Dengan polosnya Japra pun mengangguk, dia bahkan tak ragu sebutkan isi sumpah tersebut. Hingga Ki Boka dan dua orang tadi saling pandang, takjub sekaligus keheranan.
“Ini sumpah rahasia padepokan kita, agaknya anak kecil ini tak bohong Ki Boka,” bisik pria yang bernama Agur ini.
Ki Boka menganggukan kepala sambil menaksir-naksir tubuh Japra.
Tapi…tanpa setahu ke 3 orang ini, Japra sengaja tak ceritakan soal peta Pusaka Bukit Meratus!
Ki Boka lagi-lagi bikin nyali Japra hampir menciut, orang yang menjadi wakil Ki Palung ini tak kalah seramnya dengan Ki Palung dan kedua orang yang membawanya ke sini.
Wajah brewokan, tubuh Ki Boka tinggi kokoh dengan urat-urat kekar menonjol di kedua lengannya, ditambah golok yang lumayan besar di pinggangnya, lebih besar dari golok Agur dan Icok.
Kini dia menatap tajam wajah Japra, kisah yang baru Japra sampaikan membuat wajahnya terlihat keruh, ada kemarahan serta dendam kesumat terlihat di sana.
“Hmm…jadi ketua kami, Ki Palung sudah tewas di tangan 3 Pendekar Golok Putih? Dan kamu Japra, tak sengaja bertemu dengannya dan sudah lakukan sumpah…?”
Ki Boka menatap tajam wajah Japra…!
“Japra, kamu simpan kalung ini, kamu jaga dengan nyawamu, ini warisan Ki Palung buatmu. Dan mulai kini kamu sudah jadi bagian dari padepokan Ular Hitam dan wajib taati semua peraturan di sini."
"Kelak kamu harus tunaikan sumpah itu untuk membunuh 3 Pendekar Golok Putih, yang sudah membunuh ketua kita, Ki Palung dan jadi musuh bebuyutan padepokan kita ini."
"Agur kembalikan kalung itu pada si Japra, ini amanah Ki Palung dan kita tak boleh melawannya.”
Perintah Ki Boka dan ditaati Agur tanpa bertanya, Japra kembali pasang kalung ini dan menutupinya dengan baju di bagian dada.
Kini Japra di berikan pakaian yang lebih layak, pakaian warna hitam dan ikat kepala abu-abu dan ada sulaman kecil warna merah di pakaian dada kiri bergambar ular kobra, ciri khas padepokan Ular Hitam ini.
Tugas Japra jadi ‘jongos’ di padepokan kelompok golongan hitam ini. Dia belum di angkat sebagai murid!
Japra yang terbiasa kerja keras tak keberatan, dia malah senang, makan dan minum bebas, ditambah lagi di beri pakaian bagus dan layak.
“Daripada di rumah ayah dan ibu, kena damprat ayah saban hari. Juga dipukuli dan makan pun seadanya, mending aku tinggal di sini,” pikir Japra lugu, tanpa sadar perbuatannya bikin ibunya khawatir bukan kepalang.
Namun Japra harus menahan hati, ada seorang anak sebayanya yang suka berpakaian mewah selalu bertindak kasar. Anak ini sangat di hormati sekaligus ditakuti teman-teman sebayanya.
Tangan serta kakinya yang terlatih baik gampang sekali menendang Japra. Padahal Japra tak pernah malas bekerja apapun. Apalagi membantah saat di suruh-suruh siapapun, termasuk anak yang suka bersikap kasar ini.
Tapi hebatnya, Japra tak pernah mengeluh ataupun minta ampun. Wajahnya hanya menatap dingin ke anak manja yang bernama Sawon ini.
Belakangan Japra baru tahu, kalau Sawon anak laki-laki Ki Boka.
Ia pun makin segan dengan Sawon cs, sedapat mungkin selalu menghindari, kalau melihat anak kecil sok jagoan serta ringan tangan ini.
Otomatis Ki Boka sejak hari itu di daulat sebagai Kepala Padepokan Ular hitam yang baru, pengganti Ki Palung.
Setelah tinggal di sini dan diberi pakaian yang dianggap Japra sangat bagus dan mewah. Tak sadar dia sangat bangga memakainya.
Awalnya Japra heran, padepokan yang terletak jauh dari pusat keramaian, kenapa makanan ‘mewah’ tak pernah habis..?
