Ternyata hari sudah tengah malam, saat Japra berjalan ke sisi tanah datar ini, dia langsung mundur, karena di bawahnya adalah jurang hitam,.
Cuaca yang luar biasa dingin langsung menerpa tubuhnya yang kini tak berbaju lagi, karena digunakan sebagai bahan bakar obornya.
Japra terduduk di tanah datar menahan hawa menusuk tulang, andai dia tak punya dasar tenaga dalam, bisa jadi Japra akan mati membeku.
Saat meraba kantung celananya ia tak sengaja mengambil lagi peta itu dan mengamatinya di bawah sinar rembulan.
“Ya Tuhaan…aku sudah sampai di sini, sesuai petunjuk peta ini, disinilah tempatnya!” sorak Japra kegirangan.
Saking bahagianya Japra berteriak sangat nyaring, tak sadar menggunakan tenaga dalamnya. Suaranya malah memantul sangat nyaring dan bersahut-sahutan.
Japra kaget sendiri, dia langsung terdiam. Lumayan lama barulah suara pantulan itu lenyap, kini Japra serem sendiri dan tak mau lagi berteriak seperti tadi.
<Tanpa Japra sadari, semedi itu membuat hawa beracun yang selama ini ngedon di tubuhya, hasil latihan ‘salah’ yang diajarkan Ki Boka dan Ki Birawa perlahan keluar dari tubuhnya.Tapi imbansya, tenaga dalamnya naik berlipat-lipat, tubuhnya pun terasa segar dan pikirannya makin jernih. Matanya semakin tajam dan mampu membaca dalam gelap sekalipun kitab tua tersebut.Semua racun-racun yang dilatihnya bertahun-tahun keluar dari tubuhnya. Tapi tenaga dalamnya justru meningkat luar biasa.Setelah 3 bulan menyempurnakan semedinya, barulah Japra mulai melatih jurus-jurus yang dia miliki, kitab ini seolah jadi sumber segala ilmu yang dimilikinya.Japra miliki 3 jurus yang selama ini dia latih, dengan adanya kitab tersebut, dia justru mampu pelan-pelan sempurnakan semuanya.Baru terbuka mata Japra, 3 jurus itu ternyata sangat jauh menyeleweng dari sumber aslinya.Japra tak tahu, karena tiga jurus itu dikuasai golongan hitam, oleh mereka dir
Harga diri mereka runtuh di tangan pemuda perlente ini. Tapi apa mau di kata, mereka kalah telak saat ini dan mereka pun sampai sulit bangkit dari lantai.Pemuda ini berdiri sambil mengibaskan baju jubahnya, harum tubuhnya membuat semua orang makin kagum, di tambah sepatunya yang mengkilap dan…ada gagang golok berwarna emas tersembul di pinggangnya.“Kenapa kalian masih di sini, apa perlu aku penggal leher kalian sekalian hahh!” bentak pemuda ini sambil mengelus gagang goloknya yang menimbulkan perhatian.“Si-siapa kah kamu kisanak..?” orang ini memberanikan diri bertanya.“He-he…nyali mu gede juga ternyata ingin tahu siapa aku. Aku berasal dari Gunung Meratus, merantau kemana kakiku melangkah dengan golok ini tak pernah lepas dari badanku!”“Apaa…j-jadi kamu inilah Tuan Japra, si Pendekar Gunung Meratus alias Pendekar Golok Emas..?”“Hmmm…kalau sudah tahu nama
Pendekar Gunung Meratus alias Japra kini menuju ke rumah Ki Badui. Setelah mendengar keterangan lebih komplet. Pendekar muda ini pun duduk sambil mengisap cerutunya.Dia duduk di sebuah rumah yang di katakan Ki Badui baru saja menikah dan wanita itu cukup cantik.Suami dari wanita itu ternyata kerabat Ki Badui.Menurut Ki Badui wanita ini sempat hampir 2X di culik. Tapi dia bersama warganya sigap menggagalkan penculikan tersebut.Mendengar info ini, ke sanalah Japra menuju.“Kalian menjauh saja, agar penjahat itu datang, biar aku sendiri yang hadapi penjahat tersebut!” usir Japra, saat melihat Ki Badui dan warga desa yang punya nyali mau membantunya.Karena mereka sudah tahu dari cerita Ki Badui siapa adanya pemuda ini, merekapun mengangguk dan malam ini sengaja tak berjaga.Julukan yang melekat padanya membuat semuanya percaya, Japra mampu menangkap penjahat tersebut.Dengan harapan penjahat ini datang dan akan ken
