Semua peninggalan tersebut berada pada beberapa buah peti kayu yang sudah lapuk, sehingga mudah saja bagi Satya untuk membukanya.
Dalam mimpinya, Satya di minta untuk mengambil beberapa buah katana / samurai untuk di pakai dalam mempertahankan diri dan juga membela kebenaran.Dalam mimpinya tersebut katana yang harus di ambil adalah katana khusus milik sang serdadu dengan ukuran yang paling panjang dan bergagang berwarna hitam berukirkan naga!Dengan hati-hati di pilah nya katana-katana ini.Dan diantara puluhan katana samurai ini ternyata ada satu bilah yang memang punya panjang lebih daripada yang lainnya.Setelah di periksa, alangkah gembira nya Satya, ternyata apa yang di sampaikan oleh serdadu Jepang itu benar.Katana yang paling panjang dan bergagang hitam ada terukir gambar Naga!Satya segera mengambil katana itu serta mengambil dua lainnya yang nantinya akan di berikan kepada Tono dan Bambang.Ketika dia kembali ke mulut goa, Satya segera menunjukkan kepada dua sahabatnya ini."Wow,, Samurai ! seru Hartono yang segera saja menimang emang senjata yang sangat menakutkan ini pada masa lampau."Ini namanya katana Ton, kadang orang sering salah menyebut!" Terang Satya."Katana adalah senjatanya, sedang samurai adalah pemilik dari senjata ini," terang Satya.Sedangkan Bambang memang agak penakut di banding Tono."Ih, buat apa senjata kayak ini Sat, takut banget, bisa motong manusia kayak ayam.... Syereeemm!" Serunya.Demikian, ketiganya kemudian menimbun mulut goa ini kembali seperti sedia kala. Satya tidak ingin tempat ini di temukan oleh orang lain, karena demikianlah pesan dari serdadu Jepang itu dalam mimpinya.Dengan gembira, mereka kembali ke desa.***Hari itu sehabis pulang sekolah Satya berjalan beriringan dengan kedua sahabatnya, Bamb dan Tono.Mereka melangkah menyusuri lorong-lorong sekolah yang sudah mulai sepi.Dan ketika mereka sedang berjalan di sebuah sudut lorong yang sudah sepi,Mendadak...Beberapa siswa tampak muncul menghadang langkah Satya, Hartono dan Bamb."Huh, tak jera-jeranya kamu ngadu ke mana-mana yaa..! Seru Galang.Ternyata yang menghadang mereka adalah Galang dan kawan-kawannya!"Wajahmu saja yang terlihat kalem dan tanpa dosa! Ternyata kamu hanya penjilat besar!" Seru Galang geram!"Aku sudah di hukum ayahku gara-gara aduanmu! Satya!" Geram Galang lagi."Ma, maaf Galang... Maaf... Aku tidak mengadukanmu pada siapapun!" Bantah Satya gugup.Ya, walaupun Satya adalah seorang yang sudah mendapatkan gemblengan dari Mbah Wiguno, tapi selama ini dia belum pernah menggunakan kemampuannya untuk berkelahi ataupun berbuat jahat pada orang lain!Apalagi Galang adalah anak seorang yang sangat berpengaruh di kota kabupaten ini."Hmm, kamu memang pantas untuk di hajar!" Seru Galang seraya mengayunkan tangan menggampar kearah pipi Satya!Satya tidak mengelak ataupun menangkis walaupun dia mampu melalukan itu,"Plak!"Suara tamparan cukup keras!Bekas lima jari tercetak dengan jelas di pipi Satya.Satya pun berpura-pura kesakitan.Kemudian di ikuti beberapa pukulan dari kawan-kawan Galang ke arah perut Satya."Bug, bug, bugh....!""Itu, pelajaran bagimu Satya, awas ya kalau lain kali kau mengadu pada guru ataupun Dinda! Aku tak akan segan segan memberi pelajaran yang lebih berat lagi!" Ancam Galang.Setelah puas menghajar Satya, Galang dan kawan-kawannya segera pergi meninggalkan tempat itu."Kenapa tidak kau lawan saja anak sombong itu Satya?!" Seru Tono geram."Benar Satya, apa gunanya kita belajar ilmu beladiri kalau