“Japra aku ikut berlatih yaa!”
Japra yang sedang bergerak lincah langsung berhenti, mendengar suara bening dari seorang gadis kecil.
Matanya bulat bersinar terang, kulitnya putih bersih, dengan bulu-bulu halus di sekujur lengannya, menambah kecantikannya.
“Aura…boleh, ayoo kita berlatih bareng, mengulang pelajaran dari Mahaguru kemarin,” sahut Japra dengan wajah berbinar.
'Siapa yang tak senang berlatih ditemani bocil cantik ini-' pikir Japra sumringah. Kebiasaan berlatih seorang diri sudah jadi rutinitas Japra sejak jadi murid di sini.
Japra tak pernah pedulikan apapun kelakuan Ki Boka dan anak buahnya, yang kadang berpesta usai sukses melakukan perampokan pada korban-korbannya. Ia hanya fokus berlatih!
Keduanya pun berlatih dengan riang gembira. Tubuh Japra yang kini bergerak gesit dan luwes, 2 tahun lalu dan saat ini sudah berubah.
Di usianya yang sudah 10 tahunan, badannya berisi tak lagi kurus, tubuhnya pun makin jangkung. Ditunjang pakaian hitam yang dia kenakan. Menambah ketampanan bocah tanggung ini.
Sebagai perampok ‘makmur’, Ki Boka selalu minta murid-muridnya kenakan baju kebesaran padepokan mereka, belum lagi makanan enak melimpah di sini.
Aura sepupu Sawon sendiri, ayahnya adik dari Ki Boka, sekaligus tangan kanan ayahnya. Gadis cilik cantik ini sejak Japra ikut berlatih 2 tahunan lalu, jadi teman akrab Japra.
Aura menurun kecantikannya dari ibunya, yang dulunya pernah di culik ayahnya saat beraksi sebagai perampok, lalu dijadikan istri dan melahirkan Aura.
“Aura kenapa kamu berlatih dengan si jongos ini,” tiba-tiba terdengar bentakan, ternyata yang datang Sawon bersama 3 cs-nya.
“Waah si jongos berani sekali berlatih berdua dengan Aura,” ceplos anak buah Sawon, hingga bocah ini makin meradang.
“Apa salahnya Bang, dia kan saudara seperguruan kita juga,” bantah Aura, sekaligus membela Japra.
Sikap Aura makin memanaskan hati Sawon.
“Heii jongos, pergi sana, kamu ini berani petentang petenteng sok akrab dengan Aura!” Sawon tak pedulikan protes Aura, dia langsung usir Japra.
Japra hanya diam, lalu menunduk dan pergi dari sana. Dia tak ingin memusuhi Sawon. Walaupun kadang hatinya panas juga, selama ini Sawon dan cs-nya sering mengolok-olok dia dengan kalimat menyakitkan.
Tapi Japra sadar, gurunya adalah ayah dari bocah itu. Itulah yang membuatnya tak berkutik!
Saat jalan Japra masih mendengar Aura berdebat kencang dengan Sawon, yang tak suka sepupunya ini usir dirinya.
Sejak dimarahi Sawon, Japra seakan menghindar setiap kali Aura mengajaknya latihan bersama.
Akibatnya Aura jadi jengkel dan suka merengut bila menatap Japra.
***
“He-he…hebat-hebat kamu Ki Boka, di mana kamu temukan anak ini, badannya memiliki tulang pendekar, apakah dia anakmu?” cetus seorang pria setengah tua, yang hari ini jadi tamu Ki Boka.
Dan secara kebetulan melihat Japra yang sedang berlatih seorang diri di samping padepokan ini.
Kelakuan Japra sudah tak aneh lagi, semua anak buah Ki Boka tak memperdulikan ulahnya. Mereka malah memuji Japra dan sebut anak ini calon perampok paling hebat dan ditakuti kelak!
“Ahhh Ki Birawa, selamat datang!” dengan langkah tergopoh Ki Boka menyambut tamu istimewanya ini.
Ki Boka pun ceritakan secara singkat riwayat Japra, pria setengah tua yang jenggotnya sudah dwi warna ini mengangguk-anggukan kepala.
“Bagus…dialah yang kelak harus bantu kita basmi 3 Pendekar Golok Putih itu. Kematian Ki Palung tak boleh dibiarkan,” dengus Ki Birawa, yang penampilannya tak kalah dari Ki Boka, menyeramkan sekaligus punya mata tajam bak elang.
Ki Birawa adalah adik seperguruan dari guru Ki Palung dan Ki Boka. Hari ini tanpa di duga-duga muncul di Padepokan Ular Hitam.