Japra bertekad akan memecahkan misteri penculikan ini, selain penculiknya seorang wanita, dia juga penasaran, buat apa mereka menculiki wanita-wanita cantik?Japra lalu mengarahkan kudanya ke sana, kali ini dia santai saja, seolah-olah tempat yang dia datangi bukan tempat yang seram dan menakutkan.Semakin dekat Japra pura-pura tak tahu dari tadi dia melihat ada gerakan dedaunan yang mencurigakan.Sebagai ahli kanuragan, sekecil apapun gerakan, Japra tahu, apalagi di tubuhnya sudah menggeram kekuatan dahsyat, hasil latihan bertahun-tahun seorang diri.“Hmm ada yang memata-mataiku rupanya” pikirnya geli sendiri, tapi urat syarafnya tegang, bersiap terhadap serangan gelap.Japra kini sampai di sebuah lembah. Tempat ini sangat indah, dengan aliran sungai kecil yang membelah lembah tersebut.“Mirip tempat aku dulu berlatih silat seorang diri, pemandanganya indah sekali,” gumam Japra termenung.Dari jauh Japra sudah
Japra aslinya masih tak tega membalas.Tapi secara licik si wanita ini juga turun tangan dan lontarkan serangan-serangan gelap padanya, akibatnya Japra mulai terpancing marah.Tubuhnya sudah berkali-kali hampir tertembus golok. Singggg…dia pun mencabut golok berhulu emas miliknya.Deru tebasan goloknya mengaum dan membuat telinga ke 25 penyerangnya sakit bukan main.“Brasssss…!” 10 orang sekaligus terlempar bak daun kering, akibat terhantam golok istimewa ini.10 golok wanita penyerangnya ini patah, tak berhenti di situ, Japra kembali mengayunkan golok pusaka-nya ini, kembali 10 orang jatuh bergelimpangan.Bahkan serangan gelap dari si pemimpin ini membalik dengan cepat, return yang Japra lakukan membuat si pemimpin hampir terkena senjata gelapnya sendiri.Gedebuuukk…5 orang terakhir kini bergelimpangan di tanah, terkena serangan golok istimewa ini.Japra lalu menyimpan lagi goloknya. Menatap ke
Japra kini sudah berada di depan pintu sebuah rumah yang dikatakan Nyai Rombeng tempat tinggal si nenek sakti.“Masuklah Japra, tak perlu kayak orang tolol celingak-celinguk di luar.” terdengar suara di dalam rumah ini dan pintu terlihat terbuka sendiri.Japra langsung malu sendiri, mata biawaknya yang tak bosan-bosannya memandang kiri kanan seakan bisa di tebak si nenek sakti ini, hebatnya masih dalam rumah lagi.Japra dengan sopan kini duduk di lantai, di depan ada meja bulat dan minuman hangat terhidang dengan kue panas yang baru di goreng, sangat menggugah selera.Kalamenjengnya d leher sampai bergerak menncium bau gorengan yang harum ini.“Ngapain kamu ke sini, eh kamu terlihat lapar, tuh makan gorengan di depanmu itu, nggak usah jaim!” lagi-lagi si nenek menegur dan kini sudah duduk di depan Japra sambil mengunyah sesuatu, seperti ‘menginang’ sirih.“Makasih nenek, aku mohon maaf kalau lancang
Namun sang pangeran yang suka belajar silat itu kaget bukan kepalang. Wanita yang dia cintai, ternyata diambil selir sang raja, yang notabene kakak kandungnya.Ketika dia sedang merantau dan perdalam ilmu silatnya pada seorag guru silat.Siapa yang berani melawan kehendak seorang raja? Kecewa membuat Pangeran Wasi memutuskan pergi saja dari lingkungan istana dan merantau serta jadi pendekar sakti, yang kehebatannya tak diragukan lagi.Di saat yang bersamaan, terjadilah pergolakan di Istana, raja yang berkuasa di kudeta adiknya sendiri, yang juga kakak Pangeran Wasi.Akibat perang saudara inilah, kerajaan jadi kacau balau, keamanan sudah tak terjamin lagi, korupsi dan penjilat merajalela.Imbasnya rakyat menderita akibat pergolakan hebat ini.Di sinilah Pangeran Wasi tak bisa tinggal diam, diapun mulai menjelma jadi seorang pendekar pembela kebenaran, sehingga lama-lama di juluki Pendekar Bukit Meratus.Pangeran Wasi tak
