Namun Japra kecele, tiga pendekar ini tak bisa disamakan dengan Ki Anom si Bajak Sungai Barito dan Pendekar Codet si jagoan Pesisir Sungai Kapuas, apalagi 26 perampok yang sudah dia bunuh.
Mereka dengan gesit dan sangat cepat mampu menghindari serangan ganas Japra. Bahkan saat lakukan serangan balasan, Japra langsung kerepotan setengah mati.
Remaja ganas ini seolah di serang dari semua jurusan dan datangnya bergelombang, silih beranti tiada henti.
Baru kali ini Japra bertemu lawan sepadan, bahkan kehebatan ketiganya benar-benar jauh di atasnya.
Anehnya, melihat Japra hanya seorang diri, mereka tak jadi mengeroyok. Dua orang langsung melompat mundur, hanya satu orang yang kini meladeni Japra.
Tapi bukan berarti Japra mudah mengalahkan satu orang pendekar golok putih ini, justru lama-lama dia terlihat mulai keteteran.
Salah satu Pendekar Golok Putih tersebut benar-benar sakti dan terlihat matang pengalaman.
Sisa dua orang lainnya malah
“Apa yang kalian lakukan pada anak itu!” suara itu terdengar lembut sekali, mirip kidung saja.Ki Usu tiba-tiba tarik lagi tangannya, yang tinggal sekali pukul maka lumpuhlah kekuatan Japra selamanya.Japra melongo, saat ketiga pendekar ini tiba-tiba bersimpuh, ke arah barat.Tak sampai 1 menit, sudah berdiri seorang kakek yang sangat tua kurus, jenggot dan rambutnya yang jarang berwarna putih semua.Sukar ditaksir berapa usianya…bisa jadi lebih 90 tahunan, atau malah 100 tahunan lebih!Tubuh kakek ini sebenarnya tinggi jangkung, tapi kini agak bungkuk, karena faktor usianya yang sudah renta.Kedatangannya bak hantu saja, tiba-tiba muncul, setelah berhembus angin halus yang dingin.Di tanganya ada tongkat butut, untuk membantunya berjalan. Pakaiannya putih lusuh, penampilannya seolah pertapa tua.Japra tertegun dan terpana, wajah kakek tua ini begitu damai dan tenang, kadang ada senyuman kecil ramah ter
Japra kini termangu, bingung harus kemana. Ingin kembali ke rumah Temanggung Odol?Tapi tempat itu sudah dikuasai pasukan Kerajaan Daha, sedangkan Putri Resawari sudah kabur bersama Pangeran Warman diikuti puluhan pengawalnya.Gurunya Ki Birawa juga belum pulang sampai penyerbuan dilakukan pasukan kerajaan di bantu 3 Pendekar Golok Putih.“Apakah sebaiknya aku cari pusaka bukit meratus, seperti yang dikatakan kakek itu. Ilmu silatku masih tak ada apa-apanya, melawan satu orang dari 3 pendekar itu saja aku keok!” batin Japra menghela nafas.Kini dia benar-benar menyesal dengan kepongahannya, yang tak sadar merasa sudah sangat hebat!Ternyata berhadapan satu orang dari 3 Pendekar Golok Putih saja, ilmu kanuragannya tak ada apa-apanya.Sambil jalan pergi dari tempat ini Japra bingung sendiri, kemana kini dia harus pergi..!Sampai berhari-hari Japra masih bimbang, pikirannya hanya tertuju pada kakek tua Ki Durga dan ucapan-uca
Japra terus berlari cepat dan hanya beristirahat kalau kecapekan, tak terasa sudah 20 harian Japra pergi meninggalkan desa di mana dia membantai 2 begundal tersebut.Japra memutuskan mencari pusaka bukit meratus, dia ’ngeri’ juga bila harus bertemu Ki Birawa atau orang-orang Putri Reswari yang sakti-sakti.Pastinya murka dengan ulahnya, karena sudah membunuh dua begundal tersebut.Sambil beristirahat di sebuah hutan yang lebat, Japra mulai membaca peta yang bertahun-tahun dia simpan ditempat tersembunyi dan kini di bacanya dengan serius.Japra beruntung, selama di padepokan Ular Hitam, dia di ajari baca tulis, sehingga tak kesulitan membaca tulisan di peta ini.“Petunjuk peta ini mengarah ke arah Barat Bukit Meratus,” gumam Japra sambil memandang pegunungan meratus yang menjulang tinggi nun jauh di sana.Tanpa buang waktu, diapun menuju ke arah Barat. Perjalanan yang Japra tempuh bukanlah waktu sebentar. Tapi berhari-
