“Rapalkan mantra yang sudah aku ajarkan sambil kerahkan tenaga dalammu. Lalu masuk ke dalam bejana itu cepat!” terdengar perintah Ki Birawa.
Japra pun merapalkan mantera itu sambil tarik nafas dan salurkan seluruh kekuatan di dalam perutnya.
Tubuhnya tiba-tiba dingin dan tanpa ragu dia masuk ke dalam tungku itu dan duduk di air mendidih.
Anehnya panas air itu tak terasa di tubuhnya, Japra pun makin terkagum-kagum dengan kehebatan gurunya ini.
Ki Birawa lalu beri petunjuk-petunjuk dan Japra dengan mudahnya mampu ikuti semua petunjuk tersebut.
“He-he-he…ilmu pukulan Ular Kobra dan Jurus Halilintar yang aku ajarkan sudah bisa kamu serap Japra. Tinggal terus kamu latih maka 1 tahun lagi, seluruh anak buah Ki Boka bukan tandinganmu lagi,” terdengar suara Ki Birawa tertawa lepas khas burung hantu.
Ki Birawa bangga bukan main, murid tunggalnya ini tak mengecewakannya, bahkan melebihi ekspektasinya.
“Kelak kalau dia dewasa, Ki Boka bahkan aku sendiri bisa saja bukan tandingannya lagi, bisa jadi 3 Pendekar Golok Putih juga keok!” batin Ki Birawa senang bukan main.
Niatnya untuk balas dendam pada musuh-musuhnya melalui muridnya ini seakan menemukan jalannya.
Ki Birawa sadar, usianya makin tua dan musuh-musuhnya banyak, tak mampu dia sendirian menghadapi!
Dengan cerdik dan licik dia sedang ciptakan calon pendekar jahat yang lebih jahat darinya!
Sejak itulah, sebulan sekali Japra harus berendam dalam air mendidih, yang ternyata makin menambah hebatnya tenaga dalam miliknya.
Termasuk Jurus Halilintar dan Jurus Ular Kobra yang diajarkan Ki Birawa, yang dilatih Japra siang malam tanpa kenal lelah.
Sebagai salah satu tokoh golongan hitam, lagi-lagi caranya tak lumrah bagi orang biasa.
Japra juga sering di minta bergantung di batang pohon dengan kepala di bawah, kaki di atas bak kelelawar. Mau pecah rasanya kepala anak tanggung ini.
Dia digantung sampai 3 jam lebih, lagi-lagi Japra terkagum-kagum, setelah mendengar suara petunjuk Ki Birawa yang meminta rapalkan mantra-mantra darinya.
Lalu diminta salurkan tenaga dalamnya ke seluruh tubuhnya.
Kepalanya yang tadi berasa pecah, pelan-pelan jadi ringan. Bahkan Japra keenakan terus bergelantungan seperti kelelawar tersebut.
Anehnya, sejak bergelantungan begitu, mata Japra makin tajam. Dia bahkan mampu melihat dengan jelas di kegelapan malam.
“Itu dasar Jurus Kelelawar milikku, yang sebenarnya baru aku ciptakan selama 5 tahunan ini. Kamu terus latih, nanti ku ajarkan tekhniknya!”cetus K Birawa.
Kini Japra fokus melatih 3 jurus hebat ini, Jurus Ular Kobra yang dia dapat dari Ki Boka dan Jurus Halilintar serta Jurus Kelelawar dari Ki Birawa.
Hasilnya jurus yang dikuasai Japra makin meningkat tajam, andai di adu dengan Sawon, anak Ki Boka itu bukan tandingannya lagi.
Selama jadi murid, Japra akhirnya tahu siapa Ki Birawa ini sesungguhnya.
Selain adik seperguruan dari guru Ki Palung dan Ki Boka, Ki Birawa juga seorang petualang dan sudah merantau kemana-mana, dia berguru dengan siapapun yang mampu kalahkan dirinya.
Jurus andalannya selama ini adalah Jurus Halilintar, sehingga Ki Birawa dapat julukan Pendekar Halilintar, julukan ini bikin keder semua lawan-lawannya.
Tapi dimusuhi golongan putih, karena kerjaannya memperkosa, merampok dan membunuh (kebanyakan pendekar golongan putih). Setelah usianya menginjak 60 tahun, Ki Birawa pun mengurangi kelakuan jahatnya.
