Lastri menaruh nampan yang telah berisi nasi dan lauk pauk. Bima duduk di tempat lesehan seperti biasa. "Lastri, makanlah bersamaku," kata Bima menawarkan. "Saya temani tuan saja disini, saya sudah makan tuan," ucap Lastri kalem. Bima mengambil nasi dengan centong. Entah kenapa dia merasa sangat lapar. Di tambah melihat berbagai lauk yang terlihat sangat nikmat itu membuatnya ingin makan banyak. "Ini adalah ikan bakar sambal ijo, dan ini adalah jengkol semur serta di tambah beberapa lalapan dan sambel terasi, semoga tuan menyukainya," ucap gadis cantik itu menerangkan masakan apa saja yang dia sajikan. Bima mengangguk. Dia makan dengan lahap. Bahkan nasi satu bakul itu dia sikat habis tak tersisa beserta lauk pauknya. Lastri menuangkan air minum dan menyodorkan nya kepada Bima. Dengan satu tenggakan air dalam gelas itu habis seketika. "Haaah, ini sangat nikmat! kamu sangat pandai memasak Lastri," ucap Bima memuji. Merah wajah Lastri mendapat pujian itu. Senyumnya mengembang ba
Bimasena menoleh ke arah pintu saat satu betis putih mulus melangkah masuk ke dalam. Jantungnya sedikit berdetak lebih kencang saat Kirana dengan hanya mengenakan penutup tubuh tembus pandang datang kepadanya. Bima menelan ludahnya. Baru kali ini dia melihat tubuh molek seorang gadis, yang terlihat hampir telanjang bulat. Dua benda menonjol terlihat menyembul dari balik kain putih tembus pandang tersebut. Bima segera membuang wajahnya saat Kirana Dewi menatap matanya. Entah kenapa Bima merasa sedikit canggung dengan keadaan saat ini. "Kau.. kenapa kau melepas pakaianmu?" tanya Bima. Kirana berhenti di belakang tubuh Bima yang berdiri tanpa mengenakan apa pun. Jantung gadis itu terasa bergemuruh. Ini adalah pertama kalinya dia melihat tubuh seorang pria berotot berdiri membelakangi nya tanpa selembar pakaian pun. "Bukankah kamu bilang tadi, jika aku ingin menjadi pelayan mu maka aku harus menuruti semua keinginan mu?" tanya Kirana balik. Kali ini Bima yang tak bisa berkata apa p
Setelah kejadian memalukan di kamar mandi itu, Bima dan Kirana akhirnya duduk di lantai lesehan setelah memakai pakaian mereka. Tak ada yang terjadi di antara mereka berdua. Bima tak berpikir buruk sedikit pun untuk menodai Kirana yang masih gadis suci. Kirana semakin jatuh cinta dengan sikap baik Bima. Jika itu orang lain, sudah pasti akan lain pula yang terjadi pada gadis itu. Lastri datang membawakan teh panas dan camilan. "Lastri, kamu ikut minum teh di sini," ucap Kirana. "Maaf Nona, saya harus tetap berada di depan, takutnya ada tamu yang datang," jawab Lastri menolak dengan lembut. Padahal di dalam hatinya sangat ingin duduk bersama di sana. Namun dia tak ingin mengganggu kesenangan Kirana Dewi. "Jadi, apa rencana kakang terhadap Perguruan ini? Aku tidak masalah jika kakang ingin melampiaskan dendam lama, sejujurnya aku hanyalah anak angkat Ketua Perguruan. Beliau sudah menikah lama namun tak mempunyai keturunan, sehingga dia mengadopsi diriku saat aku masih bayi. Ayah d
