Setelah satu minggu berada di Klan Iblis Penggoda, Raja Baka bersama rombongan akhirnya kembali ke klan Iblis Tanduk Api. Selama di Klan Iblis Penggoda itu napsu Bima berulangkali di uji oleh para Iblis Penggoda. Karena begitu banyaknya Iblis Penggoda yang jatuh cinta kepadanya. Setelah Raja Baka mengajak nya pulang ke Klan, Bima merasa lega. Bahkan sebelum pergi, Raja Soka masih memberikan satu hadiah lagi kepada Bima. Yaitu sebotol pil merah yang katanya mampu membakar racun pada darah dan meningkatkan ilmu kanuragan. Raja Soka mengatakan bahwa pil itu adalah benda paling berharga di Klan Iblis Merah selain Batu Keramat. Awalnya pil itu akan Raja Soka serahkan kepada Urusan Neraka. Tapi karena orang yang dituju sudah tiada, Raja Soka pun memberikannya kepada Bima yang saat ini mengemban permintaan sang Raja mengenai Batu Keramat. Di tengah perjalanan masalah kembali muncul. Anggota Klan Iblis Darah mencegat mereka di lembah berkabu
Sepulangnya Raja Baka dan rombongan, Bima dan Ratu Azalea memutuskan untuk menetap satu bulan di Klan Iblis Tanduk Api. Bima melatih para murid muda disana dan membuat mereka lebih kuat lagi. Ratu Azalea juga berlatih dengan Bima setiap malam.Bima mendapat banyak pelatihan dari Ratu. Terutama melatih nadi dan pengalihan tenaga dalam. Ratu yang sudah sangat berpengalaman dalam melatih kanuragan membuat Bima cepat meningkat. Klan Iblis Tanduk Api pun mengalami kemajuan yang pesat. Raja Baka sudah menembus Ranah Tulang Dewa berkat bantuan Bima.***Malam itu sebelum keesokan harinya pergi dari Klan, Bima mengajak Ratu Azalea duduk di lantai kamar. "Apa yang akan kakang berikan sampai kita harus duduk di sini?" tanya Ratu Azalea. Bima mengeluarkan pil inti darah yang dia dapat setelah membunuh Aruna si Iblis Darah. "Pil ini adalah ekstraksi kekuatan dan jiwa dari Aruna yang pernah aku kalahkan di turnamen bula
Malam semakin sunyi dan dingin yang semakin menusuk tulang. Rasa dingin membuat orang-orang enggan untuk keluar dari rumahnya. Begitu juga yang terjadi di Perguruan Julang Emas. Sebuah Perguruan tingkat satu di wilayah barat Negara Angin. Semua orang nyaman di balik selimut mereka. Hanya beberapa murid jaga saja yang berpatroli keliling wilayah perguruan. Beberapa lagi berjaga di dua menara pengawas yang ada di gerbang Perguruan. Malam itu di wilayah barat Negara Angin benar-benar terasa sangat dingin tak biasanya. Tanpa di sadari oleh para penjaga, di balik pepohonan terlihat puluhan orang berpakaian hitam mengawasi pergerakan para penjaga itu. Jumlah mereka sangat banyak! Saat empat murid Perguruan Julang Emas melewati pepohonan tersebut, tiba-tiba sebuah belati terbang mengarah salah satu penjaga. Crash! Satu orang tumbang dengan leher menganga. Darah pun mengalir membasahi tanah yang bersalju. Tiga murid yang lain terkejut. Saat salah satu dari mereka akan menembakkan
