Beranda / Pendekar / Pendekar Bukit Meratus / Bab 4: Jadi Murid Padepokan

Share

Bab 4: Jadi Murid Padepokan

“Kurang ajar, heii jongos, kamu ternyata diam-diam ngintip saat kami latihan yaa. Kamu patut di hajar,” bentak Sawon, ditambah kompor dari 3 temannya, yang sebut Japra pencuri ilmu silat, makin murkalah Sawon.

Tanpa menunggu Japra bicara. Hiattt….hiatttt…Sawon langsung keluarkan jurus-jurus terhebatnya, dia seolah ingin hajar Japra dalam satu gebrakan.

Japra tentu saja kaget tak kepalang dengan serangan ganas Sawon ini. Tapi anak kecil ini tak gentar, dengan gesit dia mampu menghindar semua serangan ganas Sawon.

Walaupun baru 6 bulanan berlatih seorang diri, dengan lincah semua serangan Sawon berhasil Japra elakan.

Tapi Japra tak punya kesempatan membalas, kadang ada juga pukulan Sawon yang kena ke badan kurusnya. Japra menahan nyeri, tapi dia tak mau menyerah begitu saja.

"Aku tak salah apa-apa," batinnya mulai marah juga dengan kelakuan Sawon ini. Tanpa Japra sadari, jiwa pantang menyerang dan ingin membalas kalau disakiti mulai keluar tanpa dia sadari.

Japra bertekad akan melawan apapun resikonya, apalagi terlalu lama dia bersabar dengan kelakuan Sawon dan cs-nya ini.

“Heehh bangsat kamu ternyata lihai juga ya, dasar pencuri!” bentak Sawon makin murka.

Malu jurus-jurus silatnya mampu diimbangi seorang 'jongos' membuat kemarahannya naik ke ubun-ubun.

Perkelahian itu diam-diam di tonton seseorang, orang ini tidak melerai, hanya melihat saja sambil menatap dengan alis berkerut gerakan Japra yang gesit itu.

“Hebat sekali, gerakan si Japra! Kok seperti yang ku berikan dan sangat sulit dipahami murid-muridku sendiri. Tapi Japra sangat bagus memainkannya?” gumam orang itu penasaran.

Sawon yang sedang makin murka tak kepalang tiba-tiba merubah serangannya, lengannya berubah membiru,

Jurus Ular Kobra yang selama ini diajarkan Ki Boka, khusus buat anak kesayangannya ini dan jadi andalan kelompok tersebut dikeluarkan Sawon untuk menyerang Japra.

Japra yang baru beberapa bulan berlatih seorang diri dan belum pernah bertarung, tak tahu efek jurus dahsyat tersebut. Dia tak sadar kalau Sawon berniat ingin mencelakakannya.

“Sawon jangan gunakan jurus itu!” bentak orang itu yang tiba-tiba bergerak cepat.

Tapi peringatan itu terlambat, Sawon yang sedang marah sudah menyerang dengan kekuatan penuh ke arah Japra.

Dess…blarrr…Japra yang nekat menghadang jurus ini langsung terlempar dan terguling-guling hingga 5 meteran.

Wajahnya membiru, nafasnya kembang-kempis.

Orang ini melompat bak kilat dan tangannya mengibas ke arah Sawon, tubuh anak ini terjungkal, tapi tidak membahayakannya.

Orang ini ternyata Ki Boka adanya, dia lalu mendekati Japra dan langsung berikan pertolongan dengan salurkan tenaga dalamnya, dengan menempelkan tangan kanannya ke dada Japra.

“Astagaaa….!” Ki Boka sampai melompat hingga dua langkah.

Saat menempelkan tangannya ke dada Japra. Ada sebuah tenaga sedot yang kuat ingin ‘rampas’ tenaga dalamnya, yang tadi dia salurkan.

Kemudian perlahan-lahan tubuh Japra yang sempat membiru kembali normal, asap warna abu-abu keluar dari ubun-ubun kepalanya. Luka-luka dalam Japra sembuh sendiri.

“Anak ajaib…!”pikir Ki Boka masih takjub.

Tapi Ki Boka lega, nyawa Japra selamat, matanya kini melotot menatap Sawon. Marah dengan kelancangan anaknya ini.

“Sawon, kamu tak boleh lagi sembarangan keluarkan jurus itu, Japra bukan musuh! Bila masih bandel, kamu aku hukum berat.” suara Ki Boka mengguntur memarahi anak kesayangannya ini. 

