Share

6.Sayembara

Author: Gibran
last update Last Updated: 2024-12-18 07:34:16

Bimasena menatap orang yang baru saja datang itu. Dia merasakan hawa yang berbeda. Lelaki bernama Marga itu sedikit lebih kuat dari pada rombongan pecundang yang dia temui sebelumnya di dalam kedai.

"Siapa kau sebenarnya!?" hardik Marga keras.

Bimasena hanya menghela nafas menatap orang bertubuh cukup tegap itu. Hanya dengan melihat tubuh Marga, Bimasena langsung tahu beberapa titik lemah di tubuh orang itu.

Merasa pertanyaannya tak di hiraukan oleh Bima, Marga pun langsung menyerang dengan cepat ke arah pemuda berikat kepala merah itu.

Tinju kanannya melayang dengan kekuatan yang tidak main-main. Jika mengenai tubuh, bisa jadi tulangnya akan langsung patah.

Namun dengan mudah Bima mengelak dari serangan tersebut. Dia mengelak ke kanan lalu tangan kirinya bergerak cepat ke arah bahu Marga.

Tuk!

Dua jari Bimasena bersarang di bahu kanan Marga yang baru saja dia gunakan untuk menyerang. Saat itu juga Marga merasakan tangan kanannya lunglai tak bisa di gerakkan alias lemas.

"Apa yang orang ini lakukan pada tanganku!?" batin Marga penuh amarah. Dia berusaha menggerakkan tangannya namun tidak bisa sama sekali.

Melihat bagaimana Bimasena mengelak dan menangkis dua serangannya tadi, dia menjadi berpikir dua kali untuk melanjutkan pertarungan. Di tambah dalam satu gerakan tangan kanannya langsung lunglai tak berdaya.

Bimasena sebenarnya tak ingin membuat keributan yang semakin membuat orang-orang di perguruan Katak Merah itu heboh. Karena itu bisa mengganggu rencana besarnya.

Demi rencana itu, akhirnya dia terpaksa membungkuk hormat kepada Marga dan meminta maaf.

Marga yang tadi sudah merasa tak berani melakukan perlawanan itu kembali merasa jumawa melihat Bimasena yang membungkuk hormat kepadanya.

"Berlutut di kakiku dan memohon ampun! maka aku akan melepaskan mu!" ucap Marga dengan wajah marah.

Bimasena mendengus keras. Tanpa berucap satu kata pun dia langsung bergerak cepat menyambar kepala Marga. Lalu dengan sekali tarik menggunakan tenaga yang besar tubuh Marga didorong ke bawah kakinya hingga terhempas ke jalan.

Marga jatuh terjerembab ke jalan batu tersebut tepat di depan kaki Bimasena.

Bruk!

Wajah Marga menghantam jalan batu dengan keras hingga hidungnya hancur. Darah mengucur dari luka di hidungnya. Semua orang menatap ngeri termasuk Jaya dan kawan-kawan nya. Mereka tak menyangka seorang guru di perguruan Katak Merah tak berdaya melawan orang asing yang mereka anggap pengemis itu.

Marga mengerang kesakitan. Bima tak peduli. Dia jambak rambut Marga hingga kepala orang itu mendongak ke atas dengan tubuh yang masih telungkup di tanah.

"Apa hakmu menyuruhku bersujud di kakimu? aku akan membunuhmu jika aku ingin. Tapi kamu bukan orang yang layak aku bunuh. Sekarang, apakah kamu masih berpikir untuk melakukan hal bodoh lagi!?Apa kamu minta aku mematahkan lehermu? " tanya Bima dengan sorot mata yang mengerikan.

Marga tak berkutik menghadapi ucapan yang membuatnya seketika merasa takut. Sementara Jaya dan kawan-kawan nya tak berani berbuat apa pun.

"Jika ini bukan di tempat ramai, kamu sudah menjadi mayat tanpa kepala," bisik Bima membuat hati Marga bergetar ketakutan.

Bima mendorong kepala itu hingga kembali jatuh ke jalan tersebut. Kepalanya membentur lantai hingga seketika Marga pun pingsan.

