Share

Bab 7

Tubuh Harrison memancarkan aroma tembakau yang samar. Aroma ini bagaikan racun yang perlahan-lahan meresap ke tubuh Natalie. Dia tidak suka perasaan dikendalikan seperti ini. Jadi, dia pun mengerutkan keningnya dan tiba-tiba mendorong Harrison.

“Pak Harrison, orangnya sudah pergi. Sudah waktunya kamu bangkit!”

Natalie ingin mengingatkan Harrison bahwa yang tersisa di restoran hanyalah mereka berdua. Terlebih lagi, postur mereka saat ini juga membuatnya merasa canggung.

Harrison menatap lekat-lekat wanita yang ditindihnya. Meskipun sudah terjadi hal seperti itu, sepasang mata yang indah itu tetap tidak menunjukkan kepanikan atau ketakutan. Siapa sebenarnya wanita ini?

Harrison mengerutkan keningnya, lalu mengeratkan genggamannya pada pinggang Natalie. Saat berdiri, dia juga sekalian menarik Natalie untuk berdiri.

Begitu berdiri, Natalie langsung menarik kembali tangannya, juga buru-buru melangkah mundur dan menjauhkan diri dari Harrison, seolah-olah takut tertular penyakit.

Harrison yang mengamati ekspresi Natalie pun memicingkan matanya. Natalie sama sekali tidak menyembunyikan perasaannya. Kenapa Natalie begitu menjaga jarak dengannya? Memangnya dia bisa menelan Natalie? Saat ini, dia merasa sangat kesal.

Kemudian, Harrison melirik meja yang berantakan dan ekspresinya pun bertambah muram. Dia berkata, “Bu Natalie, maaf tiba-tiba terjadi sesuatu yang merusak suasana.”

“Pelayan, tolong hidangkan masakan yang baru!” perintah Harrison.

Namun, Natalie langsung menyela dengan sikap acuh tak acuh, “Aku sudah terima niat baikmu. Terima kasih.”

Saat melihat ekspresi Harrison yang kurang senang, Natalie lanjut berkata, “Pak Harrison, kamu sendiri yang bilang suasananya sudah terlanjur rusak. Jadi, seberapa lezat pun masakannya, rasanya juga pasti akan berubah.”

“Kamu tangani saja dulu masalahmu. Aku masih ada urusan lain. Duluan ya,” ujar Natalie setelah Harrison masih belum merespons ucapannya. Kemudian, dia pun berbalik dan hendak langsung pergi.

Tiba-tiba, Natalie teringat sesuatu dan menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke arah Harrison, lalu berkata sambil tersenyum tipis, “Pak Harrison, kelak, kamu harus lebih hati-hati. Kalau melakukan terlalu banyak perbuatan jahat, kamu akan senantiasa berada dalam bahaya. Nggak setiap kali kamu bisa begitu beruntung dan bertemu dengan orang yang bisa menyelamatkanmu.”

Seusai berbicara, Natalie meninggalkan restoran dengan santai. Andaikan dia menoleh, dia pasti bisa melihat ekspresi Harrison yang luar biasa dingin dan menakutkan.

Baru saja Natalie meninggalkan restoran, Felix pun datang datang dengan membawa setumpuk dokumen. Ketika melihat keadaan di sekitar yang berantakan, ekspresinya pun berubah. Namun, dia tetap berjalan ke hadapan Harrison dan menyerahkan dokumen itu.

“Pak Harrison, ini informasi para desainer baru yang dipilih Grup Thea untuk mendesain desain musiman baru mereka. Di antaranya, ada juga desainer dari luar negeri yang direkrut dengan harga tinggi.”

Pada saat ini, Harrison sedang tidak berminat untuk mengurus masalah ini. Dia pun melempar setumpuk dokumen itu ke meja. Namun, gerakannya terlalu kasar sehingga dokumen itu berserakan di lantai. Tak disangka, sebuah foto profil dari salah satu dokumen itu malah langsung menarik perhatiannya.

Orang di foto itu terlihat sangat profesional. Namun, Harrison tidak mungkin salah mengenali wajah dan sepasang mata yang sulit dilupakan itu. Itu adalah foto Natalie. Ternyata, Natalie adalah desainer baru yang direkrut oleh Grup Thea.

Harrison mengambil CV Natalie dan membacanya sekilas. Setengah tahun yang lalu, Natalie menjadi sorotan dunia setelah menampilkan koleksi “Spring Warm” di International Design Expo. Dapat dikatakan bahwa dia meraih ketenaran secara instan.