Tapi kelakuannya di masa muda itu tetap bikin musuh-musuhnya dendam hingga kini!
Andai Japra tahu kalau Ki Birawa aslinya lebih jahat dari Ki Boka dan anak buahnya, mungkin dia akan berpikir 100X jadi murid salah satu tokoh golongan hitam ini.
“Aku tahu kematian Ki Palung setelah bentrok dengan murid Ki Durga. Setelah sembuh barulah mengunjungi padepokannya,” cerita Ki Birawa, yang tak disangka-sangka malah menarik Japra jadi murid tunggalnya, dengan tujuan yang tak pernah Japra ketahui.
Japra tak paham kenapa ada pertentangan apa sebenarnya antara Ki Birawa dengan musuh-musuhnya dari golongan putih itu.
Pikirannya hanya satu, berlatih sampai tamat dengan gurunya ini. Tanpa sadar kalau pelajaran ilmu silatnya ini justru berakar dari golongan hitam.
Dua tahun kemudian…
Ki Birawa makin kagum menatap perubahan fisik Japra, tubuh murid tunggalnya makin menjulang tinggi, hampir sama dengan tingginya.
Di usianya yang sudah 14 tahun, Japra menjelma menjadi remaja tampan yang sakti. Walaupun tubuhnya kurus dan pakaiannya sederhana. Tapi tubuh sakti Japra kokoh dan kuat, sedangkan dia makin menua di usia hampir 70 tahunan.
“Japra, bersiaplah, aku akan salurkan hawa murni ke dalam tubuhmu, begitu sudah berada ke tubuhmu, maka tenaga dalammu akan naik berlipat-lipat dari yang ada sekarang. Lepas bajumu dan buka seluruh aliran darah, jangan melawan saat hawa murni ini masuk!”
Japra langsung mengangguk, kini dia dalam posisi duduk dan bersiap menerima hawa sakti dari gurunya.
Setelah merapal ajiannya, lalu mengerahkan tenaga dalamnya, Ki Birawa lalu menempelkan lengan kanannya ke ubun-ubun Japra.
“Ingat jangan melawan, kalau itu kamu lakukan, otakmu bisa pecah dan kamu mati seketika!” terdengar suara Ki Birawa yang membuat Japra bergidik.
Japra pun otomatis mengosongkan semua tenaga dan pikiran…lalu perlahan-lahan hawa hangat mulai menjalari kepalanya dan turun ke seluruh tubuhnya.
Hawa hangat berubah jadi panas dan makin panas, hampir tak tertahankan dirasakan Japra.
Tapi ketabahan remaja ini benar-benar hebat, dia pasrah saja dan yakin tak mungkin gurunya mencelakakannya.
Setelah hampir satu jam, Ki Birawa hentikan penyaluran hawa murni. Wajahnya pucat, tubuhnya bergoyang-goyang.
Cepat-cepat Ki Birawa bersemedi pulihkan lagi tenaga dalamnya. Kakek tua ini tak tanggung-tanggung salurkan hawa saktinya, hampir 90 persen di oper ke Japra.
“Japra kamu segera berlatih, salurkan semua tenaga dalam tadi dan lakukan berulang-ulang 3 jurus yang sudah kamu kuasai!” terdengar lirih suara Ki Birawa.
Japra patuhi perintah ini, badannya masih terbakar saking panasnya. Ia pun salurkan semua tenaga dalam ini pada kedua lengannya.
Saat melompat, hampir saja Japra berteriak saking kagetnya, lompatannya sangat tinggi dan tubuhnya ringan sekali.
Lompatan itu hampir 15 meter jauhnya dari tempatnya tadi, Japra pun bersorak gembira di hati.
Kini tubuhnya bergerak luar biasa cepatnya, setiap lompatan yang ia lakukan bak terbang saja.
Begitu melihat sebuah batu sebesar kerbau, tanpa ragu Japra lepaskan jurus Halilintar….blarrr…terdengar suara bak petir saking kerasnya batu besar itu pecah berkeping-keping.
“Astagaaa….!” Sorak Japra kesenangan.
Saking senangnya melihat hasilnya, Japra terus berlatih hingga berjam-jam, tubuhnya yang tadi serasa terbakar kini sudah pulih.
