“Paman Jenderal Bugi, mundur dulu..!” tegur Putri Reswari dengan tenang. Pengawal yang ternyata seorang jenderal ini langsung membungkuk hormat dan mundur ke tempatnya semula.
“Ki Anom tolong anda juga kembali ke tempat duduk. Di sini ada paman kakekku Ki Birawa yang berjuluk Pendekar Halilintar. Tolong paman bantu jelaskan tujuan pertemuan kita hari ini!”
Japra yang sempat ikutan tegang, melihat gurunya berdiri dan kini mendekati Putri Reswari, lalu beri hormat, kemudian dia berbalik ke semua undangan.
Julukan Pendekar Halilintar membuat undangan yang gaduh langsung diam, siapa yang tidak kenal guru Japra ini.
Seorang tokoh tua pendekar golongan hitam, yang kesaktiannya bikin ‘ngeri’ lawan-lawannya, sekaligus terkenal kekejamannya.
“Terima kasih Yang Mulia Tuan putri dan Yang mulia Pangeran Warman, juga Temangggung Odor, Jenderal Bugi dan yang lainnya. Saya hargai ucapan Ki Anom tadi! Benar yang kita hadap
“Ha-ha…hanya segitu kemampuan muridmu Birawa, lihat dia sudah sekarat!” ejek Ki Anom terbahak-bahak.Anehnya Ki Birawa malah tenang-tenang saja, sementara Putri Reswari dan yang diam-diam mendukung Japra mulai gelisah.Muka Japra berubah memerah, kemarahan menjalari tubuhnya. “Aku belum kalah,” Japra bangkit dan kini kembali berdiri kokoh.Sambil mengusap darah yang menetes di bibirnya, Japra kerahkan tenaga dalamnya sepenuhnya ke kedua lengannya. “Hmm….agaknya saat marah jurus setan miliknya akan keluar, rasakan kalian Ki Anom dan Pendekar Codet,” batin Ki Birawa, bibirnya tersenyum-senyum.“Persetan…! Mampuslah!” Ki Anom dan Pendekar Codet barengan kembali bergerak cepat dan kerahkan jurus andalan mereka ke Japra.Semua melongo, tiba-tiba saja bak lintah, lengan kedua nya melekat di lengan Japra, tubuh mereka bergetar, lama-lama terdengar suara ‘ah auhh&rsquo
Japra masuk ke kamar lumayan luas dan berbau harum, si dayang genit tadi setelah memberi hormat, langsung keluar kamar dan membiarkan Japra bersama sang putri.“Japra, kesinilah mendekat…!” terdengar suara lembut memanggil.Japra yang masih duduk di lantai dan menundukan wajahnya mengangguk, lalu beringsut mendekati Putri Reswari, yang terlihat duduk santai di kursi, di depannya ada meja yang penuh buah-buahan segar dan arak!“Japra, berapakah usia kamu dan siapakah orang tuamu…? Ehh jangan menunduk, tataplah wajahku!” tegur si putri ini dengan suara lembut.“Usia hamba 14 tahun tuan putri, orang tua hamba…hamba hanya anak angkat dan sebelumnya tinggal di Desa Haliling!” usai berkata begitu, Japra kembali menunduk.Matanya ‘silau’ melihat kecantikan putri ini, yang saat ini justru berpakian agak minim, ini membuatnya makin gugup.Walaupun berpengalaman pernah melihat wanita
Tapi diam-diam Putri Reswari dendam bukan kepalang, kini semua fasilitas waah tak bisa lagi dia nikmati. Dia dibuang tanpa boleh membawa harta sepeserpun., kecuali perhiasan yang melekat di tubuhnya.Putri selir cantik ini dimiskinkan!Itulah sebabnya sejak 2 tahunan ini, dia mulai kumpulkan kekuatan untuk lakukan pemberontakan. Orang-orang yang tak suka Pangeran Kanji mulai putri ini hubungi melalui orang-orangnya.Tapi soal nafsu…dia tak bisa ngerem dan saat ini dia buktikan! Dengan mulai merayu Japra. Putri Reswari tak peduli, Japra ini seusia anaknya, Pangeran Warman dan dari kasta ‘rendah’.Japra hanyalah remaja tak berpengalaman, apalagi setelah minum arak keras, otak sehatnya tak jalan lagi.Dia bahkan seolah melayang saat Putri Reswari mengajaknya ke ranjang yang harum dan empuk.Pelan tapi pasti Putri Reswari mulai membelai dan melepas satu persatu pakaiannya. Japra yang masih terpesona dan seolah mimpi, mangap me
