Share

5.Perguruan Katak Merah

Penulis: Gibran
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-27 09:16:41

Hari itu juga setelah Pendeta Barata memberikan petunjuk dan warisan pedang, Bimasena pun pamit undur diri kepada gurunya. Tak henti Bima ucapkan terimakasih kepada kakek gurunya tersebut. Orang yang telah menyelamatkan hidupnya dan mengajarkan ilmu kesaktian kepadanya selama tiga tahun belakangan ini.

Dalam tiga tahun akhirnya Bimasena berhasil menguasai seluruh jurus dan kesaktian Pendeta Barata yang pernah mendapat julukan sebagai Sang Iblis Gila. Julukan itu bukan tanpa sebab, dulu Pendeta Barata adalah seorang pembunuh yang sangat liar. Itu sebabnya dia mendapatkan julukan tersebut.

Mengenai asal-usul orang tua tersebut, Bima belum mengetahui nya. Namun seiring berjalannya waktu, semua orang akan tahu bahwa si Iblis Gila itu mempunyai seorang penerus. Yaitu Bimasena.

Dengan pedang yang menggantung di punggung Bima pun meninggalkan tempat dimana dia berlatih dengan perasaan sedih. Pendeta Barata hanya melambaikan tangan saja ke arahnya dengan perasaan yang sedih bercampur bangga.

Dengan tekad yang kuat Bima melangkahkan kaki nya meninggalkan hutan tersebut. Dia sudah tahu arah perguruan Katak Merah.

Itu karena dulu sebelum Perguruan Julang Emas musnah, di Perguruan Katak Merah sering di adakan pertarungan antar murid dari berbagai Perguruan tingkat rendah. Namun tak ada yang bisa mengalahkan murid dari Perguruan Julang Emas, karena Perguruan itu adalah Perguruan tingkat atas. Bahkan nomer satu di Negara Angin bagian Barat.

Sambil berjalan Bima terus berpikir. Dia tidak tahu, siapa sebenarnya otak di balik pembunuhan besar-besaran di malam itu. Gurunya seolah telah memberikan teka-teki silang yang harus dia cari jawabannya sendiri.

Setelah setengah hari dia melangkah meninggalkan hutan, dia pun berhenti di sebuah kedai yang sudah masuk kawasan Katak Merah. Itu terlihat dari patung Katak berwarna merah yang ada di sebuah gerbang tak jauh dari kedai tersebut.

Di sebuah kedai yang cukup besar itu, Bima memesan secangkir kopi hitam dan beberapa potong gula aren. Di tambah beberapa potong kue kering dan daging panggang buatan kedai tersebut. Pemuda itu pun menikmatinya setelah sekian lamanya dia hanya selalu bertemu dengan sayur dan jamur. Tak ada daging sama sekali. Apalagi kopi dan gula aren kesukaannya.

"Guru yang keras, huh" batin Bima sambil tersenyum mengingat kekonyolan gurunya saat melatih dirinya. Dia menyeruput kopinya dengan perlahan lalu menggigit sedikit gula aren tersebut sebagai pemanis.

Pada saat dia asyik dengan kopinya, tiba-tiba ada satu rombongan orang yang mampir ke dalam kedai tersebut.

Ada lebih dari sepuluh orang masuk dan duduk di tempat yang tak jauh dari Bimasena berada. Mereka semua memakai pakaian yang sama dengan dominan warna merah.

Bima sudah menduga, mereka berasal darimana. Namun dia memutuskan untuk santai dan biasa saja.

Rombongan itu terlihat ramai saat berbincang di dalam kedai, hingga Bimasena pun mendengar dengan jelas apa yang mereka katakan.

"Perguruan kita akan mengadakan pertandingan umum untuk memperebutkan gulungan kitab abadi yang katanya bisa membuat tubuh kita semakin kuat seperti Gatotkaca," kata salah satu dari rombongan orang berseragam merah tersebut.

"Aku akan ikut dalam pertandingan itu, siapa yang akan menjadi lawan ku nanti, akan kuhajar tanpa ampun!" sahut satunya lagi yang terlihat paling congkak dari rombongan tersebut.