Ternyata hari sudah tengah malam, saat Japra berjalan ke sisi tanah datar ini, dia langsung mundur, karena di bawahnya adalah jurang hitam,.Cuaca yang luar biasa dingin langsung menerpa tubuhnya yang kini tak berbaju lagi, karena digunakan sebagai bahan bakar obornya.Japra terduduk di tanah datar menahan hawa menusuk tulang, andai dia tak punya dasar tenaga dalam, bisa jadi Japra akan mati membeku.Saat meraba kantung celananya ia tak sengaja mengambil lagi peta itu dan mengamatinya di bawah sinar rembulan.“Ya Tuhaan…aku sudah sampai di sini, sesuai petunjuk peta ini, disinilah tempatnya!” sorak Japra kegirangan.Saking bahagianya Japra berteriak sangat nyaring, tak sadar menggunakan tenaga dalamnya. Suaranya malah memantul sangat nyaring dan bersahut-sahutan.Japra kaget sendiri, dia langsung terdiam. Lumayan lama barulah suara pantulan itu lenyap, kini Japra serem sendiri dan tak mau lagi berteriak seperti tadi.
Tanpa Japra sadari, semedi itu membuat hawa beracun yang selama ini ngedon di tubuhya, hasil latihan ‘salah’ yang diajarkan Ki Boka dan Ki Birawa perlahan keluar dari tubuhnya.Tapi imbansya, tenaga dalamnya naik berlipat-lipat, tubuhnya pun terasa segar dan pikirannya makin jernih. Matanya semakin tajam dan mampu membaca dalam gelap sekalipun kitab tua tersebut.Semua racun-racun yang dilatihnya bertahun-tahun keluar dari tubuhnya. Tapi tenaga dalamnya justru meningkat luar biasa.Setelah 3 bulan menyempurnakan semedinya, barulah Japra mulai melatih jurus-jurus yang dia miliki, kitab ini seolah jadi sumber segala ilmu yang dimilikinya.Japra miliki 3 jurus yang selama ini dia latih, dengan adanya kitab tersebut, dia justru mampu pelan-pelan sempurnakan semuanya.Baru terbuka mata Japra, 3 jurus itu ternyata sangat jauh menyeleweng dari sumber aslinya.Japra tak tahu, karena tiga jurus itu dikuasai golongan hitam, oleh mereka dir
Harga diri mereka runtuh di tangan pemuda perlente ini. Tapi apa mau di kata, mereka kalah telak saat ini dan mereka pun sampai sulit bangkit dari lantai.Pemuda ini berdiri sambil mengibaskan baju jubahnya, harum tubuhnya membuat semua orang makin kagum, di tambah sepatunya yang mengkilap dan…ada gagang golok berwarna emas tersembul di pinggangnya.“Kenapa kalian masih di sini, apa perlu aku penggal leher kalian sekalian hahh!” bentak pemuda ini sambil mengelus gagang goloknya yang menimbulkan perhatian.“Si-siapa kah kamu kisanak..?” orang ini memberanikan diri bertanya.“He-he…nyali mu gede juga ternyata ingin tahu siapa aku. Aku berasal dari Gunung Meratus, merantau kemana kakiku melangkah dengan golok ini tak pernah lepas dari badanku!”“Apaa…j-jadi kamu inilah Tuan Japra, si Pendekar Gunung Meratus alias Pendekar Golok Emas..?”“Hmmm…kalau sudah tahu nama
