"Trus Dinda gimana!?" tanya Satya.
"Ya udah ikut kalian saja biar tambah seru," jawab Galang."Tapi nanti pakaian kalian kotor dan basah semua," kata Satya."Ah gak papa Satya, sekali-kali saja kok." Kali ini Dinda lah yang menjawab."Ya sudah kalau begitu ayo kita berangkat saja, mumpung masih pagi," ajak Satya pada kawan-kawannya ini.Sebelum berangkat Dinda tampak mengambil sesuatu dari dalam mobil.Ternyata Dinda membawa buah-buahan dan juga bekal minuman."Wah, pertanda baik iki!" Seru Tono gembira begitu melihat Dinda membawakan berbagai macam buah-buahan dan juga mobil minuman.Sikap dia pun telah membantu Dinda mengeluarkan bawaannya ini.Bawaan Dinda ini memang cukup banyak karena dia berencana memberikannya kepada ibu Satya Wiguna dan juga untuk mereka ketika berada di rumah Satya supaya tidak merepotkan Satya dan juga ibundanya.BegitulahBaju Dinda tampak basah dan kotor oleh pasir."Ayo, narik lagi Satya!" seru Galang yang nampak sudah bersiap dengan kelambu di tangannya, dan di seret ke arah sungai."Jangan lama-lama olehe berduaan! Nanti ikannya lari semua..!" Seru Galang bersemangat.Pemuda ini sangat bersemangat dengan keseruan ini.Benar-benar sebuah pengalaman baru baginya.Dengan malu, Satya segera kembali terjun ke dalam sungai.Ketika hari mulai beranjak siang dan sinarnya mulai menyengat tubuh-tubuh mereka yang basah oleh air sungai."Ayo sudah cukup banyak ikan yang kita dapat... kita pulang," ajak Satya."Bentar lagi Sat, aku masih pengin disini," kata Galang."Hmm, kalo pengin disini sampe malam pun gak papa kok Lang! Gak ada yang ngelarang," sahut Tono."Iya, paling kau di ajak main sama Gundreng! Diajak nyari ikan sampe puas!" Tambah Bamb."Siapa Gundreng Sat?" Tanya Galang yang
Dengan pohon-pohon besar juga semak belukar yang terlihat seperti iblis-iblis yang sedang duduk.Gerumbul-gerumbul bambu yang seakan akan seperti raksasa yang melambai kearah mereka.Galang yang biasanya di takuti oleh kawan-kawannya kali ini benar-benar ciut nyalinya!Ketika mereka berada di bawah tebing Satya segera mengajak Tono, Bamb dan Galang berhenti di tempat itu."Kita akan berlatih di sini Gilang!" Kata Satya.Satya kemudian mengajarkan pada Galang teknik semedi (meditasi ) yang pernah di ajarkan Mbah Guno.Sedangkan Hartono dan Bamb berlatih dengan menggunakan katana.Ternyata Tono dan Bamb sedang berlatih satu jurus khusus dengan menggunakan katana ini."Jurus Pedang Naga Siluman" yang berdasarkan langkah langkah empat penjuru dan satu pancer.Jurus pedang ini diajarkan oleh Mbah Guno kepada Satya ketika Mbah Guno mengetahui Satya mendapatkan sebuah katana pusaka.Ilmu pedang i
"Ngger ini adalah Curug Sewu Ludiro! Curug ini hanya berada di alam ini, tidak ada di alam manusia!" Kata Panembahan Rogo Jambe.."Aku sudah berjanji pada eyang buyut mu, Wiguno! Untuk menurunkan ilmu yang aku punyai kepadamu, Ngger!"Terimakasih Guru!" Spontan Satua kembali menghormat pada sang Panembahan seraya menyebut Guru yang artinya Satya Wiguna sudah mengangkat sang Panembahan Raga Jambe sebagai gurunya.Sang Panembahan tampak puas dan manggut-manggut! Puas atas sikap Satya yang tampak menghargai dan sangat menghormati sang Panembahan Raga Jambe."Bersemadilah di bawah Curug itu Ngger... dan seraplah energi yang ada dalam tiap aliran air merah yang menimpa tubuhmu!" Kata Panembahan Raga Jambe mulai memberikan petunjuk nya pada sang pemuda tanggung ini.Satya segera melangkah ke arah aliran Curug yang berair merah dan terlihat lebih kental dari air biasa tersebut!Terasa air warna merah ini agak ha
"Untuk sementara ini latihan cukup sekian dulu," kata Sang Panembahan Raga Jambe.."Njih Guru," sahut Satya."Ayo kita kembali pada eyang buyutmu dan kawan- kawanmu," ajak Sang Panembahan.Begitu tangan sang Panembahan menyentuh pundak dari Satya, seketika Mereka sudah berada di pendopo tempat mereka semula berada.Dan di sana, Galang, Hartono dan Bamb sudah menunggu bersama Ki Sonokeling dan Mbah Guno."Gunakan Ilmu yang kalian dapat hanya untuk kebaikan, membela kebenaran dan menumpas kejahatan Ngger!" Pesan Panembahan Raga Jambe."Injih Panembahan," jawab mereka serentak.Mereka kemudian bersiap kembali.Seperti semula mereka datang, mereka kemudian bersila dan bersemedi memusatkan akal dan budi.Ketika mereka merasa hawa semilir menerpa tubuh mereka.Satya segera membuka kelopak matanya dandidapatinya tubuh mereka sudah kembali berada d
