Home / Pendekar / Pendekar Bukit Meratus / Bab 5: Aura Sang Mutiara Indah

Share

Bab 5: Aura Sang Mutiara Indah

“Japra aku ikut berlatih yaa!”

Japra yang sedang bergerak lincah langsung berhenti, mendengar suara bening dari seorang gadis kecil.

Matanya bulat bersinar terang, kulitnya putih bersih, dengan bulu-bulu halus di sekujur lengannya, menambah kecantikannya.

“Aura…boleh, ayoo kita berlatih bareng, mengulang pelajaran dari Mahaguru kemarin,” sahut Japra dengan wajah berbinar.

'Siapa yang tak senang berlatih ditemani bocil cantik ini-' pikir Japra sumringah. Kebiasaan berlatih seorang diri sudah jadi rutinitas Japra sejak jadi murid di sini.

Japra tak pernah pedulikan apapun kelakuan Ki Boka dan anak buahnya, yang kadang berpesta usai sukses melakukan perampokan pada korban-korbannya. Ia hanya fokus berlatih!

Keduanya pun berlatih dengan riang gembira. Tubuh Japra yang kini bergerak gesit dan luwes, 2 tahun lalu dan saat ini sudah berubah.

Di usianya yang sudah 10 tahunan, badannya berisi tak lagi kurus, tubuhnya pun makin jangkung. Ditunjang pakaian hitam yang dia kenakan. Menambah ketampanan bocah tanggung ini.

Sebagai perampok ‘makmur’, Ki Boka selalu minta murid-muridnya kenakan baju kebesaran padepokan mereka, belum lagi makanan enak melimpah di sini.

Aura sepupu Sawon sendiri, ayahnya adik dari Ki Boka, sekaligus tangan kanan ayahnya. Gadis cilik cantik ini sejak Japra ikut berlatih 2 tahunan lalu, jadi teman akrab Japra.

Aura menurun kecantikannya dari ibunya, yang dulunya pernah di culik ayahnya saat beraksi sebagai perampok, lalu dijadikan istri dan melahirkan Aura.

“Aura kenapa kamu berlatih dengan si jongos ini,” tiba-tiba terdengar bentakan, ternyata yang datang Sawon bersama 3 cs-nya.

“Waah si jongos berani sekali berlatih berdua dengan Aura,” ceplos anak buah Sawon, hingga bocah ini makin meradang.

“Apa salahnya Bang, dia kan saudara seperguruan kita juga,” bantah Aura, sekaligus membela Japra.

Sikap Aura makin memanaskan hati Sawon.

“Heii jongos, pergi sana, kamu ini berani petentang petenteng sok akrab dengan Aura!” Sawon tak pedulikan protes Aura, dia langsung usir Japra.

Japra hanya diam, lalu menunduk dan pergi dari sana. Dia tak ingin memusuhi Sawon. Walaupun kadang hatinya panas juga, selama ini Sawon dan cs-nya sering mengolok-olok dia dengan kalimat menyakitkan.

Tapi Japra sadar, gurunya adalah ayah dari bocah itu. Itulah yang membuatnya tak berkutik!

Saat jalan Japra masih mendengar Aura berdebat kencang dengan Sawon, yang tak suka sepupunya ini usir dirinya.

Sejak dimarahi Sawon, Japra seakan menghindar setiap kali Aura mengajaknya latihan bersama.

Akibatnya Aura jadi jengkel dan suka merengut bila menatap Japra.

***

“He-he…hebat-hebat kamu Ki Boka, di mana kamu temukan anak ini, badannya memiliki tulang pendekar, apakah dia anakmu?” cetus seorang pria setengah tua, yang hari ini jadi tamu Ki Boka.

Dan secara kebetulan melihat Japra yang sedang berlatih seorang diri di samping padepokan ini.

Kelakuan Japra sudah tak aneh lagi, semua anak buah Ki Boka tak memperdulikan ulahnya. Mereka malah memuji Japra dan sebut anak ini calon perampok paling hebat dan ditakuti kelak!

“Ahhh Ki Birawa, selamat datang!” dengan langkah tergopoh Ki Boka menyambut tamu istimewanya ini.

Ki Boka pun ceritakan secara singkat riwayat Japra, pria setengah tua yang jenggotnya sudah dwi warna ini mengangguk-anggukan kepala.

“Bagus…dialah yang kelak harus bantu kita basmi 3 Pendekar Golok Putih itu. Kematian Ki Palung tak boleh dibiarkan,” dengus Ki Birawa, yang penampilannya tak kalah dari Ki Boka, menyeramkan sekaligus punya mata tajam bak elang.  