Kirana membantu Bima memakai kan pakaian. Pemuda itu merasa sedikit nyaman dengan adanya Kirana di dalam kamarnya. "Kamu tetap di sini, apa pun yang terjadi, jangan keluar," ujar Bima. Kirana menganggukkan kepala. "Jangan menyesali apa yang telah menjadi keputusan mu, malam ini, Perguruan mu akan musnah..." kata Bima lagi. Kirana tak menyahut. Dia tak tahu harus berkata apa. Namun dia merasa yakin, keputusannya untuk mengikuti Bima tidak lah salah. Karena dia tahu kejahatan apa yang dilakukan ayah angkatnya kepada pemuda itu. Bima membuka jendela kamarnya. Dia memakai cadar nya. Pedang Darah tergantung di punggungnya. Dengan pakaian serba hitam, Bima lebih terlihat seperti ninja. Malam itu suasana Perguruan Katak Merah tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa pemuda yang berjaga di pos keamanan. Mereka terlihat asik bercengkrama. Bima melompat ka atas tembok yang cukup tinggi. Berkat latihannya di tebing bersama gurunya, melompati tembok setinggi tiga tombak bukan hal yang sulit
Setelah terjadinya pembunuhan semalam, keesokan harinya Rekso Atmoko memerintahkan para tetua yang masih ada untuk meningkatkan kewaspadaan. Dan mereka juga akan mencari keberadaan si pembunuh. Saksi hidup yang saat ini tengah di selidiki adalah wanita panggilan bernama Yao Shin. Dia adalah wanita dari Negara lain yang merantau ke Negara Angin Barat, dan menjadi wanita panggilan. Menurut wanita itu, dia melihat hantu yang terbang dari luar menuju ke dalam rumah. Dia tak tahu bagaimana hantu itu membunuh banyak orang. Mendapat keterangan itu, pihak Perguruan tidak bisa mempercayainya. Namun kabar adanya hantu yang meneror Perguruan Katak Merah segera menyebar ke seluruh pelosok. Kabar itu membuat banyak orang ketakutan. Termasuk para murid Perguruan itu sendiri. Rekso segera mengumpulkan para tetua dan membahas masalah itu dengan serius. Mereka berencana menangkap si pembunuh yang mereka yakini bukanlah sosok hantu. Bimasena yang berada di dalam penginapan bersama dengan Kirana t
Kirana tersenyum melihat tangan Bima yang melingkar di tubuhnya. Meski dia tahu Bima tak mencintainya, namun ada rasa bahagia tersendiri di dalam hatinya. Namun yang membuat gadis itu merasa canggung adalah ada satu benda di bawah tubuhnya yang berdenyut menekan tubuhnya. Benda yang tak lain adalah tongkat milik Bima yang secara tak sengaja telah bangkit karena sentuhan dari tubuhnya. "Sekarang aku akan jelaskan tentang ayahku, Sepasang Gada Kembar itu adalah senjata warisan turun temurun dari keluarga Atmoko. Selama lebih dari empat dekade senjata itu menjadi andalan para ketua Perguruan di masa lampau. Hanya saja, para ketua enggan membuat masalah dengan Perguruan lain. Karena banyak orang yang menginginkan senjata pusaka tersebut," "Bertahun-tahun sebelum ayahku menjadi kepala Perguruan ini, dia adalah seorang pendekar yang berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain. Sama halnya dengan Ketua Kedua yang juga murid Perguruan Katak Merah, mereka menjadi pendekar hebat dan cuk
Setelah sehari semalam Bima bersemedi, dia telah meningkatkan tenaga dalam yang dia miliki. Itu sudah cukup membuatnya yakin untuk menyerang Perguruan Katak Merah malam ini. Kirana Dewi memberi semangat. Dalam sehari semalam dia hanya duduk di dekat Bima dan melihat pemuda itu bersemedi. "Sebaiknya kakang jangan terburu-buru, sesuai yang aku katakan, kakang siapkan semuanya dan lakukan setelah keadaan mulai kacau, maka semua akan menjadi lebih mudah untukmu kakang," kata Kirana. Bima tersenyum. "Kamu benar-benar kejam Kirana, bahkan aku tidak kepikiran sama sekali dengan gudang yang kau bicarakan itu," ucap Bima. "Aku sudah bilang, aku akan menjadi pelayan mu, lain kali kamu juga harus memahami perasaanku, berlatih lah jadi seorang lelaki," kata Kirana sambil memakaikan pakaian hitam pada tubuh Bima. "Bukankah aku sudah seorang lelaki?" tanya Bima. "Iya, kakang memang lelaki, tapi tidak bisa mengerti perasaan wanita itu artinya kakang belum hebat menjadi seorang lelaki," tegas
