Home / Pendekar / Pendekar Bukit Meratus / Bab 4: Jadi Murid Padepokan

Share

Bab 4: Jadi Murid Padepokan

Author: mrd_bb
last update Last Updated: 2024-06-24 11:18:44

“Kurang ajar, heii jongos, kamu ternyata diam-diam ngintip saat kami latihan yaa. Kamu patut di hajar,” bentak Sawon, ditambah kompor dari 3 temannya, yang sebut Japra pencuri ilmu silat, makin murkalah Sawon.

Tanpa menunggu Japra bicara. Hiattt….hiatttt…Sawon langsung keluarkan jurus-jurus terhebatnya, dia seolah ingin hajar Japra dalam satu gebrakan.

Japra tentu saja kaget tak kepalang dengan serangan ganas Sawon ini. Tapi anak kecil ini tak gentar, dengan gesit dia mampu menghindar semua serangan ganas Sawon.

Walaupun baru 6 bulanan berlatih seorang diri, dengan lincah semua serangan Sawon berhasil Japra elakan.

Tapi Japra tak punya kesempatan membalas, kadang ada juga pukulan Sawon yang kena ke badan kurusnya. Japra menahan nyeri, tapi dia tak mau menyerah begitu saja.

"Aku tak salah apa-apa," batinnya mulai marah juga dengan kelakuan Sawon ini. Tanpa Japra sadari, jiwa pantang menyerang dan ingin membalas kalau disakiti mulai keluar tanpa dia sadari.

Japra bertekad akan melawan apapun resikonya, apalagi terlalu lama dia bersabar dengan kelakuan Sawon dan cs-nya ini.

“Heehh bangsat kamu ternyata lihai juga ya, dasar pencuri!” bentak Sawon makin murka.

Malu jurus-jurus silatnya mampu diimbangi seorang 'jongos' membuat kemarahannya naik ke ubun-ubun.

Perkelahian itu diam-diam di tonton seseorang, orang ini tidak melerai, hanya melihat saja sambil menatap dengan alis berkerut gerakan Japra yang gesit itu.

“Hebat sekali, gerakan si Japra! Kok seperti yang ku berikan dan sangat sulit dipahami murid-muridku sendiri. Tapi Japra sangat bagus memainkannya?” gumam orang itu penasaran.

Sawon yang sedang makin murka tak kepalang tiba-tiba merubah serangannya, lengannya berubah membiru,

Jurus Ular Kobra yang selama ini diajarkan Ki Boka, khusus buat anak kesayangannya ini dan jadi andalan kelompok tersebut dikeluarkan Sawon untuk menyerang Japra.

Japra yang baru beberapa bulan berlatih seorang diri dan belum pernah bertarung, tak tahu efek jurus dahsyat tersebut. Dia tak sadar kalau Sawon berniat ingin mencelakakannya.

“Sawon jangan gunakan jurus itu!” bentak orang itu yang tiba-tiba bergerak cepat.

Tapi peringatan itu terlambat, Sawon yang sedang marah sudah menyerang dengan kekuatan penuh ke arah Japra.

Dess…blarrr…Japra yang nekat menghadang jurus ini langsung terlempar dan terguling-guling hingga 5 meteran.

Wajahnya membiru, nafasnya kembang-kempis.

Orang ini melompat bak kilat dan tangannya mengibas ke arah Sawon, tubuh anak ini terjungkal, tapi tidak membahayakannya.

Orang ini ternyata Ki Boka adanya, dia lalu mendekati Japra dan langsung berikan pertolongan dengan salurkan tenaga dalamnya, dengan menempelkan tangan kanannya ke dada Japra.

“Astagaaa….!” Ki Boka sampai melompat hingga dua langkah.

Saat menempelkan tangannya ke dada Japra. Ada sebuah tenaga sedot yang kuat ingin ‘rampas’ tenaga dalamnya, yang tadi dia salurkan.