Pendekar Gunung Meratus alias Japra kini menuju ke rumah Ki Badui. Setelah mendengar keterangan lebih komplet. Pendekar muda ini pun duduk sambil mengisap cerutunya.Dia duduk di sebuah rumah yang di katakan Ki Badui baru saja menikah dan wanita itu cukup cantik.Suami dari wanita itu ternyata kerabat Ki Badui.Menurut Ki Badui wanita ini sempat hampir 2X di culik. Tapi dia bersama warganya sigap menggagalkan penculikan tersebut.Mendengar info ini, ke sanalah Japra menuju.“Kalian menjauh saja, agar penjahat itu datang, biar aku sendiri yang hadapi penjahat tersebut!” usir Japra, saat melihat Ki Badui dan warga desa yang punya nyali mau membantunya.Karena mereka sudah tahu dari cerita Ki Badui siapa adanya pemuda ini, merekapun mengangguk dan malam ini sengaja tak berjaga.Julukan yang melekat padanya membuat semuanya percaya, Japra mampu menangkap penjahat tersebut.Dengan harapan penjahat ini datang dan akan ken
Japra bertekad akan memecahkan misteri penculikan ini, selain penculiknya seorang wanita, dia juga penasaran, buat apa mereka menculiki wanita-wanita cantik?Japra lalu mengarahkan kudanya ke sana, kali ini dia santai saja, seolah-olah tempat yang dia datangi bukan tempat yang seram dan menakutkan.Semakin dekat Japra pura-pura tak tahu dari tadi dia melihat ada gerakan dedaunan yang mencurigakan.Sebagai ahli kanuragan, sekecil apapun gerakan, Japra tahu, apalagi di tubuhnya sudah menggeram kekuatan dahsyat, hasil latihan bertahun-tahun seorang diri.“Hmm ada yang memata-mataiku rupanya” pikirnya geli sendiri, tapi urat syarafnya tegang, bersiap terhadap serangan gelap.Japra kini sampai di sebuah lembah. Tempat ini sangat indah, dengan aliran sungai kecil yang membelah lembah tersebut.“Mirip tempat aku dulu berlatih silat seorang diri, pemandanganya indah sekali,” gumam Japra termenung.Dari jauh Japra sudah
Tak terasa sudah 5 bulan mereka bak ‘suami istri’ di pantai berpasir putih ini. Kini jurus terakhir dari kitab milik Dewi Lintah adalah, jurus pedang.Berdasarkan petunjuk di kitab tersebut, jurus pedang ini akan sangat hebat kalau di latih berpasangan.Dan…si Putul tanpa ragu cabut pedang pemberian nenek Putri Reswari.Saat pedang ini di sandingkan, kedua pedang ini seolah berpasangan saja, punya lebih lebih panjang hanya beberapa centi dari pedang milik Dewi Lintah yang kini di warisi Putri Arumi tersebut.“Waahh kayaknya jodoh ya sayang, liat,” kata Putri Arumi, yang tak ragu panggil si Putul dengan mesra, sambil sandingkan kedua pedang pusaka ini.Si Putul dengan wajah berseri-seri mengangguk, kini tanpa ragu keduanya mulai berlatih, gerakan si Putul dengan kaki ajaibnya sempat bikin pusing Putri Arumi.Tapi setelah dia pejamkan mata dan mulai salurkan tenaga saktinya, sesuai dengan jurus pembuka dari kitab Dewi Lintah, bayangan itu nampak jelas dan mulailah dia menyerang si Putul
Sebagai pemuda yang kenyang pengalaman menggauli wanita, tak perlu lagi banyak cakap, si Putul tahu di mana titik lemahnya seorang wanita.Dia membuat Putri Arumi sudah merasakan nikmatnya bercinta, padahal belum penetrasi.Apalagi saat si Putul mulai keluarkan jurus bercintanya, sampai kaget dan terpejam-pejam si putri jelita ini, saat perabotannya yang mulus tanpa rumput di lumat 'Pendekar Cabul' ini untuk yang pertama kalinya.Si Putul tak peduli lagi kalau Putri Arumi ini adalah tunangan Pangeran Daha, pengaruh buah ajaib membuat keduanya gelap mata dan terang nafsu, serta harus di tuntaskan saat ini juga.“Pelan-pelan…!” bisik Putri Arumi, saat sesuatu yang keras dan tegang mulai merasuki perabotannya yang tentu saja masih perawan.Si Putul pun kini lakukan secara perlahan dan dengan pengalamannya yang mumpuni di bidang puaskan hasrat ini.Alih-alin merasakan sakit, Putri Arumi malah melayang ke angkasa, saat si Putul mulai bergerak perlahaan memompa badannya di atas tubuhnya.Bua
