“Rapalkan mantra yang sudah aku ajarkan sambil kerahkan tenaga dalammu. Lalu masuk ke dalam bejana itu cepat!” terdengar perintah Ki Birawa.
Japra pun merapalkan mantera itu sambil tarik nafas dan salurkan seluruh kekuatan di dalam perutnya.
Tubuhnya tiba-tiba dingin dan tanpa ragu dia masuk ke dalam tungku itu dan duduk di air mendidih.
Anehnya panas air itu tak terasa di tubuhnya, Japra pun makin terkagum-kagum dengan kehebatan gurunya ini.
Ki Birawa lalu beri petunjuk-petunjuk dan Japra dengan mudahnya mampu ikuti semua petunjuk tersebut.
“He-he-he…ilmu pukulan Ular Kobra dan Jurus Halilintar yang aku ajarkan sudah bisa kamu serap Japra. Tinggal terus kamu latih maka 1 tahun lagi, seluruh anak buah Ki Boka bukan tandinganmu lagi,” terdengar suara Ki Birawa tertawa lepas khas burung hantu.
Ki Birawa bangga bukan main, murid tunggalnya ini tak mengecewakannya, bahkan melebihi ekspektasinya.
“Kelak kalau dia dewasa, Ki Boka bahkan aku sendiri bisa saja bukan tandingannya lagi, bisa jadi 3 Pendekar Golok Putih juga keok!” batin Ki Birawa senang bukan main.
Niatnya untuk balas dendam pada musuh-musuhnya melalui muridnya ini seakan menemukan jalannya.
Ki Birawa sadar, usianya makin tua dan musuh-musuhnya banyak, tak mampu dia sendirian menghadapi!
Dengan cerdik dan licik dia sedang ciptakan calon pendekar jahat yang lebih jahat darinya!
Sejak itulah, sebulan sekali Japra harus berendam dalam air mendidih, yang ternyata makin menambah hebatnya tenaga dalam miliknya.
Termasuk Jurus Halilintar dan Jurus Ular Kobra yang diajarkan Ki Birawa, yang dilatih Japra siang malam tanpa kenal lelah.
Sebagai salah satu tokoh golongan hitam, lagi-lagi caranya tak lumrah bagi orang biasa.
Japra juga sering di minta bergantung di batang pohon dengan kepala di bawah, kaki di atas bak kelelawar. Mau pecah rasanya kepala anak tanggung ini.
Dia digantung sampai 3 jam lebih, lagi-lagi Japra terkagum-kagum, setelah mendengar suara petunjuk Ki Birawa yang meminta rapalkan mantra-mantra darinya.
Lalu diminta salurkan tenaga dalamnya ke seluruh tubuhnya.
Kepalanya yang tadi berasa pecah, pelan-pelan jadi ringan. Bahkan Japra keenakan terus bergelantungan seperti kelelawar tersebut.
Anehnya, sejak bergelantungan begitu, mata Japra makin tajam. Dia bahkan mampu melihat dengan jelas di kegelapan malam.
“Itu dasar Jurus Kelelawar milikku, yang sebenarnya baru aku ciptakan selama 5 tahunan ini. Kamu terus latih, nanti ku ajarkan tekhniknya!”cetus K Birawa.
Kini Japra fokus melatih 3 jurus hebat ini, Jurus Ular Kobra yang dia dapat dari Ki Boka dan Jurus Halilintar serta Jurus Kelelawar dari Ki Birawa.
Hasilnya jurus yang dikuasai Japra makin meningkat tajam, andai di adu dengan Sawon, anak Ki Boka itu bukan tandingannya lagi.
Selama jadi murid, Japra akhirnya tahu siapa Ki Birawa ini sesungguhnya.
Selain adik seperguruan dari guru Ki Palung dan Ki Boka, Ki Birawa juga seorang petualang dan sudah merantau kemana-mana, dia berguru dengan siapapun yang mampu kalahkan dirinya.
Jurus andalannya selama ini adalah Jurus Halilintar, sehingga Ki Birawa dapat julukan Pendekar Halilintar, julukan ini bikin keder semua lawan-lawannya.
Tapi dimusuhi golongan putih, karena kerjaannya memperkosa, merampok dan membunuh (kebanyakan pendekar golongan putih). Setelah usianya menginjak 60 tahun, Ki Birawa pun mengurangi kelakuan jahatnya.
Tapi kelakuannya di masa muda itu tetap bikin musuh-musuhnya dendam hingga kini!
Andai Japra tahu kalau Ki Birawa aslinya lebih jahat dari Ki Boka dan anak buahnya, mungkin dia akan berpikir 100X jadi murid salah satu tokoh golongan hitam ini.