Kemudian perlahan-lahan tubuh Japra yang sempat membiru kembali normal, asap warna abu-abu keluar dari ubun-ubun kepalanya. Luka-luka dalam Japra sembuh sendiri.

“Anak ajaib…!”pikir Ki Boka masih takjub.

Tapi Ki Boka lega, nyawa Japra selamat, matanya kini melotot menatap Sawon. Marah dengan kelancangan anaknya ini.

“Sawon, kamu tak boleh lagi sembarangan keluarkan jurus itu, Japra bukan musuh! Bila masih bandel, kamu aku hukum berat.” suara Ki Boka mengguntur memarahi anak kesayangannya ini. 

Sawon menunduk dan kemudian berlari bersama cs-nya, sambil mendelik tajam ke Japra yang masih memulihkan tenaganya. Ki Boka membiarkan saja, sambil geleng-geleng kepala.

Ucapan Ki Boka ini membekas dalam hati Japra, dibalik sifat kejam dan tegasnya, Ki Boka ternyata ‘sayang’ dengannya.

“Hmm…Kakang Palung agaknya tahu, Japra diam-diam punya keistimewaan. Darimana dia belajar ilmu menyedot tenaga dalamku ini,” batin Ki Boka lagi penasaran.

Ki Boka mendekati Japra yang kini justru sudah pulih seperti sedia kala.

“Japra, kamu jujur, di mana kamu pernah belajar silat!” tanya Ki Boka sambil menatap tajam wajah Japra.

“Ampun Mahaguru, aku selama 6 bulan ini hanya ngintip saat Mahaguru melatih murid-murid di sini, lalu aku latih diam-diam sendiri…aku ngaku salah guru, siap menerima hukuman!”

Japra tiba-tiba berlutut, seakan siap menerima hukuman atas kelancangannya selama ini.

“Kamu jangan bohong Japra!” dengus Ki Boka tak senang.

Tiba-tiba Ki Boka lancarkan serangan ke arah Japra, tentu saja Japra terguling-guling dan matanya berkunang-kunang.

“Hmm…aneh, sungguh aneh? Anak ini belum miliki ilmu kanuragan hebat!” pikir Ki Boka lagi, dia mendiamkan saja Japra yang bangkit perlahan dan disela bibirnya menetes darah.

Pukulan Ki Boka walaupun hanya kurang dari seperempat tenaganya dipukulkan pada Japra, tapi efeknya tetap hebat bagi anak seumuran Japra yang tak punya tenaga dalam sama sekali.

Ki Boka seorang pendekar dan perampok golongan hitam yang sangat berpengalaman berhadapan dengan musuh-musuhnya.

Saking penasarannya, diam-diam sambil menekan-nekan punggung Japra untuk mengobati efek pukulannya tadi. Ki Boka sekaligus selidiki tenaga dalam anak kecil ini.

Tapi Ki Boka lagi-lagi heran sendiri, tubuh Japra tak ada yang aneh, sama sekali tak ada tenaga dalam dalam diri Japra.

Tubuh anak ini masih bersih, tak ada tenaga dalam yang bikin dia kaget tadi.

“Japra, apakah kamu ingin berlatih silat seperti Sawon dan murid-muridku yang lain,” tiba-tiba Ki Boka ucapkan sebuah tawaran.

Japra langsung kaget, tapi anak ini cerdik, dengan mantap dia mengangguk!

Ki Boka pun meminta Japra kembali ke padepokan.

“Benar-benar calon pendekar, kini aku percaya kenapa Kakang Palung sampai berikan kalungnya itu pada Japra. Anak ini sangat istimewa,” batin Ki Boka menatap punggung kurus Japra, yang justru sedang berbahagia.

Kini dia tak perlu lagi mengintip dan sembunyi-sembunyi berlatih seorang diri.

“Aku harus jadi pendekar hebat kelak!” batin Japra bersorak kesenangan.

