"Ayo duduk Satya!" Pak Haryono menyuruh Satya duduk di sebelah Galang.
Dilihatnya Galang duduk dengan menundukkan kepalanya."Tahukah kamu Satya! Kenapa bapak panggil?!" Tanya Pak Harsono ketika Satya sudah duduk di depannya, di sebelah Galang."Tidak tahu Pak!" Jawab Satya sambil menggelengkan kepalanya.Kemudian Pak Haryono menyodorkan dua lembar kertas ulangan, satu lembar atas nama Galang dengan nilai 95 dan satu kertas ulangan dengan nilai 30 atas nama Satya Wiguna.Terlihat sekali di nama yang tertera di kedua lembar kertas ulangan ini terdapat penebalan dan coretan yang menunjukkan bahwa bukan nama asli yang ada di lembar kertas jawaban ini."Kalian tahu ini hasil pekerjaan kalian, tapi yang menjadi pertanyaannya benarkah nama yang sama tertera di sini?" Tanya Pak Haryono."Aku sudah menjadi guru hampir dua puluh tahun! Aku tahu mana yang jujur dan mana yang tidak! " Kata pak Haryono tenang."Sekarang aku tanya padamu Galang! Benarkah ini hasil pekerjaanmu Galang?" Tanya pak Haryono penuh penekanan."Ini, ini, ini,!" Galang tampak panik dan gelagapan."I, iyaa, Pak, iya pak," jawab Galang makin ragu dan panik..."Aku tanya sekali lagi Galang!" Seru Pak Harsono lagi."Apakah ini hasil pekerjaan muu!" Tanya pak Haryono penuh penekanan dan intimidasi."Iii, yaaa, eh bukan.... Bukan Pak! " Jawab Galang gagap."Lalu, ini pekerjaan siapa Galang!" Lanjut Pak Haryono.."Itu,,ii,,, itu pekerjaan Satya pak!" Jawab Galang sambil melirik ke arah Satya Wiguna yang duduk disebelahnya juga dengan kepala menunduk."Benar kah demikian Satya" Tanya Pak Haryono yang kemudian mengarahkan pandangannya yang tajam pada Satya.Satya yang tidak menyangka bahwa Galang akan mengakui terus terang akhirnya juga berkata jujur.Sebenarnya jika saja Galang tetap saja mengakui bahwa itu pekerjaan nya, Satya pun akan ikut menutupinya walaupun dia merasa sebal juga dengan perilaku Galang ."Be, benar Pak," jawab Satya Wiguna ragu."Hmm, ternyata kalian sudah bersekongkol ya ..!" Jawab pak Haryono."Atau kalian bukan bersekongkol! Tapi Galang yang memaksamu Satya!" Lanjut Pak Haryono.Keduanya nampak diam dan membisu di bawah tatapan mata tajam Pak Haryono."Sampaikan kepada orang tua kalian! Bapak ingin bertemu dengan mereka!" Pungkas Pak Haryono.Demikianlah akhirnya mereka berdua mendapat peringatan dari Pak Haryono dan diwajibkan orang tua mereka untuk menemui Pak Haryono.Hari itu usai mata pelajaran terakhir Satya bergegas keluar dari kelas, ketika mendadak Galang bersama kawan-kawannya mengelilingi Satya."Ayo, ikut kami! " Seru salah seorang kawan Galang..Satya di giring oleh mereka kearah samping sekolah dimana di sana ada tanah lapang dengan beberapa pohon munggur atau terkadang disebut juga sebagai pohon trembesi yang menaunginya.Tempat itu lumayan sepi.Setelah sampai di tempat itu, Galang segera memerintahkan kawan-kawannya untuk memegangi kedua tangan Satya."Kamu yang ngadu pada Pak Haryono ya Satya!" Seru Galang yang sudah sejak tadi menahan emosi."Tidak Galang!" Sanggah Satya."Hmm, gak usah nyangkal ya, dari mana Pak Haryono tau kalau ini semua aku yang ngelakuin hah!" Bentak Gilang seraya melayangkan sebuah tamparan pada Satya."Plak!".....Tamparan keras mendarat di pipi Satya Wiguna, membuat pipi pemuda ini terasa panas