Para murid perguruan Katak Merah yang ikut guru mereka itu tak ada yang berani mengganggu Bimasena lagi. Mereka diam tak berkata apa pun. Mereda sadar batasan kekuatan antara mereka dan pendekar asing itu.

Bima pun pergi meninggalkan mereka dan gurunya yang masih tergeletak di atas jalan batu. Setelah Bima pergi, Jaya segera mendatangi gurunya bersama teman-teman nya.

"Guru Marga, apakah kamu baik-baik saja?" tanya Jaya sambil membantu tubuh Marga berdiri. Marga terlihat lemah dan kesakitan. Darah masih mengucir dari lubang hidung nya yang hancur.

"Sialan... aku tidak terima dengan perlakuan hina macam ini...lihat saja nanti," ucap Marga dengan penuh dendam dan kebencian.

"Dia bukan pendekar biasa guru, aku menyesal telah membuatnya marah dan akhirnya mencelakakan kita..." ucap Jaya.

"Aku tak peduli, dia sudah membuat ku seperti ini, itu artinya dia siap untuk menanggung akibat dari perbuatannya!" sahut Marga masih geram.

Mereka pun akhirnya kembali ke perguruan untuk merawat luka Marga. Jaya menatap sinis di belakang gurunya.

"Dasar lemah! guru tidak berguna!" ucapnya dalam hati dengan raut wajah kecewa.

Setelah beberapa lama mencari tempat menginap Bima akhirnya mendapatkan sebuah penginapannya untuk sementara waktu yang tak jauh dari tempat keributan tadi.

Pelayan di penginapan itu terlihat cantik dan membuat mata Marga tak berhenti menatapnya. Pelayan itu menoleh ke arahnya lalu membungkukkan badan dan tersenyum kepadanya.

Bima tak membalas senyum itu. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

"Silahkan tuan, berapa hari tuan akan tinggal di penginapan ini?" tanya pelayan cantik itu.

"Mungkin tiga atau empat hari," jawab Bima singkat.

"Biaya sewa kamar tiga puluh tail perak dan biaya makan sehari tiga kali sepuluh tail perak. Semuanya empat puluh tail perak tuan," ucap gadis pelayan yang cantik itu.

Bima mengangguk. Dia mengambil kantong kecil yang menggantung di pinggangnya. Dibukanya kantong tersebut.

Mata gadis itu menatap dengan bibir tersenyum. Dalam hatinya dia sudah menebak jika orang yang ada di hadapannya itu hanyalah pengemis yang baru datang dari jauh.

"Aku yakin dia hanya mempunyai beberapa tail perak saja, sungguh kasihan sekali, apakah aku harus berbuat baik padanya?" batin gadis pelayan itu.

Bima membuka kantong nya dan matanya mencari-cari sesuatu. Gadis itu semakin curiga melihat gelagat pada Bima yang seolah tengah kebingungan.

"Astaga, sepertinya dugaanku benar!" batin gadis itu.

Selama tiga tahun Bima hidup bersama gurunya, dia menabungkan uangnya dari hasil menjual kayu bakar dan permata hijau. Semua itu dia kumpulkan untuk bekal saat dia mengembara. Bima pun mengambil sesuatu dari kantongnya lalu menaruhnya di meja pelayan.

"Maaf, aku hanya mempunyai ini," kata Bima sambil menyodorkan empat puluh tail emas di meja gadis cantik itu. Mata pelayan itu terbelalak lebar. Dia tak menyangka dugaannya salah besar. Lelaki di hadapan nya bukanlah pengemis seperti yang dia kira.

"Dia orang kaya...!" seru si gadis dalam hati.

Ternyata didalam kantong Bima tidak ada satu pun tail perak. Semuanya adalah tail emas. Itu sebabnya dia kebingungan saat disuruh membayar empat puluh tail perak.

Di kedai sebelumnya pun dia membayar semua kerugian yang kedai itu derita dengan hanya satu tail emas. Pemilik kedai diam seketika dan tidak lagi mempermasalahkan kedainya yang porak poranda dampak dari perkelahian Bima dan rombongan murid Perguruan Katak Merah.

