Dengan kaki gemetaran menahan takut, Japra mendekati jasad Ki Palung. Nekat, dia pun memegang tubuh yang sudah taak bernyawa ini.
“Astaga, benaran sudah mati, tubuhnya tak gerak lagi?” batin Japra dan kembali ketakutan melanda hatinya.
Tiba-tiba Japra mendengar suara dari kejauhan, tanpa buang waktu, Japra berlari bersembunyi menjauhi jasad Ki Palung, dengan langkah ngos-ngosan saking gugupnya, sambil melihat-lihat situasi.
Dia pikir pasti orang jahat yang sudah membuat Ki Palung tewas ini yang datang kembali.
Apa yang dia khawatirkan benar adanya!
“Ha-ha-ha…si pentolan perampok ini sudah mati!” tiba-tiba terdengar suara orang terbahak.
Japra langsung gemetaran tubuhnya. Ternyata yang datang salah satu dari 3 pendekar golok putih, musuh Ki Palung.
“Ya Tuhan, itu musuh Ki Palung moga dia tak lihat aku,” batin Japra makin merunduk tubuhnya ke tanah dan terhalang semak belukar yang lebat.
Hatinya tentu saja ketakutan, di pikirannya orang itu pasti jahat..!
Dari tempat persembunyiannya, Japra melihat datang lagi 2 rekannya.
Kini kompletlah tiga orang tersebut mengelilingi jasad gembong perampok yang paling ditakuti di kawasan lereng Bukit Meratus.
Japra masih terpaku di tempatnya sambil nekat ngintip. Salah satu dari 3 pendekar ini menggeledah pakaian Ki Palung.
“Bangsat, benda yang dia curi tak ada di tubuhnya. Jangan-jangan sengaja dia buang atau sembunyikan di sebuah tempat!” sambil berucap begitu, orang yang baru datang ini lalu menendang jasad Ki Palung.
Tubuh tanpa nyawa ini terlempar sangat jauh, lalu masuk jurang yang sangat dalam. Japra yang menyaksikan itu sampai bergidik ngeri.
Kemudian dalam sekejap mata, ketiganya langsung pergi dengan sangat cepat. Japra sampai mengerjap-ngerjapkan mata, melihat kejadian yang baginya sangat mengerikan ini.
Cukup lama Japra mendekam di tempatnya sembunyi, setelah dirasanya aman, dia pun keluar dari tempat persembunyiannya, kemudian cepat-cepat pergi dari sana.
Dia masih ketakutan melihat kesaktian 3 Pendekar Golok Putih, yang dibenaknya masih dianggap orang jahat dan bisa sewaktu-waktu menyusulnya!
Wajah ke 3 orang itu tak pernah dia lupakan, Japra memiliki daya ingat yang kuat.
“Jadi itukah 3 Pendekar Golok Putih, yang sudah kalahkan Ki Palung..?!!!” pikirnya sambil melangkah cepat.
Ingat akan sumpahnya pada Ki Palung, kaki Japra melangkah ke arah Barat, di mana padepokan Ki Palung berada.
“Kamu terus berjalan ke arah Barat, nanti kamu akan menemukan sebuah sungai. Kamu susuri sungai itu arah ke Hulu. Di sana kelak, kamu akan menemukan sebuah kampung kecil, kampung itu di bawah kendaliku. Kamu tunjukan saja kalung ini, maka kamu akan di bawa ke padepokanku.”
Itulah ucapan Ki Palung beri dia petunjuk, sebelum tewas setelah menyuruh Japra bersumpah.
Tempat yang dituju ternyata bukan tempat yang dekat, Namun, perjalanannya tak sia-sia, setelah hampir 2 bulan, dia pun menemukan sebuah sungai yang dengan sesuai petunjuk Ki Palung.
Dengan kaki kecilnya dan semangat tinggi Japra menuju ke arah hulu menyusuri sungai ini.
“Inikah kampung itu?” batin Japra bersorak kesenangan perjalanan jauhnya tak sia-sia. Dia lalu melangkah cepat, untuk menemui siapapun warga di sini.
Tanpa sadar dia sudah memasuki sebuah perkampungan perampok, yang sangat ditakuti semua orang dan letaknya pun tersembunyi.
“Heii berhenti, siapa kamu pengemis cilik yang kesasar ke sini,” bentak seorang pria, dengan wajah bengis dengan brewok memenuhi wajahnya. Goloknya tergantung di pinggang.