Bima mendengarkan dengan seksama. Dia sudah menebak mereka adalah para murid di Perguruan Katak Merah.

"Jaya, kamu sekarang sudah berada di lapisan tingkat tengah, Kira-kira mana ada pendekar kelas bawah yang berani melawan mu?" sahut yang lain.

"Sayang sekali Perguruan sampah itu tidak ikut lagi. Aku yakin jika mereka ikut pertandingan kali ini, mereka akan menang dengan curang seperti sebelum-sebelumnya..." ucap pemuda bernama Jaya.

"Mereka hanyalah sekumpulan sampah yang pantas musnah! Hahaha! Kita wajib merayakannya karena pertandingan lima tahunan ini mereka tidak bisa mengganggu kesenangan kita lagi!" ucap yang lainnya.

"Perguruan Julang Emas? Apa hebatnya mereka, cuih! Mereka hanya sok kuat, dan beruntung saja berada di peringkat pertama di negara ini!" ucap Jaya lagi dengan nada sinis.

Bima mencengkram gelasnya dengan amarah yang membakar di dadanya. Ingin sekali dia membunuh mereka semua saat ini. Namun dia tahan sebisa mungkin karena jika itu terjadi, rencana besar nya akan berantakan dan sia-sia.

Namun sayangnya salah satu rombongan murid itu melihat Bimasena yang mencengkram gelas keramik dengan kuat seperti menahan amarah.

"Hei lihatlah kalian, pengemis itu sedang melakukan hal aneh!" teriak salah satu rombongan itu.

Jaya yang pertama menoleh langsung mendatangi Bima dan berkacak pinggang di depan pemuda itu. Dia mengamati tangan Bima yang mencengkram kuat gelas keramik itu.

"Hei, pengemis, ada apa denganmu? kamu seperti tengah menahan amarah, apakah kamu tidak suka dengan kedatangan kami di kedai ini? Apa kamu tidak melihat kedai ini berada di perguruan apa? katakan padaku, kamu berasal darimana?" tanya Jaya dengan congkaknya. Senyumnya sinis menyebalkan.

Bimasena berusaha menahan amarahnya yang sudah merasuk kedalam peredaran darah dan mengalir ke seluruh tubuhnya.

Tiba-tiba salah satu teman Jaya langsung mencengkram kepala Bima dan mendorongnya hingga menabrak meja.

Brak!

Jaya tersenyum senang melihat itu.

"Bagus! Kamu akan mendapat hadiah dariku karena aksi kejam mu ini hahaha!" kata Jaya.

Melihat salah satu kawannya di puji oleh Jaya karena berlaku kejam pada Bima, mereka semua berbondong-bondong memukuli kepala Bima.

Pemuda itu masih bertahan meski di aniaya begitu rupa. Rencana dia adalah membunuh ketua mereka dan menggali informasi klan musuh, bukan bocah-bocah yang masih minta perlindungan orang lain seperti mereka ini.

Namun Bima tak bisa lagi menahan amarah saat salah satu orang memegang gagang pedangnya. Dengan gerakan cepat dia menangkap tangan orang tersebut lalu meremas nya.

Krak!

Orang itu berteriak setinggi langit saat tulang pergelangan tangannya hancur diremas oleh Bimasena. Melihat hal itu, Jaya dan kawan-kawannya yang terkejut langsung menyerang Bima dengan serius.

Namun Bima sudah siap dengan semua itu. Dia sudah mendalami ilmu dan jurus dari gurunya secara sempurna. Dalam sekejap saja sepuluh orang itu kalah oleh serangan tangan Bimasena.

Jaya memegang dadanya yang terkena pukulan Bimasena. Dia merasakan tulang rusuknya sangat sakit.

"Hanya dalam beberapa gerakan...? Siapa orang ini! Cepat mundur! Laporkan hal ini kepada guru!" teriak Jaya.

Para murid Perguruan Katak Merah itu lari tunggang langgang meninggalkan kedai yang saat ini terlihat semakin ramai karena adanya pertarungan.