Akhirnya hanya dengan satu tail emas, Bima mendapat kamar paling mewah dan layanan makan dengan menu pilihan selama sepuluh hari.

Gadis itu pun meminta maaf kepada Bima tentang pikiran buruknya tadi.

Bima hanya tersenyum dan tidak mempermasalahkannya. Malah karena kejujuran si gadis, Bima memberinya satu tail emas kepada gadis itu secara cuma-cuma.

Satu tail emas sama dengan seribu tail perak. Gadis itu merasa sangat bahagia hingga menangis karena tak kuasa menahan perasaan nya. Untuk mendapatkan seribu tail perak dia harus bekerja keras selama berbulan-bulan di penginapan tersebut. Itu pun belum dengan kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Namun berkat pemberian Bimasena, dia merasa sangat bersuka cita. Semua kebutuhannya akan terpenuhi.

"Jika tuan memiliki keinginan lain, saya siap untuk melayaninya tuan," ucap si gadis dengan wajah merah. Dia bingung harus membayar kebaikan Bima dengan apa. Dia hanya berpikir jika dia bisa membuat lelaki itu bahagia di atas ranjang, mungkin dia akan merasa lega karena merasa telah melunasi hutang budi tersebut.

Tapi Bima hanya tersenyum kecil dan melenggang ke kamarnya tak peduli dengan ucapan gadis tersebut. Gadis itu hanya menatapnya dengan penuh kekaguman, hingga pintu kamar itu tertutup.

"Dia sangat baik..." batinnya dengan senyum mengembang.

Sehari kemudian Bima menyirap kabar bahwa sayembara memperebutkan gulungan kitab abadi itu akan di mulai dua hari kemudian. Dia pun mengatur siasat untuk bisa masuk ke dalam Perguruan Katak Merah tersebut.

"Aku akan ikut mendaftar ke arena pertarungan itu, mungkin itu satu-satunya cara agar aku bisa lebih mudah masuk ke dalam Perguruan itu," batin Bima sambil mengenakan pakaian yang baru saja dia beli melalui gadis pelayan itu.

Kali ini, Bima terlihat seperti tuan muda yang gagah dan tampan. Gadis mana pun akan terkesima melihat ketampanan pemuda tersebut. Apalagi brewoknya yang lebat sudah dia pangkas sehingga wajahnya terlihat bersih.

Dengan pakaian serba merah itu dia mengambil pedangnya lalu keluar kamar untuk berangkat ke tempat pendaftaran sayembara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    7.Kerusuhan

    Bimasena melangkahkan kakinya masuk ke dalam tempat pendaftaran peserta sayembara. Ternyata disana sudah di penuhi banyak orang yang mengantri. "Ramai sekali," batin Bima sambil mengamati sekitar. Tiba-tiba ada seorang lelaki berbadan besar menyerobot antrian. Tubuh Bima di tarik keluar dari antrian. "Sampah belakangan! biar aku dulu yang di depan!" teriak lelaki itu. Banyak orang menyingkir karena takut melihat wajahnya yang besar. Lelaki berbadan besar itu akhirnya sampai di urutan pertama. Banyak peserta yang marah karena kejadian itu. Tapi mereka enggan berurusan dengan orang berbadan kekar tersebut. Agaknya mereka tahu siapa lelaki besar itu. Tapi tidak bagi Bimasena. Dia merasa kesal antriannya di serobot di tambah tubuhnya juga di tarik, di tambah lagi lelaki itu menyebutnya sampah. Lelaki besar itu tengah mendaftar kan dirinya untuk mengikuti sayembara. Tiba-tiba satu tangan mencengkram bahu kanannya. Lelaki itu menoleh dan melihat seorang pemuda tampan berpakaian merah

    Last Updated : 2024-12-18
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    8.Kuda Hitam

