Share

Bab 6

Pria itu mendongak, lalu menatap Natalie. Setelah itu, dia berkata dengan dingin, “Tinggalkan kami.”

Beberapa pria berpakaian hitam itu segera pergi. Dalam seketika, di restoran yang mewah ini hanya tersisa 2 orang. Orang yang satu sedang berdiri, sedangkan yang satunya lagi sedang duduk.

Setelah melihat jelas tampang pria di hadapannya, Natalie pun mengerutkan keningnya dan bergumam dalam hati, ‘Bukannya ini si pria bodoh itu? Oh bukan, dia itu seharusnya kepala Keluarga Cendana yang misterius itu!’

Hari ini, Harrison juga mengenakan jas dan menunjukkan tampang dingin yang memikat. Sayangnya, aura bahaya yang dipancarkannya sangat menakutkan sehingga tidak ada orang yang berani mendekatinya.

‘Vivian mencariku untuk berterima kasih. Tapi, apa alasan pria bodoh ... ups, maksudku Harrison. Apa alasannya mencariku?’ gumam Natalie dalam hati.

Setelah menatap Harrison dan berpikir sejenak, Natalie masih merasa bingung. Apa Harrison mau berterima kasih padanya? Jika dinilai dari ekspresi Harrison, kemungkinan itu seharusnya nihil. Setelah teringat putranya telah mencuri dana sebesar 1,8 triliun dari rekening pribadi Harrison, hatinya pun tenggelam. Apa mungkin Harrison telah menemukan pelakunya?

Namun, Natalie segera mengesampingkan pemikiran itu. Putranya adalah “Shadow”, peretas terhebat di dunia. Dia harus percaya pada putranya. Mana mungkin putranya dapat diselidiki dengan semudah itu? Jika begitu, kenapa Harrison mencarinya?

Pada saat ini, Harrison sedang duduk bersandar di kursi dan melipat kakinya. Postur tubuhnya terlihat sangat arogan.

“Kita ketemu lagi,” ujar Harrison dengan suara yang berat dan memikat.

Natalie bertemu pandang dengan Harrison yang sedang mengamatinya secara terang-terangan, lalu mencibir, “Ckck, sayangnya, sikapmu terlalu buruk.”

Ucapan Natalie langsung membuat Harrison terdiam.

Di sisi lain, Natalie juga tidak bersikap sungkan. Dia menarik sebuah kursi, lalu duduk di hadapan Harrison dan berkata, “Buat apa kamu bersusah payah menyuruh orang membawaku kemari? Kalau karena mau berterima kasih, nggak perlu kok. Malam itu, suasana hatiku lagi bagus. Nggak peduli siapa pun yang kutemui, aku akan tetap menolongnya.”

Harrison hanya menatap wanita yang sama sekali tidak terlihat takut itu. Sepasang mata yang indah itu terkesan agak misterius. Pada pertemuan pertama mereka, dia mengira mungkin saja Natalie hanyalah wanita yang polos. Namun, setelah menyaksikan kemampuan Natalie menolong orang 2 kali berturut-turut, dia merasa Natalie memang pantas bersikap sombong.

Namun, sikap Natalie tetap lumayan mengejutkan Harrison. Dia yang biasanya tidak pernah menunjukkan perasaannya pun menunjukkan ekspresi yang jarang ditunjukkannya. Dia selalu merasa ada peremehan yang terkandung dalam mata Natalie setiap kali Natalie menatapnya.

‘Ini pasti hanyalah ilusi. Benar, hanya ilusi,’ gumam Harrison dalam hati. Sikap Natalie yang dingin sedikit banyaknya membuatnya merasa kesal.

“Malam itu, situasinya agak mendesak. Aku masih belum sempat memperkenalkan diri secara resmi. Namaku Harrison Cendana.”

Tidak ada seorang pun di Kota Burka yang tidak pernah mendengar nama ini. Namun, seharusnya hampir tidak ada orang yang pernah mendengar Harrison memperkenalkan dirinya secara langsung.

Tak disangka, Natalie hanya menjawab dengan acuh tak acuh, “Oh.”

Melihat Natalie yang sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa pun setelah mendengar namanya, Harrison pun mengerutkan keningnya. Namun, setelah teringat mereka bertemu di kapal pesiar yang mulai berlayar dari Yuropa, dia merasa mungkin saja Natalie yang tinggal di luar negeri selama ini tidak pernah mendengar namanya.

Setelah menenangkan diri, Harrison bertanya, “Siapa namamu?”

Harrison lagi-lagi menanyakan pertanyaan yang sama seperti sebelumnya.