Sebelumnya, Harrison pernah menyuruh bawahannya untuk menyelidiki informasi mengenai Natalie. Namun, mereka tidak menemukan informasi-informasi ini.

Jika dinilai dari keanggunan, ekspresinya yang dingin, dan ketenangannya yang luar biasa dalam menghadapi masalah, terlihat jelas bahwa Natalie bukanlah wanita biasa. Dia benar-benar misterius!

Kehangatan tubuh Natalie seolah-olah masih tertinggal di telapak tangan Harrison. Dia juga masih bisa mencium keharuman tubuh Natalie secara samar. Kemudian, dia menggenggam CV Natalie dengan erat dan menatap lekat-lekat foto yang tertempel di sana. Ini adalah pertama kalinya dia memiliki keinginan yang begitu kuat untuk menyelidiki seseorang.

"Pak Harrison, lukamu berdarah lagi ....”

Begitu mendengar ucapan itu, Harrison melirik ke area perutnya. Kemeja putihnya sudah dilumuri darah. Kekacauan tadi membuat lukanya robek lagi. Sialan!

...

Saat ini, langit sudah gelap. Natalie yang sedang berdiri di sisi jalan mengeluarkan ponselnya dan melirik waktu. Toko perabot sudah tutup. Jadi, dia pun berencana untuk langsung pulang.

Kruyuk ....

Sampai sekarang, Natalie masih belum sempat makan. Tadi, Harrison memang sudah menyiapkan hidangan lezat. Namun, semua makanan itu sudah terbuang sia-sia. Selain itu, kepalanya juga benjol gara-gara perbuatan bawahan Harrison, sedangkan pinggangnya masih agak sakit karena keseleo saat Harrison menubruknya tadi. Pria itu benar-benar adalah pembawa sial!

Natalie pun memesan makanan, lalu pulang ke Apartemen Goodview dengan naik taksi. Seusai makan, dia juga berendam air hangat. Setelah itu, dia merasa lebih baik.

Kemudian, Natalie membuka laptop untuk menangani sedikit urusan pribadi. Namun, begitu melihatnya online, kedua anaknya pun mengirim permintaan untuk melakukan panggilan video.

Natalie menerima panggilan itu, lalu mengambil pengering rambut dan mulai mengeringkan rambutnya. Setelah mengeringkan rambutnya dan kembali ke depan layar, kedua anaknya langsung bertanya kenapa dia terluka.

Terluka? Setelah melihat bayangan dirinya dari layar laptop, Natalie baru menyadari bahwa benjolan di dahinya terlihat makin merah seusai mandi. Ini semua gara-gara pria berengsek itu! Jika bukan karena bawahan Harrison tiba-tiba menghentikan taksinya, dahinya juga tidak mungkin terantuk.

“Mama, kenapa dahimu terluka?” tanya Zoey yang mengenakan gaun tuan putri dengan ekspresi serius.

“Digigit anjing,” jawab Natalie dengan asal setelah teringat Harrison.

“Wah? Digigit anjing jenis apa hingga bisa benjol begitu?”

Pertanyaan Zayden membuat Natalie tersadar dari lamunannya. Apa yang dikatakannya tadi? Sepertinya .... jawabannya tidak sesuai dengan topik pembicaraan.

Natalie pun duduk tegak, lalu menatap wajah imut kedua anaknya sambil menjawab dengan serius, “Hari ini, aku baru mulai kerja di Thea dan agak sibuk. Pas lagi jalan, aku nggak sengaja terantuk.”

Zoey menunjukkan ekspresi sedih, sedangkan Zayden terlihat curiga. Untungnya, Zayden tidak lanjut bertanya. Jadi, Natalie pun mengalihkan topik pembicaraan dengan menceritakan tentang pekerjaannya di Grup Thea.

“Mama, kamu itu orang baru. Jangan biarkan para rekan kerjamu menindasmu ya! Kalau mereka berani menindasmu, kamu beberkan saja identitasmu. Mereka pasti akan ketakutan dan langsung berlutut di hadapanmu!”

Natalie pun tertawa setelah mendengar ucapan Zoey. Dia bersandar di sofa dan menjawab sambil tersenyum, “Kalau begitu kurang seru dong. Yang namanya permainan itu harus dimainkan secara perlahan baru menarik.”

“Mama,” panggil Zayden dengan tiba-tiba.

Ketika Zayden memanggilnya mama, itu berarti apa yang ingin dikatakannya sangat serius. Senyuman Natalie pun membeku. Dia bertanya, “Ada apa?”

“Apa kamu punya informasi mengenai Papa kami?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status