Tubuhnya berkelabatan ke sana kemari, saking cepatnya gerakan Japra berubah jadi bayangan saja lagi.
Japra tak sadar, sejak tadi Ki Birawa sudah menyudahi semedi-nya dan senyum-senyum senang melihat kehebatan muridnya ini.
“Telah lahir Pendekar Bukit Meratus, dia akan lebih sakti dan kelak lebih jahat dari aku atau si Palung serta si Boka he-he-he!” gumam Ki Birawa.
Butuh waktu hingga satu bulan bagi Ki Birawa pulihkan tenaga dalamnya, setelah 90 persen dia oper ke tubuh Japra.
Tapi di sisi lain, kesaktian Japra meningkat luar biasa, setelah menerima hawa murni dan dilatihnya siang malam.
Anehnya, kadang Japra heran, gurunya bisa pergi meninggalkanya berhari-hari, lalu kembali lagi.
Dia sungkan bertanya, kemana gurunya itu menghilang…!
*****
BERSAMBUNG
“Japra, hari ini kita turun gunung, kita akan menemui orang-orang dari Kerajaan Daha, mereka ini bukan orang sembarangan.”“Baik guru!”Setelah berkemas seperlunya, keduanya berlari cepat menuju sebuah tempat, kalau dulu Japra sering tertinggal dari Ki Birawa. Kini sebaliknya, berjam-jam berlari cepat, wajahnya biasa saja.Terbalik dengan Ki Birawa, terdengar deru nafasnya, tanda kelelahan berlari cepat, di samping tenaga dalamnya belum pulih 100 persen. Faktor usia juga mempengaruhi kekuatannya.Apalagi 90 persen tenaga dalamnya sudah di oper ke tubuh murid tunggalnya ini.Tempat yang dituju ternyata sebuah kampung yang terletak di sebuah perbatasan dengan Kerajaan Daha ini. Dua minggu kemudian mereka sampai di sebuah kampung yang terlihat porak poranda, sepertinya bekas perampokan.“Hmm…siapa yang merampok habis-habisan kampung ini?” gumam Ki Birawa.Kakek tua ini mendekati seorang warga yang nafasnya senin kamis, golok masih tertancap di perutnya.“Siapa pelakunya,” tanya Ki Biraw
“Ilmu setan…? Ilmu apa itu guru?” dengan polosnya Japra malah balik bertanya. Ki Birawa seolah habis akal mendengar ucapan Japra ini.“Duduklah, kosongkan tubuhmu!” perintah Ki Birawa, dengan patuh Japra duduk dan mentaati perintah gurunya.Ki Birawa lalu meraba seluruh tubuh muridnya sambil kerahkan tenaga dalamnya. Sampai berulang-ulang dia lakukan itu, tapi tak ada yang aneh dengan tubuh Japra.“Aneh sungguh aneh…tenaga dalamnya hanya terisi seperti yang ku ajarkan selama ini, kenapa tadi dia bisa melakukan jurus setan itu?” pikir Ki Birawa kebingungan.“Guru, tolong ceritakan, apa yang sesungguhnya terjadi padaku?” Japra kini memandang gurunya, seakan meminta penjelasan.“Kita pergi dari sini, nanti di jalan aku ceritakan,” tanpa menunggu jawaban Japra, Ki Birawa jalan duluan.Saat akan pergi, alangkah kagetnya Japra, puluhan wanita yang tadi jadi korban penculikan dan pemerkosaan para perampok, sudah jadi mayat!“Astagaaa….apakah ini akibat perbuatanku..?” rasa sesal langsung men
“Paman Jenderal Bugi, mundur dulu..!” tegur Putri Reswari dengan tenang. Pengawal yang ternyata seorang jenderal ini langsung membungkuk hormat dan mundur ke tempatnya semula.“Ki Anom tolong anda juga kembali ke tempat duduk. Di sini ada paman kakekku Ki Birawa yang berjuluk Pendekar Halilintar. Tolong paman bantu jelaskan tujuan pertemuan kita hari ini!”Japra yang sempat ikutan tegang, melihat gurunya berdiri dan kini mendekati Putri Reswari, lalu beri hormat, kemudian dia berbalik ke semua undangan.Julukan Pendekar Halilintar membuat undangan yang gaduh langsung diam, siapa yang tidak kenal guru Japra ini.Seorang tokoh tua pendekar golongan hitam, yang kesaktiannya bikin ‘ngeri’ lawan-lawannya, sekaligus terkenal kekejamannya.“Terima kasih Yang Mulia Tuan putri dan Yang mulia Pangeran Warman, juga Temangggung Odor, Jenderal Bugi dan yang lainnya. Saya hargai ucapan Ki Anom tadi! Benar yang kita hadap
