Share

4.Warisan Pedang Darah

Author: Gibran
last update Huling Na-update: 2024-11-27 09:16:12

Tiga tahun pun berlalu dengan cepat. Bimasena telah menguasai semua jurus dan kekuatan tenaga dalam yang Pendeta Barata ajarkan. Latihan yang Pendeta Barata berikan cukup berat. Namun dia berhasil lulus setelah menyelesaikan latihan tahap akhir,atau tahap ke tiga.

Bimasena ingat saat dia awal mulai berlatih . Pendeta Barata menyuruhnya memotong kayu, mengisi air, dan mencari batu mulia. Kata Pendeta Barata, batu mulia tersebut bisa menyalurkan tenaga dalam. Dan harga batu mulia itu sangat mahal. Satu batu berwarna merah bisa menghasilkan ratusan tail emas.

Tahap pertama pun dia lalui selama satu tahun, hingga dia bisa memotong seribu potong kayu dengan ukuran yang sama persis. Latihan ini adalah soal keseimbangan. Dan Bima berhasil dengan sempurna.

Dia pun mengisi air dengan cepat bahkan sambil berlari.Kegunaan latihan ini adalah untuk memperkuat otot-otot lengan dan otot bahu serta kakinya yang nantinya akan di jadikan kuda-kuda saat bertarung. Semuanya harus kuat.

Latihan ini bertujuan untuk memperkuat tubuh Bima, karena saat pertarungan terjadi, otot dan kekuatan sangat membantu membuatnya tetap berdiri meski dalam keadaan lelah sekali pun.

Dan saat dia mencari batu mulia di tebing yang curam, dia akhirnya bisa melompat dari sisi tebing ke sisi yang lain dengan mudah tanpa takut terpeleset. Itu artinya Bima telah mampu mengatur keseimbangan tubuhnya dengan baik. Meski di awal latihan dia sering jatuh bahkan terluka. Namun berkat kegigihannya, dia berhasil menguasai keseimbangan tubuhnya.

Sebenarnya Pendeta Barata hanya beralasan tidak bisa mengambil batu mulia tersebut. Kenyataannya dia malah hanya sekali lompat untuk menggapai batu mulia yang berjarak delapan meter tersebut. Membuat Bima semakin ingin menguasai ilmu meringankan tubuh milik orang tua tersebut.

Setelah setahun berlatih fisik dan berhasil menguasai cara memotong dan melompat, Bima pun mulai berlatih jurus di latihan tahap kedua.

Bima berlatih banyak jurus, baik jurus tangan kosong maupun jurus pedang. Pada tahap ini Bima harus bekerja keras menghafal gerakan cepat gurunya. Karena si kakek berharap daya ingat Bima akan terasah dengan baik. Dengan membaca sekali lalu menguasainya, musuh mana yang akan kuat menghadapinya?

Ditambah sang guru hanya memberinya pedang kayu untuk berlatih. Bukan pedang asli seperti yang di harapkan Bima. Di tambah Bima mempunyai satu tugas yang sangat tidak masuk akal baginya.

Tugas itu adalah memotong sepotong kayu menggunakan pedang kayu.

"Itu sesuatu yang tidak mungkin kakek guru..." ucap Bima waktu itu.

Pendeta Barata tersenyum, lalu langsung memukul kepala muridnya dengan kayu yang dia bawa. Spontan Bima berteriak kesakitan. Kepalanya pun benjol seketika. Entah sudah ada berapa benjolan selama dia menjadi murid orang tua tersebut. Yang jelas hampir setiap hari dia mendapat jatah benjolan.

"Di dunia persilatan ini, hal yang tidak mungkin dan menjadi mungkin itu banyak. Perhatikan ini baik-baik!" ucap Pendeta Barata.

Lelaki tua itu lalu meletakkan satu kayu sebesar lengan. Dia menaruhnya di atas penyangga. Lalu dengan sekali gerak...

Prak!

Kayu patah menjadi dua. Namun hebatnya pedang kayu di tangan Pendeta Barata tidak patah ataupun lecet sedikit pun.

Bima ternganga melihatnya. Dia tidak percaya pedang kayu yang lebih kecil itu bisa memotong kayu sebesar lengan.