ujung-ujungnya harus mengalah seperti ini!" Tambah Bamb."Kita harus belajar menahan diri Ton, Mbang!" Kata Satya kalem."Untuk menghadapi anak-anak seperti mereka tidak harus dengan kekerasan!Jika keras di lawan dengan keras maka akan menyebabkan permusuhan berkepanjangan dan akan saling balas membalas!" Kata Satya pada dua sahabatnya ini.Walau terkesan naif, tapi memang demikianlah karakter dari Satya ini.Bertiga kemudian mereka melangkah menuju tempat parkir kendaraan yang sudah sepi, tinggal motor milik Tono saja yang ada di sana.Satya dan Bambang kemudian pulang naik angkot.Hari itu, sehabis pulang dari sawah nya pak Jamin, ada ada saja yang di bawa oleh mereka.Kali ini pak jamin membawa kacang tolo muda dan juga kacang panjang, juga koro putih dan juga daun lompong yang cocok untuk sayur asem.Sebagian bawaan itu di berikan pada Satya.Dan ketika mereka sampai di teras, tidak seperti biasanya anak gadis pak Jamin telah menyambut kedatangan mereka.Terlihat rantang makanan ada di tangannya."Mas Satya, ini kolak buatan Nia, buat ibu Mas Satya di rumah," kata Nia lembut sambil menyodorkan rantang yang di pegang nya pada Satya."Ehm, ehm, ayah pulang gak di sambut, malah Satya yang di sambut!" Celetuk pak Jamin."Ihh, Ayah! Gak begitu juga...""Tadi ibu yang pesen pada Nia, supaya ngasih rantang ini pada mas Satya," jawab Nia malu, karena Satya masih berdiri di situ."Berarti yang buat kolak bukan kamu dong, tapi ibu?" Sergah pak Jamin."ya sudah pak Jamin, Nia! Aku pamit dulu ya, sudah sore.Assalamualaikum," kata Satya yang segera berbalik badan dan melangkah cepat meninggalkan kedua ayah dan anak tersebut yang memandang kepergian sang pemuda."Gimana Satya menurut pendapatmu Nduk!" Bisik Pak Jamin pada anak gadisnya ini."Maksud Ayah?" Tanya Nia pura- pura tidak tahu dengan arah perkataan ayahnya.Setelah berkata demikian, Nia segera berbalik arah dan masuk ke dalam rumah.Pak Jamin memandang kepergian anak gadisnya dengan tersenyum simpul.***Malam selepas Maghrib, Satya Wiguna tampak bersantai di teras rumahnya bersama Hartono, karena memang rumah Hartono ini hanya berjarak lima puluh meteran saja dari rumah Satya Wiguna.Mereka bersenda gurau sambil duduk-duduk di atas lincak buatan tangan-tangan Satya yang terampil.Ibu Satya membawakan ketela pohon rebus untuk pemuda-pemuda tanggung ini, serta jahe hangat untuk mengusir udara malam yang dingin."Ayo sambil dimakan ketelanya! Mumpung masih hangat," kata ibu.Setelah itu, ibupun kembali kedalam meneruskan pekerjaannya."Sat, seharusnya kau beri pelajaran saja Si Galang itu! makin lama makin menjengkelkan tahu," kata Hartono dalam suatu percakapan."Atau aku saja yang akan memberinya pelajaran?" Kata Tono."Kita sabar dulu Ton, nanti juga ada saatnya dia akan sadar dengan kelakuannya yang salah itu," jawab Satya."Iya, tapi mau sampai kapan?" Bantah Tono.Ketika sedang asyik- asyiknya mereka berbincang, tiba-tiba saja ada sebuah mobil sedan yang masuk ke halaman rumah SatyaPandangan Satya dan Hartono tampak memandang ke arah mobil Honda Civic Genio yang masih terlihat baru. ( Civic Genio pada jamannya adalah sebuah mobil yang cukup mewah, apalagi di kota kecil seperti di Kota Rembang ini)Sesosok tubuh gadis muda yang semampai dengan rambut panjang segera turun dari mobil tersebut.Satya segera berdiri menyambut tamunya ini."Dinda?" Bisik Satya kaget seraya mengucek-ucek kedua matanya. Mungkin saja dia salah lihat."Iya Sat!" Kata sang gadis cantik."Ini Satya, aku ada sedikit