Suara bentakan kasar ini otomatis menghentikan langkah Japra dan menatap orang ini. “S-saya Japra t-tuan!” sahut Japra agak takut.
Tak lama datang seorang pria lainnya, yang tak kalah seremnya, goloknya juga berada di pinggang, hingga penampilannya makin serem dan ikut menatap tajam wajah Japra.
“Hmm…aneh, ada pengemis cilik kelaparan nyasar ke kampung kita. Hei sebutkan kamu darimana dan mau apa kesini?” bentak rekannya itu tak kalah kasar, Japra hampir terkencing-kencing saking takutnya.
“S-saya d-dari Kampung Haliling, ke sini di-di suruh Ki Palung,” dengan suara gugup Japra menjawab.
Lalu tangan mungil Japra mengeluarkan kalung yang dulu diserahkan pria yang sudah tewas itu.
“Apaaaa….!” Bak tersambar petir, orang pertama yang menegur Japra langsung merampas kalung itu.
“Anak kecil, kamu tak tahu siapa Ki Palung itu hah! Dia itu ketua kami yang paling kami hormati. Kalung ini sama nilainya dengan nyawa ketua kami itu, di mana ketua kami sekarang, awas kalau bohong, lehermu aku tebas!” ancam orang yang mengambil kalung tadi dari tangan Japra, masih dengan suara mengguntur.
Japra makin gemetaran dengar bentakan kasar disertai ancaman yang tak main-main.
“Agur, kita bawa anak kecil ini dan pertemukan dengan Ki Boka wakil kepala padepokan, biar beliau yang memutuskan nasib anak ini!” sela rekannya.
Pria yang dipanggil Agur mengangguk, lalu menyambar tubuh Japra dan berlari cepat menuju ke sebuah tempat di sebuah lereng gunung, diikuti teman nya tadi.
Jaraknya lumayan jauh dari kampung kecil ini.
Ki Boka lagi-lagi bikin nyali Japra hampir menciut, orang yang menjadi Wakil Kepala Padepokan ini tak kalah seramnya dengan Ki Palung dan kedua orang yang membawanya ke sini.
Tubuh orang ini tinggi kokoh dengan urat-urat kekar menonjol di kedua lengannya, ditambah golok yang lumayan besar di pinggangnya, lebih besar dari golok Agur dan rekannya.
Kini dia menatap tajam wajah Japra, kisah yang baru Japra sampaikan membuat wajahnya terlihat keruh, ada kemarahan serta dendam kesumat terlihat di sana.
“Hmm…jadi ketua kami, Ki Palung sudah tewas di tangan 3 Pendekar Golok Putih? Dan kamu Japra, tak sengaja bertemu dengannya dan sudah lakukan sumpah…?”
Ki Boka menatap tajam wajah Japra…!
***
BERSAMBUNG
Dengan polosnya Japra pun mengangguk, dia bahkan tak ragu sebutkan isi sumpah tersebut. Hingga Ki Boka dan dua orang tadi saling pandang, takjub sekaligus keheranan.“Ini sumpah rahasia padepokan kita, agaknya anak kecil ini tak bohong Ki Boka,” bisik pria yang bernama Agur ini. Ki Boka menganggukan kepala sambil menaksir-naksir tubuh Japra.Tapi…tanpa setahu ke 3 orang ini, Japra sengaja tak ceritakan soal peta Pusaka Bukit Meratus!Ki Boka lagi-lagi bikin nyali Japra hampir menciut, orang yang menjadi wakil Ki Palung ini tak kalah seramnya dengan Ki Palung dan kedua orang yang membawanya ke sini.Wajah brewokan, tubuh Ki Boka tinggi kokoh dengan urat-urat kekar menonjol di kedua lengannya, ditambah golok yang lumayan besar di pinggangnya, lebih besar dari golok Agur dan Icok.Kini dia menatap tajam wajah Japra, kisah yang baru Japra sampaikan membuat wajahnya terlihat keruh, ada kemarahan serta dendam kesumat terlihat di sana. “Hmm…jadi ketua kami, Ki Palung sudah tewas di tangan 3
