Share

Bab 8

Natalie pun terdiam.

Setelah mendengar pertanyaan Zayden, ekspresi Zoey juga menjadi serius. Dia bertanya, “Mama, apa kamu pernah menyelidiki informasi tentang Papa?”

Saat mengingat malam dari 6 tahun yang lalu, ekspresi Natalie pun menjadi dingin. Kejadian itu memang sangat absurd. Selain kehilangan kesuciannya, dia juga tidak tahu siapa pria yang merenggut kesuciannya.

Natalie pernah menyelidiki informasi mengenai pria itu. Bahkan Zayden juga pernah menggunakan kemampuan meretasnya untuk mencari tahu informasinya. Namun, mereka tidak menemukan informasi apa pun.

Zayden juga pernah meretas pangkalan data internasional, lalu mencoba untuk mencocokkan informasi DNA-nya dan adiknya. Namun, usahanya itu tetap tidak membuahkan hasil.

Kemungkinannya hanya satu, yaitu pelaku malam itu sudah tewas. Oleh karena itu, tidak ada informasi berguna mengenainya di pangkalan data.

‘Dia sudah mati? Sial! Enak banget dia!’ umpat Natalie dalam hati.

“Kalau memang nggak ada informasi mengenainya, seharusnya dia benar-benar sudah meninggal. Padahal, aku mau membakar jasadnya secara langsung,” ucap Zayden dengan ekspresi mengejek.

Natalie juga ingin membakar jasadnya secara langsung. Sayangnya, orang itu sudah tewas. Dia pun berkata, “Jangan habiskan waktu dalam masalah ini lagi. Coba kalian pikir dulu, kalau sudah tiba di Burka, kalian mau sekolah di mana? Aku akan duluan daftarkan kalian ke sekolah. Bagaimana kalau di TK Dolly?”

Begitu mendengar ucapan Natalie, Zayden dan Zoey pun tertegun.

“Mama, masih ada lagu baru yang mau aku rampungkan. Aku offline dulu, ya. Selamat malam, Ma. Muah!” Seusai berbicara, Zoey langsung offline.

Natalie pun menatap Zayden yang masih online sambil tersenyum tipis.

“Kekanak-kanakan banget!” cibir Zayden. Kemudian, dia juga langsung offline.

Melihat layar laptopnya yang kembali hening, Natalie pun berdecak. Kedua anaknya itu sudah makin cerdik.

Tit ....

Ada sebuah pesan yang masuk ke ponsel Natalie. Dia pun mengambil ponselnya dan membuka pesan itu.

[ Wynn: BESTWISH, produk terbaru dari Miracle sudah jadi. Mau kukirimkan satu untukmu? Kebetulan, kamu bisa memakainya ke pesta nanti. ]

Setelah membaca pesan itu, Natalie tidak langsung membalas, melainkan menelepon sebuah nomor yang sudah sangat dihafalnya. Baru saja telepon berdering sekali, langsung terdengar suara seseorang yang sangat lembut dari ujung telepon.

“Aku punya rencana sendiri. Biarkan saja aku yang tangani masalah di Burka,” ujar Natalie. Setelah itu, dia menambahkan, “Nanti, aku akan kirimkan draf awal desain Miracle yang berikutnya.”

Setelah mengobrol sesaat, Natalie baru memutuskan sambungan telepon. Kemudian, dia teringat pesan tadi. Dia tahu jelas bahwa Wynn mengirimkan pesan itu untuk mengingatkannya mempersiapkan gaun untuk menghadiri acara ulang tahun Vivian. Berhubung tidak mungkin bisa mengenakan produk Miracle, dia mau tak mau harus mencari waktu untuk pergi ke mal akhir pekan ini.

Pada akhir pekan, Natalie sengaja pergi ke mal yang terletak di pusat kota. Dia berniat untuk membeli sebuah gaun yang cocok untuk dipakai ke acara ulang tahun Vivian nanti.

Natalie yang mengenakan kacamata hitam dan berdandan sederhana masuk ke sebuah toko. Setelah mengelilingi toko untuk sesaat, sepotong gaun strapless berwarna biru safir pun menarik perhatiannya. Desain gaun ini cukup seksi dan dapat diatur dengan bebas. Namun, sepertinya masih ada sesuatu yang kurang.

Natalie melepas kacamatanya, lalu mengamati gaun itu dengan saksama. Model gaun ini sesuai dengan keinginannya. Nanti, dia hanya perlu mengubah sedikit desainnya. Dengan begitu, gaun ini akan terlihat lebih berkelas.

Melihat Natalie yang berhenti di depan gaun biru safir itu, karyawan toko pun berjalan menghampirinya dan berkata, “Selera Nona memang bagus. Ini produk terbaru toko kami, juga merupakan produk edisi terbatas yang hanya ada sepotong di setiap toko.”