“Aku tahu kematian Ki Palung setelah bentrok dengan murid Ki Durga. Setelah sembuh barulah mengunjungi padepokannya,” cerita Ki Birawa, yang tak disangka-sangka malah menarik Japra jadi murid tunggalnya, dengan tujuan yang tak pernah Japra ketahui.
Japra tak paham kenapa ada pertentangan apa sebenarnya antara Ki Birawa dengan musuh-musuhnya dari golongan putih itu.
Pikirannya hanya satu, berlatih sampai tamat dengan gurunya ini. Tanpa sadar kalau pelajaran ilmu silatnya ini justru berakar dari golongan hitam.
Dua tahun kemudian…
Ki Birawa makin kagum menatap perubahan fisik Japra, tubuh murid tunggalnya makin menjulang tinggi, hampir sama dengan tingginya.
Di usianya yang sudah 14 tahun, Japra menjelma menjadi remaja tampan yang sakti. Walaupun tubuhnya kurus dan pakaiannya sederhana. Tapi tubuh sakti Japra kokoh dan kuat, sedangkan dia makin menua di usia hampir 70 tahunan.
“Japra, bersiaplah, aku akan salurkan hawa murni ke dalam tubuhmu, begitu sudah berada ke tubuhmu, maka tenaga dalammu akan naik berlipat-lipat dari yang ada sekarang. Lepas bajumu dan buka seluruh aliran darah, jangan melawan saat hawa murni ini masuk!”
Japra langsung mengangguk, kini dia dalam posisi duduk dan bersiap menerima hawa sakti dari gurunya.
Setelah merapal ajiannya, lalu mengerahkan tenaga dalamnya, Ki Birawa lalu menempelkan lengan kanannya ke ubun-ubun Japra.
“Ingat jangan melawan, kalau itu kamu lakukan, otakmu bisa pecah dan kamu mati seketika!” terdengar suara Ki Birawa yang membuat Japra bergidik.
Japra pun otomatis mengosongkan semua tenaga dan pikiran…lalu perlahan-lahan hawa hangat mulai menjalari kepalanya dan turun ke seluruh tubuhnya.
Hawa hangat berubah jadi panas dan makin panas, hampir tak tertahankan dirasakan Japra.
Tapi ketabahan remaja ini benar-benar hebat, dia pasrah saja dan yakin tak mungkin gurunya mencelakakannya.
Setelah hampir satu jam, Ki Birawa hentikan penyaluran hawa murni. Wajahnya pucat, tubuhnya bergoyang-goyang.
Cepat-cepat Ki Birawa bersemedi pulihkan lagi tenaga dalamnya. Kakek tua ini tak tanggung-tanggung salurkan hawa saktinya, hampir 90 persen di oper ke Japra.
“Japra kamu segera berlatih, salurkan semua tenaga dalam tadi dan lakukan berulang-ulang 3 jurus yang sudah kamu kuasai!” terdengar lirih suara Ki Birawa.
Japra patuhi perintah ini, badannya masih terbakar saking panasnya. Ia pun salurkan semua tenaga dalam ini pada kedua lengannya.
Saat melompat, hampir saja Japra berteriak saking kagetnya, lompatannya sangat tinggi dan tubuhnya ringan sekali.
Lompatan itu hampir 15 meter jauhnya dari tempatnya tadi, Japra pun bersorak gembira di hati.
Kini tubuhnya bergerak luar biasa cepatnya, setiap lompatan yang ia lakukan bak terbang saja.
Begitu melihat sebuah batu sebesar kerbau, tanpa ragu Japra lepaskan jurus Halilintar….blarrr…terdengar suara bak petir saking kerasnya batu besar itu pecah berkeping-keping.
“Astagaaa….!” Sorak Japra kesenangan.
Saking senangnya melihat hasilnya, Japra terus berlatih hingga berjam-jam, tubuhnya yang tadi serasa terbakar kini sudah pulih.
Tubuhnya berkelabatan ke sana kemari, saking cepatnya gerakan Japra berubah jadi bayangan saja lagi.
Japra tak sadar, sejak tadi Ki Birawa sudah menyudahi semedi-nya dan senyum-senyum senang melihat kehebatan muridnya ini.
“Telah lahir Pendekar Bukit Meratus, dia akan lebih sakti dan kelak lebih jahat dari aku atau si Palung serta si Boka he-he-he!” gumam Ki Birawa.
Butuh waktu hingga satu bulan bagi Ki Birawa pulihkan tenaga dalamnya, setelah 90 persen dia oper ke tubuh Japra.
Tapi di sisi lain, kesaktian Japra meningkat luar biasa, setelah menerima hawa murni dan dilatihnya siang malam.
Anehnya, kadang Japra heran, gurunya bisa pergi meninggalkanya berhari-hari, lalu kembali lagi.