“Ha-ha…hanya segitu kemampuan muridmu Birawa, lihat dia sudah sekarat!” ejek Ki Anom terbahak-bahak.Anehnya Ki Birawa malah tenang-tenang saja, sementara Putri Reswari dan yang diam-diam mendukung Japra mulai gelisah.Muka Japra berubah memerah, kemarahan menjalari tubuhnya. “Aku belum kalah,” Japra bangkit dan kini kembali berdiri kokoh.Sambil mengusap darah yang menetes di bibirnya, Japra kerahkan tenaga dalamnya sepenuhnya ke kedua lengannya. “Hmm….agaknya saat marah jurus setan miliknya akan keluar, rasakan kalian Ki Anom dan Pendekar Codet,” batin Ki Birawa, bibirnya tersenyum-senyum.“Persetan…! Mampuslah!” Ki Anom dan Pendekar Codet barengan kembali bergerak cepat dan kerahkan jurus andalan mereka ke Japra.Semua melongo, tiba-tiba saja bak lintah, lengan kedua nya melekat di lengan Japra, tubuh mereka bergetar, lama-lama terdengar suara ‘ah auhh&rsquo
Japra masuk ke kamar lumayan luas dan berbau harum, si dayang genit tadi setelah memberi hormat, langsung keluar kamar dan membiarkan Japra bersama sang putri.“Japra, kesinilah mendekat…!” terdengar suara lembut memanggil.Japra yang masih duduk di lantai dan menundukan wajahnya mengangguk, lalu beringsut mendekati Putri Reswari, yang terlihat duduk santai di kursi, di depannya ada meja yang penuh buah-buahan segar dan arak!“Japra, berapakah usia kamu dan siapakah orang tuamu…? Ehh jangan menunduk, tataplah wajahku!” tegur si putri ini dengan suara lembut.“Usia hamba 14 tahun tuan putri, orang tua hamba…hamba hanya anak angkat dan sebelumnya tinggal di Desa Haliling!” usai berkata begitu, Japra kembali menunduk.Matanya ‘silau’ melihat kecantikan putri ini, yang saat ini justru berpakian agak minim, ini membuatnya makin gugup.Walaupun berpengalaman pernah melihat wanita
Tapi diam-diam Putri Reswari dendam bukan kepalang, kini semua fasilitas waah tak bisa lagi dia nikmati. Dia dibuang tanpa boleh membawa harta sepeserpun., kecuali perhiasan yang melekat di tubuhnya.Putri selir cantik ini dimiskinkan!Itulah sebabnya sejak 2 tahunan ini, dia mulai kumpulkan kekuatan untuk lakukan pemberontakan. Orang-orang yang tak suka Pangeran Kanji mulai putri ini hubungi melalui orang-orangnya.Tapi soal nafsu…dia tak bisa ngerem dan saat ini dia buktikan! Dengan mulai merayu Japra. Putri Reswari tak peduli, Japra ini seusia anaknya, Pangeran Warman dan dari kasta ‘rendah’.Japra hanyalah remaja tak berpengalaman, apalagi setelah minum arak keras, otak sehatnya tak jalan lagi.Dia bahkan seolah melayang saat Putri Reswari mengajaknya ke ranjang yang harum dan empuk.Pelan tapi pasti Putri Reswari mulai membelai dan melepas satu persatu pakaiannya. Japra yang masih terpesona dan seolah mimpi, mangap me
Namun Japra kecele, tiga pendekar ini tak bisa disamakan dengan Ki Anom si Bajak Sungai Barito dan Pendekar Codet si jagoan Pesisir Sungai Kapuas, apalagi 26 perampok yang sudah dia bunuh.Mereka dengan gesit dan sangat cepat mampu menghindari serangan ganas Japra. Bahkan saat lakukan serangan balasan, Japra langsung kerepotan setengah mati.Remaja ganas ini seolah di serang dari semua jurusan dan datangnya bergelombang, silih beranti tiada henti.Baru kali ini Japra bertemu lawan sepadan, bahkan kehebatan ketiganya benar-benar jauh di atasnya.Anehnya, melihat Japra hanya seorang diri, mereka tak jadi mengeroyok. Dua orang langsung melompat mundur, hanya satu orang yang kini meladeni Japra.Tapi bukan berarti Japra mudah mengalahkan satu orang pendekar golok putih ini, justru lama-lama dia terlihat mulai keteteran.Salah satu Pendekar Golok Putih tersebut benar-benar sakti dan terlihat matang pengalaman.Sisa dua orang lainnya malah