Semua orang melihat aksi Bimasena, mereka kagum dengan pemuda itu. Bima mengalahkan semua berandal dari Perguruan Katak Merah tanpa bergeser dari tempat duduknya. Bahkan minumannya pun tak ada satu pun yang tumpah!

Jaya bersama para pengikutnya melaporkan kejadian itu kepada guru pembimbing mereka, Marga.

Mendengar hal itu dan melihat sendiri para murid nya babak belur, dengan wajah marah Marga mendatangi kedai yang di maksud Jaya dan kawan-kawan nya.

"Mampus kau pengemis!" batin Jaya dengan tersenyum sinis.

Mereka mengikuti gurunya datang ke kedai dimana keributan baru saja terjadi. Dan Bimasena sudah pergi meninggalkan kedai itu beberapa saat yang lalu. Pemilik kedai mengatakan jika pemuda berikat kepala merah itu pergi ke arah selatan.

Dengan cepat Marga bersama para muridnya menyusul ke arah selatan. Benar saja, orang yang mereka cari saat ini tengah berjalan menuju ke tempat penginapan.

"Hei! berhenti di tempat!" teriak Marga.

Bimasena tak peduli. Dia tidak merasa ucapan itu mengarah kepada dirinya.

"Aku bilang berhenti!" kali ini sebuah teriakan mengandung inti tenaga dalam yang mengarah kepadanya membuat Bima menoleh lalu bergerak menangkis serangan tak terlihat itu.

Tubuh Bimasena surut beberapa langkah setelah menangkis serangan tak terlihat dari suara Marga. Untungnya indra nya sangat terlatih berkat latihan keras dari gurunya sehingga dia bisa dengan cepat menangkis meski tidak melihat adanya serangan.

Saat melatih panca indra nya, kepala Bimasena babak belur saat berlatih menguasai apa yang di sebut insting. Dia harus merasakan arah serangan dengan mata tertutup. Berkali-kali kayu gurunya menghantam kepalanya hingga banyak luka di kepala pemuda itu.

Namun latihan itu berhasil Bima kuasai setelah dia berlatih menangkap air yang menetes dari atas pohon. Dia pun berhasil menghindari serangan gurunya meski dengan mata tertutup. Kata gurunya, insting ini bisa terus di tingkatkan dengan cara melatihnya.

Marga terkejut saat tahu serangannya berhasil di tahan. Di dalam Perguruan hanya ada beberapa orang saja yang bisa menahan serangan tanpa terlihat miliknya.

Dalam hati Marga mulai gusar.

"Siapa orang ini...?" batinnya dengan perasaan yang tidak enak.

Bab terkait

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    6.Sayembara

    Bimasena menatap orang yang baru saja datang itu. Dia merasakan hawa yang berbeda. Lelaki bernama Marga itu sedikit lebih kuat dari pada rombongan pecundang yang dia temui sebelumnya di dalam kedai. "Siapa kau sebenarnya!?" hardik Marga keras. Bimasena hanya menghela nafas menatap orang bertubuh cukup tegap itu. Hanya dengan melihat tubuh Marga, Bimasena langsung tahu beberapa titik lemah di tubuh orang itu. Merasa pertanyaannya tak di hiraukan oleh Bima, Marga pun langsung menyerang dengan cepat ke arah pemuda berikat kepala merah itu. Tinju kanannya melayang dengan kekuatan yang tidak main-main. Jika mengenai tubuh, bisa jadi tulangnya akan langsung patah. Namun dengan mudah Bima mengelak dari serangan tersebut. Dia mengelak ke kanan lalu tangan kirinya bergerak cepat ke arah bahu Marga. Tuk! Dua jari Bimasena bersarang di bahu kanan Marga yang baru saja dia gunakan untuk menyerang. Saat itu juga Marga mer