"Sekarang apa kau percaya setelah melihat ini? tugasmu adalah mencapai tahap dimana kamu bisa memotong kayu dengan pedang kayu," kata Pendeta Barata.

"Bagaimana kakek guru bisa melakukannya? apakah ada triknya kek?" tanya Bima.

"Tidak ada, aku hanya percaya, bahwa yang aku pegang bukanlah kayu, melainkan pedang. Itu saja," kata Pendeta Barata.

Bima terdiam. Namun sejak saat itu dia mulai berlatih dengan giat. Ribuan kali dia mencoba dan selalu gagal. Bukan kayunya yang patah tapi pedang kayunya yang patah menjadi dua. Dia pun berkali-kali membuat marah gurunya karena mematahkan pedang yang tak terhitung jumlahnya. Padahal semua itu gurunya lah yang membuat. Pantas saja orang tua itu marah dan kesal.

Pendeta Barata juga melatih pikiran Bima agar percaya pada apa yang di yakini nya. Jika sugesti nya mampu membuat sesuatu menjadi kenyataan, maka menjadikan kayu sebagai pedang bukanlah hal yang sulit. Tapi proses itu butuh waktu yang cukup lama.

Oleh sebab itu, Pendeta Barata menyarankan Bima untuk bersemedi dan mendapatkan kekuatan pikiran itu dari semedi tersebut.

Bima pun akhirnya sering melakukan semedi didekat sungai kecil di belakang pohon besar. Hingga akhirnya setelah setahun berlatih dengan keras, dia berhasil mematahkan kayu dengan pedang kayu yang dia gunakan. Bima tersenyum puas.

Pendeta Barata pun tersenyum bangga. Jurus pedang dan tangan kosong sudah, kekuatan pikiran juga sudah, akhirnya Pendeta Barata mulai melatih Bima ilmu tenaga dalam.

Latihan ini tidak mudah. Tapi karena Bima telah menguasai ilmu pikiran, dia bisa lebih cepat mendalami nya. Dalam setahun Bima harus berhasil menghancurkan batu besar dengan tangan kosong. Tugas yang bagi Bima mustahil namun lagi-lagi ditunjukkan oleh gurunya, bagaimana batu itu langsung hancur dalam sekali pukul oleh tangan orang tua tersebut.

"Intinya hampir sama saat kamu berlatih memotong kayu dengan pedang kayu. Kekuatan mu yang kamu keluarkan dari dalam perut kamu gabung dengan kekuatan pikiran. Yakin bahwa kamu bisa menghancurkan batu dengan tinju, maka kamu akan berhasil di tahap yang sempurna," kata Pendeta Barata.

Mendengar itu Bima pun bersemangat dan terus berlatih siang dan malam. Terbayang di kepalanya kehancuran Perguruan Julang Emas di depan matanya. Dan itu dijadikan sebagai acuan dia untuk berhasil menjadi pendekar hebat!

Hingga akhirnya setelah setahun berlatih ilmu tenaga dalam, Bima pun berhasil menghancurkan batu besar dengan tinjunya!

Tinjunya yang sudah dipenuhi dengan luka akibat berlatih sekarang benar-benar berhasil menghancurkan batu sebesar kerbau dengan sekali pukul.

Meski penuh dengan luka, kini tinju kanan dan kirinya sudah bagaikan tinju besi. Bahkan tameng besi pun bisa dia bengkokkan dengan tinjunya.

Hingga akhirnya tibalah saat dimana Pendeta Barata mengatakan tentang rahasia kehancuran Perguruan Julang Emas. Selama ini dia sudah mencari kabar tentang kehancuran Perguruan tersebut. Dia mencari informasi itu saat Bima sedang berlatih.

Setelah tiga tahun, dia berhasil mengumpulkan banyak berita yang baginya cukup mengerikan jika di ceritakan seluruhnya kepada Bimasena. Sang Kesatria Terakhir perguruan tersebut.

Dan Pendeta Barata juga akan mewariskan sebuah pedang milik miliknya yang telah lama dia simpan di dalam tanah. Dia menguburnya di dalam peti besi. Hari itu dia menggalinya lagi setelah berpuluh-puluh tahun lamanya terpendam di sana.