Sawon menunduk dan kemudian berlari bersama cs-nya, sambil mendelik tajam ke Japra yang masih memulihkan tenaganya. Ki Boka membiarkan saja, sambil geleng-geleng kepala.

Ucapan Ki Boka ini membekas dalam hati Japra, dibalik sifat kejam dan tegasnya, Ki Boka ternyata ‘sayang’ dengannya.

“Hmm…Kakang Palung agaknya tahu, Japra diam-diam punya keistimewaan. Darimana dia belajar ilmu menyedot tenaga dalamku ini,” batin Ki Boka lagi penasaran.

Ki Boka mendekati Japra yang kini justru sudah pulih seperti sedia kala.

“Japra, kamu jujur, di mana kamu pernah belajar silat!” tanya Ki Boka sambil menatap tajam wajah Japra.

“Ampun Mahaguru, aku selama 6 bulan ini hanya ngintip saat Mahaguru melatih murid-murid di sini, lalu aku latih diam-diam sendiri…aku ngaku salah guru, siap menerima hukuman!”

Japra tiba-tiba berlutut, seakan siap menerima hukuman atas kelancangannya selama ini.

“Kamu jangan bohong Japra!” dengus Ki Boka tak senang.

Tiba-tiba Ki Boka lancarkan serangan ke arah Japra, tentu saja Japra terguling-guling dan matanya berkunang-kunang.

“Hmm…aneh, sungguh aneh? Anak ini belum miliki ilmu kanuragan hebat!” pikir Ki Boka lagi, dia mendiamkan saja Japra yang bangkit perlahan dan disela bibirnya menetes darah.

Pukulan Ki Boka walaupun hanya kurang dari seperempat tenaganya dipukulkan pada Japra, tapi efeknya tetap hebat bagi anak seumuran Japra yang tak punya tenaga dalam sama sekali.

Ki Boka seorang pendekar dan perampok golongan hitam yang sangat berpengalaman berhadapan dengan musuh-musuhnya.

Saking penasarannya, diam-diam sambil menekan-nekan punggung Japra untuk mengobati efek pukulannya tadi. Ki Boka sekaligus selidiki tenaga dalam anak kecil ini.

Tapi Ki Boka lagi-lagi heran sendiri, tubuh Japra tak ada yang aneh, sama sekali tak ada tenaga dalam dalam diri Japra.

Tubuh anak ini masih bersih, tak ada tenaga dalam yang bikin dia kaget tadi.

“Japra, apakah kamu ingin berlatih silat seperti Sawon dan murid-muridku yang lain,” tiba-tiba Ki Boka ucapkan sebuah tawaran.

Japra langsung kaget, tapi anak ini cerdik, dengan mantap dia mengangguk!

Ki Boka pun meminta Japra kembali ke padepokan.

“Benar-benar calon pendekar, kini aku percaya kenapa Kakang Palung sampai berikan kalungnya itu pada Japra. Anak ini sangat istimewa,” batin Ki Boka menatap punggung kurus Japra, yang justru sedang berbahagia.

Kini dia tak perlu lagi mengintip dan sembunyi-sembunyi berlatih seorang diri.

“Aku harus jadi pendekar hebat kelak!” batin Japra bersorak kesenangan.

Japra buktikan keseriusannya, setiap kali tiba waktunya latihan, pagi-pagi Japra selesaikan tugasnya sebagai pembantu.

Lalu satu jam sebelum latihan dimulai, dia sudah bersiap duluan dan tekun mengikuti pelajaran silat dari Ki Boka atau anak buahnya.

Sejak Japra ikut berlatih yang otomatis 'naik pangkat' jadi murid di padeokan ini. Sawon tak berani lagi terang-terangan memusuhi Japra.

Namun aroma kemarahan dan kedengkian makin bertambah di hatinya. 

Apalagi saat melihat selama latihan Japra sering di puji ayahnya dan anak buahnya. Sebab Japra dengan mudah hapal dan ulangi dengan sempurna semua pelajaran silat tersebut.  

Kelebihan Japra ini sangat menonjol dibandingkan murid-murid lainnya, yang sebenarnya 'terpaksa' ikut berlatih, kalau menolak akan di hukum orang tua mereka.

Kedengkian Sawon membuat Japra sudah punya musuh sengit dan berbahaya di kemudian hari…!

Tapi Japra juga diam-diam punya pengagum dari seorang gadis cilik berwajah menggemaskan, yang juga murid di sini.

*****

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status