Japra buktikan keseriusannya, setiap kali tiba waktunya latihan, pagi-pagi Japra selesaikan tugasnya sebagai pembantu.

Lalu satu jam sebelum latihan dimulai, dia sudah bersiap duluan dan tekun mengikuti pelajaran silat dari Ki Boka atau anak buahnya.

Sejak Japra ikut berlatih yang otomatis 'naik pangkat' jadi murid di padeokan ini. Sawon tak berani lagi terang-terangan memusuhi Japra.

Namun aroma kemarahan dan kedengkian makin bertambah di hatinya. 

Apalagi saat melihat selama latihan Japra sering di puji ayahnya dan anak buahnya. Sebab Japra dengan mudah hapal dan ulangi dengan sempurna semua pelajaran silat tersebut.  

Kelebihan Japra ini sangat menonjol dibandingkan murid-murid lainnya, yang sebenarnya 'terpaksa' ikut berlatih, kalau menolak akan di hukum orang tua mereka.

Kedengkian Sawon membuat Japra sudah punya musuh sengit dan berbahaya di kemudian hari…!

Tapi Japra juga diam-diam punya pengagum dari seorang gadis cilik berwajah menggemaskan, yang juga murid di sini.

*****

BERSAMBUNG

Related chapters

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 5: Aura Sang Mutiara Indah

    “Japra aku ikut berlatih yaa!”Japra yang sedang bergerak lincah langsung berhenti, mendengar suara bening dari seorang gadis kecil.Matanya bulat bersinar terang, kulitnya putih bersih, dengan bulu-bulu halus di sekujur lengannya, menambah kecantikannya.“Aura…boleh, ayoo kita berlatih bareng, mengulang pelajaran dari Mahaguru kemarin,” sahut Japra dengan wajah berbinar.'Siapa yang tak senang berlatih ditemani bocil cantik ini-' pikir Japra sumringah. Kebiasaan berlatih seorang diri sudah jadi rutinitas Japra sejak jadi murid di sini.Japra tak pernah pedulikan apapun kelakuan Ki Boka dan anak buahnya, yang kadang berpesta usai sukses melakukan perampokan pada korban-korbannya. Ia hanya fokus berlatih!Keduanya pun berlatih dengan riang gembira. Tubuh Japra yang kini bergerak gesit dan luwes, 2 tahun lalu dan saat ini sudah berubah.Di usianya yang sudah 10 tahunan, badannya berisi tak lagi kurus, tubuhnya pun makin jangkung. Ditunjang pakaian hitam yang dia kenakan. Menambah ketampa

    Last Updated : 2024-06-24
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 6: Didikan Golongan Hitam

    Ki Birawa dan Ki Boka terlihat pembicaraan serius. Saking asyiknya berbincang, Ki Birawa dan Ki Boka ngobrol, tak sadar Japra sudah kembali setelah tadi bertemu Aura, dan kini mendengarkan obrolan mereka.“Jadi Maharaja sudah digulingkan seorang pangeran yang juga adik raja terdahulu?” terdengar suara Ki Boka. “Betul Boka, kerajaan sekarang berganti penguasa, pembersihan dilakukan kerajaan. Hati-hatilah kalian, raja yang baru ini kabarnya juga akan babat siapapun yang ganggu kerajaan-nya, termasuk mengganggu warganya!” Ki Boka mengangguk tanda paham dengan peringatan Ki Birawa. Ki Boka pun berencana ‘istirahat’ dulu jalankan aksinya bersama komplotannya.Dia khawatir bila masih beraksi, justru akan bentrok dengan pasukan kerajaan yang baru dan bakal panjang urusannya.“Boka, aku heran, katanya peta pusaka bukit meratus sudah berhasil di rebut Ki Palung. Tapi anehnya, saat dia tewas ditangan 3 Pendekar Golok Putih, peta itu lenyap! Apakah selama ini kamu selidiki kemana lenyapnya p