“Kurang ajar, heii jongos, kamu ternyata diam-diam ngintip saat kami latihan yaa. Kamu patut di hajar,” bentak Sawon, ditambah kompor dari 3 temannya, yang sebut Japra pencuri ilmu silat, makin murkalah Sawon.Tanpa menunggu Japra bicara. Hiattt….hiatttt…Sawon langsung keluarkan jurus-jurus terhebatnya, dia seolah ingin hajar Japra dalam satu gebrakan.Japra tentu saja kaget tak kepalang dengan serangan ganas Sawon ini. Tapi anak kecil ini tak gentar, dengan gesit dia mampu menghindar semua serangan ganas Sawon.Walaupun baru 6 bulanan berlatih seorang diri, dengan lincah semua serangan Sawon berhasil Japra elakan.Tapi Japra tak punya kesempatan membalas, kadang ada juga pukulan Sawon yang kena ke badan kurusnya. Japra menahan nyeri, tapi dia tak mau menyerah begitu saja."Aku tak salah apa-apa," batinnya mulai marah juga dengan kelakuan Sawon ini. Tanpa Japra sadari, jiwa pantang menyerang dan ingin membalas kalau disakiti mulai keluar tanpa dia sadari.Japra bertekad akan melawan ap
“Japra aku ikut berlatih yaa!”Japra yang sedang bergerak lincah langsung berhenti, mendengar suara bening dari seorang gadis kecil.Matanya bulat bersinar terang, kulitnya putih bersih, dengan bulu-bulu halus di sekujur lengannya, menambah kecantikannya.“Aura…boleh, ayoo kita berlatih bareng, mengulang pelajaran dari Mahaguru kemarin,” sahut Japra dengan wajah berbinar.'Siapa yang tak senang berlatih ditemani bocil cantik ini-' pikir Japra sumringah. Kebiasaan berlatih seorang diri sudah jadi rutinitas Japra sejak jadi murid di sini.Japra tak pernah pedulikan apapun kelakuan Ki Boka dan anak buahnya, yang kadang berpesta usai sukses melakukan perampokan pada korban-korbannya. Ia hanya fokus berlatih!Keduanya pun berlatih dengan riang gembira. Tubuh Japra yang kini bergerak gesit dan luwes, 2 tahun lalu dan saat ini sudah berubah.Di usianya yang sudah 10 tahunan, badannya berisi tak lagi kurus, tubuhnya pun makin jangkung. Ditunjang pakaian hitam yang dia kenakan. Menambah ketampa
Ki Birawa dan Ki Boka terlihat pembicaraan serius. Saking asyiknya berbincang, Ki Birawa dan Ki Boka ngobrol, tak sadar Japra sudah kembali setelah tadi bertemu Aura, dan kini mendengarkan obrolan mereka.“Jadi Maharaja sudah digulingkan seorang pangeran yang juga adik raja terdahulu?” terdengar suara Ki Boka. “Betul Boka, kerajaan sekarang berganti penguasa, pembersihan dilakukan kerajaan. Hati-hatilah kalian, raja yang baru ini kabarnya juga akan babat siapapun yang ganggu kerajaan-nya, termasuk mengganggu warganya!” Ki Boka mengangguk tanda paham dengan peringatan Ki Birawa. Ki Boka pun berencana ‘istirahat’ dulu jalankan aksinya bersama komplotannya.Dia khawatir bila masih beraksi, justru akan bentrok dengan pasukan kerajaan yang baru dan bakal panjang urusannya.“Boka, aku heran, katanya peta pusaka bukit meratus sudah berhasil di rebut Ki Palung. Tapi anehnya, saat dia tewas ditangan 3 Pendekar Golok Putih, peta itu lenyap! Apakah selama ini kamu selidiki kemana lenyapnya p
“Rapalkan mantra yang sudah aku ajarkan sambil kerahkan tenaga dalammu. Lalu masuk ke dalam bejana itu cepat!” terdengar perintah Ki Birawa.Japra pun merapalkan mantera itu sambil tarik nafas dan salurkan seluruh kekuatan di dalam perutnya. Tubuhnya tiba-tiba dingin dan tanpa ragu dia masuk ke dalam tungku itu dan duduk di air mendidih.Anehnya panas air itu tak terasa di tubuhnya, Japra pun makin terkagum-kagum dengan kehebatan gurunya ini. Ki Birawa lalu beri petunjuk-petunjuk dan Japra dengan mudahnya mampu ikuti semua petunjuk tersebut. “He-he-he…ilmu pukulan Ular Kobra dan Jurus Halilintar yang aku ajarkan sudah bisa kamu serap Japra. Tinggal terus kamu latih maka 1 tahun lagi, seluruh anak buah Ki Boka bukan tandinganmu lagi,” terdengar suara Ki Birawa tertawa lepas khas burung hantu. Ki Birawa bangga bukan main, murid tunggalnya ini tak mengecewakannya, bahkan melebihi ekspektasinya.“Kelak kalau dia dewasa, Ki Boka bahkan aku sendiri bisa saja bukan tandingannya lagi, bi
