Share

13.Festival Lampion

Penulis: Gibran
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-20 12:19:18

Bima pulang terlebih dahulu ke penginapan yang tak berapa jauh dari pusat perguruan Katak Merah. Dia masuk ke dalam kamarnya. Saat dia selesai mandi dan mengganti pakaiannya, pintunya ada yang mengetuk.

Dengan masih memakai pakaian, Bima membuka pintu itu dan mengintip.

"Siapa?" tanyanya.

"Saya tuan muda, Lastri," ucap seorang gadis pelayan.

Bima membuka pintunya. Saat itu dia tengah memakai pakaian atasnya. Namun karena belum selesai memakai bajunya, tubuh Bima sempat terlihat oleh mata gadis itu.

Wajah si gadis langsung bersemu merah. Dia terpesona dengan otot yang sangat sempurna milik Bima. Tubuh yang kekar namun tidak terlalu besar. Perutnya menampakkan otot-otot indah yang membuat wanita mana pun akan tergoda.

"Ada apa?" tanya Bima dingin.

Lastri tergagap seketika karena tengah melamun dan menatap tubuh pemuda itu.

"Eh.. ah.. anu, saya mau mengantarkan makanan tuan muda, hari ini tuan muda hanya sarapan pagi, siang belum makan, karena ini sudah mulai sore saya langsung s
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    14.Kesatria Sejati

    Keesokan harinya Bimasena membuka matanya. Saat dia membuka mata, yang di lihat pertama adalah Kirana Dewi yang sedang memakai pakaian.Karena gadis itu belum mengenakan pakaiannya, Bima dengan jelas bisa melihat seluruh tubuh polos Kirana tanpa selembar benang pun. Wajah nya memanas. Dia membuang muka ke arah lain. "Kau, bagaimana kau bisa ada di kamarku?" tanya Bima tanpa menoleh kearah Kirana. Gadis itu terkejut. Dia tak menyangka Bima akan terbangun di saat dia sedang memakai pakaian. Buru-buru Kirana memakai pakaiannya. Wajahnya merah merona. "Maaf, aku menumpang mandi di kamar mu, pakaian ku penuh dengan darah dari luka di tubuhmu," ucap Kirana selesai memakai pakaian. Bima segera bangun meski sambil menahan nyeri. "Kamu yang menyelamatkanku semalam..." ucap Bima sambil menatap wajah gadis itu. Kirana tersenyum. "Salah, justru kamu yang sudah menyelamatkan diriku, kakang Bima. Jika bukan karena kamu yang melindungiku, sudah pasti aku yang mati di sana," kata Kirana dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    15.Pendekar Gimbal

    Bima berdiri dengan tegap di tengah arena. Para Ketua Perguruan Katak Merah menatap dengan geram. "Rencana mu gagal Ketua kedua?" tanya Ketua Perguruan. "Belum Ketua pertama, kita lihat saja, bisa berapa lama dia bertahan dalam keadaan terluka," ucap Ketua Kedua. "Baiklah, aku hanya bisa berharap rencana mu kali ini berhasil," ucap Ketua Perguruan. Di dalam tubuh Perguruan Katak Merah ada sepuluh Ketua. Ayah Kirana Dewi yang bernama Rekso Atmoko adalah Ketua Perguruan atau pemimpin dari semua Ketua yang ada di Perguruan tersebut. Sembilan Ketua masing-masing mempunyai tugas memimpin kesatuan mereka. Ketua Kedua adalah teman lama Rekso Atmoko. Dia bernama Ningrat Penjalu. Dua orang itu mempunyai keturunan. Rekso mempunyai anak gadis cantik bernama Kirana Dewi dan Ningrat mempunyai anak lelaki bernama Bayu Sakti. Dua muda mudi itu telah dijodohkan oleh kedua orang tuanya sejak masih bocah. Namun seiring berjalannya usia, Kirana Dewi justru semakin tidak menyukai kelakuan Bayu kar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    16.Rahasia Dibalik Ketua 10