    Akhirnya hari yang di tunggu telah tiba. Bimasena segera berkemas dan berangkat menuju gelanggang pertarungan di Perguruan Katak Merah. Sesampainya disana ribuan pengunjung sudah berdatangan untuk melihat jagoan mereka bertarung. Para pendekar kelas bawah dari berbagai penjuru berdatangan untuk ikut meramaikan sayembara. Bima duduk di bangku penonton untuk sementara waktu. Di tempat khusus para tetua perguruan, berjejer beberapa orang yang di anggap paling berpengaruh di perguruan tersebut. Seorang gadis cantik pembawa acara naik ke atas panggung. Dia adalah seorang gadis cantik jelita dengan pakaian minim yang membuat semua mata para penonton terbuka lebar. Para pengunjung bersorak meneriaki gadis tersebut. Si gadis pun mengedipkan sebelah matanya dengan lidah menjulur ke arah penonton. Terdengar suara gemuruh para penonton setelah gadis itu melakukan aksi nya. Bima menutup wajahnya sambil gelengkan kepala. "Gadis aneh," pikir Bima. Si Gadis itu mengambil pengeras suara. "Ha

    Last Updated : 2024-12-19
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    9.Bukan Lawan Sebanding

    Kirana Dewi pun berteriak dengan lantang. "Pendekar yang akan bertanding melawan Pendekar Merah adalah Cong Wei dari Perguruan Naga Air!" ucap Kirana Dewi keras. Pendekar berambut gimbal tersenyum. "Takdir sudah memilihmu, Cong Wei, kau memang sudah ditakdirkan melawan dia," ucapnya kepada Pendekar ceking yang ternyata bernama Cong Wei dari perguruan Naga Air. "Aku tidak takut! Lihat saja nanti, siapa yang akan berlutut!" ucap Cong Wei dengan penuh percaya diri."Baguslah kalau kau tak takut. Paling tidak kau tidak membuat malu perguruan besarmu itu," Cong Wei tak menanggapi ucapan si gimbal. Dia segera berkelebat ke atas arena. Bima menatap Pendekar ceking itu. Tak ada senyum di bibirnya. Malah Cong Wei lah yang menyunggingkan senyum sinis kepadanya. "Baru mengalahkan para sampah sudah banyak sekali lagak, aku akan membuatmu memohon ampun padaku," ucap Cong Wei lalu memasang kuda-kuda. Bima hanya melirik gerakan kuda-kuda lawan sekilas. Suara lonceng tanda pertandingan di mu

    Last Updated : 2024-12-19
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    10.Peraturan Tidak Adil

    Bima kembali berdiri di atas panggung. Kali ini dia akan melawan satu Pendekar dari Perguruan kelas bawah, yaitu Perguruan Kuda Putih. Bima pernah mendengar nama Perguruan itu. Tapi dia tidak begitu paham jurus-jurus mereka. Ini yang membuat Bima merasa tertantang. Pemuda bernama Jinggo itu berdiri dengan gagah. Dia adalah salah satu senior terkuat di Perguruan Kuda Putih. "Aku sudah menyiapkan semuanya untuk bisa bertemu dengan salah satu perwakilan Julang Emas yang katanya jago-jago dalam pertarungan! Tapi sialnya Perguruan lemah itu sudah hancur terlebih dulu sebelum aku menginjak-injak nya! Aku akan jadikan kamu sebagai alat pelampiasan amarahku!" ucap Jinggo berapi-api. Mata Bima berkilat marah. Kedua tinjunya terkepal erat. "Beraninya menghina Perguruan ku... kamu akan tahu akibat dari ucapan mu..." ucap Bima perlahan. Saat lonceng berbunyi, Bima langsung berinisiatif menyerang lebih dulu. Dia berlari cepat. Sangat cepat! Jinggo menatapnya dengan terkejut. Dia segera saol

    Last Updated : 2024-12-19
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    11.Weling Ireng & Jalak Saksono

