Ratu Azalea dan Pendeta Barata sama-sama tekejut saat keduanya berjumpa. Meski wujud Pendeta Barata lebih tua, Ratu Azalea masih tetap mengenalinya. Sedangkan Pendeta Barata jelas masih sangat mengenali Ratu Azalea yang kecantikannya abadi. "Bagaimana kau... Bisa bersama muridku...?" tanya Pendeta Barata. Bima tersenyum. Dia merangkul gurunya itu lalu mengajaknya duduk di kursi kayu dimana ada meja kecil yang sering dijadikan tempat makan dia dan gurunya. Ratu Azalea pun duduk tak jauh dari mereka. Tanpa basa-basi Bima menceritakan semua yang terjadi di Hutan Awan Hitam. Tak ada yang luput dari cerita Bima. Mata Pendeta Barata berkaca-kaca saat mendengar tentang Raja Baka, putra semata wayangnya. "Kau telah menyelamatkan rakyatku Bima, kau juga membuat perubahan pada putraku, dan tradisi yang tak bisa aku ubah... Kau benar-benar ajaib, tidak salah aku mengirimmu kesana... Aku yakin sekali waktu itu, kau akan mengubah Klan Iblis Tanduk Api yang telah lama aku tinggalkan..." kata
Mendengar perkataan gurunya, Bima menatap lelaki tua tersebut. "Apa yang terjadi jika kita melepas iblis di dalam tubuh kita?" tanya Bima. Pendeta Barata tersenyum kecil. "Kau akan mati, apalagi jika kau sudah berlatih bersama Iblis di dalam tubuhmu, secara tidak langsung, dia adalah jiwamu, dan kamu adalah jiwanya." kata Pendeta Barata. "Namun jika kamu belum melakukan latihan bersama, atau menggabungkan jiwa dengan nya, mungkin kamu hanya akan cacat seumur hidup. Ilmu kanuragan mu akan hilang," Lanjut Pendeta Barata. Bima tertegun mendengar hal itu. Dia dan Iblis Es jelas sudah menyatu baik dalam latihan maupun saat bertarung. Meski dia sendiri mempunyai elemen es, tetap saja banyak hal dia dapat bersama Iblis Es. "Kenapa kamu ingin menyerahkan Iblis Neraka kepadaku guru...?" tanya Bima. "Hmm... Iblis Neraka adalah yang terkuat dari semua Iblis selain Iblis Mata Tiga. Bahkan Iblis Es pun masih berada di bawahnya. Kekuatan Neraka yang ada pada Iblis Neraka bisa menghancurkan
Keesokan harinya Bima sudah berpamitan kepada gurunya. Rencana dia saat ini adalah menuju ke Perguruan Harimau Perak. Namun sebelum mereka pergi kesana, Bima membawa Ratu ke sebuah pasar yang ada di desa di wilayah Perguruan Katak Merah. Disana Bima membeli beberapa pakaian mewah untuk Ratu Azalea. Dan juga membeli sebuah cincin emas dengan hiasan sebuah permata yang indah. Ratu Azalea merasa hatinya berdebar melihat Bima membeli cincin tersebut. Di tambah pakaian-pakaian mahal yang Bima beli. "Kakang punya banyak tail emas?" tanya Ratu Azalea. Bima tersenyum. "Aku punya tabungan, saat aku berlatih bersama guru Barata, aku juga bekerja dan menghasilkan banyak emas, sekarang, akan lebih mudah lagi mendapatkan emas itu." kata Bima sambil memberikan beberapa tail emas kepada Ratu. "Kamu ingin beli apa saja yang kamu mau, dan juga, berikan hadiah kepada orang tuaku nanti," kata Bima. Ratu Azalea mengangguk. Setelah mereka puas berbelanja, Bima pergi ke tempat penjual kuda. Dia me