Japra juga sering merasa jengah sendiri, kehidupan di sini terlalu bebas. Kesusilaan seakan tak ada sama sekali.
Anak buah Ki Boka bebas saja memeluk dan menciumi para wanita yang diperbantukan di padepokan tersebut.
Tak sekali dua kali dia mendengar suara-suara rintihan aneh di sebuah kamar, juga suara tangisan. Ditambah suara kasar anak buah Ki Boka yang sedang mabuk arak.
Tanpa Japra sadari, ia sudah masuk menjadi bagian dari kelompok golongan hitam.
Namun semuanya berubah, ketika suatu hari Japra tak sengaja menyaksikan murid-murid padepokan ini berlatih silat…!!
Japra diam-diam suka sekali melihat Ki Boka dan anak buahnya ketika melatih 30 an orang anak seumuran dengannya, pria dan wanita yang juga jadi murid padepokan ini.
Dengan sembunyi-sembunyi Japra mengintip saat murid-murid seumuranya di padepokan Ular Hitam ini berlatih. Semua pelajaran silat itu muda sekali di ingatnya.
Ki Boka kini disebut sebagai 'Mahaguru' oleh anak-anak itu. Ayah mereka para perampok, anak buah Ki Boka sendiri.
Ki Boka tentu saja senang di panggil Mahaguru, seolah-olah dia seorang pendekar hebat tanpa tanding. Sebagai kepala rampok, kesombongan dan keangkuhan jadi ciri khasnya.
Tanpa setahu siapapun, bila ada waktu, Japra pergi ke tempat yang sepi dan berlatih seorang diri jurus-jurus silat, yang dia saksikan secara sembunyi-sembunyi tersebut.
Semua pelajaran silat yang Ki Boka dan anak buahnya ajarkan pada murid-murid itu mampu dipraktikan Japra dengan baik.
Justru gerakannya lebih luwes dan antep dibandingkan murid-murid itu. Padahal mereka sudah berlatih sejak 2 tahunan lalu...!
Japra seolah sudah berlatih lama. Apalagi aslinya Japra belum terlalu lama mengintip dan ikut mengulang diam-diam semua pelajaran silat yang ia saksikan tersebut.
Saking tekunnya melatih seorang diri, kalau ada yang melihat akan melongo. Gerakan silat Japra dari hari ke hari semakin terasah dengan baik, Japra seolah-olah sudah berlatih lama jurus-jurus kanuragan itu.
6 buan kemudian…!
Setelah semua pekerjaannya beres, Japra seperti biasa ia pergi ke tempat yang sepi, di belakang padepokan ini.
Japra pun diam sejenak, mengingat pelajaran silat yang kemarin sore dia intip, saat Ki Boka melatih langsung murid-muridnya.
Tubuh kurus Japra bergerak cepat dan tangan serta kakinya lincah bergerak. Mengulang pelajaran silat yang dia saksikan saat latihan tersebut.
Tanpa Japra sadari, Sawon dan 3 anak buahnya yang baru pulang memancing ikan di sebuah sungai di hutan. Tak sengaja melihat kelakuan Japra di belakang padepokan yang sepi ini.
"Sawon, lihat si jongos lagi ngapain...?" tanya anak buahnya keheranan.
Sawon yang kaget pun mendekati Japra diikuti cs nya ini. Kemarahan terlihat di wajahnya..!