Namun Japra kecele, tiga pendekar ini tak bisa disamakan dengan Ki Anom si Bajak Sungai Barito dan Pendekar Codet si jagoan Pesisir Sungai Kapuas, apalagi 26 perampok yang sudah dia bunuh.Mereka dengan gesit dan sangat cepat mampu menghindari serangan ganas Japra. Bahkan saat lakukan serangan balasan, Japra langsung kerepotan setengah mati.Remaja ganas ini seolah di serang dari semua jurusan dan datangnya bergelombang, silih beranti tiada henti.Baru kali ini Japra bertemu lawan sepadan, bahkan kehebatan ketiganya benar-benar jauh di atasnya.Anehnya, melihat Japra hanya seorang diri, mereka tak jadi mengeroyok. Dua orang langsung melompat mundur, hanya satu orang yang kini meladeni Japra.Tapi bukan berarti Japra mudah mengalahkan satu orang pendekar golok putih ini, justru lama-lama dia terlihat mulai keteteran.Salah satu Pendekar Golok Putih tersebut benar-benar sakti dan terlihat matang pengalaman.Sisa dua orang lainnya malah
“Apa yang kalian lakukan pada anak itu!” suara itu terdengar lembut sekali, mirip kidung saja.Ki Usu tiba-tiba tarik lagi tangannya, yang tinggal sekali pukul maka lumpuhlah kekuatan Japra selamanya.Japra melongo, saat ketiga pendekar ini tiba-tiba bersimpuh, ke arah barat.Tak sampai 1 menit, sudah berdiri seorang kakek yang sangat tua kurus, jenggot dan rambutnya yang jarang berwarna putih semua.Sukar ditaksir berapa usianya…bisa jadi lebih 90 tahunan, atau malah 100 tahunan lebih!Tubuh kakek ini sebenarnya tinggi jangkung, tapi kini agak bungkuk, karena faktor usianya yang sudah renta.Kedatangannya bak hantu saja, tiba-tiba muncul, setelah berhembus angin halus yang dingin.Di tanganya ada tongkat butut, untuk membantunya berjalan. Pakaiannya putih lusuh, penampilannya seolah pertapa tua.Japra tertegun dan terpana, wajah kakek tua ini begitu damai dan tenang, kadang ada senyuman kecil ramah ter
Japra kini termangu, bingung harus kemana. Ingin kembali ke rumah Temanggung Odol?Tapi tempat itu sudah dikuasai pasukan Kerajaan Daha, sedangkan Putri Resawari sudah kabur bersama Pangeran Warman diikuti puluhan pengawalnya.Gurunya Ki Birawa juga belum pulang sampai penyerbuan dilakukan pasukan kerajaan di bantu 3 Pendekar Golok Putih.“Apakah sebaiknya aku cari pusaka bukit meratus, seperti yang dikatakan kakek itu. Ilmu silatku masih tak ada apa-apanya, melawan satu orang dari 3 pendekar itu saja aku keok!” batin Japra menghela nafas.Kini dia benar-benar menyesal dengan kepongahannya, yang tak sadar merasa sudah sangat hebat!Ternyata berhadapan satu orang dari 3 Pendekar Golok Putih saja, ilmu kanuragannya tak ada apa-apanya.Sambil jalan pergi dari tempat ini Japra bingung sendiri, kemana kini dia harus pergi..!Sampai berhari-hari Japra masih bimbang, pikirannya hanya tertuju pada kakek tua Ki Durga dan ucapan-uca
Japra terus berlari cepat dan hanya beristirahat kalau kecapekan, tak terasa sudah 20 harian Japra pergi meninggalkan desa di mana dia membantai 2 begundal tersebut.Japra memutuskan mencari pusaka bukit meratus, dia ’ngeri’ juga bila harus bertemu Ki Birawa atau orang-orang Putri Reswari yang sakti-sakti.Pastinya murka dengan ulahnya, karena sudah membunuh dua begundal tersebut.Sambil beristirahat di sebuah hutan yang lebat, Japra mulai membaca peta yang bertahun-tahun dia simpan ditempat tersembunyi dan kini di bacanya dengan serius.Japra beruntung, selama di padepokan Ular Hitam, dia di ajari baca tulis, sehingga tak kesulitan membaca tulisan di peta ini.“Petunjuk peta ini mengarah ke arah Barat Bukit Meratus,” gumam Japra sambil memandang pegunungan meratus yang menjulang tinggi nun jauh di sana.Tanpa buang waktu, diapun menuju ke arah Barat. Perjalanan yang Japra tempuh bukanlah waktu sebentar. Tapi berhari-
