Japra terus berlari cepat dan hanya beristirahat kalau kecapekan, tak terasa sudah 20 harian Japra pergi meninggalkan desa di mana dia membantai 2 begundal tersebut.
Japra memutuskan mencari pusaka bukit meratus, dia ’ngeri’ juga bila harus bertemu Ki Birawa atau orang-orang Putri Reswari yang sakti-sakti.
Pastinya murka dengan ulahnya, karena sudah membunuh dua begundal tersebut.
Sambil beristirahat di sebuah hutan yang lebat, Japra mulai membaca peta yang bertahun-tahun dia simpan ditempat tersembunyi dan kini di bacanya dengan serius.
Japra beruntung, selama di padepokan Ular Hitam, dia di ajari baca tulis, sehingga tak kesulitan membaca tulisan di peta ini.
“Petunjuk peta ini mengarah ke arah Barat Bukit Meratus,” gumam Japra sambil memandang pegunungan meratus yang menjulang tinggi nun jauh di sana.
Tanpa buang waktu, diapun menuju ke arah Barat. Perjalanan yang Japra tempuh bukanlah waktu sebentar. Tapi berhari-
Ternyata hari sudah tengah malam, saat Japra berjalan ke sisi tanah datar ini, dia langsung mundur, karena di bawahnya adalah jurang hitam,.Cuaca yang luar biasa dingin langsung menerpa tubuhnya yang kini tak berbaju lagi, karena digunakan sebagai bahan bakar obornya.Japra terduduk di tanah datar menahan hawa menusuk tulang, andai dia tak punya dasar tenaga dalam, bisa jadi Japra akan mati membeku.Saat meraba kantung celananya ia tak sengaja mengambil lagi peta itu dan mengamatinya di bawah sinar rembulan.“Ya Tuhaan…aku sudah sampai di sini, sesuai petunjuk peta ini, disinilah tempatnya!” sorak Japra kegirangan.Saking bahagianya Japra berteriak sangat nyaring, tak sadar menggunakan tenaga dalamnya. Suaranya malah memantul sangat nyaring dan bersahut-sahutan.Japra kaget sendiri, dia langsung terdiam. Lumayan lama barulah suara pantulan itu lenyap, kini Japra serem sendiri dan tak mau lagi berteriak seperti tadi.
Tanpa Japra sadari, semedi itu membuat hawa beracun yang selama ini ngedon di tubuhya, hasil latihan ‘salah’ yang diajarkan Ki Boka dan Ki Birawa perlahan keluar dari tubuhnya.Tapi imbansya, tenaga dalamnya naik berlipat-lipat, tubuhnya pun terasa segar dan pikirannya makin jernih. Matanya semakin tajam dan mampu membaca dalam gelap sekalipun kitab tua tersebut.Semua racun-racun yang dilatihnya bertahun-tahun keluar dari tubuhnya. Tapi tenaga dalamnya justru meningkat luar biasa.Setelah 3 bulan menyempurnakan semedinya, barulah Japra mulai melatih jurus-jurus yang dia miliki, kitab ini seolah jadi sumber segala ilmu yang dimilikinya.Japra miliki 3 jurus yang selama ini dia latih, dengan adanya kitab tersebut, dia justru mampu pelan-pelan sempurnakan semuanya.Baru terbuka mata Japra, 3 jurus itu ternyata sangat jauh menyeleweng dari sumber aslinya.Japra tak tahu, karena tiga jurus itu dikuasai golongan hitam, oleh mereka dir
Harga diri mereka runtuh di tangan pemuda perlente ini. Tapi apa mau di kata, mereka kalah telak saat ini dan mereka pun sampai sulit bangkit dari lantai.Pemuda ini berdiri sambil mengibaskan baju jubahnya, harum tubuhnya membuat semua orang makin kagum, di tambah sepatunya yang mengkilap dan…ada gagang golok berwarna emas tersembul di pinggangnya.“Kenapa kalian masih di sini, apa perlu aku penggal leher kalian sekalian hahh!” bentak pemuda ini sambil mengelus gagang goloknya yang menimbulkan perhatian.“Si-siapa kah kamu kisanak..?” orang ini memberanikan diri bertanya.“He-he…nyali mu gede juga ternyata ingin tahu siapa aku. Aku berasal dari Gunung Meratus, merantau kemana kakiku melangkah dengan golok ini tak pernah lepas dari badanku!”“Apaa…j-jadi kamu inilah Tuan Japra, si Pendekar Gunung Meratus alias Pendekar Golok Emas..?”“Hmmm…kalau sudah tahu nama