"Ini adalah Pedang Darah milikku yang akan ku wariskan padamu. Bijaksana lah saat memakainya.Karena saat kau mulai membunuh, kau tidak akan pernah berhenti menggunakan pedang ini," ucap Pendeta Barata sambil menyerahkan peti kayu berisi pedang dengan hiasan batu mulia berwarna merah di bagian pangkal pedang.

Bima menerimanya dengan pandangan mata takjub. Matanya tak lepas memandang tubuh pedang tersebut.

"Batu itu mengandung tenaga dalam. Dia cocok dengan tenaga dalam milikmu. Karena aku yang mencocokkannya. Ketika kamu mengaktifkan tenaga dalam mu, batu itu akan memberikan sinyal dengan warnanya yang akan menyala. Saat itulah pedang itu akan menemukan kehebatannya," kata Pendeta Barata lagi.

Bima menarik pedang dari sarungnya. Dia kagum melihat pedang yang terlihat gagah tersebut. Ada aura dingin yang keluar dari tubuh pedang.

"Pedang ini luar biasa..." kata Bima memuji.

Pendeta Barata tersenyum.

"Dia telah memakan lebih dari sepuluh ribu nyawa. Aku ingin tahu, berapa nyawa yang akan kamu tumbal kan untuk Pedang Darah ini." sahut Pendeta Barata.

"Apakah kakek guru sudah tidak ingin terkenal lagi kek? kekuatan kakek masih sangat hebat untuk berhenti menjadi pendekar," kata Bima.

"Aku berbeda denganmu yang masih muda. Kamu punya dendam, aku sudah bebas dari segala kekejian dunia persilatan. Jadi aku ingin hidup tenang. Aku hanya membantumu untuk menumpas kejahatan orang-orang di dunia ini. Itu saja," kata Pendeta Barata lalu menyeruput teh panasnya.

"Lalu, mengenai kabar klan yang menjadi otak di balik kehancuran Perguruan Julang Emas, apakah kakek guru sudah tahu sejak awal?" tanya Bima sambil memasukkan pedang kembali ke sarungnya.

Pendeta Barata mengangguk.

"Musuh mu bukanlah lawan sembarangan. Aku sendiri sangat terkejut setelah tahu kebenarannya, tapi agar kamu tidak terpengaruh oleh jawaban yang aku berikan, kamu bisa menggali sendiri berita dari tempat terbawah. Yaitu Perguruan yang ikut andil dalam mendukung penghapusan Perguruan Julang Emas," kata Pendeta Barata.

"Perguruan apa itu kek? Aku akan mendatanginya, dan mencari tahu kebenarannya," ucap Bima berapi-api.

"Perguruan itu adalah Perguruan Katak Merah. Dari sana kamu akan tahu siapa saja yang ikut andil dalam kejadian tiga tahun yang lalu," kata Pendeta Barata.

"Kenapa kakek guru tidak mengatakan langsung kepadaku siapa saja yang ikut dalam pembantaian itu?" tanya Bima sedikit kecewa. Pendeta Barata menatap sejenak mata muridnya.

"Kamu akan bingung setelah tahu jawaban dariku. Itu sebabnya kamu harus mencarinya sendiri agar kamu lebih memahami lawan-lawan mu. Kamu juga bisa memperhitungkan lawan-lawan mu dengan timing yang tepat.Dan seiring dengan perjalanan waktu, kamu akan tegar setelah tahu siapa sebenarnya musuh mu itu," ucap Pendeta Barata.

Bimasena mengangguk paham. Dia menatap pedang bersarung merah yang sekarang ada di tangannya.