    Setelah kemenangan Bima di pertarungan melawan Aji dari Perguruan Kelelawar Darah, sisa peserta yang lain menjadi kecut. Pasalnya mereka tahu bahwa Aji adalah pendekar terkuat di antara para peserta selain Bima. Akhirnya mereka yang takut mati di tangan Bima mengangkat tangan tanda menyerah. Hal ini di luar dugaan sama sekali. Dan banyak para penonton yang kecewa karena mereka telah membeli tiket dengan beberapa biji tail perak. Untuk meredakan kekesalan penonton, Ketua Perguruan Rekso Atmoko mengutus salah satu ketua untuk menjadi penantang Bima di arena. Keputusan itu sempat di tentang oleh Kirana Dewi, namun ayahnya tetap mengijinkan Ketua ke Sepuluh turun ke arena. "Wongso, jangan mempermalukan perguruan," pesan Rekso Atmoko pada Ketua ke sepuluh. Lelaki paruh baya bernama Wongso itu memberi hormat. Dia segera turun ke arena pertarungan. Para penonton yang melihat Ketua Perguruan turun di arena cukup terkejut. "Saya datang ke sini untuk menantang anda, pendekar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    17.Serangan Belati Beracun

    Bimasena menatap tajam ke arah serangan Wongso. Dia langsung bergerak cepat ke arah samping. Laku dengan pedangnya dia menangkis dua senjata berbentuk belati tersebut. Trang! Trang! Di kejap berikutnya Bima telah menyarungkan pedangnya kembali. Semua terkagum-kagum melihat aksi Bima menangkis serangan. Jika dua belati itu tidak di tangkis, sudah pasti akan mengenai penonton. "Hebat juga kau bisa melihat serangan yang sudah aku gabung dengan tenaga dalam, aku salut," ucap Wongso. Sekilas dia melihat pedang milik Bima tadi. Ada perasaan ingin memiliki senjata tersebut. "Kenapa kau masukkan kembali pedangmu? Seharusnya kau tetap mengeluarkan nya bukan? Serangan tadi bukanlah serangan satu-satunya. Aku masih mempunyai banyak belati," ucap Wongso. Benar saja di tangannya saat ini telah siap empat belati beracun. Bima tak menanggapi semua ocehan Wongso. Dia sangat waspada dengan belati dan serangan orang itu. Selain waspada untuk dirinya, dia takut senjata itu melukai or

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    18.Cakar Hantu

    Merasa geram dengan tantangan Bimasena, Ningrat Penjalu alias Ketua Kedua meminta ijin pada Rekso Atmoko. "Aku akan berikan dia pelajaran yang setimpal," ucap Ningrat. "Bunuh saja, jangan biarkan dia hidup, aku yakin dia ingin mempermalukan perguruan ini," kata Rekso. Ningrat mengangguk. Lalu dia segera melompat ke udara. Tubuhnya sangat ringan sehingga dengan lincah dia melewati puluhan penonton. Bima menatapnya dengan tatapan tajam. Dia cukup kagum dengan ilmu meringankan tubuh Ketua Kedua tersebut. Ningrat mendarat di arena pertandingan dengan tanpa suara. Itu pertanda dia sudah mencapai tahap sempurna dalam ilmu meringankan tubuhnya. "Aku akui kamu adalah pendekar kelas bawah yang cukup berani karena ini pertama kalinya ada pendekar dari kelas Tubuh Besi menantang ku, aku tidak tahu harus berkata kamu hebat atau kamu tolol?" ucap Ningrat dengan wajahnya yang terlihat menyeramkan. Bima tersenyum. "Kau bisa menyebutku tolol atau apa, terserah. Aku sudah mengalahkan salah sat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    19.Jurus Iblis Gila

    Cakar Hantu Ningrat berhasil merobek punggung Bima hingga luka yang Bima dapat semalam kembali terbuka!Bima berteriak keras. Rasa panas menjalar dari luka cakaran itu. Keringat mulai menetes di keningnya. Ningrat tertawa panjang melihat Bima yang mulai tersudut. "Kamu awalnya seseorang harimau yang ganas dan menerkam tanpa ampun, tapi lihatlah dirimu sekarang, hengh, bagaikan kucing yang ketakutan di hadapan Singa yang tengah lapar... hahaha!" ucap Ningrat menghina. Bima mendengus marah. Tapi dia harus waspada pada serangan Ningrat yang sangat berbahaya. Dia memperhitungkan serangan berikutnya. Pedang Darah di tangan kirinya bergetar. Bima menoleh. "Ada apa dengan pedang ini?" batin Bima. Dia merasakan hawa dingin masuk ke dalam tubuhnya membuat luka yang terasa panas membakar menjadi sedikit tak terasa. "Pedang ini mencoba melindungi ku..." batin Bima lalu tersenyum. Dia genggam erat pedangnya. "Pedang Darah, bantu aku melawan musuh ini," ucap Bima perlahan. Seolah tahu apa y