    Last Updated : 2024-06-29
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 7: Diam-diam Dididik Jadi Pendekar Jahat

    “Rapalkan mantra yang sudah aku ajarkan sambil kerahkan tenaga dalammu. Lalu masuk ke dalam bejana itu cepat!” terdengar perintah Ki Birawa.Japra pun merapalkan mantera itu sambil tarik nafas dan salurkan seluruh kekuatan di dalam perutnya. Tubuhnya tiba-tiba dingin dan tanpa ragu dia masuk ke dalam tungku itu dan duduk di air mendidih.Anehnya panas air itu tak terasa di tubuhnya, Japra pun makin terkagum-kagum dengan kehebatan gurunya ini. Ki Birawa lalu beri petunjuk-petunjuk dan Japra dengan mudahnya mampu ikuti semua petunjuk tersebut. “He-he-he…ilmu pukulan Ular Kobra dan Jurus Halilintar yang aku ajarkan sudah bisa kamu serap Japra. Tinggal terus kamu latih maka 1 tahun lagi, seluruh anak buah Ki Boka bukan tandinganmu lagi,” terdengar suara Ki Birawa tertawa lepas khas burung hantu. Ki Birawa bangga bukan main, murid tunggalnya ini tak mengecewakannya, bahkan melebihi ekspektasinya.“Kelak kalau dia dewasa, Ki Boka bahkan aku sendiri bisa saja bukan tandingannya lagi, bi

    Last Updated : 2024-06-29
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 8: Jurus Ajaib

    “Japra, hari ini kita turun gunung, kita akan menemui orang-orang dari Kerajaan Daha, mereka ini bukan orang sembarangan.”“Baik guru!”Setelah berkemas seperlunya, keduanya berlari cepat menuju sebuah tempat, kalau dulu Japra sering tertinggal dari Ki Birawa. Kini sebaliknya, berjam-jam berlari cepat, wajahnya biasa saja.Terbalik dengan Ki Birawa, terdengar deru nafasnya, tanda kelelahan berlari cepat, di samping tenaga dalamnya belum pulih 100 persen. Faktor usia juga mempengaruhi kekuatannya.Apalagi 90 persen tenaga dalamnya sudah di oper ke tubuh murid tunggalnya ini.Tempat yang dituju ternyata sebuah kampung yang terletak di sebuah perbatasan dengan Kerajaan Daha ini. Dua minggu kemudian mereka sampai di sebuah kampung yang terlihat porak poranda, sepertinya bekas perampokan.“Hmm…siapa yang merampok habis-habisan kampung ini?” gumam Ki Birawa.Kakek tua ini mendekati seorang warga yang nafasnya senin kamis, golok masih tertancap di perutnya.“Siapa pelakunya,” tanya Ki Biraw

    Last Updated : 2024-06-30
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 9: Mantan Selir Cantik

    “Ilmu setan…? Ilmu apa itu guru?” dengan polosnya Japra malah balik bertanya. Ki Birawa seolah habis akal mendengar ucapan Japra ini.“Duduklah, kosongkan tubuhmu!” perintah Ki Birawa, dengan patuh Japra duduk dan mentaati perintah gurunya.Ki Birawa lalu meraba seluruh tubuh muridnya sambil kerahkan tenaga dalamnya. Sampai berulang-ulang dia lakukan itu, tapi tak ada yang aneh dengan tubuh Japra.“Aneh sungguh aneh…tenaga dalamnya hanya terisi seperti yang ku ajarkan selama ini, kenapa tadi dia bisa melakukan jurus setan itu?” pikir Ki Birawa kebingungan.“Guru, tolong ceritakan, apa yang sesungguhnya terjadi padaku?” Japra kini memandang gurunya, seakan meminta penjelasan.“Kita pergi dari sini, nanti di jalan aku ceritakan,” tanpa menunggu jawaban Japra, Ki Birawa jalan duluan.Saat akan pergi, alangkah kagetnya Japra, puluhan wanita yang tadi jadi korban penculikan dan pemerkosaan para perampok, sudah jadi mayat!“Astagaaa….apakah ini akibat perbuatanku..?” rasa sesal langsung men