Suara langkah kakinya terdengar berat. Aura dingin yang menekan membuat beberapa orang murid jatuh terduduk. "Ini lebih kuat dari saat itu..." batin Kirana mulai merasa cemas. Saat sosok Bima keluar, semua mata menatapnya tanpa berkedip. Di depan mereka berdiri satu sosok setengah Iblis dan setengah manusia. Kali ini sosok Iblis nya lebih jelas dari saat Bima bertarung di arena beberapa waktu lalu. "Hati-hati! Dia berada di ranah Keabadian!" teriak Rekso Atmoko. Dia tak percaya dalam waktu singkat itu, Bima menembus ranah yang dia impikan. Namun Rekso menduga bahwa kekuatan Bima ini adalah memaksakan tubuhnya ke ranah itu untuk beberapa saat. "Jangan takut! Serang secara bersamaan!" ucap Rekso lagi. Tapi ucapannya sia-sia, semua murid terlihat ketakutan. Bima menyapu pandangannya ke segala arah. Lalu tubuhnya merunduk mengambil ancang-ancang. Tiba-tiba tubuhnya melesat sangat cepat ke arah ratusan murid. Pedang Darah di tangannya bergerak sangat cepat yang bahaln tak bisa di l
Bima tersenyum sinis. "Sampah-sampah ini selalu ada di mana-mana. Harus di bersihkan hingga ke akar-akarnya," ucap Bima lalu melesat ke arah puluhan perampok yang menerjang ke arahnya. Dengan satu gerakan cepat Bima menghajar perampok paling dengan menggunakan tinjunya. Tubuh perampok itu terpental dengan dada remuk. Dia tewas seketika. Para perampok yang lain terkejut. Mereka segera mencabut golok mereka dan kembali menyerang. Kali ini serangan mereka lebih terarah dengan membentuk formasi kurungan. Bima tak peduli dengan formasi mereka, yang dia incar, tetap saja tumbang dan tewas dalam keadaan mengenaskan. Kalabunta yang melihat keadaan itu segera ambil tindakan. Dengan cepat tubuhnya melesat menggunakan senjata roh miliknya berupa sepasang cakar merah. Bima terkejut melihat kecepatan Kalabunta. "Meski berada di ranah Keabadian, gerakannya sangat cepat!" batin Bima. "Dia sepertinya fokus melatih kecepatan nya. Berbeda denganmu yang lebih fokus ke elemen milikmu," Sahut Ib
Sebulan telah berlalu. Bima dan Ratu Azalea telah melewati hari-hari bahagia mereka di desa Julang Emas. Bima bertekat kelak akan membangun lagi Perguruan itu setelah urusannya dengan Kerajaan selesai. Hari ini keduanya berangkat menuju ke Perguruan Harimau Perak yang berjarak setengah hari perjalanan. Dengan satu ekor kuda, akan memakan waktu lebih lama lagi. Namun mereka menikmati waktu berkuda tanpa merasa terburu-buru. "Kakang, sudah setengah hari kita berkuda, apakah tidak ingin istirahat dulu?" tanya Ratu Azalea. Bima mengangguk. Kudanya berhenti di pinggir sungai besar. Air sungai itu sangat jernih. "Ratu, aku akan mengambil minum dulu, tunggu di sini," kata Bima lalu turun dari atas kuda.Ratu Azalea pun turun dan berjalan ke bawah pohon yang rindang. Terasa nyaman duduk di bawah pohon dengan hembusan angin semilir yang sangat sejuk. Bima datang dengan kendi yang berisi air. Dia memberikan kendi itu kepada Ratu. Lalu dari dalam sabuk penyimpanan Bima mengambil dua gelas