Ki Birawa lalu mendekati Japra. Bocah tanggung ini otomatis hentikan gerakannya dan buru-buru beri hormat.
Japra begitu karena melihat Ki Boka sangat menghormati tamu yang tak ia kenal ini.
Tangan Ki Birawa tiba-tiba menekan ubun-ubunnya. Japra kaget bukan main, kepalanya panas dan terasa terbakar.
“Japra, buka saluran darah kamu, Ki Birawa sedang salurkan hawa sakti ke tubuhmu!” terdengar suara Ki Boka, dan otomatis Japra yang selama ini paham cara membuka saluran darah mentaatinya.
Setelah rasa panas yang menyiksa, tapi begitu saluran darah terbuka semuanya, tubuh Japra terasa makin ringan dan nyaman.
“Luar biasa, benar-benar anak ajaib. Ki Boka, aku akan didik langsung anak ini. Aku akan bawa dia dan melatihnya. Kelak dia akan lebih hebat dari kamu dan aku sendiri, bakatnya benar-benar hebat. Dialah nanti yang sanggup ladeni musuh besar kita, Si Tiga Pendekar Golok Putih itu. Padepokan kamu pun bakal makin ditakuti nanti!”
Ki Birawa lalu tertawa, yang anehnya tawanya mirip burung hantu, hingga Japra aneh dan serem sendiri.
“Japra cepat beri hormat pada Ki Birawa, yang kini akan jadi mahaguru kedua kamu setelah aku. Kamu sangat beruntung jadi murid beliau,” sela Ki Boka.
Japra memberi hormat dan memanggil Ki Birawa guru, sekaligus gurunya yang kedua setelah Ki Boka.
“Japra, bersiaplah kamu, hari ini juga kamu ikut aku, bawa pakaian seperlunya saja,” cetus Ki Birawa, hingga bikin Japra menatap Ki Boka dan Ki Birawa bergantian.
Dia sebenarnya betah di sini, makan minum terjamin, pakaian juga. Hanya tak suka lihat kebebasan murid-murid Ki Boka yang tak kenal susila.
Tiba-tiba hari ini secara tak terduga akan di bawa Ki Birawa pergi…!!!
Sesaat dia termenung, ingat wajah…Aura yang manis dan menggemaskan!
“Japra kamu kenapa diam, ayo berkemas, aku mau jamu Ki Birawa dulu!” tegur Ki Boka. Japra otomatis buru-buru bergegas sambil permisi.
Tak banyak pakaian yang dia bawa, hanya 2 stel baju dan celana, juga sepatu. Dan diam-diam dia ambil bungkusan berisi peta, yang dulu diberikan Ki Palung dan sengaja dia sembunyikan di sebuah tempat tersembunyi.
“Japra kamu mau pergi kemana?” Aura tiba-tiba muncul dan heran melihat Japra membawa tas kecil berisi pakaian.
“Aura…aku mau pamit!”
“Hahh…pamit, memangnya kamu mau kemana?” Aura terperanjat mendengar ucapan Japra.
Dengan singkat Japra pun ceritakan dirinya kini akan berlatih bersama Ki Birawa, tapi akan di bawa ke tempat tinggal guru keduanya tersebut.
“Ahhh beruntungnya kamu Japra, kata ayahku, Ki Birawa itu adik seperguruan dari guru Ki Boka, kesaktiannya sangat hebat. Tapii…?” Tiba-tiba wajah cantik Aura seperti ada mendung.
Japra yang cerdik paham, Aura agaknya sedih dia akan pergi.
“Aura, jangan sedih, aku tak akan pernah lupakan kamu. Kamu sahabatku yang paling baik dan tak pernah menyakitiku. Kelak setelah aku tamat belajar dengan Ki Birawa, aku akan ke sini lagi,” janji Japra.
Wajah Aura kembali ceria, tapi saat tangannya di pegang Japra, lalu melepaskannya sambil bergegas pergi, mata Aura sedikit memerah.
Aura diam-diam menyukai Japra, walaupun dia tahu Sawon juga suka dengannya, Aura di usianya yang baru mau jalan 9 tahun sudah jadi idola bocah-bocah tanggung di padepokan ini.
Aura bak mutiara indah yang terkurung di sini…!
