinya dekat sawah milik pak Mo'in, sehingga di beri nama kedung Pak Mo'in.

 

Setelah sampai di pinggiran sungai, anak-anak kecil tersebut segera melepas semua pakaian yang di kenakan, mereka telanjang bulat.

 

Mereka berlomba-lomba meloncat dari ketinggian batu yang menonjol tersebut

 

"Byur, byur, byur!" tiga anak sekaligus melompat terjun ke sungai yang beraliran cukup deras.

 

Sore itu mereka bermain di sungai dengan riangnya. Mereka tidak takut akan tenggelam karena mereka adalah perenang-perenang otodidak.

 

Begitulah dalam keterbatasannya Satya tumbuh menjadi anak yang kuat dan mandiri.

 

Ketika malam telah tiba, Satya akan di jemput oleh kakek buyutnya yang bernama Mbah Wiguno, seorang kakek yang sudah sangat tua, usianya sudah mendekati seratusan tahun, tapi masih terlihat kuat dan cekatan.

 

Ayah Satya sendiri jarang pulang kerumah, entahlah apa yang dikerjakan di luaran, Satya tidak mengetahuinya.

 

Ketika Satya di jemput oleh kakek buyutnya, ibunya Satya pun mengijinkannya.

 

Kakek buyut Satya ini adalah ayah dari kakeknya yang sudah tiada, meninggal karena sakit.

 

Malam ini Satya diajak oleh Mbah Wiguno kearah sungai di bawah jembatan kereta.

 

Daerah ini di kenal oleh penduduk desa tersebut dengan nama Klamping, itu merupakan sebuah lembah kecil dimana aliran sungai nya cukup dalam dan dipercaya di daerah tersebut sangat angker dan wingit.

 

Diatas Klamping ini ada gumuk (bukit) kecil yang di tumbuhi tanaman perdu dan semak-semak belukar, tampak seperti hutan kecil. 

 

Dan di gumuk kecil ini masih banyak di jumpai ayam hutan dan juga landak.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Joyokusumo
wow, sangat menarik
goodnovel comment avatar
Wong Jowo
hmm menarik... perjuangan seorang pemuda jujur dan rendah hati
goodnovel comment avatar
Nastiti
seru nampaknya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pendekar Naga Siluman    Penguasa alam Moksa

    Klamping ini sebenarnya adalah dasar dari bukit kapur kecil dan orang-orang disana menyebut kapur dengan Gamping sehingga lama kelamaan daerah ini sebagai Glamping dan berubah menjadi Klamping.Pada awalnya memang Satya Wiguna sangat takut ketika di ajak oleh eyang buyutnya ketempat ini, akan tetapi lama kelamaan Satya menjadi terbiasa bahkan sangat menyukai tempat ini.Mbah Wiguno mengajak menyeberangi sungai dengan melompati bebatuan sungai yang menonjol dengan di ikuti Satya kecil.Dengan lincahnya keduanya berlompatan menuju ke arah dasar tebing Klamping.Kemampuan Satya sendiri sudah sangat lincah di bandingkan dengan anak-anak kecil seusianya. Dan bahkan mungkin kekuatan dan kelincahannya sebanding dengan seorang pemuda.Lembah Klamping sendiri merupakan bantaran sungai yang tidak banyak di manfaatkan oleh penduduk desa karena di anggap angker dan wingit, luasnya kira-kira sebahu menurut ukuran orang-orang d

    Last Updated : 2023-07-08
  • Pendekar Naga Siluman    Satya dan Banaspati

    "Ton!" bisik Satya pelan.Hartono yang sedang membuka buku, celingukan mencari sumber suara yang memanggilnya,"Siapa?" bisiknya juga pelan, khawatir dengan ibunya yang judes dan galak. Ya Ibunya Hartono ini sangat judes dan galak, Hartono ini agak terkekang karenanya, jadi dia agak kuper."Aku...! Satya!" bisik Satya pelan dari sela-sela dinding kayu rumahnya Hartono."Ayo kita main!" bisik Satya lagi.Hartono tampaknya agak-agak takut kalau ketahuan Ibunya, karena Ibunya terobsesi anaknya ini bisa melampaui Satya dalam kepandaian dan segalanya, tapi Hartono sendiri sangat mengagumi dan patuh pada Satya sahabatnya."Aku takut ketahuan ibu," jawab Hartono lirih.Dan kelihatannya kali ini Satya tidak berhasil merayu Hartono untuk di ajaknya main.Satya akhirnya menyerah merayu Hartono.Langkahnya kemudian di arahkan ke padukuhan lain yang berdekatan dengan rumahnya

