Ki Birawa dan Ki Boka terlihat pembicaraan serius. Saking asyiknya berbincang, Ki Birawa dan Ki Boka ngobrol, tak sadar Japra sudah kembali setelah tadi bertemu Aura, dan kini mendengarkan obrolan mereka.
“Jadi Maharaja sudah digulingkan seorang pangeran yang juga adik raja terdahulu?” terdengar suara Ki Boka.
“Betul Boka, kerajaan sekarang berganti penguasa, pembersihan dilakukan kerajaan. Hati-hatilah kalian, raja yang baru ini kabarnya juga akan babat siapapun yang ganggu kerajaan-nya, termasuk mengganggu warganya!”
Ki Boka mengangguk tanda paham dengan peringatan Ki Birawa. Ki Boka pun berencana ‘istirahat’ dulu jalankan aksinya bersama komplotannya.
Dia khawatir bila masih beraksi, justru akan bentrok dengan pasukan kerajaan yang baru dan bakal panjang urusannya.
“Boka, aku heran, katanya peta pusaka bukit meratus sudah berhasil di rebut Ki Palung. Tapi anehnya, saat dia tewas ditangan 3 Pendekar Golok Putih, peta itu lenyap! Apakah selama ini kamu selidiki kemana lenyapnya peta tersebut?” Ki Birawa kini alihkan pembicaraan sambil menatap tajam Ki Boka.
Deg, hati Japra sesaat berdetak, tapi ia diam saja dan tetap duduk di lantai, sambil menunduk.
“Aku juga sejak dulu menyelidiki hal ini Ki Birawa, namun peta ini seakan lenyap di telan bumi. Aku dan anak buahku sampai berkali-kali bentrok dengan pendekar golongan putih. Juga saingan kita dari golongan hitam yang menuding aku sembunyikan peta itu setelah dirampas Ki Palung dari pangeran yang kini jadi Maharaja Daha itu!”
“Hmm…aku juga pernah bentrok dengan 3 pendekar golok putih, gara-gara peta itu. Hampir aku menang tapi datang guru mereka Ki Durga hingga aku terpaksa kabur. Mereka sampai kini masih terus memburu peta tersebut. Peta itu kabarnya jadi petunjuk tempat tersembunyinya pusaka-pusaka luar biasa,” sela Ki Birawa.
Jantung Japra makin tak karuan, kini baru dia sadar, kenapa semua pendekar dari golongan hitam dan putih berebut peta, yang sengaja diberikan Ki Palung padanya dan diam-diam ia simpan.
“Eh kamu sudah siap Japra, ayo kita berangkat sekarang,” ajak Ki Birawa, baru sadar Japra dari tadi sudah balik lagi dan turut mendengarkan percakapan mereka.
Setelah beri hormat pada Ki Boka, tanpa pamit dengan murid-murid lainnya. Japra yang kini sudah berusia 12 tahun ikut guru keduanya ini merantau.
Japra lega, kini dia tak lagi harus melihat tatapan sinis Sawon dan cs-nya. Walaupun tak diganggu, tapi api pemusuhan selalu Sawon cs perlihatkan padanya.
Diam-diam pikirannya kadang teringat wajah manis sang mutiara indah…Aura!
Setelah berjalan cepat lebih dari 4 jam, Ki Birawa lalu ajak Japra istirahat di pinggir sebuah telaga. Japra terlihat ngosan-ngosan mengikuti langkah cepat guru keduanya ini.
“Japra, ilmu apa saja yang sudah kamu terima dari Ki Boka itu?”
“Jurus Ular Kobra saja guru, juga gerakan pertahanan dan menyerang!” tanpa di minta Japra langsung praktekan pelajaran silat yang dia pelajari selama 4 tahunan ini.
Melihat Japra bersilat, Ki Birawa justru kagum melihat ilmu silat yang dikuasai bocah tanggung ini, tubuhnya bergerak lincah ke sana kemari.
Walaupun di mata Ki Birawa gerakan itu masih sangat lambat.
Namun sebagai pendekar tua dan berpengalaman dia paham, Japra masih belia dan ibarat golok, tinggal di asah, maka hasilnya akan terlihat kelak.
Tentu saja yang namanya golongan hitam, pelajaran yang diajarkan pun beda dengan golongan putih. Metode latihannya bikin Japra terheran-heran sendiri saat itu.
Kadang mereka di minta latihan berenang di lumpur penuh lintah dengan telanjang bulat, tak peduli murid lelaki atau perempuan.
Lalu sesekali tangan mereka di minta di rendam dalam air mendidih yang berbau amis. Banyak yang tak sanggup. Tapi beda dengan Japra!