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    20.Para Pengecut

    Ningrat Penjalu tersenyum pahit. Setelah selama ini dia menikmati hidup di perguruan dengan tenang, kini semua nya hancur karena kesombongan dia sendiri. "Kamu memang hebat, bahkan pendekar sekelas diriku masih tak mampu membendung kekuatan yang kau miliki, kalau boleh aku tahu, siapa nama guru mu anak muda?" tanya Ningrat sambil mengumpulkan kekuatan. Ningrat berharap Bima bisa di ajak bicara sebentar sehingga dia bisa menyembuhkan dirinya. Ternyata lelaki bernama Ningrat itu mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan luka. Namun Bima bukan orang yang suka bicara. Dia hanya bicara hal-hal penting saja. Setelah mendengar pertanyaan Ningrat, Bima justru melesat dengan cepat ke arah lelaki tua itu. Tanpa di sangka oleh Ningrat, Bima tahu apa yang di rencanakan lelaki itu. "Kau pikir aku bodoh?" ucapnya seraya menebas tangan kiri Ningrat yang sudah terluka parah. Cras! Tangan itu putus dan jatuh di atas lantai. Ningrat melenguh setinggi langit. Rasa sakit nya luar biasa hingga membuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    21.Seorang Pelayan

    Lastri menaruh nampan yang telah berisi nasi dan lauk pauk. Bima duduk di tempat lesehan seperti biasa. "Lastri, makanlah bersamaku," kata Bima menawarkan. "Saya temani tuan saja disini, saya sudah makan tuan," ucap Lastri kalem. Bima mengambil nasi dengan centong. Entah kenapa dia merasa sangat lapar. Di tambah melihat berbagai lauk yang terlihat sangat nikmat itu membuatnya ingin makan banyak. "Ini adalah ikan bakar sambal ijo, dan ini adalah jengkol semur serta di tambah beberapa lalapan dan sambel terasi, semoga tuan menyukainya," ucap gadis cantik itu menerangkan masakan apa saja yang dia sajikan. Bima mengangguk. Dia makan dengan lahap. Bahkan nasi satu bakul itu dia sikat habis tak tersisa beserta lauk pauknya. Lastri menuangkan air minum dan menyodorkan nya kepada Bima. Dengan satu tenggakan air dalam gelas itu habis seketika. "Haaah, ini sangat nikmat! kamu sangat pandai memasak Lastri," ucap Bima memuji. Merah wajah Lastri mendapat pujian itu. Senyumnya mengembang ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23

Bab terbaru

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    109.Siluman Penghisap Darah(2)

    Kaki panjang Siluman Penghisap Darah berhasil menendang perut Intan dengan keras. Tubuh gadis peri tersebut terpental keras dan jatuh berguling di atas tanah. Bima masih gencar melakukan serangan. Meski beberapa kali cakar siluman tersebut mengenai tubuhnya namun dia bisa bertahan berkat perisai dari hawa gelap miliknya. Siluman itu semakin brutal menyerang Bima. Sesekali dia terbang dan menukik dengan cepat. Bima berhasil menangkis setiap serangan. Namun gerakan siluman yang sangat cepat berhasil menembus pertahanan nya. Siku siluman itu mendarat di dada Bima dengan keras. Tak hanya itu, setelah sikut itu menghantam perisai di dada Bima, dari dalam sikunya keluar satu tulang tajam berwarna hitam. Tubuh Bima terpental dan perisai di dadanya berlubang. Pemuda itu jatuh di atas tanah dengan keras. Dadanya terluka oleh serangan siku tajam makhluk tersebut. Sang siluman melompat ke udara lalu menukik ke arah Bima yang masih dalam terkapar di tanah. Rukma yang tahu hal itu segera mel

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    108.Siluman Penghisap Darah

    Intan dan dua rekannya bersiap dengan ajian Sakti. Bima pun menghunus pedangnya dan menyiapkan satu pukulan Sakti di tangan kiri. Dari balik pohon terlihat sepasang mata merah menyala menatap mereka berempat. Bima merasakan aura yang kuat dari balik pohon tersebut. Dan saat sepasang mata merah menyala itu terlihat, Bima langsung melepas pukulan tangan kosong ke arah pohon. Wuuut! Gelombang angin tenaga dalam menderu dan menghantam pohon itu hingga hancur berantakan. Namun tak ada siapa pun di balik pohon tersebut. "Hati-hati! Aku merasakan dia bukan siluman biasa, kekuatannya mengerikan," ucap Bima mengingatkan. Ketiga gadis peri itu mengangguk. Mereka juga merasakan aura yang terasa sangat menekan. "Aura ini, mirip dengan siluman penghisap darah..." ucap Rukma. Kedua bola matanya menyala biru. "Siluman Penghisap Darah!?" tanya Bima. "Benar, aku mempunyai mata khusus yang bisa mengetahui kekuatan apa yang ada pada siluman," ucap Rukma. "Rukma adalah salah satu peri dengan ga