Ternyata hari sudah tengah malam, saat Japra berjalan ke sisi tanah datar ini, dia langsung mundur, karena di bawahnya adalah jurang hitam,.Cuaca yang luar biasa dingin langsung menerpa tubuhnya yang kini tak berbaju lagi, karena digunakan sebagai bahan bakar obornya.Japra terduduk di tanah datar menahan hawa menusuk tulang, andai dia tak punya dasar tenaga dalam, bisa jadi Japra akan mati membeku.Saat meraba kantung celananya ia tak sengaja mengambil lagi peta itu dan mengamatinya di bawah sinar rembulan.“Ya Tuhaan…aku sudah sampai di sini, sesuai petunjuk peta ini, disinilah tempatnya!” sorak Japra kegirangan.Saking bahagianya Japra berteriak sangat nyaring, tak sadar menggunakan tenaga dalamnya. Suaranya malah memantul sangat nyaring dan bersahut-sahutan.Japra kaget sendiri, dia langsung terdiam. Lumayan lama barulah suara pantulan itu lenyap, kini Japra serem sendiri dan tak mau lagi berteriak seperti tadi.
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”
Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb
“Begitulah baginda pangeran, dalam waktu yang amat singkat, kelompok Ular Hitam pimpinan Ki Rawa dan Pendekar Gledek sudah memiliki ribuan pengikut, ini sungguh di luar dugaan!” kata Agu si Pendekar Pemarah.Yang tak ragu ceritakan hasil penyelidikan mereka berdua dengan Palo si Pendekar Pisau Sakti selama 2 mingguan ini.“Hmm…berbahaya sekali, apalagi ini masuk wilayah kerajaan Muara Sungai, kita harus segera hentikan gerakan ini, aku yakin ini akan menjadi cikal bakal gerakan pemberontakan,” cetus Pangeran Daha tanpa tedeng aling-aling.Palo menambahkan kisah Agu, sudah banyak pendekar golongan putih yang coba hadapi kelompok Ular Hitam ini.Karena sepak terjang kelompok ini sangat meresahkan dan tak segan merampok desa-desa terdekat dari padepokan kelompok ini.“Tapi banyak rekan kita yang tewas dan luka-luka berat!” sela Agu, sambil hela nafas.Palo pun membenarkan ucapan sahabatnya ini, bahkan mereka beberapa kali bentok dengan kelompok jahat itu, yang kedapatan merampok dan mencu
Saat akan menyahut, rekannya langsung menepuk lengannya, sehingga pria setengah tua ini langsung, tidak jadi menyahut ejekan wanita berbaju hitam tersebut.Kedua orang ini terdengar bicara perlahan, tapi Pangeran Daha tahu apa yang mereka bicarakan. Dengan kesaktiannya, dia menguping apa yang diomongkan dua orang ini.“Pendekar Pemarah, kita ke sini hanya menyelidiki soal Padepokan Ular Hitam yang makin merajalela, Ki Roja alias Pendekar Budiman, bahkan Ki Samonang minta kita jangan buat ulah,” bisik rekannya.Mendengar percakapan ini, Pendekar Daha langsung paham, kedua orang ini bukan penjahat, tapi sebaliknya, kelompok golongan putih, yang sedang dalam misi menyelidiki Padepokan Ular Hitam yang makin lama makin meresahkan ini.Tentu saja dia kenal baik siapa itu Pendekar Budiman, yang juga sahabat baik ayahandanya.Apalagi Ki Samonang, tokoh pendekar tua yang sangat sakti dan salah satu anggota 3 Pendekar Golok Putih yang sangat kesohor tersebut.Kini Pangeran Daha malah akan bersia