“Apa yang kalian lakukan pada anak itu!” suara itu terdengar lembut sekali, mirip kidung saja.Ki Usu tiba-tiba tarik lagi tangannya, yang tinggal sekali pukul maka lumpuhlah kekuatan Japra selamanya.Japra melongo, saat ketiga pendekar ini tiba-tiba bersimpuh, ke arah barat.Tak sampai 1 menit, sudah berdiri seorang kakek yang sangat tua kurus, jenggot dan rambutnya yang jarang berwarna putih semua.Sukar ditaksir berapa usianya…bisa jadi lebih 90 tahunan, atau malah 100 tahunan lebih!Tubuh kakek ini sebenarnya tinggi jangkung, tapi kini agak bungkuk, karena faktor usianya yang sudah renta.Kedatangannya bak hantu saja, tiba-tiba muncul, setelah berhembus angin halus yang dingin.Di tanganya ada tongkat butut, untuk membantunya berjalan. Pakaiannya putih lusuh, penampilannya seolah pertapa tua.Japra tertegun dan terpana, wajah kakek tua ini begitu damai dan tenang, kadang ada senyuman kecil ramah ter
Tak terasa sudah 5 bulan mereka bak ‘suami istri’ di pantai berpasir putih ini. Kini jurus terakhir dari kitab milik Dewi Lintah adalah, jurus pedang.Berdasarkan petunjuk di kitab tersebut, jurus pedang ini akan sangat hebat kalau di latih berpasangan.Dan…si Putul tanpa ragu cabut pedang pemberian nenek Putri Reswari.Saat pedang ini di sandingkan, kedua pedang ini seolah berpasangan saja, punya lebih lebih panjang hanya beberapa centi dari pedang milik Dewi Lintah yang kini di warisi Putri Arumi tersebut.“Waahh kayaknya jodoh ya sayang, liat,” kata Putri Arumi, yang tak ragu panggil si Putul dengan mesra, sambil sandingkan kedua pedang pusaka ini.Si Putul dengan wajah berseri-seri mengangguk, kini tanpa ragu keduanya mulai berlatih, gerakan si Putul dengan kaki ajaibnya sempat bikin pusing Putri Arumi.Tapi setelah dia pejamkan mata dan mulai salurkan tenaga saktinya, sesuai dengan jurus pembuka dari kitab Dewi Lintah, bayangan itu nampak jelas dan mulailah dia menyerang si Putul
Sebagai pemuda yang kenyang pengalaman menggauli wanita, tak perlu lagi banyak cakap, si Putul tahu di mana titik lemahnya seorang wanita.Dia membuat Putri Arumi sudah merasakan nikmatnya bercinta, padahal belum penetrasi.Apalagi saat si Putul mulai keluarkan jurus bercintanya, sampai kaget dan terpejam-pejam si putri jelita ini, saat perabotannya yang mulus tanpa rumput di lumat 'Pendekar Cabul' ini untuk yang pertama kalinya.Si Putul tak peduli lagi kalau Putri Arumi ini adalah tunangan Pangeran Daha, pengaruh buah ajaib membuat keduanya gelap mata dan terang nafsu, serta harus di tuntaskan saat ini juga.“Pelan-pelan…!” bisik Putri Arumi, saat sesuatu yang keras dan tegang mulai merasuki perabotannya yang tentu saja masih perawan.Si Putul pun kini lakukan secara perlahan dan dengan pengalamannya yang mumpuni di bidang puaskan hasrat ini.Alih-alin merasakan sakit, Putri Arumi malah melayang ke angkasa, saat si Putul mulai bergerak perlahaan memompa badannya di atas tubuhnya.Bua