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    107.Bersama Tiga Peri Cantik

    Kadal raksasa itu mencari keberadaan Bima yang telah membantai anak-anaknya. Namun dia kehilangan jejak. Bima menebar bubuk penghilang bau agar Kadal itu tak mencium keberadaannya. Saat itu dia tengah di rawat oleh tiga gadis Peri yang cantik. Mereka adalah Rukma, Sinta dan Intan. Ketiga Peri itu merasa berhutang nyawa kepada Bima sehingga mereka rela memberikan sebagian tenaga dalam mereka untuk menyembuhkan Bima. Padahal sebenarnya Bima bisa menyembuhkan diri dengan ilmu Ganti Rogo. Tapi karena ada tiga Peri itu Bima membiarkan mereka mengobatinya. Toh dia juga tidak merasa di rugikan. "Apakah kalian tidak malu tidak menggunakan pakaian?" tanya Bima. "Sejujurnya kami malu, tapi apa yang harus kami lakukan?" tanya Sinta. "Aku mempunyai beberapa lembar pakaian di buntalan kain itu. Kalian bisa berbagi, meski tidak cocok untuk wanita, tapi lebih baik daripada kalian tidak mengenakan apa pun," kata Bima sambil menunjuk buntalan kain miliknya. Sinta membuka buntalan itu. Ternyata m

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    106.Tiga Peri

    Para kadal berukuran cukup besar itu menerjang beramai-ramai. Dengan kekuatan tinggi Bima melepas ajian Bola Iblis ke arah gerombolan kadal tersebut. Bola dengan cahaya biru terang itu melesat dengan cepat ke arah para kadal. Dan saat bola itu menghantam tubuh mereka terdengar ledakan dahsyat. Blaaaarrrrr! Ledakan itu membuat puluhan kadal membeku dan mati seketika. Banyak pepohonan yang juga ikut membeku menjadi es terkena gelombang pukulan Sakti milik Bima. Namun karena jumlah mereka sangat banyak, masih banyak dari mereka yang menerjang ke arah Bima. Pemuda itu tenang tanpa ada rasa takut sedikit pun. Karena bagi Bima tekanan para kadal itu tidak seseram Ular Lumut Geni yang belum lama ini dia hadapi. Pedang di tangan kanan Bima bercahaya biru. Dengan cepat Bima melesat ke arah gerombolan para kadal tersebut. Gerakannya sangat cepat dan dengan mudahnya dia memotong makhluk-makhluk buas tersebut. Banyak jiwa yang tersedot masuk ke dalam pedang Darah milik Bima. Makhluk-makhlu

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    105.Monster Purba

    Kadal raksasa itu kembali menjulurkan lidahnya menyambar satu lagi Iblis Kambing yang masih berdiri ketakutan. Mereka bukannya tak mau kabur, tapi mereka tak bisa kabur. Karena di belakang mereka, tepatnya di balik pepohonan, tubuh Kadal itu menutupi jalan. Bahkan ekornya tembus hingga jarak puluhan tombak. Jika mereka kabur, sudah pasti tetap akan mati juga. Mereka mencari cara untuk pergi. Salah satu cara yang terlintas di kepala mereka adalah terjun ke dalam telaga kecil tersebut. Dua Iblis Kambing itu pun langsung melompat ke dalam telaga. Namun sayangnya satu dari mereka telah di sambar lidah panjang si kadal raksasa itu. Melihat Iblis Kambing yang masuk ke dalam telaga itu membuat si kadal langsung menceburkan kepala besar ke dalam telaga sehingga air itu bergelombang tinggi. Tiga gadis yang bersembunyi terseret oleh gelombang air tersebut. Celananya mereka terseret ke arah Bima yang sedang bersembunyi di balik semak belukar. Bima yang tengah menutupi mukanya agar tak meli