    Last Updated : 2024-06-30
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 10: Di Adu Dengan 2 Musuh Tangguh

    “Paman Jenderal Bugi, mundur dulu..!” tegur Putri Reswari dengan tenang. Pengawal yang ternyata seorang jenderal ini langsung membungkuk hormat dan mundur ke tempatnya semula.“Ki Anom tolong anda juga kembali ke tempat duduk. Di sini ada paman kakekku Ki Birawa yang berjuluk Pendekar Halilintar. Tolong paman bantu jelaskan tujuan pertemuan kita hari ini!”Japra yang sempat ikutan tegang, melihat gurunya berdiri dan kini mendekati Putri Reswari, lalu beri hormat, kemudian dia berbalik ke semua undangan.Julukan Pendekar Halilintar membuat undangan yang gaduh langsung diam, siapa yang tidak kenal guru Japra ini.Seorang tokoh tua pendekar golongan hitam, yang kesaktiannya bikin ‘ngeri’ lawan-lawannya, sekaligus terkenal kekejamannya.“Terima kasih Yang Mulia Tuan putri dan Yang mulia Pangeran Warman, juga Temangggung Odor, Jenderal Bugi dan yang lainnya. Saya hargai ucapan Ki Anom tadi! Benar yang kita hadap

    Last Updated : 2024-07-01
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 11: Dapat Julukan Pendekar Bukit Meratus

    “Ha-ha…hanya segitu kemampuan muridmu Birawa, lihat dia sudah sekarat!” ejek Ki Anom terbahak-bahak.Anehnya Ki Birawa malah tenang-tenang saja, sementara Putri Reswari dan yang diam-diam mendukung Japra mulai gelisah.Muka Japra berubah memerah, kemarahan menjalari tubuhnya. “Aku belum kalah,” Japra bangkit dan kini kembali berdiri kokoh.Sambil mengusap darah yang menetes di bibirnya, Japra kerahkan tenaga dalamnya sepenuhnya ke kedua lengannya. “Hmm….agaknya saat marah jurus setan miliknya akan keluar, rasakan kalian Ki Anom dan Pendekar Codet,” batin Ki Birawa, bibirnya tersenyum-senyum.“Persetan…! Mampuslah!” Ki Anom dan Pendekar Codet barengan kembali bergerak cepat dan kerahkan jurus andalan mereka ke Japra.Semua melongo, tiba-tiba saja bak lintah, lengan kedua nya melekat di lengan Japra, tubuh mereka bergetar, lama-lama terdengar suara ‘ah auhh&rsquo

    Last Updated : 2024-07-01
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 12: Godaan Sang Mantan Selir

    Japra masuk ke kamar lumayan luas dan berbau harum, si dayang genit tadi setelah memberi hormat, langsung keluar kamar dan membiarkan Japra bersama sang putri.“Japra, kesinilah mendekat…!” terdengar suara lembut memanggil.Japra yang masih duduk di lantai dan menundukan wajahnya mengangguk, lalu beringsut mendekati Putri Reswari, yang terlihat duduk santai di kursi, di depannya ada meja yang penuh buah-buahan segar dan arak!“Japra, berapakah usia kamu dan siapakah orang tuamu…? Ehh jangan menunduk, tataplah wajahku!” tegur si putri ini dengan suara lembut.“Usia hamba 14 tahun tuan putri, orang tua hamba…hamba hanya anak angkat dan sebelumnya tinggal di Desa Haliling!” usai berkata begitu, Japra kembali menunduk.Matanya ‘silau’ melihat kecantikan putri ini, yang saat ini justru berpakian agak minim, ini membuatnya makin gugup.Walaupun berpengalaman pernah melihat wanita