Ki Boka sebut itu sebagai latihan awal, agar pukulan mereka kelak mengandung racun mematikan, yang disebutnya dengan nama Jurus Ular Kobra.
Jurus inilah yang dulu hampir membuat Japra tewas di hajar Sawon!
“Sekali pukul musuh mati keracunan. Ingat! Saat bertempur dengan musuh, hanya ada dua pilihan membunuh atau di bunuh. Musuh jangan dibiarkan hidup. Semakin banyak di bunuh makin hebat!”
Ki Boka berikan ‘ideologi sesat’ padepokannya pada murid-murid belianya ini.
“Lumayan Japra, kamu memang sangat berbakat. Jurus yang kamu kuasai sebenarnya sudah melampaui murid-murid juga anak buah si Boka sendiri, hanya perlu dimatangkan lagi,” cetus Ki Birawa senang.
Japra di didik pelajaran ilmu silat luar biasa hebatnya dari Ki Birawa, yang jauh lebih hebat dari ilmu silat yang diajarkan Ki Boka selama hampir 4 tahunan.
Sepanjang jalan, Ki Birawa benar-benar sempurnakan semua jurus yang Japra pelajari dari Ki Boka.
“Kita harus berlatih di tempat persembunyianku Japra, aku masih sangat penasaran, bisa kalah dari Ki Durga itu. Padahal 3 muridnya si pendekar golok putih hampir berhasil aku kalahkan!” dengus Ki Birawa menyiratkan dendamnya pada musuh besarnya tersebut.
Selain Ki Durga dan 3 muridnya itu, Ki Birawa juga ceritakan tokoh-tokoh hebat lainnya dari golongan putih serta golongan hitam
Mengkerek juga Japra tahu nama-nama tokoh pendekar yang diceritakan Ki Birawa. Tapi gurunya ini sebut, dari semua tokoh itu, Ki Durga paling tinggi kesaktiannya.
“Kesaktian Ki Durga bak setan saking hebatnya, dia tak pernah menyerang. Tapi semua jurus yang aku keluarkan membalik menghantam diriku sendiri. Inilah yang membuatku kalah!” Ki Birawa sampai bergidik menceritakan kehebatan tokoh sakti ini dan hampir saja membuatnya tewas.
“Butuh waktu hingga satu tahun aku memulihkan diriku, akibat pukulan yang membalik itu!” cetus Ki Birawa lagi, sambil tengak araknya.
“Berarti Ki Durga itu sangat sakti bak dewa ya guru?” tanya Japra polos.
“Bisa jadi…dia titisan merupakan dewa atau setan sekalian. Belum pernah ada lawan yang mampu kalahkan dia.” dengus Ki Birawa jengkel, membuat Japra terdiam.
Setelah menempuh perjalanan hingga 2 bulan dan setiap hari Japra berlatih di bawah petunjuk Ki Birawa. Sampailah mereka di tempat tinggal gurunya ini. Tempatnya terpencil di tengah hutan yang lebat dan tersembunyi.
Latihan keras pun kembali dilakukan Japra, anak tanggung ini benar-benar berlatih siang malam, istirahat kala tubuhnya sudah kelelahan.
Ki Birawa pun senang bukan main melihat ketekunan dan kedisiplinan murid tunggalnya ini.
Suatu hari Japra diminta cari kayu dan bawa bejana besar.
“Bikin tungku dan didihkan air dalam bejana itu!” perintah Ki Birawa.
Begitu air mendidih, Japra bak tersambar petir saat dia disuruh lepas seluruh pakaian dan tubuhnya harus masuk ke bejana yang airnya sedang mengelegak tersebut.
Japra ngeri juga dengan pelajaran ilmu silat yang tak lumrah ini.
Tapi dia yakin saja, apalagi saat melihat Ki Birawa menatapnya tajam. Seakan minta muridnya ini jangan ragu masuk ke bejana yang airnya mendidih tersebut.
