"Ayo Satya, segera bawa cangkul yang satunya," kata Pak Jamin seraya menunjuk sebuah cangkul di teras rumahnya.
Berdua mereka berboncengan naik sepeda onta kuno menuju daerah persawahan di pinggiran desa ini.Lokasi persawahan milik Pak Jamin ini searah dengan bukit kapur kecil Klamping yang berada di bawah rel kereta api yang melintasi sungai di Desa Landoh ini.Sesampai di sawah milik Pak Jamin, Satya segera mengayunkan cangkulnya dan mulai membetulkan galengan yang tampak rusak di sana sini karena ulah tikus dan juga yuyu (kepiting sawah / ketam) yang melubangi galengan-galengan sawah milik Pak Jamin, sedangkan Pak Jamin sendiri membersihkan rumput-rumput liar di sekitar sawahnya.Dipandanginya anak muda yang rajin ini."Sungguh pemuda yang sederhana dan temen (bersungguh-sungguh)," batin pak Jamin.Pak Jamin memang sangat menyukai pemuda ini, dia sering memberikan pekerjaan pada Satya dan Satya pun selalu merasa senang menerima pekerjaan dari Pak Jamin ini.Apalagi Satya memang mempunyai fisik yang sangat kuat.Satya selalu menganggap bahwa pekerjaan yang di lakukan adalah sebuah latihan kanuragan! Semua di lakukan dengan senang hati dan penuh tanggung jawab.Tubuh yang kuat dan ulet, agak hitam kemerahan terbakar sinar matahari, mencangkul tanpa lelah.Kekuatan inilah yang membuat Pak Jamin selalu kagum. Tanpa Istirahat pun sebenarnya Satya mampu mencangkul seharian penuh!Mengayun cangkulnya tanpa mengeluh dan merasa lelah.Akan tetapi Pak Jamin juga tidak terlalu memaksa dan memforsir kekuatan anak muda ini .Jika sudah waktunya istirahat siang, pak Jamin selalu menyuruh sang pemuda untuk istirahat sejenak sambil menikmati bekal yang sudah di bawa sejak dari rumah, atau di antarkan oleh Nia putrinya, yang membawakan makan siang untuk mereka berdua.Dan ketika matahari sudah mulai condong ke barat, Pak Jamin segera mengajak Satya untuk segera pulang.Selalu saja ada yang bisa dibawa pulang dari sawah dan pategalan milik Pak Jamin ini.Entah ketela pohon, uwi, ganyong, pisang atau sayur sayuran seperti kacang panjang, kecipir, atau koro yang memang di tanam di sela-sela tanaman utama atau juga kadang kala di pinggir-pinggir pategalan!Dengan membawa dua bonggol ketela pohon di pundak Satya, mereka berboncengan naik sepeda onta milik Pak Jamin!Sesampai di rumah Pak Jamin, Satya segera pamit setelah menerima upah beberapa puluh ribu rupiah dan juga satu bonggol ketela pohon untuk dibawanya pulang."Terimakasih pak, maturnuwun!" Ucap Satya sambil membungkukkan badan dan kemudian berbalik arah dan berjalan pergi meninggalkan Pak Jamin sendirian di halaman rumahnya."Sungguh anak muda yang temen, sederhana dan sangat kuat!" Batin Pak Jamin, yang kemudian masuk ke dalam rumah.Malam ini Satya bisa belajar sambil makan ketela rebus bersama sang ibu."Pak Jamin sungguh baik kepadamu ya nak!" Kata sang ibu pada putranya yang sedang sibuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya."Iya Bu!" Jawab Satya sambil mengambil sepotong ketela rebus dan langsung melahap nya."Semoga saja hasil sawah baru dan tegalnya Pak Jamin bisa bagus Bu, jadi tenagaku masih dibutuhkan oleh Pak Jamin!" Lanjut Satya.Ibu Satya mengangguk tanda mengamini perkataan putranya ini.Dengan penerangan lampu yang seadanya tidak menyurutkan tekadnya untuk belajar, karena sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional.***Pagi itu Satya sudah duduk di bangkunya sambil membuka-buka bukunya.Karena rencananya pada jam pertama akan ada ulangan harian Matematika.