Dia sungkan bertanya, kemana gurunya itu menghilang…!
*****
BERSAMBUNG
“Japra, hari ini kita turun gunung, kita akan menemui orang-orang dari Kerajaan Daha, mereka ini bukan orang sembarangan.”“Baik guru!”Setelah berkemas seperlunya, keduanya berlari cepat menuju sebuah tempat, kalau dulu Japra sering tertinggal dari Ki Birawa. Kini sebaliknya, berjam-jam berlari cepat, wajahnya biasa saja.Terbalik dengan Ki Birawa, terdengar deru nafasnya, tanda kelelahan berlari cepat, di samping tenaga dalamnya belum pulih 100 persen. Faktor usia juga mempengaruhi kekuatannya.Apalagi 90 persen tenaga dalamnya sudah di oper ke tubuh murid tunggalnya ini.Tempat yang dituju ternyata sebuah kampung yang terletak di sebuah perbatasan dengan Kerajaan Daha ini. Dua minggu kemudian mereka sampai di sebuah kampung yang terlihat porak poranda, sepertinya bekas perampokan.“Hmm…siapa yang merampok habis-habisan kampung ini?” gumam Ki Birawa.Kakek tua ini mendekati seorang warga yang nafasnya senin kamis, golok masih tertancap di perutnya.“Siapa pelakunya,” tanya Ki Biraw
“Ilmu setan…? Ilmu apa itu guru?” dengan polosnya Japra malah balik bertanya. Ki Birawa seolah habis akal mendengar ucapan Japra ini.“Duduklah, kosongkan tubuhmu!” perintah Ki Birawa, dengan patuh Japra duduk dan mentaati perintah gurunya.Ki Birawa lalu meraba seluruh tubuh muridnya sambil kerahkan tenaga dalamnya. Sampai berulang-ulang dia lakukan itu, tapi tak ada yang aneh dengan tubuh Japra.“Aneh sungguh aneh…tenaga dalamnya hanya terisi seperti yang ku ajarkan selama ini, kenapa tadi dia bisa melakukan jurus setan itu?” pikir Ki Birawa kebingungan.“Guru, tolong ceritakan, apa yang sesungguhnya terjadi padaku?” Japra kini memandang gurunya, seakan meminta penjelasan.“Kita pergi dari sini, nanti di jalan aku ceritakan,” tanpa menunggu jawaban Japra, Ki Birawa jalan duluan.Saat akan pergi, alangkah kagetnya Japra, puluhan wanita yang tadi jadi korban penculikan dan pemerkosaan para perampok, sudah jadi mayat!“Astagaaa….apakah ini akibat perbuatanku..?” rasa sesal langsung men
“Paman Jenderal Bugi, mundur dulu..!” tegur Putri Reswari dengan tenang. Pengawal yang ternyata seorang jenderal ini langsung membungkuk hormat dan mundur ke tempatnya semula.“Ki Anom tolong anda juga kembali ke tempat duduk. Di sini ada paman kakekku Ki Birawa yang berjuluk Pendekar Halilintar. Tolong paman bantu jelaskan tujuan pertemuan kita hari ini!”Japra yang sempat ikutan tegang, melihat gurunya berdiri dan kini mendekati Putri Reswari, lalu beri hormat, kemudian dia berbalik ke semua undangan.Julukan Pendekar Halilintar membuat undangan yang gaduh langsung diam, siapa yang tidak kenal guru Japra ini.Seorang tokoh tua pendekar golongan hitam, yang kesaktiannya bikin ‘ngeri’ lawan-lawannya, sekaligus terkenal kekejamannya.“Terima kasih Yang Mulia Tuan putri dan Yang mulia Pangeran Warman, juga Temangggung Odor, Jenderal Bugi dan yang lainnya. Saya hargai ucapan Ki Anom tadi! Benar yang kita hadap
“Ha-ha…hanya segitu kemampuan muridmu Birawa, lihat dia sudah sekarat!” ejek Ki Anom terbahak-bahak.Anehnya Ki Birawa malah tenang-tenang saja, sementara Putri Reswari dan yang diam-diam mendukung Japra mulai gelisah.Muka Japra berubah memerah, kemarahan menjalari tubuhnya. “Aku belum kalah,” Japra bangkit dan kini kembali berdiri kokoh.Sambil mengusap darah yang menetes di bibirnya, Japra kerahkan tenaga dalamnya sepenuhnya ke kedua lengannya. “Hmm….agaknya saat marah jurus setan miliknya akan keluar, rasakan kalian Ki Anom dan Pendekar Codet,” batin Ki Birawa, bibirnya tersenyum-senyum.“Persetan…! Mampuslah!” Ki Anom dan Pendekar Codet barengan kembali bergerak cepat dan kerahkan jurus andalan mereka ke Japra.Semua melongo, tiba-tiba saja bak lintah, lengan kedua nya melekat di lengan Japra, tubuh mereka bergetar, lama-lama terdengar suara ‘ah auhh&rsquo