dan pedih!"Hmm, ternyata kamu lebih suka kuhajar daripada berkata jujur!" Seru Galang yang kali ini melayangkan sebuah tendangan lutut yang menghantam tepat di perut Satya."Dugh!""Augh!"Lutut Galang menghantam dengan keras perut Satya Wiguna hingga pemuda miskin ini berseru kesakitan.Serasa perutnya di aduk-aduk tak karuan, ingin muntah rasanya, tapi di tahannya.Sebenarnyalah kekuatan fisik dari Satya Wiguna sangat kuat dan mampu menahan benturan lutut Galang. Akan tetapi memang Satya ingin menunjukkan kelemahannya di depan pemuda ini.Dia tidak ingin menunjukkan kekuatannya. dia tidak ingin masalah ini berlanjut dan berlarut-larut.Akan tetapi tendangan lutut yang tepat mengenai ulu hatinya benar-benar sangat menyakitkan ! Jika saja orang lain yang menerima tendangan ini pastinya sudah pingsan!"Hmm, lumayan kuat juga kamu!" Kata Galang."Ayo, kalian semua kasih pelajaran pada pemuda miskin ini!" Seru Galang pada kawan-kawannya.Sebenarnya Satya mampu menghadapi anak anak ini, akan tetapi Mbah Guno selalu mewanti wanti nya untuk selalu menyembunyikan kekuatannya kecuali dalam keadaan terpaksa sekali yang dapat membahayakan nyawanya .Dengan kekuatan yang di miliki oleh Satya Wiguna saat ini, Mbah Guno selalu berpesan untuk selalu rendah hati, dan tidak bersikap Adigang, Adigung dan Adiguna! Tidak perlu pamer dan selalu berpijak pada kebenaran."Tirulah lah ilmu padi Tole, semakin berisi semakin menunduk, jangan seperti Tong Kosong Nyaring Bunyinya!" kata Mbah Guno.Dalam hal ini, Satya masih merasa kalau dirinya masih mampu bertahan dari hajaran Galang dan kawan-kawannya.Dan ketika anak-anak ini mulai memukul dan menendang , Satya berpura-pura kesakitan dan pingsan sehingga Galang dan Kawan-kawannya meninggalkan pemuda miskin ini yang meringkuk di rerumputan.Hingga ketika Galang dan Kawan-kawannya sudah pergi semua, Satya Wiguna segera bangkit dan menepuk-nepuk beberapa bagian tubuhnya yang kotor oleh tanah dan rerumputan kering!Ketika dia sedang membersihkan tubuhnya, tiba-tiba saja ada sebuah suara gadis yang memanggilnya .."Satya......!"Alangkah terkejutnya Satya.Tadinya dia mengira bahwa di tempat ini sudah tidak ada orang, tapi ternyata ada suara gadis yang membuatnya sangat kaget."Dinda! Dinda Kirana!?" Desis Satya kaget.Ya, gadis ini adalah Dinda, adik sepupu kesayangan dari Galang!Tadi dia curiga ketika Galang pergi bersama kawan-kawannya dengan membawa Satya, si pemuda desa yang miskin."Kamu tidak di apa apain sama kak Galang kan!?" Tanya Dinda yang tampak sangat berkhawatir."Ah,, tidak apa-apa kok,, hanya salah paham sedikit," jawab Satya lirih.Setelah di lihatnya pemuda ini tidak mengalami cedera atau luka karena ulah kakak sepupunya Galang."Syukurlah kalau tidak terjadi apa-apa pada mu Satya," kata Dinda Kirana.Dinda merasa sangat kagum pada pemuda tanggung ini, pemuda desa miskin yang ternyata tidak cengeng ini apalagi Satya Wiguna termasuk siswa berprestasi di sekolah ini.Mereka kemudian berjalan beriringan meninggalkan tempat itu.Sebelum mereka berpisah, Dinda Kirana sempat menyatakan keinginannya untuk mengunjungi rumah Satya.Sebuah pernyataan yang sekilas selalu dan tidak dianggap terlalu penting dalam pikiran Satya Wiguna."Jangan Dinda, rumahku jelek dan kotor, nanti kami bisa kena penyakit kalo ke rumahku!" Tolak Satya dengan maksud menakut-nakuti Dinda!"Eh,,, penyakit? Penyakit apaan yang di sebabkan rumah jelek dan kotor?!" Tanya Dinda penasaran."Penyakit Miskuiiiin!" Jawab Satya sekenanya.Dinda tampak tersenyum mendengar jawaban konyol dari Satya Wiguna.Ternyata pemuda ini bisa bercanda juga.