"Dinda?" Bisik Satya kaget seraya mengucek-ucek kedua matanya. Mungkin saja dia salah lihat.
"Iya Sat!" Kata sang gadis cantik."Ini Satya, aku ada sedikit oleh-oleh buat ibu," kata Dinda seraya menyodorkan sebuah bungkusan pada Satya Wiguna.Wangi tubuh gadis menelusup masuk ke lubang hidung Satya Wiguna, membuat sensasi tersendiri baginya.Gugup lah si pemuda, dadanya berdebar tak karuan.Kembali dia merasakan perasaan seperti ini, setelah beberapa hari yang lalu, Dinda kini telah mengunjungi rumahnya kembali."Terimalah," kata Dinda sambil menyodorkan bungkusan yang di bawanya pada Satya yang masih saja berdiri kaku dan bengong saja."Ah, gak usah aneh-aneh Dinda," kata Satya berbasa-basi.Akan tetapi Satya tidak segera menerimanya.Dalam kebingungannya dia justru kemudian memanggil sang ibu."Bu, Ibu...! Ini ada tamu!"Seru SatyTiga orang langsung menyerang tanpa basa-basi lagi! Tongkat di tangan mereka di ayunkan dengan cepat dan kuat!"Wuuss, wuus, wuuus!"Secara bersamaan tongkat telah mengarah ke tubuh Satya Wiguna dari tiga arah yang berbeda.Satya Wiguna segera menggunakan kelincahannya dalam bergerak, melompat menghindar dari serangan-serangan tiga orang tak dikenalinya ini yang nampak garang dan brangasan. Tongkat mereka memburu kemanapun Satya Wiguna bergerak menghindar.Beberapa saat Satya hanya bisa menghindar dan berlompatan kesana kemari!Maklumlah Satya belum pernah terlibat dalam perkelahian yang bersungguh-sungguh seperti kali ini.Gerakannya masih canggung dan kaku.Selama ini dia hanya berlatih tanding melawan Hartono dan Bamb, itupun sering bercandanya daripada seriusnya.Setelah beberapa saat barulah Satya mulai dapat menyesuaikan dirinya.Ternyata apa yang telah di ajarkan oleh Mbah Wiguno sedikit demi sedikit mulai terungkap keluar dan tercermin dar
Setelah beberapa jam di ruang ICU, ternyata kondisi Satya cepat sekali membaik!Tubuh yang kuat karena latihan kanuragan dan latihan batin dan tirakat yang di lakukan membuat tubuhnya berbeda dengan pemuda-pemuda lain!Tubuh Satya sangat kuat dan cepat kembali segar bugar ketika beberapa saat dia beristirahat.Dia segera berdiri."Satya!" Seru Dinda kaget!"Jangan berdiri dulu!" Seru gadis ini sangat kawatir.Dinda sangat mengkhawatirkan keadaan Satya."Tidak apa-apa Dinda, aku sudah sehat kok!" Kata Satya sambil menggerak-gerakkan kedua tangannya seperti sedang pemanasan ketika seseorang akan berolah raga."Aku akan pulang Dinda, jika aku terlambat pulang, Ibu pasti akan sangat berkuatir."kata Satya."Tapi kondisimu masih belum sehat Satya! Tubuhmu telah terkena pukulan-pukulan keras dan biru lebam, apakah kau tidak merasakan nyeri atau sakit?" Kata Din
Pagi itu di sekolah, Satya sedang duduk-duduk di depan kelas bersama Bamb, dan juga Tono, ketika kemudian Galang telah datang mendekat ke arah mereka.Galang segera duduk di antara mereka bertiga. Tanpa canggung dia telah duduk menyela diantara Bamb dan Satya sehingga mau tak mau Bamb pun harus menggeser duduknya sambil menggerutu.Dan beberapa anak yang melihat hal ini merasa aneh."Lihatlah mereka! Kemarin Galang telah mempermalukan Satya, sekarang mereka begitu dekat!" Bisik seorang pemuda yang telah melintas di hadapan Satya, Galang, Bamb serta Tono!"Ah biasalah kemarin bertengkar sekarang menjadi sahabat besok bertengkar lagi besoknya lagi kumpul lagi kayak suami istri kayak orang tua kita setelah habis bertengkar ,mereka ya kumpul lagi," jawab seorang anak yang berada di sampingnya.Sekarang Galang lebih senang bergaul dengan anak-anak sederhana ini daripada kawan-kawannya sebelumnya yang terlihat sekali memanfaatkan diri