Pendekar Gunung Meratus alias Japra kini menuju ke rumah Ki Badui. Setelah mendengar keterangan lebih komplet. Pendekar muda ini pun duduk sambil mengisap cerutunya.Dia duduk di sebuah rumah yang di katakan Ki Badui baru saja menikah dan wanita itu cukup cantik.Suami dari wanita itu ternyata kerabat Ki Badui.Menurut Ki Badui wanita ini sempat hampir 2X di culik. Tapi dia bersama warganya sigap menggagalkan penculikan tersebut.Mendengar info ini, ke sanalah Japra menuju.“Kalian menjauh saja, agar penjahat itu datang, biar aku sendiri yang hadapi penjahat tersebut!” usir Japra, saat melihat Ki Badui dan warga desa yang punya nyali mau membantunya.Karena mereka sudah tahu dari cerita Ki Badui siapa adanya pemuda ini, merekapun mengangguk dan malam ini sengaja tak berjaga.Julukan yang melekat padanya membuat semuanya percaya, Japra mampu menangkap penjahat tersebut.Dengan harapan penjahat ini datang dan akan ken
Japra bertekad akan memecahkan misteri penculikan ini, selain penculiknya seorang wanita, dia juga penasaran, buat apa mereka menculiki wanita-wanita cantik?Japra lalu mengarahkan kudanya ke sana, kali ini dia santai saja, seolah-olah tempat yang dia datangi bukan tempat yang seram dan menakutkan.Semakin dekat Japra pura-pura tak tahu dari tadi dia melihat ada gerakan dedaunan yang mencurigakan.Sebagai ahli kanuragan, sekecil apapun gerakan, Japra tahu, apalagi di tubuhnya sudah menggeram kekuatan dahsyat, hasil latihan bertahun-tahun seorang diri.“Hmm ada yang memata-mataiku rupanya” pikirnya geli sendiri, tapi urat syarafnya tegang, bersiap terhadap serangan gelap.Japra kini sampai di sebuah lembah. Tempat ini sangat indah, dengan aliran sungai kecil yang membelah lembah tersebut.“Mirip tempat aku dulu berlatih silat seorang diri, pemandanganya indah sekali,” gumam Japra termenung.Dari jauh Japra sudah
Japra aslinya masih tak tega membalas.Tapi secara licik si wanita ini juga turun tangan dan lontarkan serangan-serangan gelap padanya, akibatnya Japra mulai terpancing marah.Tubuhnya sudah berkali-kali hampir tertembus golok. Singggg…dia pun mencabut golok berhulu emas miliknya.Deru tebasan goloknya mengaum dan membuat telinga ke 25 penyerangnya sakit bukan main.“Brasssss…!” 10 orang sekaligus terlempar bak daun kering, akibat terhantam golok istimewa ini.10 golok wanita penyerangnya ini patah, tak berhenti di situ, Japra kembali mengayunkan golok pusaka-nya ini, kembali 10 orang jatuh bergelimpangan.Bahkan serangan gelap dari si pemimpin ini membalik dengan cepat, return yang Japra lakukan membuat si pemimpin hampir terkena senjata gelapnya sendiri.Gedebuuukk…5 orang terakhir kini bergelimpangan di tanah, terkena serangan golok istimewa ini.Japra lalu menyimpan lagi goloknya. Menatap ke
Japra kini sudah berada di depan pintu sebuah rumah yang dikatakan Nyai Rombeng tempat tinggal si nenek sakti.“Masuklah Japra, tak perlu kayak orang tolol celingak-celinguk di luar.” terdengar suara di dalam rumah ini dan pintu terlihat terbuka sendiri.Japra langsung malu sendiri, mata biawaknya yang tak bosan-bosannya memandang kiri kanan seakan bisa di tebak si nenek sakti ini, hebatnya masih dalam rumah lagi.Japra dengan sopan kini duduk di lantai, di depan ada meja bulat dan minuman hangat terhidang dengan kue panas yang baru di goreng, sangat menggugah selera.Kalamenjengnya d leher sampai bergerak menncium bau gorengan yang harum ini.“Ngapain kamu ke sini, eh kamu terlihat lapar, tuh makan gorengan di depanmu itu, nggak usah jaim!” lagi-lagi si nenek menegur dan kini sudah duduk di depan Japra sambil mengunyah sesuatu, seperti ‘menginang’ sirih.“Makasih nenek, aku mohon maaf kalau lancang
Namun sang pangeran yang suka belajar silat itu kaget bukan kepalang. Wanita yang dia cintai, ternyata diambil selir sang raja, yang notabene kakak kandungnya.Ketika dia sedang merantau dan perdalam ilmu silatnya pada seorag guru silat.Siapa yang berani melawan kehendak seorang raja? Kecewa membuat Pangeran Wasi memutuskan pergi saja dari lingkungan istana dan merantau serta jadi pendekar sakti, yang kehebatannya tak diragukan lagi.Di saat yang bersamaan, terjadilah pergolakan di Istana, raja yang berkuasa di kudeta adiknya sendiri, yang juga kakak Pangeran Wasi.Akibat perang saudara inilah, kerajaan jadi kacau balau, keamanan sudah tak terjamin lagi, korupsi dan penjilat merajalela.Imbasnya rakyat menderita akibat pergolakan hebat ini.Di sinilah Pangeran Wasi tak bisa tinggal diam, diapun mulai menjelma jadi seorang pendekar pembela kebenaran, sehingga lama-lama di juluki Pendekar Bukit Meratus.Pangeran Wasi tak