"Perguruan Katak Merah...Aku akan meratakan nya," ucapnya dengan mata yang menyorot tajam.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    5.Perguruan Katak Merah

    Hari itu juga setelah Pendeta Barata memberikan petunjuk dan warisan pedang, Bimasena pun pamit undur diri kepada gurunya. Tak henti Bima ucapkan terimakasih kepada kakek gurunya tersebut. Orang yang telah menyelamatkan hidupnya dan mengajarkan ilmu kesaktian kepadanya selama tiga tahun belakangan ini. Dalam tiga tahun akhirnya Bimasena berhasil menguasai seluruh jurus dan kesaktian Pendeta Barata yang pernah mendapat julukan sebagai Sang Iblis Gila. Julukan itu bukan tanpa sebab, dulu Pendeta Barata adalah seorang pembunuh yang sangat liar. Itu sebabnya dia mendapatkan julukan tersebut. Mengenai asal-usul orang tua tersebut, Bima belum mengetahui nya. Namun seiring berjalannya waktu, semua orang akan tahu bahwa si Iblis Gila itu mempunyai seorang penerus. Yaitu Bimasena. Dengan pedang yang menggantung di punggung Bima pun meninggalkan tempat dimana dia berlatih dengan perasaan sedih. Pendeta Barata hanya melambaikan tangan saja ke arahnya dengan perasaan yang sedih bercampur bangg

    Huling Na-update : 2024-11-27
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    6.Sayembara

    Bimasena menatap orang yang baru saja datang itu. Dia merasakan hawa yang berbeda. Lelaki bernama Marga itu sedikit lebih kuat dari pada rombongan pecundang yang dia temui sebelumnya di dalam kedai. "Siapa kau sebenarnya!?" hardik Marga keras. Bimasena hanya menghela nafas menatap orang bertubuh cukup tegap itu. Hanya dengan melihat tubuh Marga, Bimasena langsung tahu beberapa titik lemah di tubuh orang itu. Merasa pertanyaannya tak di hiraukan oleh Bima, Marga pun langsung menyerang dengan cepat ke arah pemuda berikat kepala merah itu. Tinju kanannya melayang dengan kekuatan yang tidak main-main. Jika mengenai tubuh, bisa jadi tulangnya akan langsung patah. Namun dengan mudah Bima mengelak dari serangan tersebut. Dia mengelak ke kanan lalu tangan kirinya bergerak cepat ke arah bahu Marga. Tuk! Dua jari Bimasena bersarang di bahu kanan Marga yang baru saja dia gunakan untuk menyerang. Saat itu juga Marga mer

    Huling Na-update : 2024-12-18
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    7.Kerusuhan

    Bimasena melangkahkan kakinya masuk ke dalam tempat pendaftaran peserta sayembara. Ternyata disana sudah di penuhi banyak orang yang mengantri. "Ramai sekali," batin Bima sambil mengamati sekitar. Tiba-tiba ada seorang lelaki berbadan besar menyerobot antrian. Tubuh Bima di tarik keluar dari antrian. "Sampah belakangan! biar aku dulu yang di depan!" teriak lelaki itu. Banyak orang menyingkir karena takut melihat wajahnya yang besar. Lelaki berbadan besar itu akhirnya sampai di urutan pertama. Banyak peserta yang marah karena kejadian itu. Tapi mereka enggan berurusan dengan orang berbadan kekar tersebut. Agaknya mereka tahu siapa lelaki besar itu. Tapi tidak bagi Bimasena. Dia merasa kesal antriannya di serobot di tambah tubuhnya juga di tarik, di tambah lagi lelaki itu menyebutnya sampah. Lelaki besar itu tengah mendaftar kan dirinya untuk mengikuti sayembara. Tiba-tiba satu tangan mencengkram bahu kanannya. Lelaki itu menoleh dan melihat seorang pemuda tampan berpakaian merah

    Huling Na-update : 2024-12-18
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    8.Kuda Hitam

    Akhirnya hari yang di tunggu telah tiba. Bimasena segera berkemas dan berangkat menuju gelanggang pertarungan di Perguruan Katak Merah. Sesampainya disana ribuan pengunjung sudah berdatangan untuk melihat jagoan mereka bertarung. Para pendekar kelas bawah dari berbagai penjuru berdatangan untuk ikut meramaikan sayembara. Bima duduk di bangku penonton untuk sementara waktu. Di tempat khusus para tetua perguruan, berjejer beberapa orang yang di anggap paling berpengaruh di perguruan tersebut. Seorang gadis cantik pembawa acara naik ke atas panggung. Dia adalah seorang gadis cantik jelita dengan pakaian minim yang membuat semua mata para penonton terbuka lebar. Para pengunjung bersorak meneriaki gadis tersebut. Si gadis pun mengedipkan sebelah matanya dengan lidah menjulur ke arah penonton. Terdengar suara gemuruh para penonton setelah gadis itu melakukan aksi nya. Bima menutup wajahnya sambil gelengkan kepala. "Gadis aneh," pikir Bima. Si Gadis itu mengambil pengeras suara. "Ha