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    7.Kerusuhan

    Bimasena melangkahkan kakinya masuk ke dalam tempat pendaftaran peserta sayembara. Ternyata disana sudah di penuhi banyak orang yang mengantri. "Ramai sekali," batin Bima sambil mengamati sekitar. Tiba-tiba ada seorang lelaki berbadan besar menyerobot antrian. Tubuh Bima di tarik keluar dari antrian. "Sampah belakangan! biar aku dulu yang di depan!" teriak lelaki itu. Banyak orang menyingkir karena takut melihat wajahnya yang besar. Lelaki berbadan besar itu akhirnya sampai di urutan pertama. Banyak peserta yang marah karena kejadian itu. Tapi mereka enggan berurusan dengan orang berbadan kekar tersebut. Agaknya mereka tahu siapa lelaki besar itu. Tapi tidak bagi Bimasena. Dia merasa kesal antriannya di serobot di tambah tubuhnya juga di tarik, di tambah lagi lelaki itu menyebutnya sampah. Lelaki besar itu tengah mendaftar kan dirinya untuk mengikuti sayembara. Tiba-tiba satu tangan mencengkram bahu kanannya. Lelaki itu menoleh dan melihat seorang pemuda tampan berpakaian merah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    8.Kuda Hitam

    Akhirnya hari yang di tunggu telah tiba. Bimasena segera berkemas dan berangkat menuju gelanggang pertarungan di Perguruan Katak Merah. Sesampainya disana ribuan pengunjung sudah berdatangan untuk melihat jagoan mereka bertarung. Para pendekar kelas bawah dari berbagai penjuru berdatangan untuk ikut meramaikan sayembara. Bima duduk di bangku penonton untuk sementara waktu. Di tempat khusus para tetua perguruan, berjejer beberapa orang yang di anggap paling berpengaruh di perguruan tersebut. Seorang gadis cantik pembawa acara naik ke atas panggung. Dia adalah seorang gadis cantik jelita dengan pakaian minim yang membuat semua mata para penonton terbuka lebar. Para pengunjung bersorak meneriaki gadis tersebut. Si gadis pun mengedipkan sebelah matanya dengan lidah menjulur ke arah penonton. Terdengar suara gemuruh para penonton setelah gadis itu melakukan aksi nya. Bima menutup wajahnya sambil gelengkan kepala. "Gadis aneh," pikir Bima. Si Gadis itu mengambil pengeras suara. "Ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    9.Bukan Lawan Sebanding

    Kirana Dewi pun berteriak dengan lantang. "Pendekar yang akan bertanding melawan Pendekar Merah adalah Cong Wei dari Perguruan Naga Air!" ucap Kirana Dewi keras. Pendekar berambut gimbal tersenyum. "Takdir sudah memilihmu, Cong Wei, kau memang sudah ditakdirkan melawan dia," ucapnya kepada Pendekar ceking yang ternyata bernama Cong Wei dari perguruan Naga Air. "Aku tidak takut! Lihat saja nanti, siapa yang akan berlutut!" ucap Cong Wei dengan penuh percaya diri."Baguslah kalau kau tak takut. Paling tidak kau tidak membuat malu perguruan besarmu itu," Cong Wei tak menanggapi ucapan si gimbal. Dia segera berkelebat ke atas arena. Bima menatap Pendekar ceking itu. Tak ada senyum di bibirnya. Malah Cong Wei lah yang menyunggingkan senyum sinis kepadanya. "Baru mengalahkan para sampah sudah banyak sekali lagak, aku akan membuatmu memohon ampun padaku," ucap Cong Wei lalu memasang kuda-kuda. Bima hanya melirik gerakan kuda-kuda lawan sekilas. Suara lonceng tanda pertandingan di mu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    10.Peraturan Tidak Adil