***Sebenarnya Galang ini adalah teman sekelas dari Satya, tapi karena berbeda latar belakang, Galang tidak pernah berkumpul dengan Satya. Galang hanya berkumpul dengan teman-temannya dari kalangan anak orang kaya atau dengan anak-anak yang menuruti segala perintahnya.Satya merasa dirinya adalah anak orang miskin sehingga berkumpulnya juga dengan anak-anak dari keluarga miskin dan sederhana.Ketika guru pengampu pelajaran matematika memasuki ruang kelas, para siswa segera bersiap siap mengeluarkan kertas dan pulpen."Ayo, siapkan alat tulis kalian !" Seru Pak Haryono dari meja guru.Ya, guru pengampu mata pelajaran matematika adalah Pak Haryono!Beliau adalah seorang guru yang baik dan terkenal dekat dengan anak-anak namun cukup tergas dan di segani dikalangan para murid.Soal segera di bagikan oleh Pak Haryono.Setelah membaca sejenak soal-soal yang di bagikan oleh Pak Haryono, Satya merasa mampu untuk mengerjakannya.Dengan cepat dia segera mengerjakan. Waktu ulangan pun sudah selesai, dan Pak Haryono memerintahkan semuanya untuk menyerahkan hasil pekerjaannya ke meja Pak Haryono.Ketika Satya akan berdiri dari duduknya, tiba-tiba bahunya di tahan oleh seseorang.Galang! Ya, yang menahan bahunya adalah Galang!Kertas hasil pekerjaannya tiba-tiba di ambil paksa oleh Galang.Satya sebenarnya akan memprotes kejadian ini, akan tetapi beberapa anak tampak menahan kedua lengan Satya.Sedangkan Galang yang memegang kertas hasil pekerjaan Satya segera mengubah nama yang tertera di kertas pekerjaan Satya Wiguna.Dalam sekejap nama Satya Wiguna berubah menjadi Galang Ramadhan dan kertas pekerjaan Galang berubah nama jadi Satya Wiguna.Sungguh sebuah perbuatan curang yang di lakukan oleh Galang Ramadhan.Satya Wiguna hanya memandang saja ke arah Galang.Dia hanya membiarkan perilaku Galang ini.dia tidak ingin bermasalah dengan pemuda anak orang kaya ini.Siang itu suatu jam istirahat kedua Satya telah dipanggil oleh Pak Haryono untuk menghadap ke ruang guru.Langkah kaki Satya pelan menyusuri lorong-lorong sekolah menuju ke ruang guru untuk menghadap Pak Haryono.Dia bertanya-tanya dalam hatinya, ada apa gerangan?Satya Wiguna kemudian melewati satu persatu ruang-ruang kelas ketika kemudian seseorang telah memanggilnya."Satya!" terdengar suara nyaring memanggilnya.Ternyata ini adalah suara Ahmad puji Hartono sang sahabat."Mau ke mana kau Satya!?" Seru Tono dari dalam kelas."Aku dipanggil Pak Haryono Ton," jawab Satya singkat.Kemudian Tono pun telah berlari kecil menghampiri Satya yang masih berdiri di depan kelasnya.kemudian Tono pun telah mengikuti langkah-langkah Satya menuju ke ruangan guru yang terletak di depan pintu masuk komplek sekolahan ini dan berjarak tiga kelas lagi dari kelas Tono ini.Ketika kemudian Satya telah hampir sampai di ruangan guru, tiba-tiba saja Bambang telah pula mendekati Satya dan juga Tono yang berjalan santai."Ada apa Ton? Satya?" Tanya Bambang."Oh, ini Satya dipanggil Pak Haryono," jawab Tono.Dan sesampai di depan pintu, Satya pun segera melongok ke dalam ruang guru ini.Ternyata di depan meja Pak Haryono telah ada seorang siswa yang sedang menghadap.Dan begitu Pak Haryono mengetahui bahwa Satya telah berdiri di depan pintu ruang guru, Pak Haryono pun segera memanggil Satya."Ayo Satya! Sini masuk!" Suruh Pak Haryono begitu dilihatnya Satya telah berdiri di depan pintu ruang guru dengan ragu-ragu."Kalian tunggu di sini dulu, aku akan menghadap Pak Haryono sebentar," kata Satya kepada dua sahabatnya ini.Satya pun kemudian telah melangkahkan kakinya menuju meja Pak Haryono.Dan ketika Satya telah berada di dekat meja Pak Haryono, dia pun segera mengetahui bahwa pemuda yang telah lebih dulu menghadap pada Pak Haryono ini ternyata adalah Galang Ramadan.""Ayo duduk Satya!" Pak Haryono menyuruh Satya duduk