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    104.Telaga Misterius

    Bima melanjutkan perjalanannya sendiri. Dia menyusuri jalan kecil yang berbuat dari batu. Bima merasa aneh dengan jalan batu itu. Siapa yang mau membangun nya di tengah hutan yang di penuhi Iblis. Tak berapa lama dia berjalan, dia mendengar suara gemericik air tak jauh darinya. Dengan cepat Bima bergerak menuju asal suara air tersebut. Dan benar saja, dia melihat sungai kecil dengan air dangkal. Bima mendekat, dia keluarkan kekuatan api miliknya sehingga menerangi sungai yang gelap tersebut. "Airnya jernih... apakah ini bisa di minum? Aku sudah hampir mati kehausan," batin Bima. "Kamu tak perlu ragu, air itu adalah sumber yang baik. Para Iblis pun meminumnya, kau yang bukan lagi manusia murni tidak masalah meminum air tersebut," sahut Iblis Es yang merasakan keraguan dalam hati Bima. Setelah mendengar ucapan Iblis Es, tanpa ragu lagi Bima meminum air tersebut. Saat menimum nya, dia merasa ada yang aneh dengan rasa air tersebut. "Kenapa aroma air ini wangi...?" batin Bima lagi.

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    103.Elemen Api

    Dengan sekuat tenaga Bima menangkis terjangan mulut Ular Lumut Geni tersebut. Tubuhnya terdorong keras hingga membuat tanah yang di pijaknya terbongkar."Kuat sekali...!" batin Bima. Dengan cepat kaki Bima bergerak menghantam tubuh bawah ular tersebut. Tapi percuma saja, karena tubuh ular itu keras bagaikan besi. Tendangan Bima hanya membuatnya tersentak saja. Karena tak mempan dengan tendangan, Bima sekuat tenaga melempar ular itu ke udara. Lalu pedang Darah di tangannya berkiblat cepat ke arah mata. Craaasss! Ternyata bagian mata tidak sekeras sisiknya. Ular itu menjerit kesakitan. Darah hijau menyembur dari luka di matanya. Bima mendapat petunjuk dengan melukai mata ular tersebut. "Hehe aku tau kelemahanmu sekarang," ucapnya senang. "Manusia sialan! Kau lukai mataku! Tak ada ada ampunan bagimu lagi!" teriak Ular Lumut Geni itu marah. Mulutnya menyembur kan api yang sangat banyak ke arah Bima. Wooossshhhh! Pepohonan terbakar hebat. Hutan yang gelap itu menjadi terang oleh

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    102.Siluman Lumut Ular Geni(2)

    "Seribu Hukuman Langit!" teriak Arimbi mengerahkan serangan terkuat miliknya. Ribuan bulu perak melesat dari sepasang sayap Arimbi. Sangat cepat ke arah Siluman Ular Lumut Geni. Siluman itu tahu jika dia di serang dari belakang. Dia pun mengibaskan ekornya dengan keras. Dari kibasan ekor itu melesat gelombang angin kuning dengan dahsyat. Gelombang angin berwarna kuning itu pun menghantam semua bulu perak milik Arimbi hingga mental ke berbagai arah. Bahkan sebagian ada yang kembali ke arah Arimbi! Dengan cepat gadis itu mengelak. Namun sayang sekali kaki dan tubuhnya tersambar bulu perak miliknya sendiri.Gadis itu terpekik kesakitan saat bulu-bulu keras itu menembus dagingnya. Bima pun terlihat panik melihat kekasihnya yang terluka. Hal itu membuat nya lengah sehingga ekor ular besar itu berhasil menghantam tubuhnya dengan keras hingga dia menabrak pohon besar di belakangnya. Brak! Bima berteriak keras menahan sakit saat tubuhnya menghantam pohon besar. Tiba-tiba dari atas lan

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    101.Siluman Lumut Ular Geni

    Gunung Tanduk Api terlihat hitam gelap meski sebenarnya saat itu hari masih siang. Awan hitam yang tak pernah pergi dari atas hutan tersebut membuat kawasan luas itu bagaikan malam tanpa ada hentinya. Dua sosok terlihat berjalan dengan tergesa membelah rimbunnya hutan. Mereka tak lain dan tak bukan adalah Bimasena dan Arimbi. Mereka tergesa karena hujan yang mulai turun. Bima mencari tempat untuk berteduh sejenak dari dinginnya air hujan. "Kita berteduh di bawah pohon itu, sepertinya bisa melindungi kita dari hujan," kata Bima sambil berlari ke arah pohon besar dengan dahan yang besar. Arimbi mengikutinya dari belakang. Tubuhnya sudah basah oleh air. Sehingga dia merasa sedikit kedinginan. Air hujan dari awan hitam berbeda dengan hujan di dunia manusia pada umumnya. Di dunia para Iblis dan Siluman itu, air yang turun dari langit hitam itu sama dinginnya dengan air es. Meski Arimbi telah mengeluarkan tenaga dalam untuk menahan rasa dingin, tetap saja dia masih menggigil kedingina

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status