    Huling Na-update : 2024-12-19
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    9.Bukan Lawan Sebanding

    Kirana Dewi pun berteriak dengan lantang. "Pendekar yang akan bertanding melawan Pendekar Merah adalah Cong Wei dari Perguruan Naga Air!" ucap Kirana Dewi keras. Pendekar berambut gimbal tersenyum. "Takdir sudah memilihmu, Cong Wei, kau memang sudah ditakdirkan melawan dia," ucapnya kepada Pendekar ceking yang ternyata bernama Cong Wei dari perguruan Naga Air. "Aku tidak takut! Lihat saja nanti, siapa yang akan berlutut!" ucap Cong Wei dengan penuh percaya diri."Baguslah kalau kau tak takut. Paling tidak kau tidak membuat malu perguruan besarmu itu," Cong Wei tak menanggapi ucapan si gimbal. Dia segera berkelebat ke atas arena. Bima menatap Pendekar ceking itu. Tak ada senyum di bibirnya. Malah Cong Wei lah yang menyunggingkan senyum sinis kepadanya. "Baru mengalahkan para sampah sudah banyak sekali lagak, aku akan membuatmu memohon ampun padaku," ucap Cong Wei lalu memasang kuda-kuda. Bima hanya melirik gerakan kuda-kuda lawan sekilas. Suara lonceng tanda pertandingan di mu

    Huling Na-update : 2024-12-19
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    10.Peraturan Tidak Adil

    Bima kembali berdiri di atas panggung. Kali ini dia akan melawan satu Pendekar dari Perguruan kelas bawah, yaitu Perguruan Kuda Putih. Bima pernah mendengar nama Perguruan itu. Tapi dia tidak begitu paham jurus-jurus mereka. Ini yang membuat Bima merasa tertantang. Pemuda bernama Jinggo itu berdiri dengan gagah. Dia adalah salah satu senior terkuat di Perguruan Kuda Putih. "Aku sudah menyiapkan semuanya untuk bisa bertemu dengan salah satu perwakilan Julang Emas yang katanya jago-jago dalam pertarungan! Tapi sialnya Perguruan lemah itu sudah hancur terlebih dulu sebelum aku menginjak-injak nya! Aku akan jadikan kamu sebagai alat pelampiasan amarahku!" ucap Jinggo berapi-api. Mata Bima berkilat marah. Kedua tinjunya terkepal erat. "Beraninya menghina Perguruan ku... kamu akan tahu akibat dari ucapan mu..." ucap Bima perlahan. Saat lonceng berbunyi, Bima langsung berinisiatif menyerang lebih dulu. Dia berlari cepat. Sangat cepat! Jinggo menatapnya dengan terkejut. Dia segera saol

    Huling Na-update : 2024-12-19
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    11.Weling Ireng & Jalak Saksono

    Bima menatap kedua pendekar yang sudah berdiri di depannya itu. Matanya yang jeli merasa ada sedikit kejanggalan. Waktu di babak penyisihan tadi dia tidak melihat dua orang tersebut di antara sembilan belas peserta yang lain. Bima mulai curiga ada sesuatu yang tidak beres dengan peraturan kali ini. Dia yakin ada yang disembunyikan oleh penyelenggara sayembara. Tapi Bima tak gentar sedikit pun. Meski dia menyadari dua lawannya bukan pendekar lemah, di tambah jumlah yang tidak seimbang. Yaitu dua lawan satu. Ini adalah pertarungan yang sulit bagi Bima. "Jalak Sasono, jangan biarkan dia banyak bergerak. Lumpuhkan salah satu tangannya," ucap pendekar dari Perguruan Ular Hitam. "Aku paham Weling Ireng, pemuda ini sudah menunjukkan beberapa teknik miliknya, kita bisa dengan mudah memperhitungkan arah serangan dan gerakan jurusnya, jangan khawatir, gerakan lincahku akan menyulitkan pandangan matanya," ucap Jalak Sasono, Pendekar dari Perguruan Jalak Perak. Weling Ireng dari Perguruan Ula