*****
BERSAMBUNG
“Kurang ajar, heii jongos, kamu ternyata diam-diam ngintip saat kami latihan yaa. Kamu patut di hajar,” bentak Sawon, ditambah kompor dari 3 temannya, yang sebut Japra pencuri ilmu silat, makin murkalah Sawon.Tanpa menunggu Japra bicara. Hiattt….hiatttt…Sawon langsung keluarkan jurus-jurus terhebatnya, dia seolah ingin hajar Japra dalam satu gebrakan.Japra tentu saja kaget tak kepalang dengan serangan ganas Sawon ini. Tapi anak kecil ini tak gentar, dengan gesit dia mampu menghindar semua serangan ganas Sawon.Walaupun baru 6 bulanan berlatih seorang diri, dengan lincah semua serangan Sawon berhasil Japra elakan.Tapi Japra tak punya kesempatan membalas, kadang ada juga pukulan Sawon yang kena ke badan kurusnya. Japra menahan nyeri, tapi dia tak mau menyerah begitu saja."Aku tak salah apa-apa," batinnya mulai marah juga dengan kelakuan Sawon ini. Tanpa Japra sadari, jiwa pantang menyerang dan ingin membalas kalau disakiti mulai keluar tanpa dia sadari.Japra bertekad akan melawan ap
“Japra aku ikut berlatih yaa!”Japra yang sedang bergerak lincah langsung berhenti, mendengar suara bening dari seorang gadis kecil.Matanya bulat bersinar terang, kulitnya putih bersih, dengan bulu-bulu halus di sekujur lengannya, menambah kecantikannya.“Aura…boleh, ayoo kita berlatih bareng, mengulang pelajaran dari Mahaguru kemarin,” sahut Japra dengan wajah berbinar.'Siapa yang tak senang berlatih ditemani bocil cantik ini-' pikir Japra sumringah. Kebiasaan berlatih seorang diri sudah jadi rutinitas Japra sejak jadi murid di sini.Japra tak pernah pedulikan apapun kelakuan Ki Boka dan anak buahnya, yang kadang berpesta usai sukses melakukan perampokan pada korban-korbannya. Ia hanya fokus berlatih!Keduanya pun berlatih dengan riang gembira. Tubuh Japra yang kini bergerak gesit dan luwes, 2 tahun lalu dan saat ini sudah berubah.Di usianya yang sudah 10 tahunan, badannya berisi tak lagi kurus, tubuhnya pun makin jangkung. Ditunjang pakaian hitam yang dia kenakan. Menambah ketampa
Ki Birawa dan Ki Boka terlihat pembicaraan serius. Saking asyiknya berbincang, Ki Birawa dan Ki Boka ngobrol, tak sadar Japra sudah kembali setelah tadi bertemu Aura, dan kini mendengarkan obrolan mereka.“Jadi Maharaja sudah digulingkan seorang pangeran yang juga adik raja terdahulu?” terdengar suara Ki Boka. “Betul Boka, kerajaan sekarang berganti penguasa, pembersihan dilakukan kerajaan. Hati-hatilah kalian, raja yang baru ini kabarnya juga akan babat siapapun yang ganggu kerajaan-nya, termasuk mengganggu warganya!” Ki Boka mengangguk tanda paham dengan peringatan Ki Birawa. Ki Boka pun berencana ‘istirahat’ dulu jalankan aksinya bersama komplotannya.Dia khawatir bila masih beraksi, justru akan bentrok dengan pasukan kerajaan yang baru dan bakal panjang urusannya.“Boka, aku heran, katanya peta pusaka bukit meratus sudah berhasil di rebut Ki Palung. Tapi anehnya, saat dia tewas ditangan 3 Pendekar Golok Putih, peta itu lenyap! Apakah selama ini kamu selidiki kemana lenyapnya p
“Rapalkan mantra yang sudah aku ajarkan sambil kerahkan tenaga dalammu. Lalu masuk ke dalam bejana itu cepat!” terdengar perintah Ki Birawa.Japra pun merapalkan mantera itu sambil tarik nafas dan salurkan seluruh kekuatan di dalam perutnya. Tubuhnya tiba-tiba dingin dan tanpa ragu dia masuk ke dalam tungku itu dan duduk di air mendidih.Anehnya panas air itu tak terasa di tubuhnya, Japra pun makin terkagum-kagum dengan kehebatan gurunya ini. Ki Birawa lalu beri petunjuk-petunjuk dan Japra dengan mudahnya mampu ikuti semua petunjuk tersebut. “He-he-he…ilmu pukulan Ular Kobra dan Jurus Halilintar yang aku ajarkan sudah bisa kamu serap Japra. Tinggal terus kamu latih maka 1 tahun lagi, seluruh anak buah Ki Boka bukan tandinganmu lagi,” terdengar suara Ki Birawa tertawa lepas khas burung hantu. Ki Birawa bangga bukan main, murid tunggalnya ini tak mengecewakannya, bahkan melebihi ekspektasinya.“Kelak kalau dia dewasa, Ki Boka bahkan aku sendiri bisa saja bukan tandingannya lagi, bi