Satya, Tono dan Bamb, tampak melongo dengan kata-kata pedas yang keluar dari mulut gadis judes ini.Bibirnya yang selalu basah dan nampak merah nan lembut ini ternyata mampu mengeluarkan kata-kata yang menyakiti orang lain.Galang juga tampak kaget dengan kata-kata Ratih ini yang bisa saja membuat Satya, Tono dan Bamb bersakit hati."Maaf Ratih, mereka adalah kawan-kawan terbaikku! Mereka berkawan denganku tanpa pamrih! Mereka tak mengharapkan apapun dariku!" Jawab Gilang gusar sambil berdiri dari duduknya.Ratih dan Galang berdiri berhadap-hadapan.Ratih tampak kaget dengan sikap Galang kali ini.Tak di sangkanya Galang berani bersikap seperti ini padanya!Biasanya Galang bersikap tunduk dan patuh padanya!Setiap perkataan dari Ratih selalu di iyakan oleh Galang.Ratih tahu kalau Galang suka padanya dan selalu mengejar-ngejar dirinya, sehingga Ratih memanfaatkan situasi ini.
Rumah pak Wibisono ini berada di tengah tengah kota Rembang !Tepatnya berada "Leteh," cukup dekat dengan pondok pesantren kyai Bisri Mustofa yang sangat terkenal di Rembang sejak dulu kala.Pak Wibisono sendiri tidak bersedia menempati rumah dinas yang sudah di sediakan oleh pemerintah kabupaten Rembang."Tadi ada dua orang naik motor RX King berhenti di depan rumah dan kemudian melemparkan beberapa bangkai ayam ini pak," lapor seorang pria yang tampak nya adalah penjaga rumah dari pak Wibisono.Dan ternyata selain bangkai ayam yang sudah bau busuk tenyata orang-orang yang tak di kenal tersebut juga mengirimkan surat kaleng!Pak Wibisono menerima surat tersebut dari pria penjaga rumahnya dan membacanya.Setelah membacanya wajahnya terlihat merah padam dan rasa khawatir yang terlihat di wajahnya..Tenyata surat itu adalah surat ancaman terhadap dia dan keluarganya yang entah dari kelomp
Di suatu siang, di sebuah sekolah dasar negeri.Anak-anak baru saja keluar dari lingkungan sekolah, ada yang berlarian dan ada yang berjalan pelan menyusuri jalanan berbatu.Wajah-wajah polos dengan senyum dan tawa canda mengiringi langkah-langkah kecil mereka."Satya, nanti habis ganti baju kita kumpul di TPK ya," ajak seorang anak yang tubuhnya kerempeng dan berkulit agak hitam, Bambang namanya dan kawan-kawannya memanggilnya Bambang atau Mbang.TPK adalah tempat penimbunan kayu milik Perum Perhutani yang ada di desa itu. TPK ini di gunakan sebagai tempat menimbun kayu-kayu Jati ataupun kayu jenis lainnya seperti Sonokeling dan Mahoni setelah di tebang dari hutan yang ada di area tersebut."Baik, nanti aku yang bawa bola," jawab seorang anak lain yang bertubuh agak pendek tapi berisi, wajahnya bulat dan agak bersih kulitnya. Dia adalah anak dari kepala TPK, Ardian namanya."kita kumpul di TPK lor ya , dibawah pohon sawo," kata anak yang di panggil Satya tersebut, yang tampaknya mem
Klamping ini sebenarnya adalah dasar dari bukit kapur kecil dan orang-orang disana menyebut kapur dengan Gamping sehingga lama kelamaan daerah ini sebagai Glamping dan berubah menjadi Klamping.Pada awalnya memang Satya Wiguna sangat takut ketika di ajak oleh eyang buyutnya ketempat ini, akan tetapi lama kelamaan Satya menjadi terbiasa bahkan sangat menyukai tempat ini.Mbah Wiguno mengajak menyeberangi sungai dengan melompati bebatuan sungai yang menonjol dengan di ikuti Satya kecil.Dengan lincahnya keduanya berlompatan menuju ke arah dasar tebing Klamping.Kemampuan Satya sendiri sudah sangat lincah di bandingkan dengan anak-anak kecil seusianya. Dan bahkan mungkin kekuatan dan kelincahannya sebanding dengan seorang pemuda.Lembah Klamping sendiri merupakan bantaran sungai yang tidak banyak di manfaatkan oleh penduduk desa karena di anggap angker dan wingit, luasnya kira-kira sebahu menurut ukuran orang-orang d