“Japra, hari ini kita turun gunung, kita akan menemui orang-orang dari Kerajaan Daha, mereka ini bukan orang sembarangan.”“Baik guru!”Setelah berkemas seperlunya, keduanya berlari cepat menuju sebuah tempat, kalau dulu Japra sering tertinggal dari Ki Birawa. Kini sebaliknya, berjam-jam berlari cepat, wajahnya biasa saja.Terbalik dengan Ki Birawa, terdengar deru nafasnya, tanda kelelahan berlari cepat, di samping tenaga dalamnya belum pulih 100 persen. Faktor usia juga mempengaruhi kekuatannya.Apalagi 90 persen tenaga dalamnya sudah di oper ke tubuh murid tunggalnya ini.Tempat yang dituju ternyata sebuah kampung yang terletak di sebuah perbatasan dengan Kerajaan Daha ini. Dua minggu kemudian mereka sampai di sebuah kampung yang terlihat porak poranda, sepertinya bekas perampokan.“Hmm…siapa yang merampok habis-habisan kampung ini?” gumam Ki Birawa.Kakek tua ini mendekati seorang warga yang nafasnya senin kamis, golok masih tertancap di perutnya.“Siapa pelakunya,” tanya Ki Biraw
“Ilmu setan…? Ilmu apa itu guru?” dengan polosnya Japra malah balik bertanya. Ki Birawa seolah habis akal mendengar ucapan Japra ini.“Duduklah, kosongkan tubuhmu!” perintah Ki Birawa, dengan patuh Japra duduk dan mentaati perintah gurunya.Ki Birawa lalu meraba seluruh tubuh muridnya sambil kerahkan tenaga dalamnya. Sampai berulang-ulang dia lakukan itu, tapi tak ada yang aneh dengan tubuh Japra.“Aneh sungguh aneh…tenaga dalamnya hanya terisi seperti yang ku ajarkan selama ini, kenapa tadi dia bisa melakukan jurus setan itu?” pikir Ki Birawa kebingungan.“Guru, tolong ceritakan, apa yang sesungguhnya terjadi padaku?” Japra kini memandang gurunya, seakan meminta penjelasan.“Kita pergi dari sini, nanti di jalan aku ceritakan,” tanpa menunggu jawaban Japra, Ki Birawa jalan duluan.Saat akan pergi, alangkah kagetnya Japra, puluhan wanita yang tadi jadi korban penculikan dan pemerkosaan para perampok, sudah jadi mayat!“Astagaaa….apakah ini akibat perbuatanku..?” rasa sesal langsung men
“Paman Jenderal Bugi, mundur dulu..!” tegur Putri Reswari dengan tenang. Pengawal yang ternyata seorang jenderal ini langsung membungkuk hormat dan mundur ke tempatnya semula.“Ki Anom tolong anda juga kembali ke tempat duduk. Di sini ada paman kakekku Ki Birawa yang berjuluk Pendekar Halilintar. Tolong paman bantu jelaskan tujuan pertemuan kita hari ini!”Japra yang sempat ikutan tegang, melihat gurunya berdiri dan kini mendekati Putri Reswari, lalu beri hormat, kemudian dia berbalik ke semua undangan.Julukan Pendekar Halilintar membuat undangan yang gaduh langsung diam, siapa yang tidak kenal guru Japra ini.Seorang tokoh tua pendekar golongan hitam, yang kesaktiannya bikin ‘ngeri’ lawan-lawannya, sekaligus terkenal kekejamannya.“Terima kasih Yang Mulia Tuan putri dan Yang mulia Pangeran Warman, juga Temangggung Odor, Jenderal Bugi dan yang lainnya. Saya hargai ucapan Ki Anom tadi! Benar yang kita hadap