***Sore itu Satya tidak ada pekerjaan, dia segera mengajak Bambang dan juga Tono untuk memancing di sungai!Bertiga mereka menyusuri rel kereta api menuju ke arah Kelamping!Sesampai di sana mereka segera mencari tempat yang teduh, di bawah sebuah pohon kelampis dan segera melempar joran ketengah sungai!Tempat mereka memancing ini berseberangan dengan lembah dimana Satya bersama Mbah Guno sering keluar masuk goa yang ada di tempat ini.Tidak banyak ikan yang didapat sore itu.Mereka bertiga kemudian pulang kembali, begitulah mereka sering menghabiskan waktu bersama.Hari itu, sehabis dari langgar (surau /musholla) yang letaknya tidak jauh dari rumahnya, Satya sedang sibuk belajar di ruang tamu yang sangat sangat sederhana dengan lampu yang redup.Ruang tamu ini hanya terdapat beberapa kursi kayu tua dan sebuah menja sederhana.Walaupun aliran listrik sudah mulai menjangkau desa ini, akan tetapi keluarga Satya tidak mampu untuk memasang sendiri listrik ke rumahnya.Jadilah mereka hanya bisa menyambung listrik dari tetangga yang berbaik hati mau mengalirkan listrik ke rumah awan dengan imbalan seikhlasnya.Ketika Satya sedang berkonsentrasi mengerjakan tugas sekolah, tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti di depan rumahnya."Paling-paling mobil yang sekedar parkir saja," pikir Satya.Ya, rumah Satya mempunyai halaman yang cukup luas, berada di
Hari sudah larut malam, sekitar Jam 12 malam ketika mereka sudah berada di lokasi yang dituju oleh Satya, sesuai ancar-ancar yang di berikan oleh serdadu Jepang dalam mimpinya.Lokasi ini memang berada di pinggiran Desa Lambangan dan di kanan kiri jalannya di tumbuhi pohon-pohon Secang.Desa ini berada di barat Kota Kecamatan Sulang dan kontur desanya berbukit-bukit walaupun tidak terlalu tinggi.Bukit-bukit kapur yang ada di tempat ini menyebabkan desa ini hanya bisa ditanami dengan tanaman-tanaman tertentu. Beberapa waktu yang lalu, lokasi ini memang sudah di ubek-ubek oleh orang-orang Jepang menggunakan buldoser dan juga ekscavator, akan tetapi tidak mendapatkan hasil seperti yang di harapkan oleh orang-orang Jepang ini.Dan dalam mimpinya, orang Jepang yang menemui Satya tidak menghendaki orang-orang Jepang sendiri menemukan peninggalan dari serdadu-serdadu Jepang.Dia tidak menghendaki katana/ samurai peninggalan Jepang yang sudah berlumuran darah dan menyengsarakan orang-orang I
Semua peninggalan tersebut berada pada beberapa buah peti kayu yang sudah lapuk, sehingga mudah saja bagi Satya untuk membukanya.Dalam mimpinya, Satya di minta untuk mengambil beberapa buah katana / samurai untuk di pakai dalam mempertahankan diri dan juga membela kebenaran.Dalam mimpinya tersebut katana yang harus di ambil adalah katana khusus milik sang serdadu dengan ukuran yang paling panjang dan bergagang berwarna hitam berukirkan naga!Dengan hati-hati di pilah nya katana-katana ini.Dan diantara puluhan katana samurai ini ternyata ada satu bilah yang memang punya panjang lebih daripada yang lainnya.Setelah di periksa, alangkah gembira nya Satya, ternyata apa yang di sampaikan oleh serdadu Jepang itu benar.Katana yang paling panjang dan bergagang hitam ada terukir gambar Naga!Satya segera mengambil katana itu serta mengambil dua lainnya yang nantinya akan di berikan kepada T