Mata Bimasena terbuka perlahan. Apa yang di lihatnya pertama kali adalah sebuah langit-langit yang terbuat dari daun rumbia. Dia masih merasakan punggungnya yang berdenyut sakit. Dengan perlahan dicobanya menggeser tubuhnya agar bisa duduk di atas balai-balai bambu tersebut. Terdengar bunyi berderit dari balai-balai bambu tua itu. Matanya menatap satu cangkir yang terbuat dari bambu berisi entah air apa. Namun air itu masih mengeluarkan uap panas pertanda minuman itu belum lama di seduh. Terdengar suara kayu yang di potong di luar gubuk. Dengan sekuat tenaga sambil menahan sakit, Bima berjalan sambil berpegangan pada dinding gubuk. Wajahnya mengernyit kesakitan. Namun karena penasaran yang tinggi mengalahkan rasa sakitnya, dia tetap berjalan ke arah pintu. Sesampainya di depan pintu, Bima terkejut. Karena gubuk yang dia tempati berada di atas pohon yang tinggi. Matanya menatap ke arah bawah sana, dimana terdengar suara orang yang tengah memotong kayu. Terlihat asap tipis d
Pendeta Barata tersenyum kepada Bimasena yang sangat berhasrat ingin tahu tentang para penjahat yang membantai satu Perguruan dimana Bima tinggal. "Jika kau tahu, apa yang akan kau perbuat? Kemampuanmu saja sangat lemah. Menghindari lemparan batu kecil saja tidak bisa, apa lagi menahan tebasan Pedang dari pendekar hebat? Sudah tewas kau!" ucap Pendeta Barata membuat wajah Bima memerah karena malu dan kesal. "Lalu, apa yang harus aku lakukan kakek?" tanya Bima. "Kau harus melatih dirimu sendiri. Jika kau mau berlatih padaku, ada tiga tahap yang harus kau lalui untuk menjadi pendekar kelas tengah. Itu saja masih belum cukup untukmu bisa melawan mereka," kata Pendeta Barata sambil mengelus jenggot putihnya yang tidak begitu panjang. "Apakah kakek benar-benar mau mengajariku?" tanya Bima penuh harap. Mata si kakek itu melotot membuat Bima merasa ngeri. "Sudah di tolong, sudah di kasih obat, sudah di beri makan, malah sekarang minta di ajari ilmu! Anak siapa kau cah lanang!? Bisa-bis
Tiga tahun pun berlalu dengan cepat. Bimasena telah menguasai semua jurus dan kekuatan tenaga dalam yang Pendeta Barata ajarkan. Latihan yang Pendeta Barata berikan cukup berat. Namun dia berhasil lulus setelah menyelesaikan latihan tahap akhir,atau tahap ke tiga. Bimasena ingat saat dia awal mulai berlatih . Pendeta Barata menyuruhnya memotong kayu, mengisi air, dan mencari batu mulia. Kata Pendeta Barata, batu mulia tersebut bisa menyalurkan tenaga dalam. Dan harga batu mulia itu sangat mahal. Satu batu berwarna merah bisa menghasilkan ratusan tail emas. Tahap pertama pun dia lalui selama satu tahun, hingga dia bisa memotong seribu potong kayu dengan ukuran yang sama persis. Latihan ini adalah soal keseimbangan. Dan Bima berhasil dengan sempurna. Dia pun mengisi air dengan cepat bahkan sambil berlari.Kegunaan latihan ini adalah untuk memperkuat otot-otot lengan dan otot bahu serta kakinya yang nantinya akan di jadikan kuda-kuda saat bertarung. Semuanya harus kuat. Latihan ini be
Hari itu juga setelah Pendeta Barata memberikan petunjuk dan warisan pedang, Bimasena pun pamit undur diri kepada gurunya. Tak henti Bima ucapkan terimakasih kepada kakek gurunya tersebut. Orang yang telah menyelamatkan hidupnya dan mengajarkan ilmu kesaktian kepadanya selama tiga tahun belakangan ini. Dalam tiga tahun akhirnya Bimasena berhasil menguasai seluruh jurus dan kesaktian Pendeta Barata yang pernah mendapat julukan sebagai Sang Iblis Gila. Julukan itu bukan tanpa sebab, dulu Pendeta Barata adalah seorang pembunuh yang sangat liar. Itu sebabnya dia mendapatkan julukan tersebut. Mengenai asal-usul orang tua tersebut, Bima belum mengetahui nya. Namun seiring berjalannya waktu, semua orang akan tahu bahwa si Iblis Gila itu mempunyai seorang penerus. Yaitu Bimasena. Dengan pedang yang menggantung di punggung Bima pun meninggalkan tempat dimana dia berlatih dengan perasaan sedih. Pendeta Barata hanya melambaikan tangan saja ke arahnya dengan perasaan yang sedih bercampur bangg