di sebelah Galang.Dilihatnya Galang duduk dengan menundukkan kepalanya."Tahukah kamu Satya! Kenapa bapak panggil?!" Tanya Pak Harsono ketika Satya sudah duduk di depannya, di sebelah Galang."Tidak tahu Pak!" Jawab Satya sambil menggelengkan kepalanya.Kemudian Pak Haryono menyodorkan dua lembar kertas ulangan, satu lembar atas nama Galang dengan nilai 95 dan satu kertas ulangan dengan nilai 30 atas nama Satya Wiguna.Terlihat sekali di nama yang tertera di kedua lembar kertas ulangan ini terdapat penebalan dan coretan yang menunjukkan bahwa bukan nama asli yang ada di lembar kertas jawaban ini."Kalian tahu ini hasil pekerjaan kalian, tapi yang menjadi pertanyaannya benarkah nama yang sama tertera di sini?" Tanya Pak Haryono."Aku sudah menjadi guru hampir dua puluh tahun! Aku tahu mana yang jujur dan mana yang tidak! " Kata pak Haryono
Tidak banyak ikan yang didapat sore itu.Mereka bertiga kemudian pulang kembali, begitulah mereka sering menghabiskan waktu bersama.Hari itu, sehabis dari langgar (surau /musholla) yang letaknya tidak jauh dari rumahnya, Satya sedang sibuk belajar di ruang tamu yang sangat sangat sederhana dengan lampu yang redup.Ruang tamu ini hanya terdapat beberapa kursi kayu tua dan sebuah menja sederhana.Walaupun aliran listrik sudah mulai menjangkau desa ini, akan tetapi keluarga Satya tidak mampu untuk memasang sendiri listrik ke rumahnya.Jadilah mereka hanya bisa menyambung listrik dari tetangga yang berbaik hati mau mengalirkan listrik ke rumah awan dengan imbalan seikhlasnya.Ketika Satya sedang berkonsentrasi mengerjakan tugas sekolah, tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti di depan rumahnya."Paling-paling mobil yang sekedar parkir saja," pikir Satya.Ya, rumah Satya mempunyai halaman yang cukup luas, berada di
Hari sudah larut malam, sekitar Jam 12 malam ketika mereka sudah berada di lokasi yang dituju oleh Satya, sesuai ancar-ancar yang di berikan oleh serdadu Jepang dalam mimpinya.Lokasi ini memang berada di pinggiran Desa Lambangan dan di kanan kiri jalannya di tumbuhi pohon-pohon Secang.Desa ini berada di barat Kota Kecamatan Sulang dan kontur desanya berbukit-bukit walaupun tidak terlalu tinggi.Bukit-bukit kapur yang ada di tempat ini menyebabkan desa ini hanya bisa ditanami dengan tanaman-tanaman tertentu. Beberapa waktu yang lalu, lokasi ini memang sudah di ubek-ubek oleh orang-orang Jepang menggunakan buldoser dan juga ekscavator, akan tetapi tidak mendapatkan hasil seperti yang di harapkan oleh orang-orang Jepang ini.Dan dalam mimpinya, orang Jepang yang menemui Satya tidak menghendaki orang-orang Jepang sendiri menemukan peninggalan dari serdadu-serdadu Jepang.Dia tidak menghendaki katana/ samurai peninggalan Jepang yang sudah berlumuran darah dan menyengsarakan orang-orang I
Semua peninggalan tersebut berada pada beberapa buah peti kayu yang sudah lapuk, sehingga mudah saja bagi Satya untuk membukanya.Dalam mimpinya, Satya di minta untuk mengambil beberapa buah katana / samurai untuk di pakai dalam mempertahankan diri dan juga membela kebenaran.Dalam mimpinya tersebut katana yang harus di ambil adalah katana khusus milik sang serdadu dengan ukuran yang paling panjang dan bergagang berwarna hitam berukirkan naga!Dengan hati-hati di pilah nya katana-katana ini.Dan diantara puluhan katana samurai ini ternyata ada satu bilah yang memang punya panjang lebih daripada yang lainnya.Setelah di periksa, alangkah gembira nya Satya, ternyata apa yang di sampaikan oleh serdadu Jepang itu benar.Katana yang paling panjang dan bergagang hitam ada terukir gambar Naga!Satya segera mengambil katana itu serta mengambil dua lainnya yang nantinya akan di berikan kepada T