"Dinda?" Bisik Satya kaget seraya mengucek-ucek kedua matanya. Mungkin saja dia salah lihat."Iya Sat!" Kata sang gadis cantik."Ini Satya, aku ada sedikit oleh-oleh buat ibu," kata Dinda seraya menyodorkan sebuah bungkusan pada Satya Wiguna.Wangi tubuh gadis menelusup masuk ke lubang hidung Satya Wiguna, membuat sensasi tersendiri baginya.Gugup lah si pemuda, dadanya berdebar tak karuan.Kembali dia merasakan perasaan seperti ini, setelah beberapa hari yang lalu, Dinda kini telah mengunjungi rumahnya kembali."Terimalah," kata Dinda sambil menyodorkan bungkusan yang di bawanya pada Satya yang masih saja berdiri kaku dan bengong saja."Ah, gak usah aneh-aneh Dinda," kata Satya berbasa-basi.Akan tetapi Satya tidak segera menerimanya.Dalam kebingungannya dia justru kemudian memanggil sang ibu."Bu, Ibu...! Ini ada tamu!"Seru Saty
Tiga orang langsung menyerang tanpa basa-basi lagi! Tongkat di tangan mereka di ayunkan dengan cepat dan kuat!"Wuuss, wuus, wuuus!"Secara bersamaan tongkat telah mengarah ke tubuh Satya Wiguna dari tiga arah yang berbeda.Satya Wiguna segera menggunakan kelincahannya dalam bergerak, melompat menghindar dari serangan-serangan tiga orang tak dikenalinya ini yang nampak garang dan brangasan. Tongkat mereka memburu kemanapun Satya Wiguna bergerak menghindar.Beberapa saat Satya hanya bisa menghindar dan berlompatan kesana kemari!Maklumlah Satya belum pernah terlibat dalam perkelahian yang bersungguh-sungguh seperti kali ini.Gerakannya masih canggung dan kaku.Selama ini dia hanya berlatih tanding melawan Hartono dan Bamb, itupun sering bercandanya daripada seriusnya.Setelah beberapa saat barulah Satya mulai dapat menyesuaikan dirinya.Ternyata apa yang telah di ajarkan oleh Mbah Wiguno sedikit demi sedikit mulai terungkap keluar dan tercermin dar
Setelah beberapa jam di ruang ICU, ternyata kondisi Satya cepat sekali membaik!Tubuh yang kuat karena latihan kanuragan dan latihan batin dan tirakat yang di lakukan membuat tubuhnya berbeda dengan pemuda-pemuda lain!Tubuh Satya sangat kuat dan cepat kembali segar bugar ketika beberapa saat dia beristirahat.Dia segera berdiri."Satya!" Seru Dinda kaget!"Jangan berdiri dulu!" Seru gadis ini sangat kawatir.Dinda sangat mengkhawatirkan keadaan Satya."Tidak apa-apa Dinda, aku sudah sehat kok!" Kata Satya sambil menggerak-gerakkan kedua tangannya seperti sedang pemanasan ketika seseorang akan berolah raga."Aku akan pulang Dinda, jika aku terlambat pulang, Ibu pasti akan sangat berkuatir."kata Satya."Tapi kondisimu masih belum sehat Satya! Tubuhmu telah terkena pukulan-pukulan keras dan biru lebam, apakah kau tidak merasakan nyeri atau sakit?" Kata Din