*****
BERSAMBUNG
Ki Birawa dan Ki Boka terlihat pembicaraan serius. Saking asyiknya berbincang, Ki Birawa dan Ki Boka ngobrol, tak sadar Japra sudah kembali setelah tadi bertemu Aura, dan kini mendengarkan obrolan mereka.“Jadi Maharaja sudah digulingkan seorang pangeran yang juga adik raja terdahulu?” terdengar suara Ki Boka. “Betul Boka, kerajaan sekarang berganti penguasa, pembersihan dilakukan kerajaan. Hati-hatilah kalian, raja yang baru ini kabarnya juga akan babat siapapun yang ganggu kerajaan-nya, termasuk mengganggu warganya!” Ki Boka mengangguk tanda paham dengan peringatan Ki Birawa. Ki Boka pun berencana ‘istirahat’ dulu jalankan aksinya bersama komplotannya.Dia khawatir bila masih beraksi, justru akan bentrok dengan pasukan kerajaan yang baru dan bakal panjang urusannya.“Boka, aku heran, katanya peta pusaka bukit meratus sudah berhasil di rebut Ki Palung. Tapi anehnya, saat dia tewas ditangan 3 Pendekar Golok Putih, peta itu lenyap! Apakah selama ini kamu selidiki kemana lenyapnya p
“Rapalkan mantra yang sudah aku ajarkan sambil kerahkan tenaga dalammu. Lalu masuk ke dalam bejana itu cepat!” terdengar perintah Ki Birawa.Japra pun merapalkan mantera itu sambil tarik nafas dan salurkan seluruh kekuatan di dalam perutnya. Tubuhnya tiba-tiba dingin dan tanpa ragu dia masuk ke dalam tungku itu dan duduk di air mendidih.Anehnya panas air itu tak terasa di tubuhnya, Japra pun makin terkagum-kagum dengan kehebatan gurunya ini. Ki Birawa lalu beri petunjuk-petunjuk dan Japra dengan mudahnya mampu ikuti semua petunjuk tersebut. “He-he-he…ilmu pukulan Ular Kobra dan Jurus Halilintar yang aku ajarkan sudah bisa kamu serap Japra. Tinggal terus kamu latih maka 1 tahun lagi, seluruh anak buah Ki Boka bukan tandinganmu lagi,” terdengar suara Ki Birawa tertawa lepas khas burung hantu. Ki Birawa bangga bukan main, murid tunggalnya ini tak mengecewakannya, bahkan melebihi ekspektasinya.“Kelak kalau dia dewasa, Ki Boka bahkan aku sendiri bisa saja bukan tandingannya lagi, bi
“Japra, hari ini kita turun gunung, kita akan menemui orang-orang dari Kerajaan Daha, mereka ini bukan orang sembarangan.”“Baik guru!”Setelah berkemas seperlunya, keduanya berlari cepat menuju sebuah tempat, kalau dulu Japra sering tertinggal dari Ki Birawa. Kini sebaliknya, berjam-jam berlari cepat, wajahnya biasa saja.Terbalik dengan Ki Birawa, terdengar deru nafasnya, tanda kelelahan berlari cepat, di samping tenaga dalamnya belum pulih 100 persen. Faktor usia juga mempengaruhi kekuatannya.Apalagi 90 persen tenaga dalamnya sudah di oper ke tubuh murid tunggalnya ini.Tempat yang dituju ternyata sebuah kampung yang terletak di sebuah perbatasan dengan Kerajaan Daha ini. Dua minggu kemudian mereka sampai di sebuah kampung yang terlihat porak poranda, sepertinya bekas perampokan.“Hmm…siapa yang merampok habis-habisan kampung ini?” gumam Ki Birawa.Kakek tua ini mendekati seorang warga yang nafasnya senin kamis, golok masih tertancap di perutnya.“Siapa pelakunya,” tanya Ki Biraw
“Ilmu setan…? Ilmu apa itu guru?” dengan polosnya Japra malah balik bertanya. Ki Birawa seolah habis akal mendengar ucapan Japra ini.“Duduklah, kosongkan tubuhmu!” perintah Ki Birawa, dengan patuh Japra duduk dan mentaati perintah gurunya.Ki Birawa lalu meraba seluruh tubuh muridnya sambil kerahkan tenaga dalamnya. Sampai berulang-ulang dia lakukan itu, tapi tak ada yang aneh dengan tubuh Japra.“Aneh sungguh aneh…tenaga dalamnya hanya terisi seperti yang ku ajarkan selama ini, kenapa tadi dia bisa melakukan jurus setan itu?” pikir Ki Birawa kebingungan.“Guru, tolong ceritakan, apa yang sesungguhnya terjadi padaku?” Japra kini memandang gurunya, seakan meminta penjelasan.“Kita pergi dari sini, nanti di jalan aku ceritakan,” tanpa menunggu jawaban Japra, Ki Birawa jalan duluan.Saat akan pergi, alangkah kagetnya Japra, puluhan wanita yang tadi jadi korban penculikan dan pemerkosaan para perampok, sudah jadi mayat!“Astagaaa….apakah ini akibat perbuatanku..?” rasa sesal langsung men