Ratu Azalea ikut berlutut di sebelah Bima. Meski usia dia jelas jauh lebih tua dari makam tersebut, namun dua makam itu adalah makam kedua orang tua calon suaminya. Sudah sepantasnya seorang menantu berlutut di depan kedua mertuanya. "Ayah dan Ibu mertua, saya akan selalu mendampingi anak kalian, dan melayani nya sepenuh hati. Saya akan merawatnya selama saya hidup, itu janji saya... Mohon restui lah kami," Ucap Ratu Azalea sambil menundukkan kepala. Bima mengeluarkan bunga warna warni dari sabuk penyimpanan nya. Bunga itu dia beli di pasar sebelum mereka datang ke desa itu. Dengan perlahan Bima menaburkan bunga itu ke makam kedua orang tuanya. Ratu Azalea pun telah membelikan hadiah berupa kendi yang di dalamnya berisi air suci. Konon katanya air tersebut adalah air dari mata air dewa yang ada di tempat rahasia. Seseorang menjualnya di pasar. Entah benar dan tidaknya, Ratu hanya ingin memberikan yang terbaik. Setelah selesai dengan semua itu, Bima pun meminta Ratu berdiri. Dia
Keesokan harinya Bima sudah berpamitan kepada gurunya. Rencana dia saat ini adalah menuju ke Perguruan Harimau Perak. Namun sebelum mereka pergi kesana, Bima membawa Ratu ke sebuah pasar yang ada di desa di wilayah Perguruan Katak Merah. Disana Bima membeli beberapa pakaian mewah untuk Ratu Azalea. Dan juga membeli sebuah cincin emas dengan hiasan sebuah permata yang indah. Ratu Azalea merasa hatinya berdebar melihat Bima membeli cincin tersebut. Di tambah pakaian-pakaian mahal yang Bima beli. "Kakang punya banyak tail emas?" tanya Ratu Azalea. Bima tersenyum. "Aku punya tabungan, saat aku berlatih bersama guru Barata, aku juga bekerja dan menghasilkan banyak emas, sekarang, akan lebih mudah lagi mendapatkan emas itu." kata Bima sambil memberikan beberapa tail emas kepada Ratu. "Kamu ingin beli apa saja yang kamu mau, dan juga, berikan hadiah kepada orang tuaku nanti," kata Bima. Ratu Azalea mengangguk. Setelah mereka puas berbelanja, Bima pergi ke tempat penjual kuda. Dia me
Mendengar perkataan gurunya, Bima menatap lelaki tua tersebut. "Apa yang terjadi jika kita melepas iblis di dalam tubuh kita?" tanya Bima. Pendeta Barata tersenyum kecil. "Kau akan mati, apalagi jika kau sudah berlatih bersama Iblis di dalam tubuhmu, secara tidak langsung, dia adalah jiwamu, dan kamu adalah jiwanya." kata Pendeta Barata. "Namun jika kamu belum melakukan latihan bersama, atau menggabungkan jiwa dengan nya, mungkin kamu hanya akan cacat seumur hidup. Ilmu kanuragan mu akan hilang," Lanjut Pendeta Barata. Bima tertegun mendengar hal itu. Dia dan Iblis Es jelas sudah menyatu baik dalam latihan maupun saat bertarung. Meski dia sendiri mempunyai elemen es, tetap saja banyak hal dia dapat bersama Iblis Es. "Kenapa kamu ingin menyerahkan Iblis Neraka kepadaku guru...?" tanya Bima. "Hmm... Iblis Neraka adalah yang terkuat dari semua Iblis selain Iblis Mata Tiga. Bahkan Iblis Es pun masih berada di bawahnya. Kekuatan Neraka yang ada pada Iblis Neraka bisa menghancurkan