    Huling Na-update : 2024-12-20
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    12.Hasil Latihan Keras

    Weling Ireng melesat dengan tangan kanannya yang sudah diisi tenaga dalam tinggi. Pukulan Sakti Raja Ular Menyemburkan Racun milik Weling Ireng sangat berbahaya. Jika sampai terkena meskipun itu hanya tersentuh saja, maka kulit orang tersebut akan melepuh seperti terbakar. Dan jika terkena langsung serangan itu, sudah di pastikan tubuhnya akan menjadi sesuatu yang mengerikan. Hanya dengan melihat saja Bimasena bisa merasakan aura bahaya dari serangan Weling Ireng kali ini. Tapi dia sudah mempersiapkan dirinya dengan pukulan tenaga dalam yang dia pelajari selama ini. Meski Bima hanya berada di tingkat Tubuh Besi, tetap saja tinjunya sangat berbahaya dan bukan main-main. Bima berkelit ke kanan saat tubuh Weling Ireng menerjang. Dalam keadaan melayang di udara Bima menggerakkan tangannya beberapa kali. Ini dia lakukan karena dia merasa ada sesuatu yang mengarah ke tubuhnya. Sesuatu itu adalah racun yang menyebar di udara. Racun itu tentu saja berasal dari tangan Weling Ireng. "Bahka

    Huling Na-update : 2024-12-20

Pinakabagong kabanata

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    166.Melatih Elemen Es

    Bima terpaku melihat pedang yang menancap di atas tanah. Pedang yang sangat tidak asing baginya. "Pedang Shang Widi...!?" dengan cepat Bima mendekati pedang tersebut. Bima mencabut pedang itu dan melihat bercak darah di pinggiran pedang. "Darah ini masih baru, mungkin belum jauh dari sini, siapa orang yang membawa pedang ini, apa maksudnya dia menancapkan pedang ini di sini!" Bima menatap tembok pedang es raksasa. "Aku terlalu sering menggunakan kekuatan Iblis Tanduk Api. Hanya dua kali saja sudah membuat beberapa tubuh bagian dalamku sakit, apa yang harus aku lakukan?" batin Bima. Ratu Azalea keluar dari dalam goa bersama Long. Mereka melihat Bima yang terlihat gelisah sambil membawa pedang. "Ada apa kakang?" tanya Ratu Azalea sambil memegang lengan Bima dengan lembut. "Pedang ini adalah pedang yang selalu dibawa Arimbi. Aku meminjamkannya saat kami berpetualang bersama ke Hutan Awan Hitam. Dan setelah pedang ini hilang bersama Arimbi, tiba-tiba dia sudah ada di sini," kata Bi

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    165.Asmara Dua Ratu

    Bima dan Long masuk ke dalam goa. Sekarang mereka telah aman dari ancaman Klan Elang Dewa. "Mengenai telur naga itu, apakah kamu masih ingin memberikannya padaku?" tanya Bima. Long menoleh lalu tersenyum. "Setelah melihatmu bertarung dengan kekuatan sehebat itu, aku menjadi lega telah menitipkan nya padamu, kelak, Qinglong akan menjadi pendekar yang hebat juga di bawah bimbingan mu," kata Long. Bima menepuk jidatnya. Dia pikir setelah masalah Klan Elang Dewa selesai, maka telur itu juga aman berada di pulau itu. "Setelah Canglong lahir, aku juga akan mendidiknya dan mengenalkan tentang dirimu padanya," kata Long lagi. "Yah, terserah apa yang kamu mau saja," sahut Bima. Ratu Azalea keluar dari dalam goa. Long terpaku setelah melihat sosok Ratu Azalea. "Kau... Bukankah kau yang menolong diriku dan Yin Long seratus tahun yang lalu?" tanya Long dengan bibir bergetar. Ratu Azalea memejamka

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    164.Tarian Seribu Pedang