    Last Updated : 2023-07-08
  • Pendekar Naga Siluman    Gadis Judes

    Di sekolah ini Satya cenderung diam dan minder karena sekolah ini termasuk sekolah elite dimana banyak dari siswanya adalah anak dari orang-orang kaya, pejabat pemerintahan dan juga para pengusaha kaya di kota kecil ini, walaupun banyak pula yang datang dari keluarga biasa dan miskin.Dan selalu saja ada gab dalam pergaulan di antara si kaya dan si miskin.Anak orang-orang kaya berkumpul dengan anak orang-orang kaya dan anak orang miskin berkumpul dengan sesamanya, walaupun tidak semuanya demikian!Ada juga anak-anak dari para pejabat dan pengusaha kaya yang nyaman bergaul denan anak-anak miskin dan sebaliknya.Hari itu setelah jam pelajaran terakhir, Satya beranjak dari duduknya dengan cepat.Siang ini dia berjanji pada pak Jamin untuk membantunya mencangkul di sawah dan membenarkan galengan (pematang) sawah yang rusak karena sebentar lagi akan memasuki musim tanam padi!Pak Jamin ini seorang pegawai pemerintah atau pegawai negri, tepatnya adalah seorang guru sekolah dasar di desa itu

    Last Updated : 2023-07-08
  • Pendekar Naga Siluman    Kecurangan Galang

    "Ayo Satya, segera bawa cangkul yang satunya," kata Pak Jamin seraya menunjuk sebuah cangkul di teras rumahnya.Berdua mereka berboncengan naik sepeda onta kuno menuju daerah persawahan di pinggiran desa ini.Lokasi persawahan milik Pak Jamin ini searah dengan bukit kapur kecil Klamping yang berada di bawah rel kereta api yang melintasi sungai di Desa Landoh ini.Sesampai di sawah milik Pak Jamin, Satya segera mengayunkan cangkulnya dan mulai membetulkan galengan yang tampak rusak di sana sini karena ulah tikus dan juga yuyu (kepiting sawah / ketam) yang melubangi galengan-galengan sawah milik Pak Jamin, sedangkan Pak Jamin sendiri membersihkan rumput-rumput liar di sekitar sawahnya.Dipandanginya anak muda yang rajin ini."Sungguh pemuda yang sederhana dan temen (bersungguh-sungguh)," batin pak Jamin.Pak Jamin memang sangat menyukai pemuda ini, dia sering memberikan pekerjaan pada Satya dan Satya pun selalu merasa senang menerima pekerjaan dari Pak Jamin ini.Apalagi Satya memang mem

    Last Updated : 2023-07-08
  • Pendekar Naga Siluman    Kemarahan pak Haryono

    "Ayo duduk Satya!" Pak Haryono menyuruh Satya duduk di sebelah Galang.Dilihatnya Galang duduk dengan menundukkan kepalanya."Tahukah kamu Satya! Kenapa bapak panggil?!" Tanya Pak Harsono ketika Satya sudah duduk di depannya, di sebelah Galang."Tidak tahu Pak!" Jawab Satya sambil menggelengkan kepalanya.Kemudian Pak Haryono menyodorkan dua lembar kertas ulangan, satu lembar atas nama Galang dengan nilai 95 dan satu kertas ulangan dengan nilai 30 atas nama Satya Wiguna.Terlihat sekali di nama yang tertera di kedua lembar kertas ulangan ini terdapat penebalan dan coretan yang menunjukkan bahwa bukan nama asli yang ada di lembar kertas jawaban ini."Kalian tahu ini hasil pekerjaan kalian, tapi yang menjadi pertanyaannya benarkah nama yang sama tertera di sini?" Tanya Pak Haryono."Aku sudah menjadi guru hampir dua puluh tahun! Aku tahu mana yang jujur dan mana yang tidak! " Kata pak Haryono

    Last Updated : 2023-07-13
  • Pendekar Naga Siluman    Tamu Istimewa

    Tidak banyak ikan yang didapat sore itu.Mereka bertiga kemudian pulang kembali, begitulah mereka sering menghabiskan waktu bersama.Hari itu, sehabis dari langgar (surau /musholla) yang letaknya tidak jauh dari rumahnya, Satya sedang sibuk belajar di ruang tamu yang sangat sangat sederhana dengan lampu yang redup.Ruang tamu ini hanya terdapat beberapa kursi kayu tua dan sebuah menja sederhana.Walaupun aliran listrik sudah mulai menjangkau desa ini, akan tetapi keluarga Satya tidak mampu untuk memasang sendiri listrik ke rumahnya.Jadilah mereka hanya bisa menyambung listrik dari tetangga yang berbaik hati mau mengalirkan listrik ke rumah awan dengan imbalan seikhlasnya.Ketika Satya sedang berkonsentrasi mengerjakan tugas sekolah, tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti di depan rumahnya."Paling-paling mobil yang sekedar parkir saja," pikir Satya.Ya, rumah Satya mempunyai halaman yang cukup luas, berada di