Bimasena menatap orang yang baru saja datang itu. Dia merasakan hawa yang berbeda. Lelaki bernama Marga itu sedikit lebih kuat dari pada rombongan pecundang yang dia temui sebelumnya di dalam kedai. "Siapa kau sebenarnya!?" hardik Marga keras. Bimasena hanya menghela nafas menatap orang bertubuh cukup tegap itu. Hanya dengan melihat tubuh Marga, Bimasena langsung tahu beberapa titik lemah di tubuh orang itu. Merasa pertanyaannya tak di hiraukan oleh Bima, Marga pun langsung menyerang dengan cepat ke arah pemuda berikat kepala merah itu. Tinju kanannya melayang dengan kekuatan yang tidak main-main. Jika mengenai tubuh, bisa jadi tulangnya akan langsung patah. Namun dengan mudah Bima mengelak dari serangan tersebut. Dia mengelak ke kanan lalu tangan kirinya bergerak cepat ke arah bahu Marga. Tuk! Dua jari Bimasena bersarang di bahu kanan Marga yang baru saja dia gunakan untuk menyerang. Saat itu juga Marga mer
Sepulangnya Raja Baka dan rombongan, Bima dan Ratu Azalea memutuskan untuk menetap satu bulan di Klan Iblis Tanduk Api. Bima melatih para murid muda disana dan membuat mereka lebih kuat lagi. Ratu Azalea juga berlatih dengan Bima setiap malam.Bima mendapat banyak pelatihan dari Ratu. Terutama melatih nadi dan pengalihan tenaga dalam. Ratu yang sudah sangat berpengalaman dalam melatih kanuragan membuat Bima cepat meningkat. Klan Iblis Tanduk Api pun mengalami kemajuan yang pesat. Raja Baka sudah menembus Ranah Tulang Dewa berkat bantuan Bima.***Malam itu sebelum keesokan harinya pergi dari Klan, Bima mengajak Ratu Azalea duduk di lantai kamar. "Apa yang akan kakang berikan sampai kita harus duduk di sini?" tanya Ratu Azalea. Bima mengeluarkan pil inti darah yang dia dapat setelah membunuh Aruna si Iblis Darah. "Pil ini adalah ekstraksi kekuatan dan jiwa dari Aruna yang pernah aku kalahkan di turnamen bula
Setelah satu minggu berada di Klan Iblis Penggoda, Raja Baka bersama rombongan akhirnya kembali ke klan Iblis Tanduk Api. Selama di Klan Iblis Penggoda itu napsu Bima berulangkali di uji oleh para Iblis Penggoda. Karena begitu banyaknya Iblis Penggoda yang jatuh cinta kepadanya. Setelah Raja Baka mengajak nya pulang ke Klan, Bima merasa lega. Bahkan sebelum pergi, Raja Soka masih memberikan satu hadiah lagi kepada Bima. Yaitu sebotol pil merah yang katanya mampu membakar racun pada darah dan meningkatkan ilmu kanuragan. Raja Soka mengatakan bahwa pil itu adalah benda paling berharga di Klan Iblis Merah selain Batu Keramat. Awalnya pil itu akan Raja Soka serahkan kepada Urusan Neraka. Tapi karena orang yang dituju sudah tiada, Raja Soka pun memberikannya kepada Bima yang saat ini mengemban permintaan sang Raja mengenai Batu Keramat. Di tengah perjalanan masalah kembali muncul. Anggota Klan Iblis Darah mencegat mereka di lembah berkabu