Pagi itu di sekolah, Satya sedang duduk-duduk di depan kelas bersama Bamb, dan juga Tono, ketika kemudian Galang telah datang mendekat ke arah mereka.Galang segera duduk di antara mereka bertiga. Tanpa canggung dia telah duduk menyela diantara Bamb dan Satya sehingga mau tak mau Bamb pun harus menggeser duduknya sambil menggerutu.Dan beberapa anak yang melihat hal ini merasa aneh."Lihatlah mereka! Kemarin Galang telah mempermalukan Satya, sekarang mereka begitu dekat!" Bisik seorang pemuda yang telah melintas di hadapan Satya, Galang, Bamb serta Tono!"Ah biasalah kemarin bertengkar sekarang menjadi sahabat besok bertengkar lagi besoknya lagi kumpul lagi kayak suami istri kayak orang tua kita setelah habis bertengkar ,mereka ya kumpul lagi," jawab seorang anak yang berada di sampingnya.Sekarang Galang lebih senang bergaul dengan anak-anak sederhana ini daripada kawan-kawannya sebelumnya yang terlihat sekali memanfaatkan diri
"Eh. Eh eh... Jangan dilepas Satya, dipakai saja," cegah Galang ketika menyaksikan bagaimana Satya hendak melepas pakaian yang telah dikenakannya."Tapi aku tidak terbiasa memakai baju bagus ini Galang!" Kata Satya Wiguna."Tidak apa-apa Satya, kamu tambah cakep dan ganteng! Tuh lihat, Dinda sampai tersipu melihat kamu makin gantenng!" Jawab Galang."Lagian kamu menghargai aku yang memberi hadiah padamu," lanjut Galang.Selanjutnya Galang tetap meminta Satya untuk tetap mengenakan baju pemberiannya tersebut.Sementara untuk Hartono dan Bamb, Galang berjanji untuk memberinya hadiah persahabatan di lain waktu."Lang, mana buat kami?" tanya Hartono sambil tersemyum pertanda dia hanya bercanda."Kalian lain kali saja ya!" Jawab Galang kepada Bamb dan Hartono.***Beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di sebuah rumah yang cukup bagus dan mewah untuk ukuran kota kecil ini.De
Ki Mangun Surosentiko menarik nafas panjang. Pandangan nya menerawang jauh .. mengingat -ingat lagi masa lalu . Sebatang rokok yang berada di sudut bibir tuanya hampir sudah hampir habis. Dan tangan tangan tuanya yang masih nampak cekatan dengan terampil meracik dan melinting rokok. Dan sesaat kemudian rokok hasil lintingan Ki Mangun sudah menggantikan rokok yang tinggal pendek di ujung bibir tuanya. Setelah satu kali hisapan, kemudian Ki Mangun kembali melanjutkan ceritanya... "Untuk membakar semangat sepanjang perjalanan dari desa kemadu menuju desa Landoh, kami selalu menyanyikan lagu- lagu masa kecil! Lagu perjuangan yang membakar semangat! Bukan lagu- lagu perjuangan yang dikenal seperti sekarang ini! Lagu ini hanya di nyanyikan di kalangan kami sendiri... Ki Mangun berdiam sejenak.. Dan tiba -tiba terdengar suaranya yang serak dan berat.. .. "Ben aku kuru mergo aku kurang m
Sohaling Ilat, yang artinya gerakan lidah. Tidak boleh berbicara sembarangan dan berkata bohong, karena lidah lah sumber malapetaka jika tidak di gunakan secara benar.Selain itu ajaran Samin adalah ; Ono Iro Mergo Ingsun, Ono Ingsun mergo Iro yang artinya adalah Ada kamu karena aku dan ada aku karena Kamu yang mengandung pokok ajaran untuk saling tolong menolong dan welas asih antar umat manusia.Orang orang Samin menyebut dirinya Wong Sikep yang mempunyai arti orang yang suka damai.***Ketika malam agak larut, Ki Warso menawarkan Ratih dan dua kawannya untuk beristirahat di sebuah kamar sederhana di rumah Ki Warso.Sedangkan Satya, Galang, Tono dan Bamb melanjutkan njagong bersama Ki Warso dan orang orang di pendopo tersebut.Ketela pohon , Talas, pisang godok (rebus) yang masih hangat telah di keluarkan sang tuan rumah! demikian pula tembakau linting sendiri juga di sediakan.Ketika asik njagong ( nongkrong sambil ng