    Last Updated : 2024-07-02

Latest chapter

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 491: Jurus Sepasang Pedang Pencabut Nyawa

    Tak terasa sudah 5 bulan mereka bak ‘suami istri’ di pantai berpasir putih ini. Kini jurus terakhir dari kitab milik Dewi Lintah adalah, jurus pedang.Berdasarkan petunjuk di kitab tersebut, jurus pedang ini akan sangat hebat kalau di latih berpasangan.Dan…si Putul tanpa ragu cabut pedang pemberian nenek Putri Reswari.Saat pedang ini di sandingkan, kedua pedang ini seolah berpasangan saja, punya lebih lebih panjang hanya beberapa centi dari pedang milik Dewi Lintah yang kini di warisi Putri Arumi tersebut.“Waahh kayaknya jodoh ya sayang, liat,” kata Putri Arumi, yang tak ragu panggil si Putul dengan mesra, sambil sandingkan kedua pedang pusaka ini.Si Putul dengan wajah berseri-seri mengangguk, kini tanpa ragu keduanya mulai berlatih, gerakan si Putul dengan kaki ajaibnya sempat bikin pusing Putri Arumi.Tapi setelah dia pejamkan mata dan mulai salurkan tenaga saktinya, sesuai dengan jurus pembuka dari kitab Dewi Lintah, bayangan itu nampak jelas dan mulailah dia menyerang si Putul

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 490: Bercinta dan Berlatih Silat

    Sebagai pemuda yang kenyang pengalaman menggauli wanita, tak perlu lagi banyak cakap, si Putul tahu di mana titik lemahnya seorang wanita.Dia membuat Putri Arumi sudah merasakan nikmatnya bercinta, padahal belum penetrasi.Apalagi saat si Putul mulai keluarkan jurus bercintanya, sampai kaget dan terpejam-pejam si putri jelita ini, saat perabotannya yang mulus tanpa rumput di lumat 'Pendekar Cabul' ini untuk yang pertama kalinya.Si Putul tak peduli lagi kalau Putri Arumi ini adalah tunangan Pangeran Daha, pengaruh buah ajaib membuat keduanya gelap mata dan terang nafsu, serta harus di tuntaskan saat ini juga.“Pelan-pelan…!” bisik Putri Arumi, saat sesuatu yang keras dan tegang mulai merasuki perabotannya yang tentu saja masih perawan.Si Putul pun kini lakukan secara perlahan dan dengan pengalamannya yang mumpuni di bidang puaskan hasrat ini.Alih-alin merasakan sakit, Putri Arumi malah melayang ke angkasa, saat si Putul mulai bergerak perlahaan memompa badannya di atas tubuhnya.Bua

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 489: Godaan Dahsyat!

    “Hm…berarti kamu sendiri secara langsung keturunan dari Pangeran Wasi dan Dewi Lintah yaa?” kata Putri Arumi sambil memandang gundukan pasir di bawah tulisan itu.“Boleh dibilang begitu…tapi aku tak mau eufhoria,” sahut si Putul yang turut memandang gundukan tersebut dan dia tak mencegah, saat Putri Arumi secara tiba-tiba mendekati gundukan itu dan…menggalinya.Si Putul hanya memperhatikan, tapi dia tetap waspada, namun kini malah berbalik penasaran.“Apa yang kamu lakukan Putri?” tanya si Putul keheranan, karena Putri Arumi tanpa ragu menggali pasir putih itu dengan tangannya lentiknya.“Lihat ada peti hitam,” tunjuk Putri Arumi dan si Putul buru-buru mendekat. “Jangan buru-buru di buka putri, takutnya ada jebakan!” kata si Putul cepat, dirinya berpengalaman menemukan benda-benda rahasia yang tak sengaja di temukan dan biasanya ada jebakan berbahaya.Si Putul lalu pelan-pelan angkat peti ini dan baru saja dia meletakan di atas pasir.Putri Arumi kembali berseru, karena dia menemukan