Ratu Azalea melompat dari atas tribun tamu kehormatan. Dia melihat Bima yang seperti terlihat kelelahan. Tubuh Ratu melayang di udara. Gaun putih nya berkibar membuatnya terlihat seperti bidadari yang tengah turun dari langit. Semua mata tertuju pada pesona sang ratu yang benar-benar mengalihkan pandangan mata mereka. Pandangan mata Bima mulai terasa kabur dan berkunang-kunang. "Gawat, aku seperti nya mulai tidur panjang..." batin Bima. Tiba-tiba satu tangan lembut memegangi tubuhnya. Lalu di susul aliran hangat yang masuk ke dalam tubuh Bima membuat mata pemuda itu kembali terbuka. Untungnya Bima masih bertahan pada wujud iblis. Sehingga tidak menimbulkan kegaduhan. "Ratu..." batin Bima. Ratu Azalea mengangguk. "Kakang harus segera istirahat," kata Ratu Azalea lalu memapah tubuh Bima keluar dari arena pertarungan. Moderator yang tahu akan situasi segera umumkan hadiah dari turnamen tersebut. Putri Anshi menatap ke arah Ratu Iblis Penggoda. "Bunda ratu, bagaimana ini? Pend
Aruna menjulurkan lidahnya yang panjang. Gerak-geriknya terlihat aneh. Bima segera mencabut pedang miliknya. Pedang Darah itu bersinar merah oleh aura api milik Bima. Dengan gerakan kilat Bima melesat ke arah Aruna. Pedang menebas dengan gerakan yang tak terlihat oleh mata. Aruna yang seorang pendekar ranah Tulang Dewa bukanlah pendekar lemah yang mudah di serang. Dengan kekuatan darah miliknya, dia menangkis serangan Bima menggunakan pedang yang terbuat dari darah. Namun, Aruna belum tahu, jika pedang Darah milik Bima bisa menyedot atau menghancurkan senjata roh apa pun. Hanya dengan sekali tebas pedang yang terbuat dari darah itu terpotong oleh pedang milik Bima. Pada satu kesempatan, kaki Bima berhasil menendang dada Aruna dengan keras hingga lelaki Iblis Darah itu terpental cukup jauh. Darah keluar dari mulut Aruna. "Uhuk...!" Bima tersenyum kecil. Aruna berteriak marah. Dari dalam mulutnya keluar darah yang sangat banyak. Itu adalah darah yang tercipta dari kumpulan roh d
"Apa yang kau lakukan Raja Soka!?" seru Bima sambil meminta Raja Soka kembali duduk seperti semula. "Jangan bersujud padaku, sungguh aku merasa tidak suka sama sekali!" kata Bima. Raja Soka menunduk. "Batu itu harus bisa kembali lagi ke klan kami, jika tidak, aku takut akan ada yang berbuat licik menjadikan kami para Iblis sebagai budak..." kata Raja Soka. "Aku akan telusuri peta ini saat aku pergi ke dunia manusia," kata Bima. Raja Soka tersenyum. "Aku sudah tahu identitas mu, makanya aku sengaja memberikan peta itu padamu." kata Raja Baka. Bima menoleh ke arah Raja Baka."Apakah tidak apa-apa?" tanya Bima. "Tidak masalah, Raja dan Ratu sudah aku kasih tagu siapa sebenarnya dirimu saudara. Mereka tidak akan membocorkan rahasia ini. Dan kau tetap bisa ikut pertarungan terakhir di turnamen," kata Raja Baka. Bima menatap ketiga Iblis itu silih berganti. "Baiklah," kata Bima lalu mengubah wujud iblisnya menjadi manusia kembali. Raja Soka dan Ratu Iblis Penggoda menatap takjub
Bima menatap peta tersebut dengan seksama. "Apakah kau tahu maksud dari peta ini?" tanya Ratu Azalea. Bima mengangguk. "Ini adalah peta keberadaan Bunga Mahkota Ratu yang lain," kata Bima. "Bunga Mahkota Ratu?" tanya Ratu penasaran. "Benar, itu adalah bunga yang mengandung inti es dari Iblis Es. Aku pernah mendapatkannya sekali, tidak kusangka, ada peta petunjuk yang memudahkan diriku untuk mencarinya," kata Bima dengan wajah berseri. "Apakah bunga itu semacam pecahan kekuatan milik Iblis Es yang ada di dalam tubuhmu?" tanya Ratu lagi. "Tepat sekali, bahkan Iblis Es sendiri bilang padaku, tidak tahu berada dimana pecahan-pecahan tersebut. Bagaimana Raja Soka bisa mempunyai peta ini, aku harus menanyakannya," kata Bima lalu segera beranjak dari tempat dia duduk. "Aku ikut!" seru Ratu Azalea. Mereka berdua pun pergi meninggalkan kamar menuju ke istana Ratu Iblis Penggoda. Raja Soka dengan senang hati menyambut kedatangan Bima dan Ratu Azalea. "Silahkan, aku sudah menununggumu