"Dinda?" Bisik Satya kaget seraya mengucek-ucek kedua matanya. Mungkin saja dia salah lihat."Iya Sat!" Kata sang gadis cantik."Ini Satya, aku ada sedikit oleh-oleh buat ibu," kata Dinda seraya menyodorkan sebuah bungkusan pada Satya Wiguna.Wangi tubuh gadis menelusup masuk ke lubang hidung Satya Wiguna, membuat sensasi tersendiri baginya.Gugup lah si pemuda, dadanya berdebar tak karuan.Kembali dia merasakan perasaan seperti ini, setelah beberapa hari yang lalu, Dinda kini telah mengunjungi rumahnya kembali."Terimalah," kata Dinda sambil menyodorkan bungkusan yang di bawanya pada Satya yang masih saja berdiri kaku dan bengong saja."Ah, gak usah aneh-aneh Dinda," kata Satya berbasa-basi.Akan tetapi Satya tidak segera menerimanya.Dalam kebingungannya dia justru kemudian memanggil sang ibu."Bu, Ibu...! Ini ada tamu!"Seru Saty
Tiga orang langsung menyerang tanpa basa-basi lagi! Tongkat di tangan mereka di ayunkan dengan cepat dan kuat!"Wuuss, wuus, wuuus!"Secara bersamaan tongkat telah mengarah ke tubuh Satya Wiguna dari tiga arah yang berbeda.Satya Wiguna segera menggunakan kelincahannya dalam bergerak, melompat menghindar dari serangan-serangan tiga orang tak dikenalinya ini yang nampak garang dan brangasan. Tongkat mereka memburu kemanapun Satya Wiguna bergerak menghindar.Beberapa saat Satya hanya bisa menghindar dan berlompatan kesana kemari!Maklumlah Satya belum pernah terlibat dalam perkelahian yang bersungguh-sungguh seperti kali ini.Gerakannya masih canggung dan kaku.Selama ini dia hanya berlatih tanding melawan Hartono dan Bamb, itupun sering bercandanya daripada seriusnya.Setelah beberapa saat barulah Satya mulai dapat menyesuaikan dirinya.Ternyata apa yang telah di ajarkan oleh Mbah Wiguno sedikit demi sedikit mulai terungkap keluar dan tercermin dar
Setelah beberapa jam di ruang ICU, ternyata kondisi Satya cepat sekali membaik!Tubuh yang kuat karena latihan kanuragan dan latihan batin dan tirakat yang di lakukan membuat tubuhnya berbeda dengan pemuda-pemuda lain!Tubuh Satya sangat kuat dan cepat kembali segar bugar ketika beberapa saat dia beristirahat.Dia segera berdiri."Satya!" Seru Dinda kaget!"Jangan berdiri dulu!" Seru gadis ini sangat kawatir.Dinda sangat mengkhawatirkan keadaan Satya."Tidak apa-apa Dinda, aku sudah sehat kok!" Kata Satya sambil menggerak-gerakkan kedua tangannya seperti sedang pemanasan ketika seseorang akan berolah raga."Aku akan pulang Dinda, jika aku terlambat pulang, Ibu pasti akan sangat berkuatir."kata Satya."Tapi kondisimu masih belum sehat Satya! Tubuhmu telah terkena pukulan-pukulan keras dan biru lebam, apakah kau tidak merasakan nyeri atau sakit?" Kata Din
Pagi itu di sekolah, Satya sedang duduk-duduk di depan kelas bersama Bamb, dan juga Tono, ketika kemudian Galang telah datang mendekat ke arah mereka.Galang segera duduk di antara mereka bertiga. Tanpa canggung dia telah duduk menyela diantara Bamb dan Satya sehingga mau tak mau Bamb pun harus menggeser duduknya sambil menggerutu.Dan beberapa anak yang melihat hal ini merasa aneh."Lihatlah mereka! Kemarin Galang telah mempermalukan Satya, sekarang mereka begitu dekat!" Bisik seorang pemuda yang telah melintas di hadapan Satya, Galang, Bamb serta Tono!"Ah biasalah kemarin bertengkar sekarang menjadi sahabat besok bertengkar lagi besoknya lagi kumpul lagi kayak suami istri kayak orang tua kita setelah habis bertengkar ,mereka ya kumpul lagi," jawab seorang anak yang berada di sampingnya.Sekarang Galang lebih senang bergaul dengan anak-anak sederhana ini daripada kawan-kawannya sebelumnya yang terlihat sekali memanfaatkan diri