    Last Updated : 2023-07-13
  • Pendekar Naga Siluman    Pencarian Harta Peninggalan Serdadu Jepang

    Hari sudah larut malam, sekitar Jam 12 malam ketika mereka sudah berada di lokasi yang dituju oleh Satya, sesuai ancar-ancar yang di berikan oleh serdadu Jepang dalam mimpinya.Lokasi ini memang berada di pinggiran Desa Lambangan dan di kanan kiri jalannya di tumbuhi pohon-pohon Secang.Desa ini berada di barat Kota Kecamatan Sulang dan kontur desanya berbukit-bukit walaupun tidak terlalu tinggi.Bukit-bukit kapur yang ada di tempat ini menyebabkan desa ini hanya bisa ditanami dengan tanaman-tanaman tertentu. Beberapa waktu yang lalu, lokasi ini memang sudah di ubek-ubek oleh orang-orang Jepang menggunakan buldoser dan juga ekscavator, akan tetapi tidak mendapatkan hasil seperti yang di harapkan oleh orang-orang Jepang ini.Dan dalam mimpinya, orang Jepang yang menemui Satya tidak menghendaki orang-orang Jepang sendiri menemukan peninggalan dari serdadu-serdadu Jepang.Dia tidak menghendaki katana/ samurai peninggalan Jepang yang sudah berlumuran darah dan menyengsarakan orang-orang I

    Last Updated : 2023-07-13
  • Pendekar Naga Siluman    Seorang petani dan putrinya

    Semua peninggalan tersebut berada pada beberapa buah peti kayu yang sudah lapuk, sehingga mudah saja bagi Satya untuk membukanya.Dalam mimpinya, Satya di minta untuk mengambil beberapa buah katana / samurai untuk di pakai dalam mempertahankan diri dan juga membela kebenaran.Dalam mimpinya tersebut katana yang harus di ambil adalah katana khusus milik sang serdadu dengan ukuran yang paling  panjang dan bergagang berwarna hitam berukirkan naga!Dengan hati-hati di pilah nya katana-katana ini.Dan diantara puluhan katana samurai ini ternyata ada satu bilah yang memang punya panjang lebih daripada yang lainnya.Setelah di periksa, alangkah gembira nya Satya, ternyata apa yang di sampaikan oleh serdadu Jepang itu benar.Katana yang paling panjang dan bergagang hitam ada terukir gambar Naga!Satya segera mengambil katana itu serta mengambil dua lainnya yang nantinya akan di berikan kepada T

    Last Updated : 2023-07-14

Latest chapter

  • Pendekar Naga Siluman    pertolongan

    Detik berikutnya , Satya mulai menambah kekuatan wadag dan batinnya ..Pelan dan pasti, tenaga batin mulai membentengi tubuhnya !Kembali pertarungan berlangsung lebih berimbang, Jantur pun merasakan semakin kuatnya pertahanan dari Satya Wiguno .Beberapa kali gesekan kekuatan membuat Jantur menyadari bahwa ternyata lawannya ini benar- benar kuat seperti apa yang di katakan oleh Suro Gotho.Pertarungan antara Satya melawan Jantur, sedikit demi sedikit meningkat tatarannya!Dari yang tadinya hanya mengandalkan tenaga wadag, pelan tapi pasti mulai mengambah pada pengerahan aji Jaya Kawijayan.Dari yang tadinya hanya lingkup beberapa meter saja pengaruh pertarungan di antara keduanya, kini pertarungan menyebabkan perluasan Arena pertarungan!Dan mendesak Suro Gotho yang bertarung melawan Galang agak menjauh , demikian pula pertarungan antara dua anak buah Suro Gotho melawan Bamb dan Tono.Sementara itu tidak jauh d

