Share

Bab 3

Sebelum si pria selesai melontarkan pertanyaannya, Natalie menyodorkan sebutir pil berwarna merah ke hadapannya. Warna pil itu bahkan lebih merah dan mencolok dari darahnya.

“Kenapa? Takut pil ini beracun, makanya nggak berani minum?”

Si pria menatap Natalie dan langsung terpesona oleh sepasang mata indah itu. Natalie sangat cantik, tetapi ucapannya malah begitu kejam.

Melihat ekspresi ragu si pria, Natalie pun memanyunkan bibirnya dan menunjukkan ekspresi merendahkan. Si pria tentu saja tidak melewatkan perubahan ekspresinya itu. Pada saat Natalie hendak menyimpan kembali pil itu, dia segera mengambil dan menelannya. Begitu meminum pil itu, dia dapat merasa merasakan dengan jelas bahwa tenaganya mulai pulih.

Sebelum pria itu sempat bergembira, Natalie berkata, “Pelurunya sudah masuk ke area perutmu. Aku hanya menghentikan pendarahanmu untuk sementara dan menstabilkan pernapasanmu supaya kamu bisa bertahan beberapa saat lagi. Masih ada beberapa jam sebelum kapal ini berlabuh. Sebelum itu, pelurunya harus dikeluarkan secepat mungkin. Kalau nggak, kamu ... akan tetap mati.”

Natalie melirik wajah pucat pria itu, lalu diam-diam menyayangkan kenapa yang memiliki wajah setampan itu adalah pria ini.

“Siapa namamu?” tanya pria itu dengan suara berat.

Natalie mengangkat alisnya dan menatap lurus mata pria itu. Pria itu juga menatapnya dengan tatapan yang mendalam dan mengandung sedikit bahaya, seolah-olah pria itu adalah binatang buas yang akan menerkamnya.

Tepat pada saat suasananya terasa sangat canggung, lampu dalam kamar tiba-tiba padam. Selanjutnya, terdengar keributan di seluruh kapal.

Mati lampu? Di luar kamar, terdengar derap langkah kaki orang-orang yang kacau dan suara teriakan wanita.

Natalie pun mengerutkan keningnya. Kenapa bisa tiba-tiba mati lampu di saat-saat begini? Seharusnya telah terjadi masalah pada sistem kelistrikan kapal pesiar.

Keributan di luar hanya berlangsung sesaat. Tidak lama kemudian, semuanya kembali tenang dan sistem kelistrikan kapal pesiar juga telah pulih.

Saat lampu menyala kembali, hanya tertinggal Natalie dalam kamar. Pria itu sudah pergi dengan memanfaatkan kekacauan tadi. Hanya bau darah yang tersisa dalam kamar yang dapat membuktikan apa yang telah terjadi tadi.

Natalie pun mengerutkan keningnya. Sebelum pergi, pria itu sempat berbisik padanya, “Aku sudah mengingatmu.”

...

Setelah tiba di Kota Burka dan mengatur segalanya, Natalie menelepon penanggung jawab dari pihak Grup Thea. Kali ini, dia kembali ke Kota Burka karena diundang oleh Grup Thea untuk berpartisipasi dalam desain musiman mereka yang baru.

Grup Thea merupakan perusahaan ternama dalam negeri. Imbalan yang ditawarkan mereka untuk merekrutnya sangat tinggi hingga Natalie tidak dapat menolak. Jadi, dia harus menghasilkan uang yang lebih banyak untuk kedua anaknya.

Setelah memutuskan sambungan telepon, Natalie berbaring di tempat tidurnya yang besar nan lembut. Pada saat ini, dia menerima sebuah pesan dari seseorang yang nomornya disimpan dengan nama “Wynn”.

[ Sudah sampai? ]

Natalie melirik pesan dari bos besar yang sangat menghemat kata-kata itu, lalu membalas.

[ Aku sudah tiba dengan selamat. ]

[ Mainlah yang gembira. ]

Setelah membaca beberapa patah kata balasan yang menyiratkan arti mendalam itu, Natalie pun tersenyum. Dia tentu saja harus memainkan permainan selanjutnya dengan gembira.

Baru saja Natalie meletakkan kembali ponselnya, sebuah pesan tiba-tiba muncul di grup obrolannya bersama anak-anak. Berhubung pesan itu menyebut akunnya, dia langsung mendapat notifikasi.

[ Si Besar Tak Terkalahkan: Cepat siapkan kacang, bir, dan camilan! Mari kita sambut sosok asli si bodoh itu! @Nat cepat datang dan sembah aku! ]

Setelah membaca isi pesan itu, Natalie pun mengerutkan keningnya. Apa lagi yang mau dilakukan putranya?