    Bima kembali berdiri di atas panggung. Kali ini dia akan melawan satu Pendekar dari Perguruan kelas bawah, yaitu Perguruan Kuda Putih. Bima pernah mendengar nama Perguruan itu. Tapi dia tidak begitu paham jurus-jurus mereka. Ini yang membuat Bima merasa tertantang. Pemuda bernama Jinggo itu berdiri dengan gagah. Dia adalah salah satu senior terkuat di Perguruan Kuda Putih. "Aku sudah menyiapkan semuanya untuk bisa bertemu dengan salah satu perwakilan Julang Emas yang katanya jago-jago dalam pertarungan! Tapi sialnya Perguruan lemah itu sudah hancur terlebih dulu sebelum aku menginjak-injak nya! Aku akan jadikan kamu sebagai alat pelampiasan amarahku!" ucap Jinggo berapi-api. Mata Bima berkilat marah. Kedua tinjunya terkepal erat. "Beraninya menghina Perguruan ku... kamu akan tahu akibat dari ucapan mu..." ucap Bima perlahan. Saat lonceng berbunyi, Bima langsung berinisiatif menyerang lebih dulu. Dia berlari cepat. Sangat cepat! Jinggo menatapnya dengan terkejut. Dia segera saol

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    11.Weling Ireng & Jalak Saksono

    Bima menatap kedua pendekar yang sudah berdiri di depannya itu. Matanya yang jeli merasa ada sedikit kejanggalan. Waktu di babak penyisihan tadi dia tidak melihat dua orang tersebut di antara sembilan belas peserta yang lain. Bima mulai curiga ada sesuatu yang tidak beres dengan peraturan kali ini. Dia yakin ada yang disembunyikan oleh penyelenggara sayembara. Tapi Bima tak gentar sedikit pun. Meski dia menyadari dua lawannya bukan pendekar lemah, di tambah jumlah yang tidak seimbang. Yaitu dua lawan satu. Ini adalah pertarungan yang sulit bagi Bima. "Jalak Sasono, jangan biarkan dia banyak bergerak. Lumpuhkan salah satu tangannya," ucap pendekar dari Perguruan Ular Hitam. "Aku paham Weling Ireng, pemuda ini sudah menunjukkan beberapa teknik miliknya, kita bisa dengan mudah memperhitungkan arah serangan dan gerakan jurusnya, jangan khawatir, gerakan lincahku akan menyulitkan pandangan matanya," ucap Jalak Sasono, Pendekar dari Perguruan Jalak Perak. Weling Ireng dari Perguruan Ula

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    12.Hasil Latihan Keras

    Weling Ireng melesat dengan tangan kanannya yang sudah diisi tenaga dalam tinggi. Pukulan Sakti Raja Ular Menyemburkan Racun milik Weling Ireng sangat berbahaya. Jika sampai terkena meskipun itu hanya tersentuh saja, maka kulit orang tersebut akan melepuh seperti terbakar. Dan jika terkena langsung serangan itu, sudah di pastikan tubuhnya akan menjadi sesuatu yang mengerikan. Hanya dengan melihat saja Bimasena bisa merasakan aura bahaya dari serangan Weling Ireng kali ini. Tapi dia sudah mempersiapkan dirinya dengan pukulan tenaga dalam yang dia pelajari selama ini. Meski Bima hanya berada di tingkat Tubuh Besi, tetap saja tinjunya sangat berbahaya dan bukan main-main. Bima berkelit ke kanan saat tubuh Weling Ireng menerjang. Dalam keadaan melayang di udara Bima menggerakkan tangannya beberapa kali. Ini dia lakukan karena dia merasa ada sesuatu yang mengarah ke tubuhnya. Sesuatu itu adalah racun yang menyebar di udara. Racun itu tentu saja berasal dari tangan Weling Ireng. "Bahka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    13.Festival Lampion

    Bima pulang terlebih dahulu ke penginapan yang tak berapa jauh dari pusat perguruan Katak Merah. Dia masuk ke dalam kamarnya. Saat dia selesai mandi dan mengganti pakaiannya, pintunya ada yang mengetuk. Dengan masih memakai pakaian, Bima membuka pintu itu dan mengintip. "Siapa?" tanyanya. "Saya tuan muda, Lastri," ucap seorang gadis pelayan. Bima membuka pintunya. Saat itu dia tengah memakai pakaian atasnya. Namun karena belum selesai memakai bajunya, tubuh Bima sempat terlihat oleh mata gadis itu. Wajah si gadis langsung bersemu merah. Dia terpesona dengan otot yang sangat sempurna milik Bima. Tubuh yang kekar namun tidak terlalu besar. Perutnya menampakkan otot-otot indah yang membuat wanita mana pun akan tergoda. "Ada apa?" tanya Bima dingin. Lastri tergagap seketika karena tengah melamun dan menatap tubuh pemuda itu. "Eh.. ah.. anu, saya mau mengantarkan makanan tuan muda, hari ini tuan muda hanya sarapan pagi, siang belum makan, karena ini sudah mulai sore saya langsung s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20