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 488: Temukan Tulisan Pangeran Wasi

    "Buat…buat apaan sihh?” sungut Putri Arumi, yang justru belum melihat buah ajaib yang di tunjuk Pendekar Putul.Pendekar Putul tak menyahuti ucapa Putri Arumi, dengan terpincang-pincang dia menuju ke pohon yang dia sebut buah ajaib tadi.Tentu saja Putri Arumi tak melihat jelas, karena letaknya agak tersembunyi.Letaknya agak menjorok ke dalam gua atau terowongan, inilah sebabnya Putri Arumi tak melihatnya, apalagi kesaktiannya tak sehebat pendekar kaki buntung ini, yang bisa melihat dari jarak yang sangat jauh sekalipun.Setelah berjalan lumayan jauh, akhirnya mereka sampai juga di depan sebuah pohon yang tumbuhnya aneh tersebut.Yakni seperti menempel di dinding gua dan mampu menembus dinding cadas ini hingga keluarTapi daunnya kecil-kecil mirip daun pohon beringin, buahnya kecil-kecil seperti buah ceri dan berwarna merah tua.“Ini pohon dan buahnya itu ya Putul?” tanya Putri Arumi, yang kini lebih senang panggil begitu, karena pendekar ini minta panggil nama ‘poyokannya’ saja.“Ben

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 487: Rasa yang Makin Kuat

    Tanpa setahu Putri Arumi yang masih nyenyak tidur, dengan jurus kaki ajaibnya, Pendekar Putul genjot tubuhnya sangat cepat, dia ingin tahu di mana ujung terowongan panjang berkelok-kelok ini.Kalau saja Putri Arumi terbangun tentu dia akan terheran-heran, karena tubuhnya bak di bawa terbang saja oleh Pendekar Putul.Hampir 3,5 jam kemudian, si Putul lega sekaligus plong, saat melihat di kejauhan ada sinar rembulan yang masuk.Ini menandakan dia sudah berada di ujung terowongan. Makin cepatlah dia genjot tubuhnya, akibatnya Putri Arumi terbangun dan memeluk erat punggung si Putul.Kaget dia tubuh mereka yang mepet kini berjalan luar biasa cepatnya, mengalahkan laju seekor kuda jantan.Akhirnya Putri Arumi turun dari punggung si Putul dan takjub melihat di depan mereka adalah hamparan pasir putih yang berada di bawahnya.Mereka sampai di tebing terowongan dan dibawahnya sekitar 20 meteran adalah sebuah pantai. Bulan bersinar amat terang dan menerangi laut lepas yang terlihat sangat tenan

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 486: Terjebak di Terowongan Panjang

    Pendekar Putul cepat-cepat turunkan tubuh Putri Arumi ke tebing datar ini dan memeriksa nadi dan lehernya. Khawatir sekali dia, kalau terjadi apa-apa dengan si putri pujaan hatinya ini.Si Putul lega, Putri Arumi hanya pingsan saja, dan tangannya membiru, akibat terbentur dinding jurang tadi, karena saat itu lengan lentik ini memeluk perutnya dan otomatis terbentur dinding cadas ini.Si Putul lalu mengurut-urut perlahan dan tangan si putri yang tadi membiru dan bengkak kini berkurang bengkaknya. Bahkan tulang yang tergeser urat berhasil Putul kembalikan lagi.Untungnya Putri Arumi masih pingsan, andai sadar, pasti dia akan melolong sakit, saat di Putul benarin lagi lengannya.Dia lalu urut tengkuk putih mulus si putri jelita ini dan dia pun lega, Putri Arumi kini mulai tersadar dari pingsannya.“Kita d mana ini..?” mata Putri Arumi menatap si Putul, saat melirik ke samping, hampir saja dia menjerit lagi, melihat jurang hitam yang menganga.Tanpa sadar dia memeluk Pendekar Putul lagi,