Japra masuk ke kamar lumayan luas dan berbau harum, si dayang genit tadi setelah memberi hormat, langsung keluar kamar dan membiarkan Japra bersama sang putri.“Japra, kesinilah mendekat…!” terdengar suara lembut memanggil.Japra yang masih duduk di lantai dan menundukan wajahnya mengangguk, lalu beringsut mendekati Putri Reswari, yang terlihat duduk santai di kursi, di depannya ada meja yang penuh buah-buahan segar dan arak!“Japra, berapakah usia kamu dan siapakah orang tuamu…? Ehh jangan menunduk, tataplah wajahku!” tegur si putri ini dengan suara lembut.“Usia hamba 14 tahun tuan putri, orang tua hamba…hamba hanya anak angkat dan sebelumnya tinggal di Desa Haliling!” usai berkata begitu, Japra kembali menunduk.Matanya ‘silau’ melihat kecantikan putri ini, yang saat ini justru berpakian agak minim, ini membuatnya makin gugup.Walaupun berpengalaman pernah melihat wanita
Tapi diam-diam Putri Reswari dendam bukan kepalang, kini semua fasilitas waah tak bisa lagi dia nikmati. Dia dibuang tanpa boleh membawa harta sepeserpun., kecuali perhiasan yang melekat di tubuhnya.Putri selir cantik ini dimiskinkan!Itulah sebabnya sejak 2 tahunan ini, dia mulai kumpulkan kekuatan untuk lakukan pemberontakan. Orang-orang yang tak suka Pangeran Kanji mulai putri ini hubungi melalui orang-orangnya.Tapi soal nafsu…dia tak bisa ngerem dan saat ini dia buktikan! Dengan mulai merayu Japra. Putri Reswari tak peduli, Japra ini seusia anaknya, Pangeran Warman dan dari kasta ‘rendah’.Japra hanyalah remaja tak berpengalaman, apalagi setelah minum arak keras, otak sehatnya tak jalan lagi.Dia bahkan seolah melayang saat Putri Reswari mengajaknya ke ranjang yang harum dan empuk.Pelan tapi pasti Putri Reswari mulai membelai dan melepas satu persatu pakaiannya. Japra yang masih terpesona dan seolah mimpi, mangap me
Namun Japra kecele, tiga pendekar ini tak bisa disamakan dengan Ki Anom si Bajak Sungai Barito dan Pendekar Codet si jagoan Pesisir Sungai Kapuas, apalagi 26 perampok yang sudah dia bunuh.Mereka dengan gesit dan sangat cepat mampu menghindari serangan ganas Japra. Bahkan saat lakukan serangan balasan, Japra langsung kerepotan setengah mati.Remaja ganas ini seolah di serang dari semua jurusan dan datangnya bergelombang, silih beranti tiada henti.Baru kali ini Japra bertemu lawan sepadan, bahkan kehebatan ketiganya benar-benar jauh di atasnya.Anehnya, melihat Japra hanya seorang diri, mereka tak jadi mengeroyok. Dua orang langsung melompat mundur, hanya satu orang yang kini meladeni Japra.Tapi bukan berarti Japra mudah mengalahkan satu orang pendekar golok putih ini, justru lama-lama dia terlihat mulai keteteran.Salah satu Pendekar Golok Putih tersebut benar-benar sakti dan terlihat matang pengalaman.Sisa dua orang lainnya malah
“Apa yang kalian lakukan pada anak itu!” suara itu terdengar lembut sekali, mirip kidung saja.Ki Usu tiba-tiba tarik lagi tangannya, yang tinggal sekali pukul maka lumpuhlah kekuatan Japra selamanya.Japra melongo, saat ketiga pendekar ini tiba-tiba bersimpuh, ke arah barat.Tak sampai 1 menit, sudah berdiri seorang kakek yang sangat tua kurus, jenggot dan rambutnya yang jarang berwarna putih semua.Sukar ditaksir berapa usianya…bisa jadi lebih 90 tahunan, atau malah 100 tahunan lebih!Tubuh kakek ini sebenarnya tinggi jangkung, tapi kini agak bungkuk, karena faktor usianya yang sudah renta.Kedatangannya bak hantu saja, tiba-tiba muncul, setelah berhembus angin halus yang dingin.Di tanganya ada tongkat butut, untuk membantunya berjalan. Pakaiannya putih lusuh, penampilannya seolah pertapa tua.Japra tertegun dan terpana, wajah kakek tua ini begitu damai dan tenang, kadang ada senyuman kecil ramah ter