Ratu Azalea ikut berlutut di sebelah Bima. Meski usia dia jelas jauh lebih tua dari makam tersebut, namun dua makam itu adalah makam kedua orang tua calon suaminya. Sudah sepantasnya seorang menantu berlutut di depan kedua mertuanya. "Ayah dan Ibu mertua, saya akan selalu mendampingi anak kalian, dan melayani nya sepenuh hati. Saya akan merawatnya selama saya hidup, itu janji saya... Mohon restui lah kami," Ucap Ratu Azalea sambil menundukkan kepala. Bima mengeluarkan bunga warna warni dari sabuk penyimpanan nya. Bunga itu dia beli di pasar sebelum mereka datang ke desa itu. Dengan perlahan Bima menaburkan bunga itu ke makam kedua orang tuanya. Ratu Azalea pun telah membelikan hadiah berupa kendi yang di dalamnya berisi air suci. Konon katanya air tersebut adalah air dari mata air dewa yang ada di tempat rahasia. Seseorang menjualnya di pasar. Entah benar dan tidaknya, Ratu hanya ingin memberikan yang terbaik. Setelah selesai dengan semua itu, Bima pun meminta Ratu berdiri. Dia
Malam semakin sunyi dan dingin yang semakin menusuk tulang. Rasa dingin membuat orang-orang enggan untuk keluar dari rumahnya. Begitu juga yang terjadi di Perguruan Julang Emas. Sebuah Perguruan tingkat satu di wilayah barat Negara Angin. Semua orang nyaman di balik selimut mereka. Hanya beberapa murid jaga saja yang berpatroli keliling wilayah perguruan. Beberapa lagi berjaga di dua menara pengawas yang ada di gerbang Perguruan. Malam itu di wilayah barat Negara Angin benar-benar terasa sangat dingin tak biasanya. Tanpa di sadari oleh para penjaga, di balik pepohonan terlihat puluhan orang berpakaian hitam mengawasi pergerakan para penjaga itu. Jumlah mereka sangat banyak! Saat empat murid Perguruan Julang Emas melewati pepohonan tersebut, tiba-tiba sebuah belati terbang mengarah salah satu penjaga. Crash! Satu orang tumbang dengan leher menganga. Darah pun mengalir membasahi tanah yang bersalju. Tiga murid yang lain terkejut. Saat salah satu dari mereka akan menembakkan
Mata Bimasena terbuka perlahan. Apa yang di lihatnya pertama kali adalah sebuah langit-langit yang terbuat dari daun rumbia. Dia masih merasakan punggungnya yang berdenyut sakit. Dengan perlahan dicobanya menggeser tubuhnya agar bisa duduk di atas balai-balai bambu tersebut. Terdengar bunyi berderit dari balai-balai bambu tua itu. Matanya menatap satu cangkir yang terbuat dari bambu berisi entah air apa. Namun air itu masih mengeluarkan uap panas pertanda minuman itu belum lama di seduh. Terdengar suara kayu yang di potong di luar gubuk. Dengan sekuat tenaga sambil menahan sakit, Bima berjalan sambil berpegangan pada dinding gubuk. Wajahnya mengernyit kesakitan. Namun karena penasaran yang tinggi mengalahkan rasa sakitnya, dia tetap berjalan ke arah pintu. Sesampainya di depan pintu, Bima terkejut. Karena gubuk yang dia tempati berada di atas pohon yang tinggi. Matanya menatap ke arah bawah sana, dimana terdengar suara orang yang tengah memotong kayu. Terlihat asap tipis d
Pendeta Barata tersenyum kepada Bimasena yang sangat berhasrat ingin tahu tentang para penjahat yang membantai satu Perguruan dimana Bima tinggal. "Jika kau tahu, apa yang akan kau perbuat? Kemampuanmu saja sangat lemah. Menghindari lemparan batu kecil saja tidak bisa, apa lagi menahan tebasan Pedang dari pendekar hebat? Sudah tewas kau!" ucap Pendeta Barata membuat wajah Bima memerah karena malu dan kesal. "Lalu, apa yang harus aku lakukan kakek?" tanya Bima. "Kau harus melatih dirimu sendiri. Jika kau mau berlatih padaku, ada tiga tahap yang harus kau lalui untuk menjadi pendekar kelas tengah. Itu saja masih belum cukup untukmu bisa melawan mereka," kata Pendeta Barata sambil mengelus jenggot putihnya yang tidak begitu panjang. "Apakah kakek benar-benar mau mengajariku?" tanya Bima penuh harap. Mata si kakek itu melotot membuat Bima merasa ngeri. "Sudah di tolong, sudah di kasih obat, sudah di beri makan, malah sekarang minta di ajari ilmu! Anak siapa kau cah lanang!? Bisa-bis