    Tangan Iblis Es mengarah ke depan. Dengan teriakan keras dia melancarkan serangan pertamanya ke arah Raja Elang. Ribuan Pedang Es dari belakang tubuhnya melesat ke arah Raja Elang dengan cepat. Raja Elang tidak diam saja. Meski dia masih terkejut perihal Iblis Es yang mengetahui kisah leluhurnya si Elang Dewa yang sekarat dan bersembunyi di gunung tersebut. Kedua tangannya menyilang di depan dada. Mata nya menyorot tajam. "Ajian Angin Guntur...!" teriak Raja Elang. Dari dalam tubuhnya keluar cahaya putih kebiruan yang melesat ke langit hingga menembus awan. Seketika langit pun menjadi gelap. Awan putih itu bergulung menjadi satu berputar dengan cepat. Semakin lama semakin cepat. Perlahan tanah, kerikil dan debu terangkat ke udara lalu tersedot oleh angin tersebut. Cahaya petir menyambar beberapa kali di dalam tubuh pusara angin raksasa tersebut. Ribuan Pedang Es milik Iblis Es melesat dengan ce

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    163.Raja Elang(2)

    Raja Elang segera melesat terbang mengepakkan sayapnya. Dia tidak begitu terpengaruh oleh tekanan danau kutukan karena sudah mencapai tahap bentuk sempurna. Di tambah dia telah berada di Ranah Tulang Dewa tahap akhir. Para Tetua Klan pun ikut menyusul terbang ke langit di atas danau kutukan. Mereka sudah cukup mampu menahan tarikan dari dalam danau. Sembilan tetua itu terbang di atas danau. Meski mereka sudah berada di ranah Tulang Dewa, namun mereka masih belum mendapat wujud sempurna seperti Raja Elang. Namun mereka sudah cukup mampu untuk terbang di atas danau, meski mereka tak yakin semuanya akan selamat hingga pulau kecil tersebut. Para bawahannya yang masih berwujud siluman setengah Elang setengah manusia hanya bisa melihat dengan perasaan bimbang.Mereka masih berada di ranah Keabadian sehingga kekuatan mereka belum cukup untuk menahan tekanan dari dalam danau tersebut. Namun dengan nekat mereka mengikuti langkah para tetua. Mencoba sekuat tenaga meski nyawa menjadi taruh

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    162.Raja Elang

    Long berjalan mendekati goa dimana dua telur Naga itu berada. Bima mengikutinya dari belakang. "Telur ini akan menetas dalam waktu kurang lebih satu purnama," kata Long. "Kenapa kamu ingin aku membawa satu telur ini? Bukankah mereka lebih baik pulang ke Klan Naga bersama-sama?" tanya Bima. "Tidak semudah itu pendekar. Kaisar Azure akan menilai dua anak ini dan menyingkirkan salah satu dari mereka yang terlihat lemah. Hanya boleh ada satu pewaris. Aku sengaja memberikan Qinglong padamu adalah karena dia Naga terkuat. Aura nya sangat kuat, bahkan bisa menekan aura milikku." kata Long. Lalu dia melanjutkan. "Dengan Qinglong tidak bersama Canglong, maka keduanya akan aman. Canglong bisa diterima dengan baik di sisi kakeknya," Bima menganggukkan kepalanya. "Aku tidak keberatan dengan Naga ini, tapi, apakah Naga yang satunya akan baik-baik saja di tangan kakeknya?" "Qinglong mempunyai kekuatan semesta. Sedangkan Canglong mempunyai kekuatan Api dan Petir. Kurasa, Canglong lebih cocok

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    161.Kekaisaran Naga Azure

    Long mengajak Bima untuk duduk dan berbincang. "Aku akan menceritakan dulu asal usul telur naga itu dan juga darimana aku berasal," kata Long. "Baiklah, aku akan mendengar kan dengan seksama." sahut Bima. "Aku berasal dari satu daerah di tempat yang sangat jauh dari tempat ini, nama daerah itu adalah negri Shang." ucap Long membuat Bima mengernyitkan dahi. "Negri Shang? Apa hubungannya dengan ketua Shang Widi?" batin Bima. "Negri Shang di pimpin seorang kaisar bernama Shang Liong To. Dia adalah Kaisar yang membawahi empat negara yang dipimpin empat Raja. Kaisar Shang sangat bijak, sehingga memberi jabatan khusus kepada pendiri Klan Naga kami, yaitu Kaisar Azure.""Kaisar Azure ini adalah Kakek dari dua telur naga yang ada di dalam goa itu. Dia adalah ayah dari istriku, Yin Azure.""Hubungan kami awalnya di mulai saat aku bertemu Yin di halaman aula besar. Dia sedang menanam pohon dewa yang katanya bisa mempercepat pertapaan pendekar.""Pohon Dewa?" tanya Bima. "Benar, pohon dewa