Setelah mendengar ucapan karyawan itu, Natalie hanya mengiakannya dengan santai. Berhubung Natalie tidak memberikan respons yang diinginkannya, karyawan itu terlihat agak tidak senang. Namun, dia tetap menjelaskan keunikan gaun itu dengan sabar.

“Berapa harganya?” tanya Natalie untuk menyela ucapan karyawan itu.

Setelah mendengar pertanyaan Natalie, karyawan itu langsung tersenyum senang dan menjawab, “Ini produk utama toko kami yang punya model paling unik. Harganya 376 juta.”

“Oke! Tolong bantu aku bungkuskan ...,” ujar Natalie.

Namun, sebelum Natalie menyelesaikan ucapannya, terdengar suara seseorang dari belakang, “Model baju di toko ini lumayan bagus!”

Setelah mendengar suara itu, gerakan Natalie pun terhenti. Begitu menoleh, dia langsung melihat seorang wanita yang mengenakan sepatu hak tinggi dan membawa tas Hermes edisi terbatas global.

Enam tahun telah berlalu, tetapi selera Yanisa Lolanda masih seburuk dulu. Oh, tidak, wanita ini sudah punya nama baru, yaitu Yanisa Kurniawan.

Yanisa yang berpakaian mewah berjalan masuk ke toko bersama Tiffany Laoli, sahabatnya. Baru saja dia selesai berbicara, tatapannya langsung tertuju pada wanita yang berada di samping karyawan toko. Begitu melihat jelas tampang Natalie, seluruh badannya pun menegang secara refleks.

Tiffany berjalan masuk sambil menggandeng Yanisa. Berhubung Yanisa tiba-tiba berhenti berjalan, dia pun hampir terjatuh.

“Yanisa, kenapa?” tanya Tiffany. Kemudian, dia mengikuti arah pandang Yanisa dan melihat gaun biru safir itu tanpa memperhatikan karyawan toko maupun Natalie. Dia mengira Yanisa menyukai gaun yang sangat menarik perhatian itu.

“Yanisa, kalau suka gaunnya, dicoba saja,” ujar Tiffany sambil menarik Yanisa masuk ke toko.

Begitu melihat kemunculan Yanisa, karyawan toko itu tahu bahwa orang kaya yang sebenarnya sudah datang. Sikapnya langsung berubah 180 derajat. Dia menyapa, “Nona Yanisa, Nona Tiffany, selamat datang.”

Tiffany berhenti di hadapan gaun biru safir, lalu memerintahkan karyawan itu untuk menurunkannya dari lemari pajangan. Karyawan itu segera mengangguk dan berbalik untuk melakukannya.

“Bukannya kamu harus menjual barangnya kepada siapa pun yang duluan mau beli?” ujar Natalie dengan acuh tak acuh saat karyawan itu melewatinya.

Karyawan itu pun tersenyum dan menjawab, “Maaf, Nona. Kalau kamu suka produk toko kami dan bersedia menerima harganya, pilih saja produk lainnya. Gaun ini sudah jadi milik Nona Yanisa.”

Karyawan itu juga sengaja menekankan kata harga saat berbicara.

“Wah, Nona Yanisa hebat banget ya!” cibir Natalie. Kemudian, dia melirik Yanisa yang berdiri di hadapannya.

Saat ini, Yanisa masih menunjukkan ekspresi terkejut. Dia jelas tidak menyangka akan bertemu dengan Natalie di tempat ini.

Setelah saling bertatapan sejenak, Yanisa tanpa sadar melangkah mundur dan tiba-tiba merasa gugup. Terutama setelah menatap mata Natalie, dia pun tanpa sadar mulai merasa panik.

Natalie tidak seharusnya kembali! Wanita jalang ini tidak seharusnya kembali! Dia seharusnya sudah tewas karena tertabrak truk 6 tahun yang lalu!

Yanisa tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Saat Vivian masuk rumah sakit, pertemuannya dengan Natalie sudah cukup mencengangkan. Awalnya, dia masih tidak percaya Natalie sudah kembali. Saat ingin memastikannya, Natalie sudah pergi.

Setelah bertemu lagi kali ini, Yanisa baru sepenuhnya yakin bahwa wanita jalang ini memang masih hidup. Meskipun merasa tidak rela, dia tetap harus menghadapi hal ini dengan tenang.

Yanisa pun menatap Natalie, lalu berkata dengan pura-pura terkejut, “Natalie, kebetulan banget! Aku nggak nyangka bisa ketemu kamu di sini. Aku kira, setelah kamu ke luar negeri ... kamu nggak akan pulang lagi!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status