Tiga tahun pun berlalu dengan cepat. Bimasena telah menguasai semua jurus dan kekuatan tenaga dalam yang Pendeta Barata ajarkan. Latihan yang Pendeta Barata berikan cukup berat. Namun dia berhasil lulus setelah menyelesaikan latihan tahap akhir,atau tahap ke tiga. Bimasena ingat saat dia awal mulai berlatih . Pendeta Barata menyuruhnya memotong kayu, mengisi air, dan mencari batu mulia. Kata Pendeta Barata, batu mulia tersebut bisa menyalurkan tenaga dalam. Dan harga batu mulia itu sangat mahal. Satu batu berwarna merah bisa menghasilkan ratusan tail emas. Tahap pertama pun dia lalui selama satu tahun, hingga dia bisa memotong seribu potong kayu dengan ukuran yang sama persis. Latihan ini adalah soal keseimbangan. Dan Bima berhasil dengan sempurna. Dia pun mengisi air dengan cepat bahkan sambil berlari.Kegunaan latihan ini adalah untuk memperkuat otot-otot lengan dan otot bahu serta kakinya yang nantinya akan di jadikan kuda-kuda saat bertarung. Semuanya harus kuat. Latihan ini be
Ratu Azalea ikut berlutut di sebelah Bima. Meski usia dia jelas jauh lebih tua dari makam tersebut, namun dua makam itu adalah makam kedua orang tua calon suaminya. Sudah sepantasnya seorang menantu berlutut di depan kedua mertuanya. "Ayah dan Ibu mertua, saya akan selalu mendampingi anak kalian, dan melayani nya sepenuh hati. Saya akan merawatnya selama saya hidup, itu janji saya... Mohon restui lah kami," Ucap Ratu Azalea sambil menundukkan kepala. Bima mengeluarkan bunga warna warni dari sabuk penyimpanan nya. Bunga itu dia beli di pasar sebelum mereka datang ke desa itu. Dengan perlahan Bima menaburkan bunga itu ke makam kedua orang tuanya. Ratu Azalea pun telah membelikan hadiah berupa kendi yang di dalamnya berisi air suci. Konon katanya air tersebut adalah air dari mata air dewa yang ada di tempat rahasia. Seseorang menjualnya di pasar. Entah benar dan tidaknya, Ratu hanya ingin memberikan yang terbaik. Setelah selesai dengan semua itu, Bima pun meminta Ratu berdiri. Dia
Keesokan harinya Bima sudah berpamitan kepada gurunya. Rencana dia saat ini adalah menuju ke Perguruan Harimau Perak. Namun sebelum mereka pergi kesana, Bima membawa Ratu ke sebuah pasar yang ada di desa di wilayah Perguruan Katak Merah. Disana Bima membeli beberapa pakaian mewah untuk Ratu Azalea. Dan juga membeli sebuah cincin emas dengan hiasan sebuah permata yang indah. Ratu Azalea merasa hatinya berdebar melihat Bima membeli cincin tersebut. Di tambah pakaian-pakaian mahal yang Bima beli. "Kakang punya banyak tail emas?" tanya Ratu Azalea. Bima tersenyum. "Aku punya tabungan, saat aku berlatih bersama guru Barata, aku juga bekerja dan menghasilkan banyak emas, sekarang, akan lebih mudah lagi mendapatkan emas itu." kata Bima sambil memberikan beberapa tail emas kepada Ratu. "Kamu ingin beli apa saja yang kamu mau, dan juga, berikan hadiah kepada orang tuaku nanti," kata Bima. Ratu Azalea mengangguk. Setelah mereka puas berbelanja, Bima pergi ke tempat penjual kuda. Dia me