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 485: Tertolong Akar Pohon

    Suara jeritan Putri Arumi memantul di dinding jurang dan seolah bersahut-sahutan, lalu suara ini lenyap.Ke 6 orang ini konta terdiam dan tak menyangka si Putul dan Putri Arumi akan terjungkal ke jurang.Ki Rawa, Pendekar Gledek, 3 Pendekar Tikus dan Pendekar Serigala sampai melongok ke dalam jurang, ingin lihat tubuh si Putul dan Putri Arumi yang melayang ke bawah.Namun mereka hanya melihat jurang hitam yang sangat dalam dan tidak kelihatan dasarnya.Tubuh keduanya sangat deras masuk ke jurang dalam hitungan kuran dari sedetik sudah lenyap di dalam jurang hitam dan diselimuti halimun ini.Ki Rawa dan 3 Pendekar Tikus bahkan nekat mencoba merayap ke dinding jurang, bermaksud mencari buah ajaib itu, mereka tak peduli dengan nasib si Putul dan juga Putri Arumi.Tapi mereka menyerah dan tak berhasil menemukan pohon buah ajaib tersebut, padahal mereka sudah sangat dalam dan jauh sekali turun ke bawah.Biarpun ke 4 nya sangat sakti, tapi beberapa kali mereka hampir tergelincir dan akhirnya

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 484: Terjungkal Berdua

    Dua minggu kemudian mereka sampai di tempat di mana dulu Pendekar Putul terjungkal ke jurang, setelah berduel dengit dengan Pendekar Budiman dan akhirnya di hantam Ki Samonang, yang saat itu mengira si Putul salah satu pendekar golongan hitam.Walaupun belakangan keduanya sudah minta maaf pada pendekar ini, tapi kala itu si Putul malah bergurau, kalau dia tak terjungkal ke jurang, belum tentu dia sehebat sekarang.Ketegangan mulai terasa, saat Ki Rawa minta Si Putul turun ke bawah jurang yang tak kelihatan dasarnya ini.“Kenapa bukan kalian saja, tuh aku sudah membawa kalian jauh-jauh ke sini, pohon ajaib itu ada di dinding jurang. Dengan kesaktian kalian, ku rasa sangat mudah kalian mengambilnya,” cetus Si Putul, yang sejatinya sudah menduga hal ini, tapi dia sengaja, untul ulur waktu sekaligus cari cara bebaskan diri dari orang-orang ini.“Hehh Putul, kamu jangan menipu kami, mana aku tahu seperti apa pohonnya. Cepat kamu turun dan kami tunggu di sini. Pendekar Serigala, ambil lagi P

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 483: Cari Buah Ajaib

    “Hayaaaa…sialan betul kita kali ini, apa yang dikatakan si kaki buntung benar juga,” sahut Ki Rawa serba pusing.“Hey tunggu dulu murid sialan, jangan buru-buru pergi. Kamu beri aku buah ajaib itu, agar luka dalam di tubuhku ini sembuh, atau setidaknya kamu sebutkan di mana mendapatkannya. Tapi kalau kamu tak mau, terpaksa Putri Arumi benaran kami sembelih, tuh aku tetap akan mati juga, gara-gara jurus rajawali mencaplok mangsa sialan milikmu tu!”Tiba-tiba Pendekar Gledek ajukan usul yang cerdik dan licik, sehingga Pendekar Putul tak jadi hela kudanya dan kini menatap bekas gurunya ini. “Hmm…benar juga, ayo kaki buntung, berikan buah itu, aku juga minta satu!” cetus Ki Rawa, yang diam-diam sudah tahu khasiat buah ajaib tersebut.Dia rupanya ingin memakan buah yang bisa meningkatkan kesaktiannya tersebut.Kali ini si Putul yang gantian kaget.Benar-benar licik dan selalu penuh muslihat, tak heran mereka di juluki dedengkotnya golongan hitam, selalu ada saja akalnya,” batin si Putul k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status