“Hm…berarti kamu sendiri secara langsung keturunan dari Pangeran Wasi dan Dewi Lintah yaa?” kata Putri Arumi sambil memandang gundukan pasir di bawah tulisan itu.“Boleh dibilang begitu…tapi aku tak mau eufhoria,” sahut si Putul yang turut memandang gundukan tersebut dan dia tak mencegah, saat Putri Arumi secara tiba-tiba mendekati gundukan itu dan…menggalinya.Si Putul hanya memperhatikan, tapi dia tetap waspada, namun kini malah berbalik penasaran.“Apa yang kamu lakukan Putri?” tanya si Putul keheranan, karena Putri Arumi tanpa ragu menggali pasir putih itu dengan tangannya lentiknya.“Lihat ada peti hitam,” tunjuk Putri Arumi dan si Putul buru-buru mendekat. “Jangan buru-buru di buka putri, takutnya ada jebakan!” kata si Putul cepat, dirinya berpengalaman menemukan benda-benda rahasia yang tak sengaja di temukan dan biasanya ada jebakan berbahaya.Si Putul lalu pelan-pelan angkat peti ini dan baru saja dia meletakan di atas pasir.Putri Arumi kembali berseru, karena dia menemukan
"Buat…buat apaan sihh?” sungut Putri Arumi, yang justru belum melihat buah ajaib yang di tunjuk Pendekar Putul.Pendekar Putul tak menyahuti ucapa Putri Arumi, dengan terpincang-pincang dia menuju ke pohon yang dia sebut buah ajaib tadi.Tentu saja Putri Arumi tak melihat jelas, karena letaknya agak tersembunyi.Letaknya agak menjorok ke dalam gua atau terowongan, inilah sebabnya Putri Arumi tak melihatnya, apalagi kesaktiannya tak sehebat pendekar kaki buntung ini, yang bisa melihat dari jarak yang sangat jauh sekalipun.Setelah berjalan lumayan jauh, akhirnya mereka sampai juga di depan sebuah pohon yang tumbuhnya aneh tersebut.Yakni seperti menempel di dinding gua dan mampu menembus dinding cadas ini hingga keluarTapi daunnya kecil-kecil mirip daun pohon beringin, buahnya kecil-kecil seperti buah ceri dan berwarna merah tua.“Ini pohon dan buahnya itu ya Putul?” tanya Putri Arumi, yang kini lebih senang panggil begitu, karena pendekar ini minta panggil nama ‘poyokannya’ saja.“Ben
Tanpa setahu Putri Arumi yang masih nyenyak tidur, dengan jurus kaki ajaibnya, Pendekar Putul genjot tubuhnya sangat cepat, dia ingin tahu di mana ujung terowongan panjang berkelok-kelok ini.Kalau saja Putri Arumi terbangun tentu dia akan terheran-heran, karena tubuhnya bak di bawa terbang saja oleh Pendekar Putul.Hampir 3,5 jam kemudian, si Putul lega sekaligus plong, saat melihat di kejauhan ada sinar rembulan yang masuk.Ini menandakan dia sudah berada di ujung terowongan. Makin cepatlah dia genjot tubuhnya, akibatnya Putri Arumi terbangun dan memeluk erat punggung si Putul.Kaget dia tubuh mereka yang mepet kini berjalan luar biasa cepatnya, mengalahkan laju seekor kuda jantan.Akhirnya Putri Arumi turun dari punggung si Putul dan takjub melihat di depan mereka adalah hamparan pasir putih yang berada di bawahnya.Mereka sampai di tebing terowongan dan dibawahnya sekitar 20 meteran adalah sebuah pantai. Bulan bersinar amat terang dan menerangi laut lepas yang terlihat sangat tenan
Pendekar Putul cepat-cepat turunkan tubuh Putri Arumi ke tebing datar ini dan memeriksa nadi dan lehernya. Khawatir sekali dia, kalau terjadi apa-apa dengan si putri pujaan hatinya ini.Si Putul lega, Putri Arumi hanya pingsan saja, dan tangannya membiru, akibat terbentur dinding jurang tadi, karena saat itu lengan lentik ini memeluk perutnya dan otomatis terbentur dinding cadas ini.Si Putul lalu mengurut-urut perlahan dan tangan si putri yang tadi membiru dan bengkak kini berkurang bengkaknya. Bahkan tulang yang tergeser urat berhasil Putul kembalikan lagi.Untungnya Putri Arumi masih pingsan, andai sadar, pasti dia akan melolong sakit, saat di Putul benarin lagi lengannya.Dia lalu urut tengkuk putih mulus si putri jelita ini dan dia pun lega, Putri Arumi kini mulai tersadar dari pingsannya.“Kita d mana ini..?” mata Putri Arumi menatap si Putul, saat melirik ke samping, hampir saja dia menjerit lagi, melihat jurang hitam yang menganga.Tanpa sadar dia memeluk Pendekar Putul lagi,