Mendengar perkataan gurunya, Bima menatap lelaki tua tersebut. "Apa yang terjadi jika kita melepas iblis di dalam tubuh kita?" tanya Bima. Pendeta Barata tersenyum kecil. "Kau akan mati, apalagi jika kau sudah berlatih bersama Iblis di dalam tubuhmu, secara tidak langsung, dia adalah jiwamu, dan kamu adalah jiwanya." kata Pendeta Barata. "Namun jika kamu belum melakukan latihan bersama, atau menggabungkan jiwa dengan nya, mungkin kamu hanya akan cacat seumur hidup. Ilmu kanuragan mu akan hilang," Lanjut Pendeta Barata. Bima tertegun mendengar hal itu. Dia dan Iblis Es jelas sudah menyatu baik dalam latihan maupun saat bertarung. Meski dia sendiri mempunyai elemen es, tetap saja banyak hal dia dapat bersama Iblis Es. "Kenapa kamu ingin menyerahkan Iblis Neraka kepadaku guru...?" tanya Bima. "Hmm... Iblis Neraka adalah yang terkuat dari semua Iblis selain Iblis Mata Tiga. Bahkan Iblis Es pun masih berada di bawahnya. Kekuatan Neraka yang ada pada Iblis Neraka bisa menghancurkan
Ratu Azalea dan Pendeta Barata sama-sama tekejut saat keduanya berjumpa. Meski wujud Pendeta Barata lebih tua, Ratu Azalea masih tetap mengenalinya. Sedangkan Pendeta Barata jelas masih sangat mengenali Ratu Azalea yang kecantikannya abadi. "Bagaimana kau... Bisa bersama muridku...?" tanya Pendeta Barata. Bima tersenyum. Dia merangkul gurunya itu lalu mengajaknya duduk di kursi kayu dimana ada meja kecil yang sering dijadikan tempat makan dia dan gurunya. Ratu Azalea pun duduk tak jauh dari mereka. Tanpa basa-basi Bima menceritakan semua yang terjadi di Hutan Awan Hitam. Tak ada yang luput dari cerita Bima. Mata Pendeta Barata berkaca-kaca saat mendengar tentang Raja Baka, putra semata wayangnya. "Kau telah menyelamatkan rakyatku Bima, kau juga membuat perubahan pada putraku, dan tradisi yang tak bisa aku ubah... Kau benar-benar ajaib, tidak salah aku mengirimmu kesana... Aku yakin sekali waktu itu, kau akan mengubah Klan Iblis Tanduk Api yang telah lama aku tinggalkan..." kata
Sepulangnya Raja Baka dan rombongan, Bima dan Ratu Azalea memutuskan untuk menetap satu bulan di Klan Iblis Tanduk Api. Bima melatih para murid muda disana dan membuat mereka lebih kuat lagi. Ratu Azalea juga berlatih dengan Bima setiap malam.Bima mendapat banyak pelatihan dari Ratu. Terutama melatih nadi dan pengalihan tenaga dalam. Ratu yang sudah sangat berpengalaman dalam melatih kanuragan membuat Bima cepat meningkat. Klan Iblis Tanduk Api pun mengalami kemajuan yang pesat. Raja Baka sudah menembus Ranah Tulang Dewa berkat bantuan Bima.***Malam itu sebelum keesokan harinya pergi dari Klan, Bima mengajak Ratu Azalea duduk di lantai kamar. "Apa yang akan kakang berikan sampai kita harus duduk di sini?" tanya Ratu Azalea. Bima mengeluarkan pil inti darah yang dia dapat setelah membunuh Aruna si Iblis Darah. "Pil ini adalah ekstraksi kekuatan dan jiwa dari Aruna yang pernah aku kalahkan di turnamen bula
Setelah satu minggu berada di Klan Iblis Penggoda, Raja Baka bersama rombongan akhirnya kembali ke klan Iblis Tanduk Api. Selama di Klan Iblis Penggoda itu napsu Bima berulangkali di uji oleh para Iblis Penggoda. Karena begitu banyaknya Iblis Penggoda yang jatuh cinta kepadanya. Setelah Raja Baka mengajak nya pulang ke Klan, Bima merasa lega. Bahkan sebelum pergi, Raja Soka masih memberikan satu hadiah lagi kepada Bima. Yaitu sebotol pil merah yang katanya mampu membakar racun pada darah dan meningkatkan ilmu kanuragan. Raja Soka mengatakan bahwa pil itu adalah benda paling berharga di Klan Iblis Merah selain Batu Keramat. Awalnya pil itu akan Raja Soka serahkan kepada Urusan Neraka. Tapi karena orang yang dituju sudah tiada, Raja Soka pun memberikannya kepada Bima yang saat ini mengemban permintaan sang Raja mengenai Batu Keramat. Di tengah perjalanan masalah kembali muncul. Anggota Klan Iblis Darah mencegat mereka di lembah berkabu