Bab terbaru

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    104.Telaga Misterius

    Bima melanjutkan perjalanannya sendiri. Dia menyusuri jalan kecil yang berbuat dari batu. Bima merasa aneh dengan jalan batu itu. Siapa yang mau membangun nya di tengah hutan yang di penuhi Iblis. Tak berapa lama dia berjalan, dia mendengar suara gemericik air tak jauh darinya. Dengan cepat Bima bergerak menuju asal suara air tersebut. Dan benar saja, dia melihat sungai kecil dengan air dangkal. Bima mendekat, dia keluarkan kekuatan api miliknya sehingga menerangi sungai yang gelap tersebut. "Airnya jernih... apakah ini bisa di minum? Aku sudah hampir mati kehausan," batin Bima. "Kamu tak perlu ragu, air itu adalah sumber yang baik. Para Iblis pun meminumnya, kau yang bukan lagi manusia murni tidak masalah meminum air tersebut," sahut Iblis Es yang merasakan keraguan dalam hati Bima. Setelah mendengar ucapan Iblis Es, tanpa ragu lagi Bima meminum air tersebut. Saat menimum nya, dia merasa ada yang aneh dengan rasa air tersebut. "Kenapa aroma air ini wangi...?" batin Bima lagi.

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    103.Elemen Api

    Dengan sekuat tenaga Bima menangkis terjangan mulut Ular Lumut Geni tersebut. Tubuhnya terdorong keras hingga membuat tanah yang di pijaknya terbongkar."Kuat sekali...!" batin Bima. Dengan cepat kaki Bima bergerak menghantam tubuh bawah ular tersebut. Tapi percuma saja, karena tubuh ular itu keras bagaikan besi. Tendangan Bima hanya membuatnya tersentak saja. Karena tak mempan dengan tendangan, Bima sekuat tenaga melempar ular itu ke udara. Lalu pedang Darah di tangannya berkiblat cepat ke arah mata. Craaasss! Ternyata bagian mata tidak sekeras sisiknya. Ular itu menjerit kesakitan. Darah hijau menyembur dari luka di matanya. Bima mendapat petunjuk dengan melukai mata ular tersebut. "Hehe aku tau kelemahanmu sekarang," ucapnya senang. "Manusia sialan! Kau lukai mataku! Tak ada ada ampunan bagimu lagi!" teriak Ular Lumut Geni itu marah. Mulutnya menyembur kan api yang sangat banyak ke arah Bima. Wooossshhhh! Pepohonan terbakar hebat. Hutan yang gelap itu menjadi terang oleh

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    102.Siluman Lumut Ular Geni(2)

    "Seribu Hukuman Langit!" teriak Arimbi mengerahkan serangan terkuat miliknya. Ribuan bulu perak melesat dari sepasang sayap Arimbi. Sangat cepat ke arah Siluman Ular Lumut Geni. Siluman itu tahu jika dia di serang dari belakang. Dia pun mengibaskan ekornya dengan keras. Dari kibasan ekor itu melesat gelombang angin kuning dengan dahsyat. Gelombang angin berwarna kuning itu pun menghantam semua bulu perak milik Arimbi hingga mental ke berbagai arah. Bahkan sebagian ada yang kembali ke arah Arimbi! Dengan cepat gadis itu mengelak. Namun sayang sekali kaki dan tubuhnya tersambar bulu perak miliknya sendiri.Gadis itu terpekik kesakitan saat bulu-bulu keras itu menembus dagingnya. Bima pun terlihat panik melihat kekasihnya yang terluka. Hal itu membuat nya lengah sehingga ekor ular besar itu berhasil menghantam tubuhnya dengan keras hingga dia menabrak pohon besar di belakangnya. Brak! Bima berteriak keras menahan sakit saat tubuhnya menghantam pohon besar. Tiba-tiba dari atas lan