*****
BERSAMBUNG
Selamat sore pembaca yang terhormat, inilah novel silat terbaru kami, mohon maaf kalau ada dikit beda di bab 6 ini, karena di bab 3-4 dan 5 ada revisi, moga hasil revisinya sudah ter update yaa. Selamat menikmati kisah aseek Pendekar Bukit Meratus, yang di bumbui dengan kisah romantis dan intrik kerajaan, salam MRD_BB
“Rapalkan mantra yang sudah aku ajarkan sambil kerahkan tenaga dalammu. Lalu masuk ke dalam bejana itu cepat!” terdengar perintah Ki Birawa.Japra pun merapalkan mantera itu sambil tarik nafas dan salurkan seluruh kekuatan di dalam perutnya. Tubuhnya tiba-tiba dingin dan tanpa ragu dia masuk ke dalam tungku itu dan duduk di air mendidih.Anehnya panas air itu tak terasa di tubuhnya, Japra pun makin terkagum-kagum dengan kehebatan gurunya ini. Ki Birawa lalu beri petunjuk-petunjuk dan Japra dengan mudahnya mampu ikuti semua petunjuk tersebut. “He-he-he…ilmu pukulan Ular Kobra dan Jurus Halilintar yang aku ajarkan sudah bisa kamu serap Japra. Tinggal terus kamu latih maka 1 tahun lagi, seluruh anak buah Ki Boka bukan tandinganmu lagi,” terdengar suara Ki Birawa tertawa lepas khas burung hantu. Ki Birawa bangga bukan main, murid tunggalnya ini tak mengecewakannya, bahkan melebihi ekspektasinya.“Kelak kalau dia dewasa, Ki Boka bahkan aku sendiri bisa saja bukan tandingannya lagi, bi
“Japra, hari ini kita turun gunung, kita akan menemui orang-orang dari Kerajaan Daha, mereka ini bukan orang sembarangan.”“Baik guru!”Setelah berkemas seperlunya, keduanya berlari cepat menuju sebuah tempat, kalau dulu Japra sering tertinggal dari Ki Birawa. Kini sebaliknya, berjam-jam berlari cepat, wajahnya biasa saja.Terbalik dengan Ki Birawa, terdengar deru nafasnya, tanda kelelahan berlari cepat, di samping tenaga dalamnya belum pulih 100 persen. Faktor usia juga mempengaruhi kekuatannya.Apalagi 90 persen tenaga dalamnya sudah di oper ke tubuh murid tunggalnya ini.Tempat yang dituju ternyata sebuah kampung yang terletak di sebuah perbatasan dengan Kerajaan Daha ini. Dua minggu kemudian mereka sampai di sebuah kampung yang terlihat porak poranda, sepertinya bekas perampokan.“Hmm…siapa yang merampok habis-habisan kampung ini?” gumam Ki Birawa.Kakek tua ini mendekati seorang warga yang nafasnya senin kamis, golok masih tertancap di perutnya.“Siapa pelakunya,” tanya Ki Biraw
“Ilmu setan…? Ilmu apa itu guru?” dengan polosnya Japra malah balik bertanya. Ki Birawa seolah habis akal mendengar ucapan Japra ini.“Duduklah, kosongkan tubuhmu!” perintah Ki Birawa, dengan patuh Japra duduk dan mentaati perintah gurunya.Ki Birawa lalu meraba seluruh tubuh muridnya sambil kerahkan tenaga dalamnya. Sampai berulang-ulang dia lakukan itu, tapi tak ada yang aneh dengan tubuh Japra.“Aneh sungguh aneh…tenaga dalamnya hanya terisi seperti yang ku ajarkan selama ini, kenapa tadi dia bisa melakukan jurus setan itu?” pikir Ki Birawa kebingungan.“Guru, tolong ceritakan, apa yang sesungguhnya terjadi padaku?” Japra kini memandang gurunya, seakan meminta penjelasan.“Kita pergi dari sini, nanti di jalan aku ceritakan,” tanpa menunggu jawaban Japra, Ki Birawa jalan duluan.Saat akan pergi, alangkah kagetnya Japra, puluhan wanita yang tadi jadi korban penculikan dan pemerkosaan para perampok, sudah jadi mayat!“Astagaaa….apakah ini akibat perbuatanku..?” rasa sesal langsung men
“Paman Jenderal Bugi, mundur dulu..!” tegur Putri Reswari dengan tenang. Pengawal yang ternyata seorang jenderal ini langsung membungkuk hormat dan mundur ke tempatnya semula.“Ki Anom tolong anda juga kembali ke tempat duduk. Di sini ada paman kakekku Ki Birawa yang berjuluk Pendekar Halilintar. Tolong paman bantu jelaskan tujuan pertemuan kita hari ini!”Japra yang sempat ikutan tegang, melihat gurunya berdiri dan kini mendekati Putri Reswari, lalu beri hormat, kemudian dia berbalik ke semua undangan.Julukan Pendekar Halilintar membuat undangan yang gaduh langsung diam, siapa yang tidak kenal guru Japra ini.Seorang tokoh tua pendekar golongan hitam, yang kesaktiannya bikin ‘ngeri’ lawan-lawannya, sekaligus terkenal kekejamannya.“Terima kasih Yang Mulia Tuan putri dan Yang mulia Pangeran Warman, juga Temangggung Odor, Jenderal Bugi dan yang lainnya. Saya hargai ucapan Ki Anom tadi! Benar yang kita hadap