Ratu Azalea melompat dari atas tribun tamu kehormatan. Dia melihat Bima yang seperti terlihat kelelahan. Tubuh Ratu melayang di udara. Gaun putih nya berkibar membuatnya terlihat seperti bidadari yang tengah turun dari langit. Semua mata tertuju pada pesona sang ratu yang benar-benar mengalihkan pandangan mata mereka. Pandangan mata Bima mulai terasa kabur dan berkunang-kunang. "Gawat, aku seperti nya mulai tidur panjang..." batin Bima. Tiba-tiba satu tangan lembut memegangi tubuhnya. Lalu di susul aliran hangat yang masuk ke dalam tubuh Bima membuat mata pemuda itu kembali terbuka. Untungnya Bima masih bertahan pada wujud iblis. Sehingga tidak menimbulkan kegaduhan. "Ratu..." batin Bima. Ratu Azalea mengangguk. "Kakang harus segera istirahat," kata Ratu Azalea lalu memapah tubuh Bima keluar dari arena pertarungan. Moderator yang tahu akan situasi segera umumkan hadiah dari turnamen tersebut. Putri Anshi menatap ke arah Ratu Iblis Penggoda. "Bunda ratu, bagaimana ini? Pend
Aruna menjulurkan lidahnya yang panjang. Gerak-geriknya terlihat aneh. Bima segera mencabut pedang miliknya. Pedang Darah itu bersinar merah oleh aura api milik Bima. Dengan gerakan kilat Bima melesat ke arah Aruna. Pedang menebas dengan gerakan yang tak terlihat oleh mata. Aruna yang seorang pendekar ranah Tulang Dewa bukanlah pendekar lemah yang mudah di serang. Dengan kekuatan darah miliknya, dia menangkis serangan Bima menggunakan pedang yang terbuat dari darah. Namun, Aruna belum tahu, jika pedang Darah milik Bima bisa menyedot atau menghancurkan senjata roh apa pun. Hanya dengan sekali tebas pedang yang terbuat dari darah itu terpotong oleh pedang milik Bima. Pada satu kesempatan, kaki Bima berhasil menendang dada Aruna dengan keras hingga lelaki Iblis Darah itu terpental cukup jauh. Darah keluar dari mulut Aruna. "Uhuk...!" Bima tersenyum kecil. Aruna berteriak marah. Dari dalam mulutnya keluar darah yang sangat banyak. Itu adalah darah yang tercipta dari kumpulan roh d
"Apa yang kau lakukan Raja Soka!?" seru Bima sambil meminta Raja Soka kembali duduk seperti semula. "Jangan bersujud padaku, sungguh aku merasa tidak suka sama sekali!" kata Bima. Raja Soka menunduk. "Batu itu harus bisa kembali lagi ke klan kami, jika tidak, aku takut akan ada yang berbuat licik menjadikan kami para Iblis sebagai budak..." kata Raja Soka. "Aku akan telusuri peta ini saat aku pergi ke dunia manusia," kata Bima. Raja Soka tersenyum. "Aku sudah tahu identitas mu, makanya aku sengaja memberikan peta itu padamu." kata Raja Baka. Bima menoleh ke arah Raja Baka."Apakah tidak apa-apa?" tanya Bima. "Tidak masalah, Raja dan Ratu sudah aku kasih tagu siapa sebenarnya dirimu saudara. Mereka tidak akan membocorkan rahasia ini. Dan kau tetap bisa ikut pertarungan terakhir di turnamen," kata Raja Baka. Bima menatap ketiga Iblis itu silih berganti. "Baiklah," kata Bima lalu mengubah wujud iblisnya menjadi manusia kembali. Raja Soka dan Ratu Iblis Penggoda menatap takjub