“Hm…berarti kamu sendiri secara langsung keturunan dari Pangeran Wasi dan Dewi Lintah yaa?” kata Putri Arumi sambil memandang gundukan pasir di bawah tulisan itu.“Boleh dibilang begitu…tapi aku tak mau eufhoria,” sahut si Putul yang turut memandang gundukan tersebut dan dia tak mencegah, saat Putri Arumi secara tiba-tiba mendekati gundukan itu dan…menggalinya.Si Putul hanya memperhatikan, tapi dia tetap waspada, namun kini malah berbalik penasaran.“Apa yang kamu lakukan Putri?” tanya si Putul keheranan, karena Putri Arumi tanpa ragu menggali pasir putih itu dengan tangannya lentiknya.“Lihat ada peti hitam,” tunjuk Putri Arumi dan si Putul buru-buru mendekat. “Jangan buru-buru di buka putri, takutnya ada jebakan!” kata si Putul cepat, dirinya berpengalaman menemukan benda-benda rahasia yang tak sengaja di temukan dan biasanya ada jebakan berbahaya.Si Putul lalu pelan-pelan angkat peti ini dan baru saja dia meletakan di atas pasir.Putri Arumi kembali berseru, karena dia menemukan
"Buat…buat apaan sihh?” sungut Putri Arumi, yang justru belum melihat buah ajaib yang di tunjuk Pendekar Putul.Pendekar Putul tak menyahuti ucapa Putri Arumi, dengan terpincang-pincang dia menuju ke pohon yang dia sebut buah ajaib tadi.Tentu saja Putri Arumi tak melihat jelas, karena letaknya agak tersembunyi.Letaknya agak menjorok ke dalam gua atau terowongan, inilah sebabnya Putri Arumi tak melihatnya, apalagi kesaktiannya tak sehebat pendekar kaki buntung ini, yang bisa melihat dari jarak yang sangat jauh sekalipun.Setelah berjalan lumayan jauh, akhirnya mereka sampai juga di depan sebuah pohon yang tumbuhnya aneh tersebut.Yakni seperti menempel di dinding gua dan mampu menembus dinding cadas ini hingga keluarTapi daunnya kecil-kecil mirip daun pohon beringin, buahnya kecil-kecil seperti buah ceri dan berwarna merah tua.“Ini pohon dan buahnya itu ya Putul?” tanya Putri Arumi, yang kini lebih senang panggil begitu, karena pendekar ini minta panggil nama ‘poyokannya’ saja.“Ben
Tanpa setahu Putri Arumi yang masih nyenyak tidur, dengan jurus kaki ajaibnya, Pendekar Putul genjot tubuhnya sangat cepat, dia ingin tahu di mana ujung terowongan panjang berkelok-kelok ini.Kalau saja Putri Arumi terbangun tentu dia akan terheran-heran, karena tubuhnya bak di bawa terbang saja oleh Pendekar Putul.Hampir 3,5 jam kemudian, si Putul lega sekaligus plong, saat melihat di kejauhan ada sinar rembulan yang masuk.Ini menandakan dia sudah berada di ujung terowongan. Makin cepatlah dia genjot tubuhnya, akibatnya Putri Arumi terbangun dan memeluk erat punggung si Putul.Kaget dia tubuh mereka yang mepet kini berjalan luar biasa cepatnya, mengalahkan laju seekor kuda jantan.Akhirnya Putri Arumi turun dari punggung si Putul dan takjub melihat di depan mereka adalah hamparan pasir putih yang berada di bawahnya.Mereka sampai di tebing terowongan dan dibawahnya sekitar 20 meteran adalah sebuah pantai. Bulan bersinar amat terang dan menerangi laut lepas yang terlihat sangat tenan
Pendekar Putul cepat-cepat turunkan tubuh Putri Arumi ke tebing datar ini dan memeriksa nadi dan lehernya. Khawatir sekali dia, kalau terjadi apa-apa dengan si putri pujaan hatinya ini.Si Putul lega, Putri Arumi hanya pingsan saja, dan tangannya membiru, akibat terbentur dinding jurang tadi, karena saat itu lengan lentik ini memeluk perutnya dan otomatis terbentur dinding cadas ini.Si Putul lalu mengurut-urut perlahan dan tangan si putri yang tadi membiru dan bengkak kini berkurang bengkaknya. Bahkan tulang yang tergeser urat berhasil Putul kembalikan lagi.Untungnya Putri Arumi masih pingsan, andai sadar, pasti dia akan melolong sakit, saat di Putul benarin lagi lengannya.Dia lalu urut tengkuk putih mulus si putri jelita ini dan dia pun lega, Putri Arumi kini mulai tersadar dari pingsannya.“Kita d mana ini..?” mata Putri Arumi menatap si Putul, saat melirik ke samping, hampir saja dia menjerit lagi, melihat jurang hitam yang menganga.Tanpa sadar dia memeluk Pendekar Putul lagi,