oleh-oleh buat ibu," kata Dinda seraya menyodorkan sebuah bungkusan pada Satya Wiguna.Wangi tubuh gadis menelusup masuk ke lubang hidung Satya Wiguna, membuat sensasi tersendiri baginya.Gugup lah si pemuda, dadanya berdebar tak karuan.Kembali dia merasakan perasaan seperti ini, setelah beberapa hari yang lalu, Dinda kini telah mengunjungi rumahnya kembali."Terimalah," kata Dinda sambil menyodorkan bungkusan yang di bawanya pada Satya yang masih saja berdiri kaku dan bengong saja."Ah, gak usah aneh-aneh Dinda," kata Satya berbasa-basi.Akan tetapi Satya tidak segera menerimanya.Dalam kebingungannya dia justru kemudian memanggil sang ibu."Bu, Ibu...! Ini ada tamu!"Seru Saty
Tiga orang langsung menyerang tanpa basa-basi lagi! Tongkat di tangan mereka di ayunkan dengan cepat dan kuat!"Wuuss, wuus, wuuus!"Secara bersamaan tongkat telah mengarah ke tubuh Satya Wiguna dari tiga arah yang berbeda.Satya Wiguna segera menggunakan kelincahannya dalam bergerak, melompat menghindar dari serangan-serangan tiga orang tak dikenalinya ini yang nampak garang dan brangasan. Tongkat mereka memburu kemanapun Satya Wiguna bergerak menghindar.Beberapa saat Satya hanya bisa menghindar dan berlompatan kesana kemari!Maklumlah Satya belum pernah terlibat dalam perkelahian yang bersungguh-sungguh seperti kali ini.Gerakannya masih canggung dan kaku.Selama ini dia hanya berlatih tanding melawan Hartono dan Bamb, itupun sering bercandanya daripada seriusnya.Setelah beberapa saat barulah Satya mulai dapat menyesuaikan dirinya.Ternyata apa yang telah di ajarkan oleh Mbah Wiguno sedikit demi sedikit mulai terungkap keluar dan tercermin dar
Setelah beberapa jam di ruang ICU, ternyata kondisi Satya cepat sekali membaik!Tubuh yang kuat karena latihan kanuragan dan latihan batin dan tirakat yang di lakukan membuat tubuhnya berbeda dengan pemuda-pemuda lain!Tubuh Satya sangat kuat dan cepat kembali segar bugar ketika beberapa saat dia beristirahat.Dia segera berdiri."Satya!" Seru Dinda kaget!"Jangan berdiri dulu!" Seru gadis ini sangat kawatir.Dinda sangat mengkhawatirkan keadaan Satya."Tidak apa-apa Dinda, aku sudah sehat kok!" Kata Satya sambil menggerak-gerakkan kedua tangannya seperti sedang pemanasan ketika seseorang akan berolah raga."Aku akan pulang Dinda, jika aku terlambat pulang, Ibu pasti akan sangat berkuatir."kata Satya."Tapi kondisimu masih belum sehat Satya! Tubuhmu telah terkena pukulan-pukulan keras dan biru lebam, apakah kau tidak merasakan nyeri atau sakit?" Kata Din
Pagi itu di sekolah, Satya sedang duduk-duduk di depan kelas bersama Bamb, dan juga Tono, ketika kemudian Galang telah datang mendekat ke arah mereka.Galang segera duduk di antara mereka bertiga. Tanpa canggung dia telah duduk menyela diantara Bamb dan Satya sehingga mau tak mau Bamb pun harus menggeser duduknya sambil menggerutu.Dan beberapa anak yang melihat hal ini merasa aneh."Lihatlah mereka! Kemarin Galang telah mempermalukan Satya, sekarang mereka begitu dekat!" Bisik seorang pemuda yang telah melintas di hadapan Satya, Galang, Bamb serta Tono!"Ah biasalah kemarin bertengkar sekarang menjadi sahabat besok bertengkar lagi besoknya lagi kumpul lagi kayak suami istri kayak orang tua kita setelah habis bertengkar ,mereka ya kumpul lagi," jawab seorang anak yang berada di sampingnya.Sekarang Galang lebih senang bergaul dengan anak-anak sederhana ini daripada kawan-kawannya sebelumnya yang terlihat sekali memanfaatkan diri