Satya segera menggamit lengan Galang dan memberi kode pada Bamb dan Tono untuk mengikuti langkahnya. Satya bergerak cepat dan menuju ke arah sebuah pohon jati yang paling besar yang berjarak kurang lebih seratusan langkah dari tempat nya sekarang ini. Tiba di balik pohon jati besar tersebut segera di dapatinya Ratih dan dua orang kawannya duduk berjongkok ketakutan. "Siapa itu!" Tegur Ratih begitu terdengar suara gemerasak ketika kaki- kaki menginjak daun- daun jati kering yang banyak terhampar di bawah pepohonan jati. "Kami Ratih!" Jawab Satya. "Satya!" Sahut Satya . "Oh, syukurlah kalian!" Seru Ratih gembira. Ratih tahu, Satya dan Galang serta Tono dan Bamb telah berusaha mati matian tanpa perduli keselamatan diri sendiri berusaha menyelamatkan dirinya. Kini, Ratih sadar, dia telah salah menilai Satya. Begitu Satya yang menggamit Galang muncul di depannya, Ratih
Detik berikutnya , Satya mulai menambah kekuatan wadag dan batinnya ..Pelan dan pasti, tenaga batin mulai membentengi tubuhnya !Kembali pertarungan berlangsung lebih berimbang, Jantur pun merasakan semakin kuatnya pertahanan dari Satya Wiguno .Beberapa kali gesekan kekuatan membuat Jantur menyadari bahwa ternyata lawannya ini benar- benar kuat seperti apa yang di katakan oleh Suro Gotho.Pertarungan antara Satya melawan Jantur, sedikit demi sedikit meningkat tatarannya!Dari yang tadinya hanya mengandalkan tenaga wadag, pelan tapi pasti mulai mengambah pada pengerahan aji Jaya Kawijayan.Dari yang tadinya hanya lingkup beberapa meter saja pengaruh pertarungan di antara keduanya, kini pertarungan menyebabkan perluasan Arena pertarungan!Dan mendesak Suro Gotho yang bertarung melawan Galang agak menjauh , demikian pula pertarungan antara dua anak buah Suro Gotho melawan Bamb dan Tono.Sementara itu tidak jauh d
Jika pada beberapa saat yang lalu, Galang menjadi bulan-bulanan dari Gotho dan kawan kawannya, kali ini dalam serangan pertama Gotho sudah merasakan bahwa Galang yang menjadi lawannya ini terasa sangat kuat tenaganya, gerakannya juga sangat cepat.Kali ini Gotho harus mengeluarkan segenap kemampuannya untuk mengatasi perlawanan Galang.Sementara dari Galang sendiri, dia mulai merasa bahwa kali ini dia mampu mengimbangi Gotho yang bertarung dengan kekuatan penuhnya .Gerakan Gotho penuh kekuatan dan membuat suasana pertarungan berubah keras dan mendengarkan .Galang yang merasa mampu mengimbangi Gotho pun bertarung dengan penuh semangat.Tak sia- sia dia berlatih di bawah tebing kelamping di desa Ladoh di bawah bimbingan orang-orang sakti dari dunia lain.Ketika pertarungan semakin seru dan mendebarkan, tiba-tiba saja suasana di arena seperti berubah.Ternyata Gotho telah mengerahkan tenaga batin nya untuk bisa segera men