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    101.Siluman Lumut Ular Geni

    Gunung Tanduk Api terlihat hitam gelap meski sebenarnya saat itu hari masih siang. Awan hitam yang tak pernah pergi dari atas hutan tersebut membuat kawasan luas itu bagaikan malam tanpa ada hentinya. Dua sosok terlihat berjalan dengan tergesa membelah rimbunnya hutan. Mereka tak lain dan tak bukan adalah Bimasena dan Arimbi. Mereka tergesa karena hujan yang mulai turun. Bima mencari tempat untuk berteduh sejenak dari dinginnya air hujan. "Kita berteduh di bawah pohon itu, sepertinya bisa melindungi kita dari hujan," kata Bima sambil berlari ke arah pohon besar dengan dahan yang besar. Arimbi mengikutinya dari belakang. Tubuhnya sudah basah oleh air. Sehingga dia merasa sedikit kedinginan. Air hujan dari awan hitam berbeda dengan hujan di dunia manusia pada umumnya. Di dunia para Iblis dan Siluman itu, air yang turun dari langit hitam itu sama dinginnya dengan air es. Meski Arimbi telah mengeluarkan tenaga dalam untuk menahan rasa dingin, tetap saja dia masih menggigil kedingina

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    100.Melepas Kesucian

    (Di bab ini banyak adegan dewasa, jika pembaca tak berkenan, pembaca bisa skip saja ke bab selanjutnya, terimakasih.) Setelah pertempuran melawan Gadis Tengkorak, Bima dan Arimbi memutuskan untuk menginap sehari lagi di penginapan Iblis. Sehingga sesuai aturan, bahwa mereka harus menginap tiga hari di penginapan tersebut. Malam itu, mereka berdua bercumbu layaknya sepasang kekasih. Kali ini Bima yang sudah mendapat sedikit pengalaman dari Dara, memulai permainan dengan mahir. Arimbi cukup terkejut malam itu merasakan sentuhan dan kecupan Bima yang lebih hangat dari biasanya. Dia pun hanya mengikuti apa yang Bima lakukan dengan desahan dan napasnya yang memburu. Perlahan Bima lepas pakaian atas Arimbi. Terlihat lah bahu mulus bersih gadis itu berkilau terkena cahaya obos yang temaram. Dengan lembut Bima kecup bahu Arimbi membuat gadis itu mendongak menahan perasaan yang belum pernah di rasakan. Melihat bibir Arimbi yang merekah merah membuat Bima tak tahan untuk menciumnya. Mere

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    99.Rantai Tulang Iblis

    Brakk! Tubuh Bimasena menghantam pohon dengan keras hingga pohon itu hancur. Bima mengerang kesakitan. Siluman serigala itu semakin liar dengan serangannya. Dengan sedikit kesulitan Bima bangkit berdiri. "Jiwamu belum menyatu dengan Rantai Tulang Iblis ini, jadi kekuatan terkuat nya belum bisa kita gunakan," ucap Iblis Bayangan. "Sial... apa yang harus kita lakukan? Mereka sangat liar dan kuat..." kata Bima sambil menatap ke arah Arimbi yang bertarung mati-matian. "Terus berusaha, Rantai Tulang itu akan terbiasa dengan kekuatan milikmu!" sahut Iblis Bayangan. Bima mengulurkan tangan kanannya yang hitam legam. Rantai Tulang Iblis itu perlahan keluar dan melata di atas tanah bagaikan ular. "Sekarang kita akan mencobanya," kata Bima lalu menggerakkan tangan kanannya seperti melecut cambuk. Seeettt! Rantai Tulang Iblis itu melesat ke arah siluman serigala yang tengah mengeroyok Arimbi. Jleeb! Satu serigala tertancap ujung Rantai yang berbentuk ujung pedang yang lancip. Setelah