    Bima menatap kedua pendekar yang sudah berdiri di depannya itu. Matanya yang jeli merasa ada sedikit kejanggalan. Waktu di babak penyisihan tadi dia tidak melihat dua orang tersebut di antara sembilan belas peserta yang lain. Bima mulai curiga ada sesuatu yang tidak beres dengan peraturan kali ini. Dia yakin ada yang disembunyikan oleh penyelenggara sayembara. Tapi Bima tak gentar sedikit pun. Meski dia menyadari dua lawannya bukan pendekar lemah, di tambah jumlah yang tidak seimbang. Yaitu dua lawan satu. Ini adalah pertarungan yang sulit bagi Bima. "Jalak Sasono, jangan biarkan dia banyak bergerak. Lumpuhkan salah satu tangannya," ucap pendekar dari Perguruan Ular Hitam. "Aku paham Weling Ireng, pemuda ini sudah menunjukkan beberapa teknik miliknya, kita bisa dengan mudah memperhitungkan arah serangan dan gerakan jurusnya, jangan khawatir, gerakan lincahku akan menyulitkan pandangan matanya," ucap Jalak Sasono, Pendekar dari Perguruan Jalak Perak. Weling Ireng dari Perguruan Ula

    Last Updated : 2024-12-20
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    12.Hasil Latihan Keras

    Weling Ireng melesat dengan tangan kanannya yang sudah diisi tenaga dalam tinggi. Pukulan Sakti Raja Ular Menyemburkan Racun milik Weling Ireng sangat berbahaya. Jika sampai terkena meskipun itu hanya tersentuh saja, maka kulit orang tersebut akan melepuh seperti terbakar. Dan jika terkena langsung serangan itu, sudah di pastikan tubuhnya akan menjadi sesuatu yang mengerikan. Hanya dengan melihat saja Bimasena bisa merasakan aura bahaya dari serangan Weling Ireng kali ini. Tapi dia sudah mempersiapkan dirinya dengan pukulan tenaga dalam yang dia pelajari selama ini. Meski Bima hanya berada di tingkat Tubuh Besi, tetap saja tinjunya sangat berbahaya dan bukan main-main. Bima berkelit ke kanan saat tubuh Weling Ireng menerjang. Dalam keadaan melayang di udara Bima menggerakkan tangannya beberapa kali. Ini dia lakukan karena dia merasa ada sesuatu yang mengarah ke tubuhnya. Sesuatu itu adalah racun yang menyebar di udara. Racun itu tentu saja berasal dari tangan Weling Ireng. "Bahka

    Last Updated : 2024-12-20
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    13.Festival Lampion

    Bima pulang terlebih dahulu ke penginapan yang tak berapa jauh dari pusat perguruan Katak Merah. Dia masuk ke dalam kamarnya. Saat dia selesai mandi dan mengganti pakaiannya, pintunya ada yang mengetuk. Dengan masih memakai pakaian, Bima membuka pintu itu dan mengintip. "Siapa?" tanyanya. "Saya tuan muda, Lastri," ucap seorang gadis pelayan. Bima membuka pintunya. Saat itu dia tengah memakai pakaian atasnya. Namun karena belum selesai memakai bajunya, tubuh Bima sempat terlihat oleh mata gadis itu. Wajah si gadis langsung bersemu merah. Dia terpesona dengan otot yang sangat sempurna milik Bima. Tubuh yang kekar namun tidak terlalu besar. Perutnya menampakkan otot-otot indah yang membuat wanita mana pun akan tergoda. "Ada apa?" tanya Bima dingin. Lastri tergagap seketika karena tengah melamun dan menatap tubuh pemuda itu. "Eh.. ah.. anu, saya mau mengantarkan makanan tuan muda, hari ini tuan muda hanya sarapan pagi, siang belum makan, karena ini sudah mulai sore saya langsung s

    Last Updated : 2024-12-20
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    14.Kesatria Sejati