“Japra, hari ini kita turun gunung, kita akan menemui orang-orang dari Kerajaan Daha, mereka ini bukan orang sembarangan.”“Baik guru!”Setelah berkemas seperlunya, keduanya berlari cepat menuju sebuah tempat, kalau dulu Japra sering tertinggal dari Ki Birawa. Kini sebaliknya, berjam-jam berlari cepat, wajahnya biasa saja.Terbalik dengan Ki Birawa, terdengar deru nafasnya, tanda kelelahan berlari cepat, di samping tenaga dalamnya belum pulih 100 persen. Faktor usia juga mempengaruhi kekuatannya.Apalagi 90 persen tenaga dalamnya sudah di oper ke tubuh murid tunggalnya ini.Tempat yang dituju ternyata sebuah kampung yang terletak di sebuah perbatasan dengan Kerajaan Daha ini. Dua minggu kemudian mereka sampai di sebuah kampung yang terlihat porak poranda, sepertinya bekas perampokan.“Hmm…siapa yang merampok habis-habisan kampung ini?” gumam Ki Birawa.Kakek tua ini mendekati seorang warga yang nafasnya senin kamis, golok masih tertancap di perutnya.“Siapa pelakunya,” tanya Ki Biraw
“Ilmu setan…? Ilmu apa itu guru?” dengan polosnya Japra malah balik bertanya. Ki Birawa seolah habis akal mendengar ucapan Japra ini.“Duduklah, kosongkan tubuhmu!” perintah Ki Birawa, dengan patuh Japra duduk dan mentaati perintah gurunya.Ki Birawa lalu meraba seluruh tubuh muridnya sambil kerahkan tenaga dalamnya. Sampai berulang-ulang dia lakukan itu, tapi tak ada yang aneh dengan tubuh Japra.“Aneh sungguh aneh…tenaga dalamnya hanya terisi seperti yang ku ajarkan selama ini, kenapa tadi dia bisa melakukan jurus setan itu?” pikir Ki Birawa kebingungan.“Guru, tolong ceritakan, apa yang sesungguhnya terjadi padaku?” Japra kini memandang gurunya, seakan meminta penjelasan.“Kita pergi dari sini, nanti di jalan aku ceritakan,” tanpa menunggu jawaban Japra, Ki Birawa jalan duluan.Saat akan pergi, alangkah kagetnya Japra, puluhan wanita yang tadi jadi korban penculikan dan pemerkosaan para perampok, sudah jadi mayat!“Astagaaa….apakah ini akibat perbuatanku..?” rasa sesal langsung men
“Paman Jenderal Bugi, mundur dulu..!” tegur Putri Reswari dengan tenang. Pengawal yang ternyata seorang jenderal ini langsung membungkuk hormat dan mundur ke tempatnya semula.“Ki Anom tolong anda juga kembali ke tempat duduk. Di sini ada paman kakekku Ki Birawa yang berjuluk Pendekar Halilintar. Tolong paman bantu jelaskan tujuan pertemuan kita hari ini!”Japra yang sempat ikutan tegang, melihat gurunya berdiri dan kini mendekati Putri Reswari, lalu beri hormat, kemudian dia berbalik ke semua undangan.Julukan Pendekar Halilintar membuat undangan yang gaduh langsung diam, siapa yang tidak kenal guru Japra ini.Seorang tokoh tua pendekar golongan hitam, yang kesaktiannya bikin ‘ngeri’ lawan-lawannya, sekaligus terkenal kekejamannya.“Terima kasih Yang Mulia Tuan putri dan Yang mulia Pangeran Warman, juga Temangggung Odor, Jenderal Bugi dan yang lainnya. Saya hargai ucapan Ki Anom tadi! Benar yang kita hadap
“Ha-ha…hanya segitu kemampuan muridmu Birawa, lihat dia sudah sekarat!” ejek Ki Anom terbahak-bahak.Anehnya Ki Birawa malah tenang-tenang saja, sementara Putri Reswari dan yang diam-diam mendukung Japra mulai gelisah.Muka Japra berubah memerah, kemarahan menjalari tubuhnya. “Aku belum kalah,” Japra bangkit dan kini kembali berdiri kokoh.Sambil mengusap darah yang menetes di bibirnya, Japra kerahkan tenaga dalamnya sepenuhnya ke kedua lengannya. “Hmm….agaknya saat marah jurus setan miliknya akan keluar, rasakan kalian Ki Anom dan Pendekar Codet,” batin Ki Birawa, bibirnya tersenyum-senyum.“Persetan…! Mampuslah!” Ki Anom dan Pendekar Codet barengan kembali bergerak cepat dan kerahkan jurus andalan mereka ke Japra.Semua melongo, tiba-tiba saja bak lintah, lengan kedua nya melekat di lengan Japra, tubuh mereka bergetar, lama-lama terdengar suara ‘ah auhh&rsquo