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    160.Naga Api

    Naga Api dengan tubuhnya yang panjang bergerak cepat mengepung Bima. Matanya melotot ke arah Bima. "Balas dendam? Apakah kau yakin aku telah membunuh wanitamu!?" tanya Naga Api dengan mata mulai membara. Bima tak pedulikan apa ucapan Naga itu. Dia mengangkat tangan kanannya lalu menghantam ke tanah dengan keras. "Ledakan Es!" teriak Bima keras. Blarrrr! Dari tubuh Bima memancar kekuatan dahsyat yang meledak dengan keras. Ledakan beraura biru itu membekukan segalanya yang terkena ledakan. Naga Api yang sudah tahu akan ada serangan kuat telah bergerak lebih cepat nenghindari serangan. Dia melayang ke arah sebuah batu besar. Dari atas batu,mulutnya menganga lalu menyembur ke arah Bima. Bola api raksasa menderu ke arah Bima. "Dinding Es!" teriak Bima. Dari dalam tanah muncul dinding tebal yang terbuat dari es melindungi Bima dari serangan Naga Api. Blaaarrr! Bola api itu tertahan oleh es. Sama sekali tidak merusak dinding es tersebut. "Kekuatan milikku sudah meningkat pesat, di

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    159.Penghuni Danau Kutukan

    Bima berdiri di depan danau yang cukup luas itu. Tetua yang membawanya menunjuk ke arah sebuah pulau kecil di tengah danau. "Naga itu ada di sana, air ini sangat panas dan berbahaya," kata tetua tersebut. Ratu Agung merasa khawatir pada keselamatan Bima. Dia sedikit menyesal mengatakan bahwa dia telah tewas melawan Naga Api. Ratu berpikir Bima akan melepas kan begitu saja. Ternyata dia salah, Bima bukan orang yang akan menyerah pada sesuatu dengan mudah. "Naga itu sangat kuat, hampir tidak ada dari kami yang berani mengusiknya, bahkan Raja Elang tidak berani mengganggu nya. Apakah kamu masih ingin ke sana? Dengan kekuatanmu yang masih berada di ranah Keabadian tahap akhir, seperti nya akan kesulitan melawan nya," kata Ratu Agung mengingatkan. Dia berharap Bima menyerah agar selamat. Namun Bima tidak menggubris. "Sekuat apa pun dia, siapa pun yang telah membuat Arimbi meninggalkan diriku, aku akan mendatanginya. Meski itu adalah Dewa Kematian sekali pun!" kata Bima membuat Ratu A

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    158.Rahasia Ratu Agung

    Melalui pertarungan yang sengit, akhirnya Bima berhasil mengalahkan Wesi Tuo yang berada di Ranah Tulang Dewa berkat kerjasama Bima dengan Iblis Es. Setelah kemenangan itu, moderator yang membawa jalannya pertandingan malah menyuruh para siluman Elang tersebut menyerang Bima bersama-sama karena merasa geram dengan kematian tetua mereka. Bima yang sudah merasa marah, ingin menghabisi mereka semua dengan kekuatan Iblis Tanduk Api yang dia miliki. Saat keadaan mulai genting itu, Ratu Agung bangkit berdiri dan berseru. "Kalah tetap saja kalah! Jangan menjadi makhluk yang pengecut!" ucap Ratu Agung keras. Moderator yang masih melayang di langit terkejut. Para penonton yang mulai bergerak pun terdiam mendengar Ratu Agung berkata seperti itu. "Pendekar ini sudah menang, berikan apa yang telah di janjikan, jangan mempermalukan Klan Elang Dewa!" kata Ratu Agung lagi. Tinjunya terlihat mengepal. Ada perasaan yang seolah merasa puas dengan kematian Tetua Wesi Tuo. Bima memperhatikan Ratu

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status