    Keesokan harinya Bimasena membuka matanya. Saat dia membuka mata, yang di lihat pertama adalah Kirana Dewi yang sedang memakai pakaian.Karena gadis itu belum mengenakan pakaiannya, Bima dengan jelas bisa melihat seluruh tubuh polos Kirana tanpa selembar benang pun. Wajah nya memanas. Dia membuang muka ke arah lain. "Kau, bagaimana kau bisa ada di kamarku?" tanya Bima tanpa menoleh kearah Kirana. Gadis itu terkejut. Dia tak menyangka Bima akan terbangun di saat dia sedang memakai pakaian. Buru-buru Kirana memakai pakaiannya. Wajahnya merah merona. "Maaf, aku menumpang mandi di kamar mu, pakaian ku penuh dengan darah dari luka di tubuhmu," ucap Kirana selesai memakai pakaian. Bima segera bangun meski sambil menahan nyeri. "Kamu yang menyelamatkanku semalam..." ucap Bima sambil menatap wajah gadis itu. Kirana tersenyum. "Salah, justru kamu yang sudah menyelamatkan diriku, kakang Bima. Jika bukan karena kamu yang melindungiku, sudah pasti aku yang mati di sana," kata Kirana dengan

    Last Updated : 2024-12-21

Latest chapter

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    200.Malam Pertama

    Ratu Azalea ikut berlutut di sebelah Bima. Meski usia dia jelas jauh lebih tua dari makam tersebut, namun dua makam itu adalah makam kedua orang tua calon suaminya. Sudah sepantasnya seorang menantu berlutut di depan kedua mertuanya. "Ayah dan Ibu mertua, saya akan selalu mendampingi anak kalian, dan melayani nya sepenuh hati. Saya akan merawatnya selama saya hidup, itu janji saya... Mohon restui lah kami," Ucap Ratu Azalea sambil menundukkan kepala. Bima mengeluarkan bunga warna warni dari sabuk penyimpanan nya. Bunga itu dia beli di pasar sebelum mereka datang ke desa itu. Dengan perlahan Bima menaburkan bunga itu ke makam kedua orang tuanya. Ratu Azalea pun telah membelikan hadiah berupa kendi yang di dalamnya berisi air suci. Konon katanya air tersebut adalah air dari mata air dewa yang ada di tempat rahasia. Seseorang menjualnya di pasar. Entah benar dan tidaknya, Ratu hanya ingin memberikan yang terbaik. Setelah selesai dengan semua itu, Bima pun meminta Ratu berdiri. Dia

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    199.Masa Lalu

    Keesokan harinya Bima sudah berpamitan kepada gurunya. Rencana dia saat ini adalah menuju ke Perguruan Harimau Perak. Namun sebelum mereka pergi kesana, Bima membawa Ratu ke sebuah pasar yang ada di desa di wilayah Perguruan Katak Merah. Disana Bima membeli beberapa pakaian mewah untuk Ratu Azalea. Dan juga membeli sebuah cincin emas dengan hiasan sebuah permata yang indah. Ratu Azalea merasa hatinya berdebar melihat Bima membeli cincin tersebut. Di tambah pakaian-pakaian mahal yang Bima beli. "Kakang punya banyak tail emas?" tanya Ratu Azalea. Bima tersenyum. "Aku punya tabungan, saat aku berlatih bersama guru Barata, aku juga bekerja dan menghasilkan banyak emas, sekarang, akan lebih mudah lagi mendapatkan emas itu." kata Bima sambil memberikan beberapa tail emas kepada Ratu. "Kamu ingin beli apa saja yang kamu mau, dan juga, berikan hadiah kepada orang tuaku nanti," kata Bima. Ratu Azalea mengangguk. Setelah mereka puas berbelanja, Bima pergi ke tempat penjual kuda. Dia me

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    198.Batu Keramat

    Mendengar perkataan gurunya, Bima menatap lelaki tua tersebut. "Apa yang terjadi jika kita melepas iblis di dalam tubuh kita?" tanya Bima. Pendeta Barata tersenyum kecil. "Kau akan mati, apalagi jika kau sudah berlatih bersama Iblis di dalam tubuhmu, secara tidak langsung, dia adalah jiwamu, dan kamu adalah jiwanya." kata Pendeta Barata. "Namun jika kamu belum melakukan latihan bersama, atau menggabungkan jiwa dengan nya, mungkin kamu hanya akan cacat seumur hidup. Ilmu kanuragan mu akan hilang," Lanjut Pendeta Barata. Bima tertegun mendengar hal itu. Dia dan Iblis Es jelas sudah menyatu baik dalam latihan maupun saat bertarung. Meski dia sendiri mempunyai elemen es, tetap saja banyak hal dia dapat bersama Iblis Es. "Kenapa kamu ingin menyerahkan Iblis Neraka kepadaku guru...?" tanya Bima. "Hmm... Iblis Neraka adalah yang terkuat dari semua Iblis selain Iblis Mata Tiga. Bahkan Iblis Es pun masih berada di bawahnya. Kekuatan Neraka yang ada pada Iblis Neraka bisa menghancurkan