Setelah mengirim segelintir emoji sombong, Zayden pun mengirimkan selembar foto. Begitu membuka foto itu, Natalie langsung melihat sebuah wajah yang tampan. Fitur wajah pria itu sangat tegas dan layak untuk dipamerkan.

Ini kepala Keluarga Cendana yang misterius itu? Sayang sekali wajah setampan ini disembunyikan. Tunggu! Natalie tiba-tiba membelalak. Bukankah ini pria yang menerjang masuk ke kamarnya di kapal pesiar tadi? Ternyata orang yang diselamatkannya itu Harrison Cendana?

Jika tahu pria arogan itu adalah pacarnya Yanisa, Natalie tidak mungkin menolongnya. Dia mungkin akan langsung menghabisinya supaya bisa mengurangi masalahnya.

...

Dalam kamar pasien VIP di lantai tertinggi sebuah rumah sakit swasta.

“Pak Harrison, semuanya sudah diselidiki dengan jelas.”

Saat mendengar laporan dari bawahannya, mata pria yang berbaring di ranjang pasien menjadi makin dingin. Setelah beberapa saat, dia baru berkata dengan acuh tak acuh, “Paman ketiga sudah tua. Dia nggak cocok untuk ikut campur dalam masalah Keluarga Cendana lagi. Suruh saja dia pensiun lebih cepat.”

Bagian perut pria itu diperban, sedangkan wajahnya terlihat pucat. Suhu dalam kamar pasien sepertinya ikut menurun karena aura dingin yang dipancarkannya terlalu kuat. Kedua bawahan yang berjaga di sisinya juga terlihat ketakutan.

Setelah hening sesaat, pintu kamar pasien dibuka seseorang. Kemudian, seorang pria yang mengenakan jas berjalan masuk dengan membawa dokumen. Begitu melihat pria yang berbaring di ranjang pasien, dia buru-buru berkata, “Pak Harrison, sudah terjadi ... sedikit masalah.”

Harrison menatap lurus pria berjas itu, lalu bertanya dengan dingin, “Ada apa?”

Pria berjas itu menatap Harrison, lalu melirik area perutnya yang diperban. Setelah sesaat, dia masih tidak berani berbicara.

“Felix, sepertinya kamu nggak mau kerja lagi?” Kali ini, suara Harrison juga menyiratkan amarah.

Pria berjas itu bernama Felix. Dia adalah orang kepercayaan Harrison, sekaligus asisten pribadinya.

Begitu mendengar ucapan Harrison, Felix langsung menunduk dan berkata dengan takut, “Pak Harrison ... waktu kamu ketimpa masalah, ada orang yang meretas rekening pribadimu dan mencuri 1,8 triliun.”

Berita ini langsung membuat Harrison terdiam.

“Kami sudah menyuruh semua ahli jaringan terbaik yang dimiliki Keluarga Cendana untuk melacaknya. Yang meretas rekening pribadimu itu peretas terhebat di dunia yang bernama Shadow.”

Felix melirik Harrison untuk melihat reaksinya, lalu melanjutkan, “Kami sudah periksa semua jaringan intelijen. Nggak ada satu pun bisnis Keluarga Cendana yang berkaitan dengan Shadow. Jadi, kami masih belum sepenuhnya yakin yang meretas rekening pribadimu memang adalah Shadow dan apa alasan spesifiknya ....”

Harrison mengepalkan tangannya hingga tulang jarinya berbunyi, lalu berkata sambil menggertakkan gigi, “Periksa!”

Seusai berbicara, Harrison juga langsung meninju mesin di sampingnya.

Saat melihat ada bercak darah di perban perut Harrison, Felix pun berseru kaget, “Pak Harrison, lu ... lukamu ....”

...

Setelah membeli kebutuhan sehari-harinya, Natalie langsung pergi ke toko perhiasan yang berada di bawah kelola Grup Thea. Di toko ini, terdapat berbagai macam perhiasan populer terbaru yang diluncurkan oleh Grup Thea.

Saat sedang mengamati perhiasan-perhiasan itu dengan serius, seseorang tiba-tiba menabrak Natalie dari belakang.

“Maaf.”

Begitu menoleh, Natalie melihat seorang wanita paruh baya yang berpakaian mewah. Wanita itu menatapnya, lalu berkata sambil tersenyum minta maaf, “Maaf, tadi aku lagi melamun sehingga nggak sengaja menabrakmu.”

“Nggak apa-apa,” jawab Natalie sambil tersenyum tipis. Kemudian, dia melangkah mundur dan memberi jalan untuk wanita yang terlihat anggun dan berkelas itu.

Wanita itu pun tersenyum dan berjalan melewati Natalie. Sementara itu, Natalie mengerutkan keningnya. Ada yang tidak beres dengan raut wajah wanita itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status