Ki Birawa adalah adik seperguruan dari guru Ki Palung dan Ki Boka. Hari ini tanpa di duga-duga muncul di Padepokan Ular Hitam.

Ki Birawa lalu mendekati Japra. Bocah tanggung ini otomatis hentikan gerakannya dan buru-buru beri hormat.

Japra begitu karena melihat Ki Boka sangat menghormati tamu yang tak ia kenal ini.

Tangan Ki Birawa tiba-tiba menekan ubun-ubunnya. Japra kaget bukan main, kepalanya panas dan terasa terbakar.

“Japra, buka saluran darah kamu, Ki Birawa sedang salurkan hawa sakti ke tubuhmu!” terdengar suara Ki Boka, dan otomatis Japra yang selama ini paham cara membuka  saluran darah mentaatinya.

Setelah rasa panas yang menyiksa, tapi begitu saluran darah terbuka semuanya, tubuh Japra terasa makin ringan dan nyaman.

“Luar biasa, benar-benar anak ajaib. Ki Boka, aku akan didik langsung anak ini. Aku akan bawa dia dan melatihnya. Kelak dia akan lebih hebat dari kamu dan aku sendiri, bakatnya benar-benar hebat. Dialah nanti yang sanggup ladeni musuh besar kita, Si Tiga Pendekar Golok Putih itu. Padepokan kamu pun bakal makin ditakuti nanti!”

Ki Birawa lalu tertawa, yang anehnya tawanya mirip burung hantu, hingga Japra aneh dan serem sendiri.

“Japra cepat beri hormat pada Ki Birawa, yang kini akan jadi mahaguru kedua kamu setelah aku. Kamu sangat beruntung jadi murid beliau,” sela Ki Boka.

Japra memberi hormat dan memanggil Ki Birawa guru, sekaligus gurunya yang kedua setelah Ki Boka.

“Japra, bersiaplah kamu, hari ini juga kamu ikut aku, bawa pakaian seperlunya saja,” cetus Ki Birawa, hingga bikin Japra menatap Ki Boka dan Ki Birawa bergantian.

Dia sebenarnya betah di sini, makan minum terjamin, pakaian juga. Hanya tak suka lihat kebebasan murid-murid Ki Boka yang tak kenal susila.

Tiba-tiba hari ini secara tak terduga akan di bawa Ki Birawa pergi…!!!

Sesaat dia termenung, ingat wajah…Aura yang manis dan menggemaskan!

“Japra kamu kenapa diam, ayo berkemas, aku mau jamu Ki Birawa dulu!” tegur Ki Boka. Japra otomatis buru-buru bergegas sambil permisi.

Tak banyak pakaian yang dia bawa, hanya 2 stel baju dan celana, juga sepatu. Dan diam-diam dia ambil bungkusan berisi peta, yang dulu diberikan Ki Palung dan sengaja dia sembunyikan di sebuah tempat tersembunyi.

“Japra kamu mau pergi kemana?” Aura tiba-tiba muncul dan heran melihat Japra membawa tas kecil berisi pakaian.

“Aura…aku mau pamit!”

“Hahh…pamit, memangnya kamu mau kemana?” Aura terperanjat mendengar ucapan Japra.

Dengan singkat Japra pun ceritakan dirinya kini akan berlatih bersama Ki Birawa, tapi akan di bawa ke tempat tinggal guru keduanya tersebut.

“Ahhh beruntungnya kamu Japra, kata ayahku, Ki Birawa itu adik seperguruan dari guru Ki Boka, kesaktiannya sangat hebat. Tapii…?” Tiba-tiba wajah cantik Aura seperti ada mendung.

Japra yang cerdik paham, Aura agaknya sedih dia akan pergi.

“Aura, jangan sedih, aku tak akan pernah lupakan kamu. Kamu sahabatku yang paling baik dan tak pernah menyakitiku. Kelak setelah aku tamat belajar dengan Ki Birawa, aku akan ke sini lagi,” janji Japra.

Wajah Aura kembali ceria, tapi saat tangannya di pegang Japra, lalu melepaskannya sambil bergegas pergi, mata Aura sedikit memerah.

Aura diam-diam menyukai Japra, walaupun dia tahu Sawon juga suka dengannya, Aura di usianya yang baru mau jalan 9 tahun sudah jadi idola bocah-bocah tanggung di padepokan ini.

Aura bak mutiara indah yang terkurung di sini…!

*****

BERSAMBUNG

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status