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    197.Rencana

    Ratu Azalea dan Pendeta Barata sama-sama tekejut saat keduanya berjumpa. Meski wujud Pendeta Barata lebih tua, Ratu Azalea masih tetap mengenalinya. Sedangkan Pendeta Barata jelas masih sangat mengenali Ratu Azalea yang kecantikannya abadi. "Bagaimana kau... Bisa bersama muridku...?" tanya Pendeta Barata. Bima tersenyum. Dia merangkul gurunya itu lalu mengajaknya duduk di kursi kayu dimana ada meja kecil yang sering dijadikan tempat makan dia dan gurunya. Ratu Azalea pun duduk tak jauh dari mereka. Tanpa basa-basi Bima menceritakan semua yang terjadi di Hutan Awan Hitam. Tak ada yang luput dari cerita Bima. Mata Pendeta Barata berkaca-kaca saat mendengar tentang Raja Baka, putra semata wayangnya. "Kau telah menyelamatkan rakyatku Bima, kau juga membuat perubahan pada putraku, dan tradisi yang tak bisa aku ubah... Kau benar-benar ajaib, tidak salah aku mengirimmu kesana... Aku yakin sekali waktu itu, kau akan mengubah Klan Iblis Tanduk Api yang telah lama aku tinggalkan..." kata

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    196.Kembali Ke Dunia Manusia

    Sepulangnya Raja Baka dan rombongan, Bima dan Ratu Azalea memutuskan untuk menetap satu bulan di Klan Iblis Tanduk Api. Bima melatih para murid muda disana dan membuat mereka lebih kuat lagi. Ratu Azalea juga berlatih dengan Bima setiap malam.Bima mendapat banyak pelatihan dari Ratu. Terutama melatih nadi dan pengalihan tenaga dalam. Ratu yang sudah sangat berpengalaman dalam melatih kanuragan membuat Bima cepat meningkat. Klan Iblis Tanduk Api pun mengalami kemajuan yang pesat. Raja Baka sudah menembus Ranah Tulang Dewa berkat bantuan Bima.***Malam itu sebelum keesokan harinya pergi dari Klan, Bima mengajak Ratu Azalea duduk di lantai kamar. "Apa yang akan kakang berikan sampai kita harus duduk di sini?" tanya Ratu Azalea. Bima mengeluarkan pil inti darah yang dia dapat setelah membunuh Aruna si Iblis Darah. "Pil ini adalah ekstraksi kekuatan dan jiwa dari Aruna yang pernah aku kalahkan di turnamen bula

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    195.Dendam Iblis Darah

    Setelah satu minggu berada di Klan Iblis Penggoda, Raja Baka bersama rombongan akhirnya kembali ke klan Iblis Tanduk Api. Selama di Klan Iblis Penggoda itu napsu Bima berulangkali di uji oleh para Iblis Penggoda. Karena begitu banyaknya Iblis Penggoda yang jatuh cinta kepadanya. Setelah Raja Baka mengajak nya pulang ke Klan, Bima merasa lega. Bahkan sebelum pergi, Raja Soka masih memberikan satu hadiah lagi kepada Bima. Yaitu sebotol pil merah yang katanya mampu membakar racun pada darah dan meningkatkan ilmu kanuragan. Raja Soka mengatakan bahwa pil itu adalah benda paling berharga di Klan Iblis Merah selain Batu Keramat. Awalnya pil itu akan Raja Soka serahkan kepada Urusan Neraka. Tapi karena orang yang dituju sudah tiada, Raja Soka pun memberikannya kepada Bima yang saat ini mengemban permintaan sang Raja mengenai Batu Keramat. Di tengah perjalanan masalah kembali muncul. Anggota Klan Iblis Darah mencegat mereka di lembah berkabu