Suara jeritan Putri Arumi memantul di dinding jurang dan seolah bersahut-sahutan, lalu suara ini lenyap.Ke 6 orang ini konta terdiam dan tak menyangka si Putul dan Putri Arumi akan terjungkal ke jurang.Ki Rawa, Pendekar Gledek, 3 Pendekar Tikus dan Pendekar Serigala sampai melongok ke dalam jurang, ingin lihat tubuh si Putul dan Putri Arumi yang melayang ke bawah.Namun mereka hanya melihat jurang hitam yang sangat dalam dan tidak kelihatan dasarnya.Tubuh keduanya sangat deras masuk ke jurang dalam hitungan kuran dari sedetik sudah lenyap di dalam jurang hitam dan diselimuti halimun ini.Ki Rawa dan 3 Pendekar Tikus bahkan nekat mencoba merayap ke dinding jurang, bermaksud mencari buah ajaib itu, mereka tak peduli dengan nasib si Putul dan juga Putri Arumi.Tapi mereka menyerah dan tak berhasil menemukan pohon buah ajaib tersebut, padahal mereka sudah sangat dalam dan jauh sekali turun ke bawah.Biarpun ke 4 nya sangat sakti, tapi beberapa kali mereka hampir tergelincir dan akhirnya
Dua minggu kemudian mereka sampai di tempat di mana dulu Pendekar Putul terjungkal ke jurang, setelah berduel dengit dengan Pendekar Budiman dan akhirnya di hantam Ki Samonang, yang saat itu mengira si Putul salah satu pendekar golongan hitam.Walaupun belakangan keduanya sudah minta maaf pada pendekar ini, tapi kala itu si Putul malah bergurau, kalau dia tak terjungkal ke jurang, belum tentu dia sehebat sekarang.Ketegangan mulai terasa, saat Ki Rawa minta Si Putul turun ke bawah jurang yang tak kelihatan dasarnya ini.“Kenapa bukan kalian saja, tuh aku sudah membawa kalian jauh-jauh ke sini, pohon ajaib itu ada di dinding jurang. Dengan kesaktian kalian, ku rasa sangat mudah kalian mengambilnya,” cetus Si Putul, yang sejatinya sudah menduga hal ini, tapi dia sengaja, untul ulur waktu sekaligus cari cara bebaskan diri dari orang-orang ini.“Hehh Putul, kamu jangan menipu kami, mana aku tahu seperti apa pohonnya. Cepat kamu turun dan kami tunggu di sini. Pendekar Serigala, ambil lagi P
“Hayaaaa…sialan betul kita kali ini, apa yang dikatakan si kaki buntung benar juga,” sahut Ki Rawa serba pusing.“Hey tunggu dulu murid sialan, jangan buru-buru pergi. Kamu beri aku buah ajaib itu, agar luka dalam di tubuhku ini sembuh, atau setidaknya kamu sebutkan di mana mendapatkannya. Tapi kalau kamu tak mau, terpaksa Putri Arumi benaran kami sembelih, tuh aku tetap akan mati juga, gara-gara jurus rajawali mencaplok mangsa sialan milikmu tu!”Tiba-tiba Pendekar Gledek ajukan usul yang cerdik dan licik, sehingga Pendekar Putul tak jadi hela kudanya dan kini menatap bekas gurunya ini. “Hmm…benar juga, ayo kaki buntung, berikan buah itu, aku juga minta satu!” cetus Ki Rawa, yang diam-diam sudah tahu khasiat buah ajaib tersebut.Dia rupanya ingin memakan buah yang bisa meningkatkan kesaktiannya tersebut.Kali ini si Putul yang gantian kaget.Benar-benar licik dan selalu penuh muslihat, tak heran mereka di juluki dedengkotnya golongan hitam, selalu ada saja akalnya,” batin si Putul k