Dengan cepat dua unit mobil sudah keluar dari lingkungan permandian kartini dan melaju dengan cepat ke arah kota Blora.Dan Galang dengan sigap juga memacu mobilnya kencang, menguber dua mobil di depan yang membawa Ratih dan dua orang kawannya.Kejar-kejaran terjadi di jalan raya yang menghubungkan kabupaten Rembang Dan kabupaten Blora.Beberapa saat Galang masih belum mampu mendekati dua mobil di depannya.Sementara itu di dalam mobil Suzuki Esteem warna hijau metalik.Ratih dan dua kawannya tampak sangat ketakutan ..Wajah judes dan galak yang biasa ditampilkan Kali ini terlihat takut dan gelisah.Dua orang pria tampak mengapit di kanan dan kiri Ratih dan seorang kawannya, sedangkan seorang di antaranya berada di depan, di sebelah pengemudi tapi dalan ke adaan yang sangat ketakutan, karena dari belakang ada sebuah pisau belati yang mengancamnya.Demikian pula dengan Ratih dan seorang kawannya yang harus berimp
Sementara itu pada waktu yang hampir bersamaan.Galang tengah berada di rumah Satya, karena tadi malam mereka berlatih di bawah tebing Kelamping dengan di hadiri oleh Mbah Guno dan Ki Sonokeling.Satya, Tono, Galang dan Bamb tadi malam berlatih olah kanuragan dengan berdasar kekuatan wadag dan di lambari oleh kekuatan batin.Latihan mereka penuh semangat !Sejak mulai berlatih beberapa kali di alam lain, kekuatan lahir maupun batin mereka meningkat dengan sangat pesat nya..Latihan yang hanya di lakukan di alam lain itu seakan akan berlangsung berbulan-bulan lamanya sehingga kekuatan mereka meningkat seperti orang yang berlatih olah kanuragan bertahun tahun lamanya.Beberapa kali Mbah Guno memberikan petunjuk petunjuk pada mereka..Walaupun dengan bakat dan fisik yang kurang memadai, ternyata dengan tekad yang kuat dan bimbingan dari Mbah Guno serta Ki Sonokeling, pelan namun pasti Tono, Bamb, dan Galang mulai berubah me
Rumah pak Wibisono ini berada di tengah tengah kota Rembang !Tepatnya berada "Leteh," cukup dekat dengan pondok pesantren kyai Bisri Mustofa yang sangat terkenal di Rembang sejak dulu kala.Pak Wibisono sendiri tidak bersedia menempati rumah dinas yang sudah di sediakan oleh pemerintah kabupaten Rembang."Tadi ada dua orang naik motor RX King berhenti di depan rumah dan kemudian melemparkan beberapa bangkai ayam ini pak," lapor seorang pria yang tampak nya adalah penjaga rumah dari pak Wibisono.Dan ternyata selain bangkai ayam yang sudah bau busuk tenyata orang-orang yang tak di kenal tersebut juga mengirimkan surat kaleng!Pak Wibisono menerima surat tersebut dari pria penjaga rumahnya dan membacanya.Setelah membacanya wajahnya terlihat merah padam dan rasa khawatir yang terlihat di wajahnya..Tenyata surat itu adalah surat ancaman terhadap dia dan keluarganya yang entah dari kelomp
Satya, Tono dan Bamb, tampak melongo dengan kata-kata pedas yang keluar dari mulut gadis judes ini.Bibirnya yang selalu basah dan nampak merah nan lembut ini ternyata mampu mengeluarkan kata-kata yang menyakiti orang lain.Galang juga tampak kaget dengan kata-kata Ratih ini yang bisa saja membuat Satya, Tono dan Bamb bersakit hati."Maaf Ratih, mereka adalah kawan-kawan terbaikku! Mereka berkawan denganku tanpa pamrih! Mereka tak mengharapkan apapun dariku!" Jawab Gilang gusar sambil berdiri dari duduknya.Ratih dan Galang berdiri berhadap-hadapan.Ratih tampak kaget dengan sikap Galang kali ini.Tak di sangkanya Galang berani bersikap seperti ini padanya!Biasanya Galang bersikap tunduk dan patuh padanya!Setiap perkataan dari Ratih selalu di iyakan oleh Galang.Ratih tahu kalau Galang suka padanya dan selalu mengejar-ngejar dirinya, sehingga Ratih memanfaatkan situasi ini.