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    194.Kitab Jiwa Abadi

    Ratu Azalea melompat dari atas tribun tamu kehormatan. Dia melihat Bima yang seperti terlihat kelelahan. Tubuh Ratu melayang di udara. Gaun putih nya berkibar membuatnya terlihat seperti bidadari yang tengah turun dari langit. Semua mata tertuju pada pesona sang ratu yang benar-benar mengalihkan pandangan mata mereka. Pandangan mata Bima mulai terasa kabur dan berkunang-kunang. "Gawat, aku seperti nya mulai tidur panjang..." batin Bima. Tiba-tiba satu tangan lembut memegangi tubuhnya. Lalu di susul aliran hangat yang masuk ke dalam tubuh Bima membuat mata pemuda itu kembali terbuka. Untungnya Bima masih bertahan pada wujud iblis. Sehingga tidak menimbulkan kegaduhan. "Ratu..." batin Bima. Ratu Azalea mengangguk. "Kakang harus segera istirahat," kata Ratu Azalea lalu memapah tubuh Bima keluar dari arena pertarungan. Moderator yang tahu akan situasi segera umumkan hadiah dari turnamen tersebut. Putri Anshi menatap ke arah Ratu Iblis Penggoda. "Bunda ratu, bagaimana ini? Pend

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    193.Penentu(2)

    Aruna menjulurkan lidahnya yang panjang. Gerak-geriknya terlihat aneh. Bima segera mencabut pedang miliknya. Pedang Darah itu bersinar merah oleh aura api milik Bima. Dengan gerakan kilat Bima melesat ke arah Aruna. Pedang menebas dengan gerakan yang tak terlihat oleh mata. Aruna yang seorang pendekar ranah Tulang Dewa bukanlah pendekar lemah yang mudah di serang. Dengan kekuatan darah miliknya, dia menangkis serangan Bima menggunakan pedang yang terbuat dari darah. Namun, Aruna belum tahu, jika pedang Darah milik Bima bisa menyedot atau menghancurkan senjata roh apa pun. Hanya dengan sekali tebas pedang yang terbuat dari darah itu terpotong oleh pedang milik Bima. Pada satu kesempatan, kaki Bima berhasil menendang dada Aruna dengan keras hingga lelaki Iblis Darah itu terpental cukup jauh. Darah keluar dari mulut Aruna. "Uhuk...!" Bima tersenyum kecil. Aruna berteriak marah. Dari dalam mulutnya keluar darah yang sangat banyak. Itu adalah darah yang tercipta dari kumpulan roh d

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    192.Penentu

    "Apa yang kau lakukan Raja Soka!?" seru Bima sambil meminta Raja Soka kembali duduk seperti semula. "Jangan bersujud padaku, sungguh aku merasa tidak suka sama sekali!" kata Bima. Raja Soka menunduk. "Batu itu harus bisa kembali lagi ke klan kami, jika tidak, aku takut akan ada yang berbuat licik menjadikan kami para Iblis sebagai budak..." kata Raja Soka. "Aku akan telusuri peta ini saat aku pergi ke dunia manusia," kata Bima. Raja Soka tersenyum. "Aku sudah tahu identitas mu, makanya aku sengaja memberikan peta itu padamu." kata Raja Baka. Bima menoleh ke arah Raja Baka."Apakah tidak apa-apa?" tanya Bima. "Tidak masalah, Raja dan Ratu sudah aku kasih tagu siapa sebenarnya dirimu saudara. Mereka tidak akan membocorkan rahasia ini. Dan kau tetap bisa ikut pertarungan terakhir di turnamen," kata Raja Baka. Bima menatap ketiga Iblis itu silih berganti. "Baiklah," kata Bima lalu mengubah wujud iblisnya menjadi manusia kembali. Raja Soka dan Ratu Iblis Penggoda menatap takjub

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status