“Benar Ki Boka, akulah Japra…mantan muridmu dahulu!” sahut Japra kalem, dia tidak memungkiri pernah jadi murid si pentolan perampok ini.Dia tidak ingin di cap sebagai orang yang tak tahu berterima kasih, tapi juga tak ingin membiarkan kejahatan di depan matanya.Nenek Sia, Nyai Rombeng dan anak buahnya sampai melongo, hanya Dua Kembar Setan yang tetap tenang dan siaga. Mereka sudah tahu siapa sosok Japra ini.“Oh yaa….ha-ha-ha…nah nenek bangkotan, kebetulan sekali, salah satu muridku si Japra datang. Dia ternyata sudah tamat belajar dari Ki Birawa. Ayoo Japra, saatnya kita berpesta.""Kamu kini sudah dewasa, pilih deh yang mana wanita yang kamu sukai, ehh yang dekat nenek bangkotan agaknya paling cakep dahhh!” tunjuk Ki Boka, pada wanita yang pernah bentrok dengan Japra.Japra menoleh ke wanita cantik ini, sesaat dia melempar senyum hingga si cantik ini salting. Ia lalu berbalik pada Ki Boka dan dua kem
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”
Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb
“Begitulah baginda pangeran, dalam waktu yang amat singkat, kelompok Ular Hitam pimpinan Ki Rawa dan Pendekar Gledek sudah memiliki ribuan pengikut, ini sungguh di luar dugaan!” kata Agu si Pendekar Pemarah.Yang tak ragu ceritakan hasil penyelidikan mereka berdua dengan Palo si Pendekar Pisau Sakti selama 2 mingguan ini.“Hmm…berbahaya sekali, apalagi ini masuk wilayah kerajaan Muara Sungai, kita harus segera hentikan gerakan ini, aku yakin ini akan menjadi cikal bakal gerakan pemberontakan,” cetus Pangeran Daha tanpa tedeng aling-aling.Palo menambahkan kisah Agu, sudah banyak pendekar golongan putih yang coba hadapi kelompok Ular Hitam ini.Karena sepak terjang kelompok ini sangat meresahkan dan tak segan merampok desa-desa terdekat dari padepokan kelompok ini.“Tapi banyak rekan kita yang tewas dan luka-luka berat!” sela Agu, sambil hela nafas.Palo pun membenarkan ucapan sahabatnya ini, bahkan mereka beberapa kali bentok dengan kelompok jahat itu, yang kedapatan merampok dan mencu
Saat akan menyahut, rekannya langsung menepuk lengannya, sehingga pria setengah tua ini langsung, tidak jadi menyahut ejekan wanita berbaju hitam tersebut.Kedua orang ini terdengar bicara perlahan, tapi Pangeran Daha tahu apa yang mereka bicarakan. Dengan kesaktiannya, dia menguping apa yang diomongkan dua orang ini.“Pendekar Pemarah, kita ke sini hanya menyelidiki soal Padepokan Ular Hitam yang makin merajalela, Ki Roja alias Pendekar Budiman, bahkan Ki Samonang minta kita jangan buat ulah,” bisik rekannya.Mendengar percakapan ini, Pendekar Daha langsung paham, kedua orang ini bukan penjahat, tapi sebaliknya, kelompok golongan putih, yang sedang dalam misi menyelidiki Padepokan Ular Hitam yang makin lama makin meresahkan ini.Tentu saja dia kenal baik siapa itu Pendekar Budiman, yang juga sahabat baik ayahandanya.Apalagi Ki Samonang, tokoh pendekar tua yang sangat sakti dan salah satu anggota 3 Pendekar Golok Putih yang sangat kesohor tersebut.Kini Pangeran Daha malah akan bersia