“Paman Jenderal Bugi, mundur dulu..!” tegur Putri Reswari dengan tenang. Pengawal yang ternyata seorang jenderal ini langsung membungkuk hormat dan mundur ke tempatnya semula.“Ki Anom tolong anda juga kembali ke tempat duduk. Di sini ada paman kakekku Ki Birawa yang berjuluk Pendekar Halilintar. Tolong paman bantu jelaskan tujuan pertemuan kita hari ini!”Japra yang sempat ikutan tegang, melihat gurunya berdiri dan kini mendekati Putri Reswari, lalu beri hormat, kemudian dia berbalik ke semua undangan.Julukan Pendekar Halilintar membuat undangan yang gaduh langsung diam, siapa yang tidak kenal guru Japra ini.Seorang tokoh tua pendekar golongan hitam, yang kesaktiannya bikin ‘ngeri’ lawan-lawannya, sekaligus terkenal kekejamannya.“Terima kasih Yang Mulia Tuan putri dan Yang mulia Pangeran Warman, juga Temangggung Odor, Jenderal Bugi dan yang lainnya. Saya hargai ucapan Ki Anom tadi! Benar yang kita hadap
“Ha-ha…hanya segitu kemampuan muridmu Birawa, lihat dia sudah sekarat!” ejek Ki Anom terbahak-bahak.Anehnya Ki Birawa malah tenang-tenang saja, sementara Putri Reswari dan yang diam-diam mendukung Japra mulai gelisah.Muka Japra berubah memerah, kemarahan menjalari tubuhnya. “Aku belum kalah,” Japra bangkit dan kini kembali berdiri kokoh.Sambil mengusap darah yang menetes di bibirnya, Japra kerahkan tenaga dalamnya sepenuhnya ke kedua lengannya. “Hmm….agaknya saat marah jurus setan miliknya akan keluar, rasakan kalian Ki Anom dan Pendekar Codet,” batin Ki Birawa, bibirnya tersenyum-senyum.“Persetan…! Mampuslah!” Ki Anom dan Pendekar Codet barengan kembali bergerak cepat dan kerahkan jurus andalan mereka ke Japra.Semua melongo, tiba-tiba saja bak lintah, lengan kedua nya melekat di lengan Japra, tubuh mereka bergetar, lama-lama terdengar suara ‘ah auhh&rsquo
Japra masuk ke kamar lumayan luas dan berbau harum, si dayang genit tadi setelah memberi hormat, langsung keluar kamar dan membiarkan Japra bersama sang putri.“Japra, kesinilah mendekat…!” terdengar suara lembut memanggil.Japra yang masih duduk di lantai dan menundukan wajahnya mengangguk, lalu beringsut mendekati Putri Reswari, yang terlihat duduk santai di kursi, di depannya ada meja yang penuh buah-buahan segar dan arak!“Japra, berapakah usia kamu dan siapakah orang tuamu…? Ehh jangan menunduk, tataplah wajahku!” tegur si putri ini dengan suara lembut.“Usia hamba 14 tahun tuan putri, orang tua hamba…hamba hanya anak angkat dan sebelumnya tinggal di Desa Haliling!” usai berkata begitu, Japra kembali menunduk.Matanya ‘silau’ melihat kecantikan putri ini, yang saat ini justru berpakian agak minim, ini membuatnya makin gugup.Walaupun berpengalaman pernah melihat wanita
Tapi diam-diam Putri Reswari dendam bukan kepalang, kini semua fasilitas waah tak bisa lagi dia nikmati. Dia dibuang tanpa boleh membawa harta sepeserpun., kecuali perhiasan yang melekat di tubuhnya.Putri selir cantik ini dimiskinkan!Itulah sebabnya sejak 2 tahunan ini, dia mulai kumpulkan kekuatan untuk lakukan pemberontakan. Orang-orang yang tak suka Pangeran Kanji mulai putri ini hubungi melalui orang-orangnya.Tapi soal nafsu…dia tak bisa ngerem dan saat ini dia buktikan! Dengan mulai merayu Japra. Putri Reswari tak peduli, Japra ini seusia anaknya, Pangeran Warman dan dari kasta ‘rendah’.Japra hanyalah remaja tak berpengalaman, apalagi setelah minum arak keras, otak sehatnya tak jalan lagi.Dia bahkan seolah melayang saat Putri Reswari mengajaknya ke ranjang yang harum dan empuk.Pelan tapi pasti Putri Reswari mulai membelai dan melepas satu persatu pakaiannya. Japra yang masih terpesona dan seolah mimpi, mangap me