Lembu Ireng menatap tajam ke arah Buntala. Dua mulut yang ada pada dua sisi palu terlihat menganga lebar siap untuk menelan apa saja yang di hantam olehnya. "Apakah kau sudah rela Buntala? Meski kau mati, namun kau sudah cukup berguna," kata Lembu Ireng. Buntala tersenyum kecut. "Baiklah, ayo kita coba," ucap Buntala lalu menghentakkan Tombak Pelebur Nyawa miliknya. Aura petir biru menyebar di arena tersebut. Namun tidak mempengaruhi Lembu Ireng sama sekali. Buntala melombat mengikuti kecepatan gelombang kekuatan petir miliknya. Lembu Ireng terkejut saat melihat Buntala yang sudah berada di belakangnya. Tombak Pelebur Nyawa melesat dengan sekali tusuk ke arah punggung. Blaaarrrrr! Ledakan keras terjadi saat palu Pemakan Jiwa tiba-tiba bergerak melindungi Lembu Ireng. Buntala segera melompat ke belakang saat dari mulut palu aneh itu muncul aura berwujud tentake gurita yang menyerang ke arahnya. "Apa-apaan palu ini!?" batin Buntala sambil menatap waspada. "Buntala! Apa kau ma
"Bodoh!" ucap Bima membuat Balaraja merasa heran. "Apa yang kau katakan anak muda!? Dia bisa lepas dari serangan bukankah itu baik?" tanya Balaraja. Namun belum Bima menjawab pertanyaan nya mata dia terbelalak melihat tubuh Buntala terlempar kembali ke udara dalam keadaan perisai yang hancur lebur. Saat Buntala lepas dari Semburan Batu Hitam, dia langsung menerjang ke arah Lembu Ireng. Tanpa dia sadari, Lembu Ireng sengaja menghentikan Semburan Batu Hitam setelah melihat perisai Emas milik Buntala yang sebagian telah rusak. Apa yang dikatakan Bima bahwa Buntala bodoh adalah pendekar Iblis Tanduk Emas itu terlalu berambisi menyerang tanpa melihat perisai miliknya. Sementara tinju milik Lembu Ireng telah siap dengan Tinju Batu Hitam yang terkenal kuat itu. Saat Buntala datang menyerang, dengan cepat Lembu Ireng merunduk dan menyarangkan serangan tinju miliknya kearah perut Buntala. Blaaarrrrr! Serangan bertenaga dalam tinggi itu menghempas kan tubuh Buntala ke udara. Perisai Em
"Tombak Pelebur Nyawa!" seru Buntala sambil mengangkat tangannya ke atas. Dari atas langit terlihat cahaya Emas dengan aura panas membara. Satu sinar Emas melesat jatuh ke bawah. Meluncur dengan deras dan menghantam arena hingga arena bergetar hebat. Bum!Mata Lembu Ireng menatap tajam. Sesuatu yang tidak dia senangi telah datang. "Tombak sialan itu... Salah satu pusaka langit legendarid," kata Iblis Darah, Aruna dengan mata terbelalak. Bima mendengarkan ucapan Iblis itu tanpa menyahut. "Tombak Pelebur Nyawa adalah senjata langit terkuat di Klan kami. Sama halnya dengan senjata pedang milikku ini," kata Balaraja, Iblis Tanduk Emas yang ada di dalam tubuh Bima. "Sekuat apa senjata itu Balaraja?" tanya Bima. "Kekuatan Tombak Pelebur Nyawa ini bisa mengguncang langit dan bumi, salah satu senjata langit yang legendaris. Aku tak menyangka Buntala akan mendapatkan senjata sakti ini. Itu berarti dia adalah calon Raja di Klan saat ini!" kata Balaraja dengan senyum mengenbang."Calon Ra