"Eh. Eh eh... Jangan dilepas Satya, dipakai saja," cegah Galang ketika menyaksikan bagaimana Satya hendak melepas pakaian yang telah dikenakannya."Tapi aku tidak terbiasa memakai baju bagus ini Galang!" Kata Satya Wiguna."Tidak apa-apa Satya, kamu tambah cakep dan ganteng! Tuh lihat, Dinda sampai tersipu melihat kamu makin gantenng!" Jawab Galang."Lagian kamu menghargai aku yang memberi hadiah padamu," lanjut Galang.Selanjutnya Galang tetap meminta Satya untuk tetap mengenakan baju pemberiannya tersebut.Sementara untuk Hartono dan Bamb, Galang berjanji untuk memberinya hadiah persahabatan di lain waktu."Lang, mana buat kami?" tanya Hartono sambil tersemyum pertanda dia hanya bercanda."Kalian lain kali saja ya!" Jawab Galang kepada Bamb dan Hartono.***Beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di sebuah rumah yang cukup bagus dan mewah untuk ukuran kota kecil ini.De
"Trus Dinda gimana!?" tanya Satya."Ya udah ikut kalian saja biar tambah seru," jawab Galang."Tapi nanti pakaian kalian kotor dan basah semua," kata Satya."Ah gak papa Satya, sekali-kali saja kok." Kali ini Dinda lah yang menjawab."Ya sudah kalau begitu ayo kita berangkat saja, mumpung masih pagi," ajak Satya pada kawan-kawannya ini.Sebelum berangkat Dinda tampak mengambil sesuatu dari dalam mobil.Ternyata Dinda membawa buah-buahan dan juga bekal minuman."Wah, pertanda baik iki!" Seru Tono gembira begitu melihat Dinda membawakan berbagai macam buah-buahan dan juga mobil minuman.Sikap dia pun telah membantu Dinda mengeluarkan bawaannya ini.Bawaan Dinda ini memang cukup banyak karena dia berencana memberikannya kepada ibu Satya Wiguna dan juga untuk mereka ketika berada di rumah Satya supaya tidak merepotkan Satya dan juga ibundanya.Begitulah
Baju Dinda tampak basah dan kotor oleh pasir."Ayo, narik lagi Satya!" seru Galang yang nampak sudah bersiap dengan kelambu di tangannya, dan di seret ke arah sungai."Jangan lama-lama olehe berduaan! Nanti ikannya lari semua..!" Seru Galang bersemangat.Pemuda ini sangat bersemangat dengan keseruan ini.Benar-benar sebuah pengalaman baru baginya.Dengan malu, Satya segera kembali terjun ke dalam sungai.Ketika hari mulai beranjak siang dan sinarnya mulai menyengat tubuh-tubuh mereka yang basah oleh air sungai."Ayo sudah cukup banyak ikan yang kita dapat... kita pulang," ajak Satya."Bentar lagi Sat, aku masih pengin disini," kata Galang."Hmm, kalo pengin disini sampe malam pun gak papa kok Lang! Gak ada yang ngelarang," sahut Tono."Iya, paling kau di ajak main sama Gundreng! Diajak nyari ikan sampe puas!" Tambah Bamb."Siapa Gundreng Sat?" Tanya Galang yang
Dengan pohon-pohon besar juga semak belukar yang terlihat seperti iblis-iblis yang sedang duduk.Gerumbul-gerumbul bambu yang seakan akan seperti raksasa yang melambai kearah mereka.Galang yang biasanya di takuti oleh kawan-kawannya kali ini benar-benar ciut nyalinya!Ketika mereka berada di bawah tebing Satya segera mengajak Tono, Bamb dan Galang berhenti di tempat itu."Kita akan berlatih di sini Gilang!" Kata Satya.Satya kemudian mengajarkan pada Galang teknik semedi (meditasi ) yang pernah di ajarkan Mbah Guno.Sedangkan Hartono dan Bamb berlatih dengan menggunakan katana.Ternyata Tono dan Bamb sedang berlatih satu jurus khusus dengan menggunakan katana ini."Jurus Pedang Naga Siluman" yang berdasarkan langkah langkah empat penjuru dan satu pancer.Jurus pedang ini diajarkan oleh Mbah Guno kepada Satya ketika Mbah Guno mengetahui Satya mendapatkan sebuah katana pusaka.Ilmu pedang i
"Ngger ini adalah Curug Sewu Ludiro! Curug ini hanya berada di alam ini, tidak ada di alam manusia!" Kata Panembahan Rogo Jambe.."Aku sudah berjanji pada eyang buyut mu, Wiguno! Untuk menurunkan ilmu yang aku punyai kepadamu, Ngger!"Terimakasih Guru!" Spontan Satua kembali menghormat pada sang Panembahan seraya menyebut Guru yang artinya Satya Wiguna sudah mengangkat sang Panembahan Raga Jambe sebagai gurunya.Sang Panembahan tampak puas dan manggut-manggut! Puas atas sikap Satya yang tampak menghargai dan sangat menghormati sang Panembahan Raga Jambe."Bersemadilah di bawah Curug itu Ngger... dan seraplah energi yang ada dalam tiap aliran air merah yang menimpa tubuhmu!" Kata Panembahan Raga Jambe mulai memberikan petunjuk nya pada sang pemuda tanggung ini.Satya segera melangkah ke arah aliran Curug yang berair merah dan terlihat lebih kental dari air biasa tersebut!Terasa air warna merah ini agak ha