  • Pendekar Naga Siluman    padepokan di tengah hutan

    Jika pada beberapa saat yang lalu, Galang menjadi bulan-bulanan dari Gotho dan kawan kawannya, kali ini dalam serangan pertama Gotho sudah merasakan bahwa Galang yang menjadi lawannya ini terasa sangat kuat tenaganya, gerakannya juga sangat cepat.Kali ini Gotho harus mengeluarkan segenap kemampuannya untuk mengatasi perlawanan Galang.Sementara dari Galang sendiri, dia mulai merasa bahwa kali ini dia mampu mengimbangi Gotho yang bertarung dengan kekuatan penuhnya .Gerakan Gotho penuh kekuatan dan membuat suasana pertarungan berubah keras dan mendengarkan .Galang yang merasa mampu mengimbangi Gotho pun bertarung dengan penuh semangat.Tak sia- sia dia berlatih di bawah tebing kelamping di desa Ladoh di bawah bimbingan orang-orang sakti dari dunia lain.Ketika pertarungan semakin seru dan mendebarkan, tiba-tiba saja suasana di arena seperti berubah.Ternyata Gotho telah mengerahkan tenaga batin nya untuk bisa segera men

  • Pendekar Naga Siluman    hutan angker

    Dengan cepat dua unit mobil sudah keluar dari lingkungan permandian kartini dan melaju dengan cepat ke arah kota Blora.Dan Galang dengan sigap juga memacu mobilnya kencang, menguber dua mobil di depan yang membawa Ratih dan dua orang kawannya.Kejar-kejaran terjadi di jalan raya yang menghubungkan kabupaten Rembang Dan kabupaten Blora.Beberapa saat Galang masih belum mampu mendekati dua mobil di depannya.Sementara itu di dalam mobil Suzuki Esteem warna hijau metalik.Ratih dan dua kawannya tampak sangat ketakutan ..Wajah judes dan galak yang biasa ditampilkan Kali ini terlihat takut dan gelisah.Dua orang pria tampak mengapit di kanan dan kiri Ratih dan seorang kawannya, sedangkan seorang di antaranya berada di depan, di sebelah pengemudi tapi dalan ke adaan yang sangat ketakutan, karena dari belakang ada sebuah pisau belati yang mengancamnya.Demikian pula dengan Ratih dan seorang kawannya yang harus berimp

  • Pendekar Naga Siluman    Usaha penculikan

    Sementara itu pada waktu yang hampir bersamaan.Galang tengah berada di rumah Satya, karena tadi malam mereka berlatih di bawah tebing Kelamping dengan di hadiri oleh Mbah Guno dan Ki Sonokeling.Satya, Tono, Galang dan Bamb tadi malam berlatih olah kanuragan dengan berdasar kekuatan wadag dan di lambari oleh kekuatan batin.Latihan mereka penuh semangat !Sejak mulai berlatih beberapa kali di alam lain, kekuatan lahir maupun batin mereka meningkat dengan sangat pesat nya..Latihan yang hanya di lakukan di alam lain itu seakan akan berlangsung berbulan-bulan lamanya sehingga kekuatan mereka meningkat seperti orang yang berlatih olah kanuragan bertahun tahun lamanya.Beberapa kali Mbah Guno memberikan petunjuk petunjuk pada mereka..Walaupun dengan bakat dan fisik yang kurang memadai, ternyata dengan tekad yang kuat dan bimbingan dari Mbah Guno serta Ki Sonokeling, pelan namun pasti Tono, Bamb, dan Galang mulai berubah me

  • Pendekar Naga Siluman    Surat Ancaman

    Rumah pak Wibisono ini berada di tengah tengah kota Rembang !Tepatnya berada "Leteh," cukup dekat dengan pondok pesantren kyai Bisri Mustofa yang sangat terkenal di Rembang sejak dulu kala.Pak Wibisono sendiri tidak bersedia menempati rumah dinas yang sudah di sediakan oleh pemerintah kabupaten Rembang."Tadi ada dua orang naik motor RX King berhenti di depan rumah dan kemudian melemparkan beberapa bangkai ayam ini pak," lapor seorang pria yang tampak nya adalah penjaga rumah dari pak Wibisono.Dan ternyata selain bangkai ayam yang sudah bau busuk tenyata orang-orang yang tak di kenal tersebut juga mengirimkan surat kaleng!Pak Wibisono menerima surat tersebut dari pria penjaga rumahnya dan membacanya.Setelah membacanya wajahnya terlihat merah padam dan rasa khawatir yang terlihat di wajahnya..Tenyata surat itu adalah surat ancaman terhadap dia dan keluarganya yang entah dari kelomp