“Ha-ha…hanya segitu kemampuan muridmu Birawa, lihat dia sudah sekarat!” ejek Ki Anom terbahak-bahak.Anehnya Ki Birawa malah tenang-tenang saja, sementara Putri Reswari dan yang diam-diam mendukung Japra mulai gelisah.Muka Japra berubah memerah, kemarahan menjalari tubuhnya. “Aku belum kalah,” Japra bangkit dan kini kembali berdiri kokoh.Sambil mengusap darah yang menetes di bibirnya, Japra kerahkan tenaga dalamnya sepenuhnya ke kedua lengannya. “Hmm….agaknya saat marah jurus setan miliknya akan keluar, rasakan kalian Ki Anom dan Pendekar Codet,” batin Ki Birawa, bibirnya tersenyum-senyum.“Persetan…! Mampuslah!” Ki Anom dan Pendekar Codet barengan kembali bergerak cepat dan kerahkan jurus andalan mereka ke Japra.Semua melongo, tiba-tiba saja bak lintah, lengan kedua nya melekat di lengan Japra, tubuh mereka bergetar, lama-lama terdengar suara ‘ah auhh&rsquo
Japra masuk ke kamar lumayan luas dan berbau harum, si dayang genit tadi setelah memberi hormat, langsung keluar kamar dan membiarkan Japra bersama sang putri.“Japra, kesinilah mendekat…!” terdengar suara lembut memanggil.Japra yang masih duduk di lantai dan menundukan wajahnya mengangguk, lalu beringsut mendekati Putri Reswari, yang terlihat duduk santai di kursi, di depannya ada meja yang penuh buah-buahan segar dan arak!“Japra, berapakah usia kamu dan siapakah orang tuamu…? Ehh jangan menunduk, tataplah wajahku!” tegur si putri ini dengan suara lembut.“Usia hamba 14 tahun tuan putri, orang tua hamba…hamba hanya anak angkat dan sebelumnya tinggal di Desa Haliling!” usai berkata begitu, Japra kembali menunduk.Matanya ‘silau’ melihat kecantikan putri ini, yang saat ini justru berpakian agak minim, ini membuatnya makin gugup.Walaupun berpengalaman pernah melihat wanita
Tapi diam-diam Putri Reswari dendam bukan kepalang, kini semua fasilitas waah tak bisa lagi dia nikmati. Dia dibuang tanpa boleh membawa harta sepeserpun., kecuali perhiasan yang melekat di tubuhnya.Putri selir cantik ini dimiskinkan!Itulah sebabnya sejak 2 tahunan ini, dia mulai kumpulkan kekuatan untuk lakukan pemberontakan. Orang-orang yang tak suka Pangeran Kanji mulai putri ini hubungi melalui orang-orangnya.Tapi soal nafsu…dia tak bisa ngerem dan saat ini dia buktikan! Dengan mulai merayu Japra. Putri Reswari tak peduli, Japra ini seusia anaknya, Pangeran Warman dan dari kasta ‘rendah’.Japra hanyalah remaja tak berpengalaman, apalagi setelah minum arak keras, otak sehatnya tak jalan lagi.Dia bahkan seolah melayang saat Putri Reswari mengajaknya ke ranjang yang harum dan empuk.Pelan tapi pasti Putri Reswari mulai membelai dan melepas satu persatu pakaiannya. Japra yang masih terpesona dan seolah mimpi, mangap me
Namun Japra kecele, tiga pendekar ini tak bisa disamakan dengan Ki Anom si Bajak Sungai Barito dan Pendekar Codet si jagoan Pesisir Sungai Kapuas, apalagi 26 perampok yang sudah dia bunuh.Mereka dengan gesit dan sangat cepat mampu menghindari serangan ganas Japra. Bahkan saat lakukan serangan balasan, Japra langsung kerepotan setengah mati.Remaja ganas ini seolah di serang dari semua jurusan dan datangnya bergelombang, silih beranti tiada henti.Baru kali ini Japra bertemu lawan sepadan, bahkan kehebatan ketiganya benar-benar jauh di atasnya.Anehnya, melihat Japra hanya seorang diri, mereka tak jadi mengeroyok. Dua orang langsung melompat mundur, hanya satu orang yang kini meladeni Japra.Tapi bukan berarti Japra mudah mengalahkan satu orang pendekar golok putih ini, justru lama-lama dia terlihat mulai keteteran.Salah satu Pendekar Golok Putih tersebut benar-benar sakti dan terlihat matang pengalaman.Sisa dua orang lainnya malah