"Eh. Eh eh... Jangan dilepas Satya, dipakai saja," cegah Galang ketika menyaksikan bagaimana Satya hendak melepas pakaian yang telah dikenakannya."Tapi aku tidak terbiasa memakai baju bagus ini Galang!" Kata Satya Wiguna."Tidak apa-apa Satya, kamu tambah cakep dan ganteng! Tuh lihat, Dinda sampai tersipu melihat kamu makin gantenng!" Jawab Galang."Lagian kamu menghargai aku yang memberi hadiah padamu," lanjut Galang.Selanjutnya Galang tetap meminta Satya untuk tetap mengenakan baju pemberiannya tersebut.Sementara untuk Hartono dan Bamb, Galang berjanji untuk memberinya hadiah persahabatan di lain waktu."Lang, mana buat kami?" tanya Hartono sambil tersemyum pertanda dia hanya bercanda."Kalian lain kali saja ya!" Jawab Galang kepada Bamb dan Hartono.***Beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di sebuah rumah yang cukup bagus dan mewah untuk ukuran kota kecil ini.De
"Trus Dinda gimana!?" tanya Satya."Ya udah ikut kalian saja biar tambah seru," jawab Galang."Tapi nanti pakaian kalian kotor dan basah semua," kata Satya."Ah gak papa Satya, sekali-kali saja kok." Kali ini Dinda lah yang menjawab."Ya sudah kalau begitu ayo kita berangkat saja, mumpung masih pagi," ajak Satya pada kawan-kawannya ini.Sebelum berangkat Dinda tampak mengambil sesuatu dari dalam mobil.Ternyata Dinda membawa buah-buahan dan juga bekal minuman."Wah, pertanda baik iki!" Seru Tono gembira begitu melihat Dinda membawakan berbagai macam buah-buahan dan juga mobil minuman.Sikap dia pun telah membantu Dinda mengeluarkan bawaannya ini.Bawaan Dinda ini memang cukup banyak karena dia berencana memberikannya kepada ibu Satya Wiguna dan juga untuk mereka ketika berada di rumah Satya supaya tidak merepotkan Satya dan juga ibundanya.Begitulah
Baju Dinda tampak basah dan kotor oleh pasir."Ayo, narik lagi Satya!" seru Galang yang nampak sudah bersiap dengan kelambu di tangannya, dan di seret ke arah sungai."Jangan lama-lama olehe berduaan! Nanti ikannya lari semua..!" Seru Galang bersemangat.Pemuda ini sangat bersemangat dengan keseruan ini.Benar-benar sebuah pengalaman baru baginya.Dengan malu, Satya segera kembali terjun ke dalam sungai.Ketika hari mulai beranjak siang dan sinarnya mulai menyengat tubuh-tubuh mereka yang basah oleh air sungai."Ayo sudah cukup banyak ikan yang kita dapat... kita pulang," ajak Satya."Bentar lagi Sat, aku masih pengin disini," kata Galang."Hmm, kalo pengin disini sampe malam pun gak papa kok Lang! Gak ada yang ngelarang," sahut Tono."Iya, paling kau di ajak main sama Gundreng! Diajak nyari ikan sampe puas!" Tambah Bamb."Siapa Gundreng Sat?" Tanya Galang yang
Dengan pohon-pohon besar juga semak belukar yang terlihat seperti iblis-iblis yang sedang duduk.Gerumbul-gerumbul bambu yang seakan akan seperti raksasa yang melambai kearah mereka.Galang yang biasanya di takuti oleh kawan-kawannya kali ini benar-benar ciut nyalinya!Ketika mereka berada di bawah tebing Satya segera mengajak Tono, Bamb dan Galang berhenti di tempat itu."Kita akan berlatih di sini Gilang!" Kata Satya.Satya kemudian mengajarkan pada Galang teknik semedi (meditasi ) yang pernah di ajarkan Mbah Guno.Sedangkan Hartono dan Bamb berlatih dengan menggunakan katana.Ternyata Tono dan Bamb sedang berlatih satu jurus khusus dengan menggunakan katana ini."Jurus Pedang Naga Siluman" yang berdasarkan langkah langkah empat penjuru dan satu pancer.Jurus pedang ini diajarkan oleh Mbah Guno kepada Satya ketika Mbah Guno mengetahui Satya mendapatkan sebuah katana pusaka.Ilmu pedang i