  • Pendekar Naga Siluman    Raja raja yang moksa

    Satya, Tono dan Bamb, tampak melongo dengan kata-kata pedas yang keluar dari mulut gadis judes ini.Bibirnya yang selalu basah dan nampak merah nan lembut ini ternyata mampu mengeluarkan kata-kata yang menyakiti orang lain.Galang juga tampak kaget dengan kata-kata Ratih ini yang bisa saja membuat Satya, Tono dan Bamb bersakit hati."Maaf Ratih, mereka adalah kawan-kawan terbaikku! Mereka berkawan denganku tanpa pamrih!  Mereka tak mengharapkan apapun dariku!"  Jawab Gilang gusar sambil berdiri dari duduknya.Ratih dan Galang berdiri berhadap-hadapan.Ratih tampak kaget dengan sikap Galang kali ini.Tak di sangkanya Galang berani bersikap seperti ini padanya!Biasanya Galang bersikap tunduk dan patuh padanya!Setiap perkataan dari Ratih selalu di iyakan oleh Galang.Ratih tahu kalau Galang suka padanya dan selalu mengejar-ngejar dirinya, sehingga Ratih memanfaatkan situasi ini.

  • Pendekar Naga Siluman    Anak Elang yang baru belajar terbang

    "Untuk sementara ini latihan cukup sekian dulu," kata Sang Panembahan Raga Jambe.."Njih Guru," sahut Satya."Ayo kita kembali pada eyang buyutmu dan kawan- kawanmu," ajak Sang Panembahan.Begitu tangan sang Panembahan menyentuh pundak dari Satya, seketika Mereka sudah berada di pendopo tempat mereka semula berada.Dan di sana, Galang, Hartono dan Bamb sudah menunggu bersama Ki Sonokeling dan Mbah Guno."Gunakan Ilmu yang kalian dapat hanya untuk kebaikan, membela kebenaran dan menumpas kejahatan Ngger!" Pesan Panembahan Raga Jambe."Injih Panembahan," jawab mereka serentak.Mereka kemudian bersiap kembali.Seperti semula mereka datang, mereka kemudian bersila dan bersemedi memusatkan akal dan budi.Ketika mereka merasa hawa semilir menerpa tubuh mereka.Satya segera membuka kelopak matanya dandidapatinya tubuh mereka sudah kembali berada d

  • Pendekar Naga Siluman    Curug Sewu Ludiro

    "Ngger ini adalah Curug Sewu Ludiro! Curug ini hanya berada di alam ini, tidak ada di alam manusia!" Kata Panembahan Rogo Jambe.."Aku sudah berjanji pada eyang buyut mu, Wiguno! Untuk menurunkan ilmu yang aku punyai kepadamu, Ngger!"Terimakasih Guru!" Spontan Satua kembali menghormat pada sang Panembahan seraya menyebut Guru yang artinya Satya Wiguna sudah mengangkat sang Panembahan Raga Jambe sebagai gurunya.Sang Panembahan tampak puas dan manggut-manggut! Puas atas sikap Satya yang tampak menghargai dan sangat menghormati sang Panembahan Raga Jambe."Bersemadilah di bawah Curug itu Ngger... dan seraplah energi yang ada dalam tiap aliran air merah yang menimpa tubuhmu!" Kata Panembahan Raga Jambe mulai memberikan petunjuk nya pada sang pemuda tanggung ini.Satya segera melangkah ke arah aliran Curug yang berair merah dan terlihat lebih kental dari air biasa tersebut!Terasa air warna merah ini agak ha

  • Pendekar Naga Siluman    Panembahan Raga Jambe

    Dengan pohon-pohon besar juga semak belukar yang terlihat seperti iblis-iblis yang sedang duduk.Gerumbul-gerumbul bambu yang seakan akan seperti raksasa yang melambai kearah mereka.Galang yang biasanya di takuti oleh kawan-kawannya kali ini benar-benar ciut nyalinya!Ketika mereka berada di bawah tebing Satya segera mengajak Tono, Bamb dan Galang berhenti di tempat itu."Kita akan berlatih di sini Gilang!" Kata Satya.Satya kemudian mengajarkan pada Galang teknik semedi (meditasi ) yang pernah di ajarkan Mbah Guno.Sedangkan Hartono dan Bamb berlatih dengan menggunakan katana.Ternyata Tono dan Bamb sedang berlatih satu jurus khusus dengan menggunakan katana ini."Jurus Pedang Naga Siluman" yang berdasarkan langkah langkah empat penjuru dan satu pancer.Jurus pedang ini diajarkan oleh Mbah Guno kepada Satya ketika Mbah Guno mengetahui Satya mendapatkan sebuah katana pusaka.Ilmu pedang i

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status