Ratu Azalea dan Pendeta Barata sama-sama tekejut saat keduanya berjumpa. Meski wujud Pendeta Barata lebih tua, Ratu Azalea masih tetap mengenalinya. Sedangkan Pendeta Barata jelas masih sangat mengenali Ratu Azalea yang kecantikannya abadi. "Bagaimana kau... Bisa bersama muridku...?" tanya Pendeta Barata. Bima tersenyum. Dia merangkul gurunya itu lalu mengajaknya duduk di kursi kayu dimana ada meja kecil yang sering dijadikan tempat makan dia dan gurunya. Ratu Azalea pun duduk tak jauh dari mereka. Tanpa basa-basi Bima menceritakan semua yang terjadi di Hutan Awan Hitam. Tak ada yang luput dari cerita Bima. Mata Pendeta Barata berkaca-kaca saat mendengar tentang Raja Baka, putra semata wayangnya. "Kau telah menyelamatkan rakyatku Bima, kau juga membuat perubahan pada putraku, dan tradisi yang tak bisa aku ubah... Kau benar-benar ajaib, tidak salah aku mengirimmu kesana... Aku yakin sekali waktu itu, kau akan mengubah Klan Iblis Tanduk Api yang telah lama aku tinggalkan..." kata
Sepulangnya Raja Baka dan rombongan, Bima dan Ratu Azalea memutuskan untuk menetap satu bulan di Klan Iblis Tanduk Api. Bima melatih para murid muda disana dan membuat mereka lebih kuat lagi. Ratu Azalea juga berlatih dengan Bima setiap malam.Bima mendapat banyak pelatihan dari Ratu. Terutama melatih nadi dan pengalihan tenaga dalam. Ratu yang sudah sangat berpengalaman dalam melatih kanuragan membuat Bima cepat meningkat. Klan Iblis Tanduk Api pun mengalami kemajuan yang pesat. Raja Baka sudah menembus Ranah Tulang Dewa berkat bantuan Bima.***Malam itu sebelum keesokan harinya pergi dari Klan, Bima mengajak Ratu Azalea duduk di lantai kamar. "Apa yang akan kakang berikan sampai kita harus duduk di sini?" tanya Ratu Azalea. Bima mengeluarkan pil inti darah yang dia dapat setelah membunuh Aruna si Iblis Darah. "Pil ini adalah ekstraksi kekuatan dan jiwa dari Aruna yang pernah aku kalahkan di turnamen bula
Setelah satu minggu berada di Klan Iblis Penggoda, Raja Baka bersama rombongan akhirnya kembali ke klan Iblis Tanduk Api. Selama di Klan Iblis Penggoda itu napsu Bima berulangkali di uji oleh para Iblis Penggoda. Karena begitu banyaknya Iblis Penggoda yang jatuh cinta kepadanya. Setelah Raja Baka mengajak nya pulang ke Klan, Bima merasa lega. Bahkan sebelum pergi, Raja Soka masih memberikan satu hadiah lagi kepada Bima. Yaitu sebotol pil merah yang katanya mampu membakar racun pada darah dan meningkatkan ilmu kanuragan. Raja Soka mengatakan bahwa pil itu adalah benda paling berharga di Klan Iblis Merah selain Batu Keramat. Awalnya pil itu akan Raja Soka serahkan kepada Urusan Neraka. Tapi karena orang yang dituju sudah tiada, Raja Soka pun memberikannya kepada Bima yang saat ini mengemban permintaan sang Raja mengenai Batu Keramat. Di tengah perjalanan masalah kembali muncul. Anggota Klan Iblis Darah mencegat mereka di lembah berkabu
Ratu Azalea melompat dari atas tribun tamu kehormatan. Dia melihat Bima yang seperti terlihat kelelahan. Tubuh Ratu melayang di udara. Gaun putih nya berkibar membuatnya terlihat seperti bidadari yang tengah turun dari langit. Semua mata tertuju pada pesona sang ratu yang benar-benar mengalihkan pandangan mata mereka. Pandangan mata Bima mulai terasa kabur dan berkunang-kunang. "Gawat, aku seperti nya mulai tidur panjang..." batin Bima. Tiba-tiba satu tangan lembut memegangi tubuhnya. Lalu di susul aliran hangat yang masuk ke dalam tubuh Bima membuat mata pemuda itu kembali terbuka. Untungnya Bima masih bertahan pada wujud iblis. Sehingga tidak menimbulkan kegaduhan. "Ratu..." batin Bima. Ratu Azalea mengangguk. "Kakang harus segera istirahat," kata Ratu Azalea lalu memapah tubuh Bima keluar dari arena pertarungan. Moderator yang tahu akan situasi segera umumkan hadiah dari turnamen tersebut. Putri Anshi menatap ke arah Ratu Iblis Penggoda. "Bunda ratu, bagaimana ini? Pend