Natalie menatap Harrison dan bertanya dengan pura-pura bingung, “Sebelum memerintahkan orang untuk membawaku kemari, bukannya kamu sudah menyelidiki informasiku? Kamu seharusnya sudah tahu apa yang perlu kamu ketahui. Apa kamu nggak capek menanyakan hal yang sama lagi?”

“Aku sudah memperkenalkan diriku secara resmi. Biarpun hanya demi kesopanan, kamu juga seharusnya memberitahuku namamu, ‘kan?” tanya Harrison dengan ekspresi yang agak dingin. Raut tidak senangnya terpampang dengan sangat jelas.

Natalie tidak berencana untuk menghabiskan banyak waktu bersama Harrison. Dia pun hanya menjawab dengan singkat, “Natalie Kurniawan.”

Setelah mendengar jawaban Natalie, ekspresi Harrison tetap tidak berubah. Namun, amarahnya jelas sudah berkurang banyak.

“Bu Natalie, aku mau berterima kasih atas pertolonganmu terhadapku dan Bu Vivian. Ini hanya sedikit niat baikku,” kata Harrison sambil menjentikkan jarinya.

Kemudian, seorang pengawal mengeluarkan selembar cek dan melangkah ke hadapan Natalie. Cek itu sudah ditandatangani, tetapi tidak tertulis nominalnya. Dengan kata lain, Natalie dapat mengisi nominalnya dengan sesuka hati.

Natalie melirik cek itu, lalu menatap Harrison dan berkata, “Sepertinya, tadi aku sudah bilang dengan sangat jelas. Aku melakukannya dengan ikhlas. Jadi, Pak Harrison nggak perlu berbuat seperti ini.”

Harrison tidak menyangka Natalie begitu bodoh. Apa Natalie tidak mengerti makna dari cek kosong? Bukankah Natalie yang menolak cek itu tanpa ragu benar-benar terlalu polos?

Dengan isyarat Harrison, pelayan restoran pun menghidangkan makanan ke meja mereka. Beberapa hidangan berkualitas tinggi itu dapat menunjukkan betapa mewahnya restoran ini.

Saat ini, Natalie menyadari bahwa Harrison tidak berhenti mengamatinya. Hal ini sedikit banyaknya membuatnya merasa kurang nyaman. Tepat pada saat dia hendak mengatakan sesuatu, ekspresi Harrison tiba-tiba berubah dan Harrison juga segera menerjang ke arahnya. Apa pria ini benar-benar begitu berengsek?

Tepat pada saat Natalie hendak menghindar, tiba-tiba terdengar seruan marah seorang wanita dari belakangnya, “Harrison, mati sana!”

Natalie tidak menyangka ada seorang pelayan yang akan tiba-tiba menyiram sup panas ke arah mereka, tepatnya ke arah Harrison. Namun, dia duduk di seberang Harrison. Sup panas yang datang dari belakangnya tentu saja akan terlebih dahulu mengenainya.

Berhubung hal ini benar-benar berada di luar dugaan Natalie, dia pun melewatkan kesempatan terbaik untuk menghindar. Dia hanya bisa mengulurkan tangannya untuk melindungi wajahnya, lalu menggunakan tubuhnya untuk menahan sup panas itu secara refleks.

Pada saat-saat kritis, Harrison menarik Natalie menjauhi meja, lalu memeluknya dan berguling di atas lantai. Harrison melindunginya dengan baik sehingga dia sama sekali tidak terciprat sup yang panas itu.

“Sial!” Wanita yang menyamar menjadi pelayan itu langsung mengeluarkan belati yang tajam karena serangan pertamanya gagal. Kemudian, dia hendak menyerang ke arah Harrison sambil berseru, “Aku mau kamu masuk neraka!”

Sayangnya, sebelum sempat mendekati Harrison, wanita itu sudah ditahan oleh para pengawal dan belatinya juga jatuh ke lantai.

Kemudian, wanita itu berseru dengan histeris, “Harrison, kamu benar-benar nggak berperasaan! Biar bagaimanapun, Pak Henry itu paman ketigamu! Bisa-bisanya kamu bersikap sekejam itu! Kamu akan mati mengenaskan!”

Wanita itu tidak berhenti meronta dan ekspresinya terlihat sangat garang.

Harrison melirik wanita itu dengan dingin, lalu memberi perintah, “Bawa dia pergi dan tangani dia dengan baik.”

Setelah wanita yang berteriak histeris itu dibawa pergi, seluruh restoran kembali hening. Namun, keadaan di sekitar mereka sangat berantakan.

Harrison masih menindih Natalie dan melingkarkan tangannya di pinggang Natalie. Natalie tahu Harrison ingin melindunginya. Hanya saja, tindakan ini ... sepertinya agak berlebihan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status