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    98.Amukan Gadis Bersayap

    "Lelaki semuanya sama, silau dengan kemolekan tubuh wanita. Bagai kerbau di cocok hidungnya, mereka akan menurut kalau sudah terpesona," kata Suari sambil melempar senyuman manis ke arah Bima. Dari cara dia berjalan sudah membuat mata pria mana pun akan terpaku, di tambah dengan pakaian tipis yang hanya satu helai membuatnya nyaris seperti tidak menggunakan pakaian. Siapa yang tidak kelojotoan dengan pemandangan tersebut. Tiba-tiba terdengar ledakan dari dalam rumah penginapan. Lalu melesat satu sosok berpakaian putih ke arah Suari. Gerakannya sangat ringan. Dengan satu serangan cepat dia telah berada di depan wanita Iblis tersebut. "Berani menggoda kekasih orang! Apakah kau sudah tidak ingin hidup!?" teriak sosok berpakaian putih yang tak lain adalah Arimbi. Suari terkejut dengan serangan mendadak tersebut. Namun dia telat, karena telapak tangan kanan Arimbi telah menghantam dadanya dengan telak hingga tubuhnya terpental jauh. Siluman Gadis Tengkorak terkejut melihat Arimbi yan

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    97.Iblis Penggoda

    Bima mendobrak dua pintu lainnya. Namun tak berhasil. Dua pintu itu adalah pintu kamar Iblis Neraka dan Iblis Tanduk Api. Jelas Bima tak mungkin bisa membukanya karena dia tak mempunyai kekuatan dua Iblis tersebut. "Sial... Kemana aku harus mencarinya...?" batin Bima. "Aku merasakan ada hawa siluman, waspada!" kata Iblis Bayangan mengingatkan. Bima menghunus pedangnya. Dia pun mempertajam penglihatan dan pendengarannya. Siluman Gadis Tengkorak itu bergerak nyaris tanpa suara. Namun ada satu yang tidak hilang dari siluman itu, yaitu aura siluman nya. Meski sangat tipis, namun Bima bisa merasakannya. "Benar... dia mengintai kita," batin Bima. "Tak masalah, siluman adalah makanan pedang Darah milikmu, senjata Rantai Tulang Iblis juga bisa berguna saat pertarungan, jadi manfaatkan dua senjata itu untuk menjadi pembunuh yang hebat!" kata Iblis Bayangan. "Hei, Iblis Bayangan..." panggil Bima. "Apa?" tanya Iblis Bayangan. "Kau lebih cerewet dari Iblis Es, hahahaha!" ujar Jaka lalu t

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    96.Harta Di Dalam Kamar

    Pedang Darah di tangan Bima menusuk leher Gadis Tengkorak. Namun saat pedang itu menembus lehernya, wujud makhluk menyeramkan itu berubah menjadi asap hitam. Asap hitam itu melayang keluar dari rumah penginapan. Dengan cepat Bima segera mengikutinya. Namun sesampainya di luar, Bima kehilangan jejak. Dia segera kembali masuk ke dalam dan mencari Arimbi. Setiap kamar dia dobrak. Namun tak ada satu pintu pun yang jebol. Padahal itu hanyalah pintu kayu. "Kenapa pintu ini sangat kuat!?" batin Bima. "Pintu ini mengandung aura milikku, sepertinya aku pernah masuk ke dalam sini, coba kau pakai kekuatan milikku anak muda," usul Iblis Bayangan. Bima segera mengerahkan kekuatan Iblis Bayangan. Ternyata hanya dengan mendorong perlahan saja pintu itu telah terbuka. Benar saja apa yang di katakan Iblis Bayangan. Namun di dalam kamar itu kosong tak ada apa pun. Ketika Bima akan memutar tubuhnya, Iblis Bayangan menahannya. "Tunggu sebentar Bima! Coba kau masuk ke dalam dan cari tahu, aku meras

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status