Suara jeritan Putri Arumi memantul di dinding jurang dan seolah bersahut-sahutan, lalu suara ini lenyap.Ke 6 orang ini konta terdiam dan tak menyangka si Putul dan Putri Arumi akan terjungkal ke jurang.Ki Rawa, Pendekar Gledek, 3 Pendekar Tikus dan Pendekar Serigala sampai melongok ke dalam jurang, ingin lihat tubuh si Putul dan Putri Arumi yang melayang ke bawah.Namun mereka hanya melihat jurang hitam yang sangat dalam dan tidak kelihatan dasarnya.Tubuh keduanya sangat deras masuk ke jurang dalam hitungan kuran dari sedetik sudah lenyap di dalam jurang hitam dan diselimuti halimun ini.Ki Rawa dan 3 Pendekar Tikus bahkan nekat mencoba merayap ke dinding jurang, bermaksud mencari buah ajaib itu, mereka tak peduli dengan nasib si Putul dan juga Putri Arumi.Tapi mereka menyerah dan tak berhasil menemukan pohon buah ajaib tersebut, padahal mereka sudah sangat dalam dan jauh sekali turun ke bawah.Biarpun ke 4 nya sangat sakti, tapi beberapa kali mereka hampir tergelincir dan akhirnya
Dua minggu kemudian mereka sampai di tempat di mana dulu Pendekar Putul terjungkal ke jurang, setelah berduel dengit dengan Pendekar Budiman dan akhirnya di hantam Ki Samonang, yang saat itu mengira si Putul salah satu pendekar golongan hitam.Walaupun belakangan keduanya sudah minta maaf pada pendekar ini, tapi kala itu si Putul malah bergurau, kalau dia tak terjungkal ke jurang, belum tentu dia sehebat sekarang.Ketegangan mulai terasa, saat Ki Rawa minta Si Putul turun ke bawah jurang yang tak kelihatan dasarnya ini.“Kenapa bukan kalian saja, tuh aku sudah membawa kalian jauh-jauh ke sini, pohon ajaib itu ada di dinding jurang. Dengan kesaktian kalian, ku rasa sangat mudah kalian mengambilnya,” cetus Si Putul, yang sejatinya sudah menduga hal ini, tapi dia sengaja, untul ulur waktu sekaligus cari cara bebaskan diri dari orang-orang ini.“Hehh Putul, kamu jangan menipu kami, mana aku tahu seperti apa pohonnya. Cepat kamu turun dan kami tunggu di sini. Pendekar Serigala, ambil lagi P
“Hayaaaa…sialan betul kita kali ini, apa yang dikatakan si kaki buntung benar juga,” sahut Ki Rawa serba pusing.“Hey tunggu dulu murid sialan, jangan buru-buru pergi. Kamu beri aku buah ajaib itu, agar luka dalam di tubuhku ini sembuh, atau setidaknya kamu sebutkan di mana mendapatkannya. Tapi kalau kamu tak mau, terpaksa Putri Arumi benaran kami sembelih, tuh aku tetap akan mati juga, gara-gara jurus rajawali mencaplok mangsa sialan milikmu tu!”Tiba-tiba Pendekar Gledek ajukan usul yang cerdik dan licik, sehingga Pendekar Putul tak jadi hela kudanya dan kini menatap bekas gurunya ini. “Hmm…benar juga, ayo kaki buntung, berikan buah itu, aku juga minta satu!” cetus Ki Rawa, yang diam-diam sudah tahu khasiat buah ajaib tersebut.Dia rupanya ingin memakan buah yang bisa meningkatkan kesaktiannya tersebut.Kali ini si Putul yang gantian kaget.Benar-benar licik dan selalu penuh muslihat, tak heran mereka di juluki dedengkotnya golongan hitam, selalu ada saja akalnya,” batin si Putul k